Disusun Oleh :
Warleni
JNR0210116
Dyspnea atau sesak nafas adalah perasaan sulit bernapas yang terjadi
ketika melakukan aktivitas fisik. Sesak napas merupakan gejala dari beberapa
penyakit dan dapat bersifat akut atau kronis. Sesak napas dikenal juga dengan
trauma dada.
A. ETIOLOGI
Dispnea atau sesak napas bisa terjadi dari berbagai mekanisme seperti
jika ruang fisiologi meningkat maka akan dapat menyebab kan gangguan
pada pertukaran gas antara O2 dan CO2 sehingga menyebabkan kebutuhan
ventilasi makin meningkat sehingga terjadi sesak napas. Pada orang normal
ruang mati ini hanya berjumlah sedikit dan tidak terlalu penting, namun pada
orang dalam keadaan patologis pada saluran pernapasn maka ruang mati akan
meningkat.
Begitu juga jika terjadi peningkatan tahanan jalan napas maka pertukaran gas
juga akan terganggu dan juga dapat menebab kan dispnea.
Dispnea juga dapat terjadi pada orang yang mengalami penurnan terhadap
compliance paru, semakin rendah kemampuan terhadap compliance paru
maka makinbesar gradien tekanan transmural yang harusdibentuk selama
inspirasi untuk menghasilkan pengembangan paru yang normal. Penyebab
menurunnya compliance paru bisa bermacam salah satu nya adalah
digantinya jaringan paru dengan jaringan ikat fibrosa akibat inhalasi asbston
atau iritan yang sama.
B. MANIFESTASI KLINIK
Dispnea atau sesak napas adalah perasaan sulit bernapas ditandai dengan
napas yang pendek dan penggunaan otot bantu pernapasan. Dispnea dapat
Parenkim paru tidak sensitif terhadap nyeri, dan sebagian besar penyakit paru
Batuk adalah gejala umum penyakit pernapasan. Hal ini disebabkan oleh :
Stimulasi refleks batuk oleh benda asing yang masuk ke dalam larink,
paru. Sediaan apusan gram dan biakan sputum berguna untuk menilai adanya
infeksi. Pemeriksaan sitologi untuk sel-sel ganas. Selain itu, dari warna,
volum, konsistensi, dan sumber sputum dapat diidentifikasi jenis
penyakitnya.
paru.
Jari tabuh adalah perubahan bentuk normal falanx distal dan kuku tangan
dan kaki, ditandai dengan kehilangan sudut kuku, rasa halus berongga pada
dasar kuku, dan ujung jari menjadi besar. Tanda ini ditemukan pada
durasi panjang. Wheezing dapat terjadi bila aliran udara secara cepat
dibanding di dinding dada. Ini menandakan obstruksi parsial pada larink atau
trakea. Pleural rub adalah suara akibat pleura yang inflamasi. Suara mirip
C. PATOFISIOLOGI
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Oksigenasi
G. ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
1. Identitas
Mendapatkan data identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, alamat, nomor registrasi, dan diagnosa medis.
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama: klien mengeluh sesak nafas, nyeri dada.
b. Riwayat penyakit sekarang: asma, CHF, AMI, ISPA.
c. Riwayat penyakit dahulu: pernah menderita asma, CHF, AMI, ISPA,
batuk.
d. Riwayat penyakit keluarga: mendapatkan data riwayat kesehatan keluarga
pasien
3. Pola kesehatan fungsional
Hal-hal yang dapat dikaji pada gangguan oksigenasi adalah :
a. Pola manajemen kesehatan-persepsi kesehatan
Bagaimana perilaku individu tersebut mengatasi masalah kesehatan ,
adanya faktor risiko sehubungan dengan kesehatan yang berkaitan
dengan oksigen.
b. Pola metabolik-nutrisi
Kebiasaan diit buruk seperti obesitas akan mempengaruhi oksigenasi
karena ekspansi paru menjadi pendek. Klien yang kurang gizi,
mengalami kelemahan otot pernafasan.
c. Pola eliminasi
Perubahan pola defekasi (darah pada feses, nyeri saat devekasi),
perubahan berkemih (perubahan warna, jumlah, ferkuensi)
d. Aktivitas-latihan
Adanya kelemahan atau keletihan, aktivitas yang mempengaruhi
kebutuhan oksigenasi seseorang. Aktivitas berlebih dibutuhkan
oksigen yang banyak. Orang yang biasa olahraga, memiliki
peningkatan aktivitas metabolisme tubuh dan kebutuhan oksigen.
e. Pola istirahat-tidur
Adanya gangguan oksigenasi menyebabkan perubahan pola istirahat.
f. Pola persepsi-kognitif
Rasa kecap lidah berfungsi atau tidak, gambaran indera pasien
terganggu atau tidak, penggunaaan alat bantu dalam penginderaan
pasien.
g. Pola konsep diri-persepsi diri
Keadaan social yang mempengaruhi oksigenasi seseorang (pekerjaan,
situasi keluarga, kelompok sosial), penilaian terhadap diri sendiri
(gemuk/ kurus).
h. Pola hubungan dan peran
Kebiasaan berkumpul dengan orang-orang terdekat yang memiliki
kebiasaan merokok sehingga mengganggu oksigenasi seseorang.
i. Pola reproduksi-seksual
Perilaku seksual setelah terjadi gangguan oksigenasi dikaji
j. Pola toleransi koping-stress
Adanya stress yang memengaruhi status oksigenasi pasien.
k. Keyakinan dan nilai
Status ekonomi dan budaya yang mempengaruhi oksigenasi, adanya
pantangan atau larangan minuman tertentu dalam agama pasien.
4. Pemeriksaan fisik
a. Kesadaran: kesadaran menurun
b. TTV: peningkatan frekuensi pernafasan, suhu tinggi
c. Head to toe
1) Mata: Konjungtiva pucat (karena anemia), konjungtiva sianosis
(karena hipoksemia), konjungtiva terdapat petechie ( karena emboli
atau endokarditis)
2) Mulut dan bibir: Membran mukosa sianosis, bernafas dengan
mengerutkan mulut
3) Hidung : Pernafasan dengan cuping hidung
4) Dada: Retraksi otot bantu nafas, pergerakan tidak simetris antara dada
kanan dan kiri, suara nafas tidak normal.
5) Pola pernafasan: pernafasan normal (apneu), pernafasan cepat
(tacypnea), pernafasan lambat (bradypnea)
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
II Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 a. Manajemen Jalan Napas Airway management
jam, klien dapat mencapai napas efektif, dengan 1) Buka jalan napas Pasien 1) Pengkajian merupakan
kriteria hasil: 2) Posisikan Pasien untuk dasar dan data dasar
memaksimalkan ventilasi. berkelanjutan untuk memantau
Respiratory Status: Ventilation 3) Identifikasi Pasien untuk perubahan dan mengevaluasi
perlunya pemasangan alat intervensi.
N Tujuan
Indikator Awal jalan napas buatan 2) Memposisikan pasien
o 1 2 3 4 5
4) Keluarkan secret dengan semi fowler supaya dapat
1. Auskultasi suara 2 √
suction bernafas optimal.
napas sesuai
5) Auskultasi suara napas, 3) Deteksi terhadap
2. Bernapas mudah 2 √
catat bila ada suara napas pertukaran gas dan bunyi
3. Tidak didapatkan 2 √ tambahan tambahan serta kesulitan bernafas
penggunaan otot 6) Monitor penggunaan otot (ada tidaknya dispneu) untuk
tambahan bantu pernapasan memonitor intervensi.
7) Monitor rata-rata respirasi 4) Dapat
Vital sign Status setiap pergantian shift dan memperbaiki/mencegah
N Tujuan setelah dilakuakan memburuknya hipoksia
Indikator Awal
o 1 2 3 4 5 tidakan suction 5) Memberikan rasa
1. Tanda Tanda vital 2 √ nyamandan mempermudah
dalam rentang pernapasan
normal (tekanan 6) Deteksi status respirasi
darah, nadi,
pernafasan) Vital sign monitoring
Keterangan: 1) Observasi adanya tanda Vital sign monitoring
1. Keluhan ekstrim tanda hipoventilasi 1) Manifestasi distres
2. Keluhan berat 2) Monitor adanya pernapasan tergantung
3. Keluhan sedang pada/indikasi derajat keterlibatan
kecemasan pasien
4. Keluhan ringan paru dan status kesehatan umum
terhadap oksigenasi 2) Takikardia biasanya ada
5. Tidak ada keluhan
3) Monitor vital sign sebagai akibat demam/dehidrasi
4) Informasikan pada pasien tetapi dapat sebagai respons
dan keluarga tentang terhadap hipoksemia
tehnik relaksasi untuk 3) Selama periode waktu ini,
memperbaiki pola nafas. potensial komplikasi fatal
(hipotensi/syok) dapat terjadi.
5) Ajarkan bagaimana batuk
4) Perubahan frekuensi
efektif jantung atau TD menunjukkan
6) Monitor pola nafas bahwa pasien mengalami pasien
mengalami nyeri, khusunya bila
alasan lain untuk perubahan tanda
vital telah terlihat.
III Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24
jam kerusakan pertukaran pasien teratasi dengan 1) Posisikan pasien untuk 1. Ventilasi maksimal membuka
kriteria hasil: memaksimalkan ventilasi
Respiratory Status : Gas exchange 2) Pasang mayo bila perlu area atelectasis.
Keseimbangan asam Basa, Elektrolit
3) Lakukan fisioterapi dada 2. Posisi membantu
Respiratory Status : ventilation
Vital Sign Status jika perlu memaksimalkan ekspansi paru
N Tujuan 4) Keluarkan sekret dengan
Indikator Awal dan menurunkan upaya
o 1 2 3 4 5 batuk atau suction
1. Mendemonstrasikan 2 √ 5) Auskultasi suara nafas, pernafasan.
peningkatan catat adanya suara 3.Mencegah obstruksi/aspirasi.
ventilasi dan tambahan
oksigenasi yang 4. Penurunan bunyi nafas dapat
6) Atur intake untuk cairan
adekuat menunjukan atelektasis. Ronki
mengoptimalkan
2. Memelihara 2 √ keseimbangan. menunjukan akumulasi
kebersihan paru paru 7) Monitor respirasi dan secret/ketidakmampuan untuk
dan bebas dari tanda status O2
tanda distress membersihkan jalan nafas yang
8) Catat pergerakan
pernafasan
dada,amati kesimetrisan, dapat menimbulkan penggunaan
3. Mendemonstrasikan 2 √
batuk efektif dan penggunaan otot otot aksesoris pernafasan dan
suara nafas yang tambahan, retraksi otot
peningkatan kerja pernafasan.
bersih, tidak ada supraclavicular dan
sianosis dan intercostal 5. Pemasukan cairan yang banyak
dyspneu (mampu 9) Monitor suara nafas, membantu mengencerkan sekret,
mengeluarkan seperti dengkur
sputum, mampu membuatnya mudah dikeluarkan.
10) Monitor pola nafas :
bernafas dengan
mudah, tidak ada bradipena, takipenia,
pursed lips) kussmaul, hiperventilasi,
4. AGD dalam batas 2 √ cheyne stokes, biot
normal 11) Auskultasi suara nafas,
5. Status neurologis 2 √ catat area penurunan /
dalam batas normal tidak adanya ventilasi dan
Keterangan: suara tambahan
1. Keluhan ekstrim
12) Monitor TTV, AGD,
2. Keluhan berat
3. Keluhan sedang elektrolit dan ststus
4. Keluhan ringan mental
5. Tidak ada keluhan 13) Observasi sianosis
khususnya membran
mukosa
III. EVALUASI
Pada tahap akhir dari proses keperawatan adalah mengevaluasi respon pasien
terhadap yang diberikan untuk memastikan bahwa hasil yang di berikan untuk
memastikan bahwa hasil yang diharapkan telah dicapai. Evaluasi yang merupakan
proses terus menerus, diperlukan untuk menentukan seberapa baik rencana
perawatan yang dilaksanakan.
Evaluasi merupakan proses yang interaktif dan kontinu, karena setiap
tindakan keperawatan dilakukan, respon pasien di catat dan evaluasi dalam
hubungannya dengan hasil yang di harapkan kemudian berdasarkan respon pasien,
revisi intervensi keperawatan/hasil pasien yang mungkin diperlukan. Pada tahap
evaluasi mengacu pada tujuanyang telah ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Wartonah & Tarwoto. 2003. Kebutuhan dasar manusia & proses keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.