Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Kesehatan Kartika

Vol 15, No 3 | Desember 2020


JKK, ISSN: 1907-3879 – e-ISSN: 2477-054X

PENGARUH BERMAIN MEWARNAI LUKISAN PASIR TERHADAP TINGKAT


KECEMASAN ANAK USIA PRASEKOLAH YANG MENGGALAMI
HOSPITALISASI DI RUANG C6 RSUD CIBABAT CIMAHI

Dyna Apriany, Subki Nursa’aban, Ibrahim Bola


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Cimahi
d_apriany@yahoo.com

ABSTRAK
Prevalensi kecemasan anak di indonesia ketika menjalani hospitalisasi di Indonesia mencapai 75%, untuk
mengatasi kecemasan pada anak dapat diberikan permainan, salah satunya adalah skill play. Penelitian ini
bertujuan mengetahui adanya pengaruh terapi bermain mewarnai lukisan pasir terhadap kecemasan pada anak usia
prasekolah yang menjalani.
Desain penelitian pre experimental dengan one group pre test and post te st design. Menggunakan tetnik
Consecutive sampling dari responden anak usia prasekolah (4 -6 tahun) yang berjumlah 15 anak. Analisis data
melalui dua tahapan, yaitu analisis univariat dan bivariat untuk melihat adanya pengaruh yang di analisis dengan
menggunakan Uji T Dependent.
Hasil penelitian menunjukan rerata nilai kecemasan sebelum 3.20 (kecemasan berat) dan sesudah 0.93 (tidak ada
kecemasan). uji statistik dengan uji t dependent diperoleh p value = 0,001, terdapat perbedaan rerata nilai
kecemasan sebelum dan sesudah terapi bermain. Sehingga terapi bermain mewarnai lukisan pasir dapat
direkomendasikan sebagai terapi alternatif baru yang menarik.
Disarankan hendaknya sebagai perawat di ruang keperawatan anak melakukan terapi bermain untuk a nak sebagai
perawat di ruang keperawatan anak untuk mengurangi kecemasan pada saat anak menjalani hospitalisasi.

Kata Kunci : Hospitalisasi, kecemasan, Lukisan pasir

ABSTRACT

The prevalence of children's anxiety in Indonesia when undergoing hospitalization in Indonesia reached 75%, to
overcome anxiety in children can be given the game, one of them is skill play. This study aims to determine the
influence of color therapy to paint sand paintings on anxiety in preschoolers who underwent hospitalization in the
measured by using McMurtry Face Anxiety Scale.
Pre experimental research design with one group pre test and post test design carried out on 28 June. Using
Consecutive sampling technique from preschoolers (4 -6 years old) of 15 children. Data analysis through two
stages, namely univariate and bivariate analysis to see the effect of the analysis by using Dependent T Test.
The results showed the average value of ability before 3.20 (Severe anxiety) and after 0.93 (No anxiety). statistical
test with t test dependent obtained p value = 0,001, there is difference of mean of anxiety value before and after
play therapy. So that the coloring therapy of sand painting can be recommended as an exciting new alternative
therapy.
Suggested should be as a nurse in the nursery room children do play therapy for children as nurses in the nursing
room of children to reduce anxiety at the time the child underwent hospitalization.

Keywords: Hospitalization, anxiety, Painting of sand

PENDAHULUAN perilaku maladaptif. Respon perilaku adaptif


Saat anak usia prasekolah dirawat di merupakan suatu respon menerima terhadap
rumah sakit, mereka mengalami dua respon tindakan perawatan yang diberikan, sedangkan
perilaku yaitu respon perilaku adaptif dan respon respon perilaku maladaptif merupakan respon
menolak terhadap tindakan perawatan, ditandai

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Cimahi Halaman 28


Jl.Terusan Jenderal Sudirman – Cimahi 40533
Tlp: 0226631622 - 6631624
Pengaruh Bermain Mewarnai Lukisan Pasir Terhadap Tingkat Kecemasan
Anak Usia Prasekolah Yang Menggalami Hospitalisasi Di Ruang C6
RSUD Cibabat Cimahi

dengan ketakutan, kecemasan, nyeri, sedih dan Dampak hospitalisasi yang dialami oleh
juga beberapa perubahan perilaku seperti anak usia prasekolah, akan beresiko
menjerit keras, menangis, dan menendang. mengganggu tumbuh kembang anak dan
Seorang anak memerlukan perhatian yang berdampak pada gangguan perkembangan dan
khusus dan pemecahannya agar anak dapat proses penyembuhan (Nursalam, 2009).
menunjukkan perilaku adaptif. (Wong, 2009). Berdasarkan survei kesehatan ibu dan anak
Hal inilah yang dapat menjadi dasar masalah tahun 2010 didapatkan hasil bahwa dari 1.425
ketika anak usia prasekolah mendapat perawatan anak mengalami dampak hospitalisasi, dan
dirumah sakit atau mengalami hospitalisasi 33,2% diantaranya mengalami dampak
dengan beberapa stressor yang sangat hospitalisasi berat, 41,6% mengalami dampak
menganggu dan dapat menimbulkan reaksi hospitalisasi sedang, dan 25,2% mengalami
hospitalisasi (Subardiah, 2009). dampak hospitalisasi ringan (Rahma &
Hospitalisasi merupakan suatu proses Puspasari, 2010).
karena suatu alasan yang berencana atau darurat, Dampak dari hospitalisasi pada anak usia
mengharuskan anak untuk tinggal di rumah prasekolah dapat menyebabkan kecemasan pada
sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai anak. Kecemasan pada anak khususnya anak
pemulangannya kembali ke rumah, Waktu yang usia prasekolah pada saat sakit dan harus dirawat
dibutuhkan untuk merawat penderita anak-anak inap, merupakan salah satu bentuk gangguan
20%-45% melebihi waktu untuk merawat orang yaitu tidak terpenuhinya kebutuhan emosional
dewasa, Oleh karena itu dibutuhkan perawatan anak yang adekuat. Reaksi anak prasekolah yang
atau tindak medis yang profesional guna untuk mengalami kecemasan pada suatu kejadian bisa
meminimalkan reaksi hospitalisasi (Supartini, bermacam-macam, ada yang melamun,
2010). menangis, diam saja, dan lainnya. Proses
Berdasarkan data WHO tahun 2012 selanjutnya akan timbul gejala seperti: anak
bahwa 3%–10% pasien anak yang dirawat di menghindar dari apa yang ditakutinya, aktivitas
Amerika Serikat baik anak Usia todler, rutinnya tiba-tiba juga berubah, takut pada orang
prasekolah ataupun anak usia sekolah. Anak yang mengintimidasinya, menjadi susah tidur
yang mengalami perawatan di Jerman sekitar dan jika malam selalu mimpi buruk kemudian
3%-7% anak usia todler, 5%-10% anak usia terbangun dan berkeringat, mudah marah, tidak
prasekolah. Di indonesia sendiri Angka rawat dapat berkonsentrasi, tidak mau berteman,
inap anak usia prasekolah 4-6 tahun sebesar minatnya hilang, dan sebagainya. Gejala ini
4,31%-4,65% (WHO dalam Purwandari, 2013). muncul berulang dan dalam waktu lama. Gejala
Anak usia prasekolah dan usia sekolah seperti ini adalah kumpulan dari gejala
merupakan usia yang rentan terkena penyakit, kecemasan (Saputro & Fazrin, 2017).
sehingga banyak anak pada usia tersebut yang Prevalensi kecemasan anak di indonesia
harus dirawat dirumah sakit (Wong, 2009). ketika menjalani hospitalisasi di Indonesia
Angka kesakitan anak di Indonesia berdasarkan mencapai 75%. Kecemasan menjadi salah satu
Survei Kesehatan Nasional (Susenas) tahun masalah yang mudah terjadi namun tidak mudah
2010 di daerah perkotaan menurut kelompok di atasi karena ketidak spesfikan dari faktor
usia 0-4 tahun sebesar 25,8%, usia 5-12 tahun penyebab kecemasan itu sendiri. Ketika seorang
sebanyak 14-91%, usia 13-15 tahun sekitar anak merasa cemas mereka akan merasakan
9,1%, usia 16-21 tahun sebesar 8,13%. Angka kelelahan, tidak mau berinteraksi dengan
kesakitan anak usia 0-21 tahun apabila di hitung perawat, rewel, merengek minta pulang terus
dari keseluruhan jumlah penduduk adalah tidak mau makan sehingga memperlambat
14,44%. Anak yang dirawat di rumah sakit akan proses penyembuhan. Oleh karena itu di
berpengaruh pada kondisi fisik dan butuhkan penatalaksanaan oleh perawat dan
psikologinya, hal ini disebut dengan intervensi yang memungkinkan untuk
hospitalisasi (Apriany, 2013). meminimalisir tingkat stresor pada anak (Sartika
& Sulisno, 2012). Beberapa upaya bisa

Halaman 29
JKK | Vol 15, No 3 | ISSN: 1907-3879 – e-ISSN: 2477-054X
Pengaruh Bermain Mewarnai Lukisan Pasir Terhadap Tingkat Kecemasan
Anak Usia Prasekolah Yang Menggalami Hospitalisasi Di Ruang C6
RSUD Cibabat Cimahi

dilakukan untuk mengatasi kecemasan itu bidang gambar yang harus diberi pewarna (Hajar
sendiri diantaranya seperti psikoterapi, Pamadhi dan Evan Sukardi S, 2011). Adapun
psikoanalisis, hypnoterapi, terapi kelompok dan jenis-jenis mewarnai yang sangat cocok bagi
terapi bermain. Bermain dapat dilakukan oleh anak usia prasekolah yaitu dengan menggunakan
anak yang sehat maupun sakit. Walaupun anak pensil warna, spidol, cat air, pasir pewarna dan
sedang mengalami sakit, tetapi kebutuhan akan krayon (Afriana, 2011). Mewarnai lukisan pasir
bermain tetap ada, terapi bermain harus lebih di aman di mainkan karena pasir tidak beracun
perioritaskan bagi anak di bandingkan dengan karena tidak lembab sehingga aman dari bakteri,
beberapa upaya untuk meminimalikan di buat dari bahan alami yang tidak beraroma,
kecemasan karena sifatnya lebih simpel, tidak berbau, tidak lengket, tidak mengakibatkan
disenangi oleh anak, murah, dapat mudah efek di kulit serta tidak mudah terhirup oleh
dilakukan oleh anak dan juga berdampak pada saluran pernafasan. Mewarnai lukisan pasir
pertumbuhan perkembangan sang anak yang merupakan kegiatan yang fungsinya mengarah
sangat penting pada tahap usia prasekolah kepada ekspresi seni murni bebas individual dan
(Kartinawati, 2011). tidak selalu terkait pada ketentuan-ketentuan
Terapi Bermain merupakan salah satu alat seperti menggambar dan mewarnai memakai alat
komunikasi yang natural bagi anak-anak. tulis seperti pensil warna, krayon dan spidol,
Bermain merupakan dasar pendidikan dan Melukis atau mewarnai dengan menggunakan
aplikasi terapeutik yang membutuhkan pasir warna bagi anak-anak terutama bagi anak
pengembangan pada pendidikan anak usia dini. usia prasekolah dapat mengembangkan mental,
Terapi bermain yang cocok untuk anak usia kesehatan, kreativitas atau imajinasi, kognitif,
prasekolah 4-6 tahun berdasarkan jenisnya bakat anak, intelektual, fisik motorik, sosial
adalah membaca buku, majalah, menggunakan emosional, dapat mengenal objek-objek tertentu,
alat media tulis, alat-alat melukis, mewarnai, alat berekspresi dan bereksperimen (Carol Seefelt &
menggambar, balok, melukis dan aktivitas Barbara 2008).
berenang (Supartini, 2010). bermain di rumah Pasir merupakan bahan alami yang sangat
sakit pada prinsipnya adalah agar dapat mudah untuk di jumpai, selain itu bermain pasir
melanjutkan fase tumbuh kembang secara merupakan hal yang sangat menarik bagi anak,
optimal, mengembangkan kreativitas anak, dan karena dengan pasir anak dapat bermain
anak dapat beradaptasi secara lebih efektif mengisi, mencetak dan menabur yang sangat
terhadap stress. Prinsip-prinsip yang harus cocok bagi anak dengan tahap perkembangan
dilakukan agar bermain di rumah sakit bisa lebih motorik halus seperti anak usia prasekolah.
efektif yaitu dengan anak tidak banyak Menurut sudono dalam (Virgawati, 2015).
menggunakan energy, relatif aman dan terhindar Mewarnai menggunakan media pasir termasuk
dari infeksi silang, sesuai dengan kelompok usia, dalam media visual karena pasir termasuk media
perlu partisipasi orang tua dan keluarga, dan realita. Realita yaitu Benda nyata (real thing)
tidak bertentangan dengan terapi merupakan alat bantu yang paling mudah
(Susilaningrum, Nursalam, dan Utami, 2008). penggunaannya, karena kita tidak perlu
Situasi tersebut sering di sertai stres berlebihan, membuat persiapan selain langsung
maka anak-anak perlu bemain untuk menggunakannya. Melukis dengan
mengeluarkan rasa takut dan cemas yang mereka menggunakan media pasir adalah cara mewarnai
alami sebagai alat koping dalam menghadapi gambar bebas (abstrak) di lakukan dengan cara
stress (Wong, 2009). Untuk mengatasi menggunakan jari jari tangan dengan meratakan
kecemasan tersebut salah satunya dengan pasir ke sebuah gambar serta anak tidak perlu
melaksanakan permainan terapeutik mewarnai, membuat gambar terlebih dahulu karena sudah
melukis, dan menggambar (Sujono, 2009). ada gambar yang unik yang siap untuk di warnai
Anak-anak sangat suka memberi warna karena anak sangat suka bereksplorasi dengan
melalui berbagai media baik saat menggambar tanah, lumpur dan pasir. Hasil lukisan goresan
atau meletakkan warna saat mengisi bidang- jari berbentuk gambar membuat anak jadi

Halaman 30
JKK | Vol 15, No 3 | ISSN: 1907-3879 – e-ISSN: 2477-054X
Pengaruh Bermain Mewarnai Lukisan Pasir Terhadap Tingkat Kecemasan
Anak Usia Prasekolah Yang Menggalami Hospitalisasi Di Ruang C6
RSUD Cibabat Cimahi

percaya diri serta membuat jari jemari anak keberhasilan dalam pengobatan anak. Perawat
menjadi lebih terlatih . Mewarnai lukisan pasir sebagai pemberi asuhan harus bisa memberikan
sangat cocok untuk anak usia prasekolah apabila intervensi yang bisa mengurangi atau
seorang anak belum bisa memengang pensil meminimalkan kecemasan pada anak akibat
dengan benar dan anak-anak tidak perlu reaksi hospitalisasi, seperti meminimalkan
menggambar sebelumnya dikarenakan tidak pengaruh perpisahan, meminimalkan kehilangan
semua anak-anak pintar dan ahli dalam membuat kontrol dan otonomi, mempertahankan aktivitas
sketsa gambar yang benar dan untuk yang menunjang perkembangan, seperti
menstimulus perkembangan kognitif anak yang memberikan kegiatan bermain sebagai terapi.
mencangkup pengenalan pengetahuan umum, (Widianti, 2011).
sains, pengenalan konsep, ukuran, bentuk dan Rumah sakit umum daerah Cibabat adalah
pola (Morrison, 2012). Berdasarkan riset terbaru rumah sakit yang berada di kota cimahi dan
mengungkapkan bahwa anak-anak dapat memiliki fasilitas ruangan untuk perawatan
mempertahankan pesan sekitar 40% lebih baik anak. Rata-rata lamanya pasien yang di rawat
jika ditampilkan dalam warna. Terapi nonverbal sejak 3 bulan terakhir dari bulan November
ini adalah yang paling efisien untuk mengakses sampai bulan Januari di ruangan anak 3-4 hari
dan melepaskan perasaan tanpa disadari (Sumber : Medical Record ruang C6 RSUD
sehingga dapat meningkatkan kesembuhan Cibabat Cimahi 2017).
(Montolalu, 2007). Hasil observasi yang dilakukan pada 10
Kecerdasan yang digunakan dalam orang anak usia prasekolah dan wawancara
mewarnai lukisan pasir ini adalah kecerdasan dengan orangtua anak, didapatkan 4 orang anak
visual-spasial (visual-spasial intellegence). mengalami kecemasan ringan, 4 orang anak
Visual spasial ini merupakan kecerdasan yang mengalami kecemasan sedang dan 2 mengalami
berhubungan erat dengan kemampuan untuk kecemasan berat. Sumber kecemasan anak
memvisualkan gambar di dalam pikiran ketika ada petugas medis yang akan melakukan
seseorang, atau untuk anak dimana dia berpikir intervensi tertentu seperti melakukan injeksi,
dalam bentuk visual dan mewarnai gambar pemasangan infus, pengambilan darah,
untuk memecahkan suatu masalah (mengenal pengkajian serta pemeriksaan TTV. Respon
dan membayangkan suatu konsep). Sejumlah yang ditunjukan oleh anak di antaranya
penelitian sudah banyak dilakukan untuk menangis, menjerit, memangil orangtuanya,
mengembangkan terapi ini, seperti penelitian cemberut, tidak mau berinteraksi dan
yang dilakukan oleh Kerry Robertson dari menunjukan raut muka cemas.
Canterbury Christ church university. Ia meneliti Jika anak terus menerus mengalami
5 anak berumur 4-6 tahun, kemudian dilakukan stresor ataupun kecemasan dapat
terapi. Terapi ini menunjukan hasil yang menggakibatkan dampak panjang dan trauma
progresif dalam perbaikan gangguan tersebut sehingga peneliti tertarik untuk melakukan
seperti anak menjadi tidak temperamen, tidak penelitian “Pengaruh terapi bermain mewarnai
membangkang, tidak menganggu anak lain dan lukisan pasir terhadap tingkat kecemasan anak
tidak menyalahkan teman lain. Penelitian ini usia prasekolah yang mengalami hospitalisasi”.
juga menemukan bahwa dan sandplay terapi
dapat membantu mengurangi kecemasan, METODE
defresi, ADHD/hiperaktif serta kenakalan. Rancangan penelitian yang digunakan
(Seefelt, Galper, & Denton dalam Carol & dalam penelitian ini adalah Pre Eksperimen
Barbara (2008). dengan rancangan pre test – post test one group
Perawat anak dituntut untuk memberikan design merupakan rancangan eksperimen yang
asuhan keperawatan yang mencangkup upaya hanya diterapkan pada satu kelompok dengan
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative. member perlakuan (pre test) kemudian
Perawat anak harus bisa melakukan komunikasi
mengamati efeknya (post test) pada variable
terapeutik yang sangat baik sebagai dasar

Halaman 31
JKK | Vol 15, No 3 | ISSN: 1907-3879 – e-ISSN: 2477-054X
Pengaruh Bermain Mewarnai Lukisan Pasir Terhadap Tingkat Kecemasan
Anak Usia Prasekolah Yang Menggalami Hospitalisasi Di Ruang C6
RSUD Cibabat Cimahi

terikat. Dalam penelitian ini Populasi anak usia digunakan untuk penelitian ini merupakan
prasekolah 3 bulan terakhir yang berada di ruang instrumen baku yang biasa digunakan untuk
C6 RSUD Cibabat Cimahi adalah 236. Metode mengetahui tingkat kecemasan. sebelum dan
pengambilan sampel dilakukan secara sesudah intervensi bermain mewarnai lukisan
Consecutive Sampling yaitu pemilihan sampel pasir. Analisa Univariat untuk mengukur
dengan menetapkan subjek memenuhi kriteria kecemasan anak usia prasekolah peneliti
penelitian dimaksudkan dalam penelitian sampai menggunakan mean karena data berdistribusi
kurun waktu tertentu, sehingga jumlah klien normal dengan hasil kecemasan sebelum
yang diperlukan terpenuhi (Nursalam, 2013). bermain mewarnai lukisan pasir adalah 3.20
Adapun kriteria dari sampel adalah sebagai (kecemasan berat) dan setelah dilakukan
berikut: Anak merupakan pasien baru yang dilakukan bermain mewarnai lukisan pasir
pertama kali di rawat di rumah sakit, tingkat adalah 0.93 (ktidak ada kecemasan). Uji yang
kesadaran compos mentis,penyakit yang di digunakan untuk mengganalisis pengaruh
derita masih memungkinkan kondisi anak untuk bermain mewarnai lukisan pasir terhadap tingkat
bermain,orangtua menyetujui anaknya untuk kecemasan anak usia prasekolah menggunakan
bermain. Adapun anak yang mengalami reaksi uji T dependen karena data berdistribusi normal
hospitalisasi. Jadi berdasarkan perhitungan di ditandai dengan hasil uji normalitas data pre test
atas besar sampel dalam penelitian ini adalah 13 (skewness) 0,66 dan nilai post test 0,22 sehingga
anak ditambah dengan drop out 10% menjadi 15 data skewness -2 dan 2 yang menunjukan data
anak. Instrumen penelitian yang digunakan berdistribusi normal. Hasil didapatkan nilai (p
dalam penelitian ini menggunakan alat ukur value 0,001) (<0,05) maka Ho ditolak.
kecemasan berupa kuesioner kecemasan yang
dikenal dengan nama McMurtry Face Anxiety HASIL DAN PEMBAHASAN
Scale di kembangkan oleh McMurtry (2013)
untuk mengukur kecermasan atau rasa takut Tabel 1. Nilai rata-rata kecemasan anak
pada pasien anak. Teknik peengumpulan data prasekolah sebelum bermain mewarnai lukisan
yaitu peneliti melakukan pengukuran pasir di RSUD Cibabat:
kecemasan anak dibantu dengan orangtua anak Kecemasan Mean SD Min- 95%
sebelum diberikan terapi bermain mewarnai Max CI
lukisan pasir dengan menggunakan faces anxiety Kecemasan 3,20 0,775 2-4 2,77
scale, peneliti memberikan terapi bermain sebelum –
3,63
setelah melakukan pretest di hari yang sama
Kecemasan 0,93 0,779 0-2 0,49-
dengan pemainan mewarnai lukisan pasir setelah 1,38
dilakukan selama 20 menit dengan persiapan
dilakukan selama 10 menit. Sehingga total waktu Berdasarkan tabel 1 rata-rata kecemasan
keseluruhan adalah 30 menit. pada hari kedua anak sebelum diberikan intervensi mewarnai
dan ketiga peneliti memberikan permainan lukisan pasir adalah 3,20 (Cemas berat), dengan
mewarnai lukisan pasir dilakukan selama 30 standar deviasi 0,775. Skor terendah 2 dan
menit,setelah permainan pada hari pertama, tertinggi 4. Dari tingkat kepercayaan pasien
kedua dan ketiga peneliti melakukan postest di disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa rata-
bantu dengan orangtua anak di hari ketiga rata kecemasan adalah 2,77 sampai dengan 3,63.
dengan menggunakan alat ukur McMurtry faces sedangkanrata-rata kecemasan anak setelah
anxiety scale terhadap anak usia prasekolah yang diberikan intervensi mewarnai lukisan pasir
diberikan terapi bermain mewarnai lukisan pasir. adalah 0,93 (Cemas ringan), dengan standar
Dalam penelitian ini peneliti tidak deviasi 0,779. Skor terendah 0 dan tertinggi 2.
melakukan uji realibilitas karena instrumen yang Dari tingkat kepercayaan pasien disimpulkan

Halaman 32
JKK | Vol 15, No 3 | ISSN: 1907-3879 – e-ISSN: 2477-054X
Pengaruh Bermain Mewarnai Lukisan Pasir Terhadap Tingkat Kecemasan
Anak Usia Prasekolah Yang Menggalami Hospitalisasi Di Ruang C6
RSUD Cibabat Cimahi

bahwa 95% diyakini bahwa rata-rata kecemasan rata-rata tingkat kecemasan pada anak usia pra
adalah 0,49 sampai dengan 1,38. sekolah sebelum diberikan terapi bermain
sebesar 42.43 berada dalam kategori cemas
Tabel 2. Pengaruh rat-rata kecemasan berat.
anak prasekolah sebelum dan sesudah diberikan Beberapa faktor yang mempengaruhi
bermain mewarnai lukisan pasir di RSUD salah satunya adalah usia dan perawatan yang
Cibabat didapatkan anak di rumah sakit membuat anak
Varibel mean Beda SD Min- P takut dan trauma. Sesuai dengan tahap usianya,
mean max Value
menurut Muscari (2001) dalam Purwandari
Kecemasan 0,775 2-4 0,001
anak 3,20 (2009) menjelaskan bahwa kecemasan terjadi
sebelum sesuai dengan tahap tumbuh kembangnya, usia
2.267
Kecemasan 0,779 0-2
anak 0,93 prasekolah dapat menunjukan kecemasan yang
sesudah lebih karena anak takut lingkungan rumah sakit,
Total 15 takut terhadap cedera tubuh, pengalaman nyeri,
dan cemas karena perpisahan. Pada saat
Berdasarkan tabel 1.2 dapat dijelaskan penelitian ketakutan yang muncul pada anak usia
bahwa rata-rata kecemasan anak sebelum
prasekolah dikarenakan aroma rumah sakit,
diberikan intervensi mewarnai lukisan pasir takut terhadap pemberian obat melalui injeksi
adalah 3,20, dengan standar deviasi 0,775, Skor
serta tindakan medis lainya.
terendah 2 (Cemas sedang) dan tertinggi 4
Perawatan anak dirumah sakit juga akan
(Cemas Berat). Sedangkan rata-rata kecemasan memaksa anak untuk berpisah dari lingkungan
anak sesudah diberikan intervensi mewarnai
yang dirasa aman, menyenangkan, penuh kasih
lukisan pasir adalah 0,93 (tidak ada kecemasan), sayang, yaitu lingkungan rumah, permainan dan
beda mean 2,267, dengan standar deviasi 0,779, teman sepermainannya. Reaksi yang ditujukan
Skor terendah 0 (Tidak ada kecemasan) dan
anak prasekolah pada penelitian ini adalah
tertinggi 2 (Cemas sedang). Hasil uji statistik dengan menolak makanan, sering bertanya,
bivariat diperoleh nilai p Value = 0,001 dan
menangis dan rewel, cemberut serta tidak
dapat disimpulkan ada pengaruh rata–rata kooperatif baik dengan perawat ataupun petugas
kecemasan anak sebelum dan sesudah diberikan medis lainya. Selaras dengan penelitian Solikhin
bermain mewarnai lukisan pasir.
(2013) yang mengatakan bahwa anak yang
Berdasarkan Tabel 1.1 rata-rata nilai dirawat dirumah sakit sering mengalami reaksi
kecemasan pretest pada 15 responden setelah
hospitalisasi dalam bentuk anak rewel, tidak mau
diukur menggunakan McMurty Faces Anxiety didekati oleh petugas kesehatan, ketakutan,
Scale menunjukan bahwa anak mengalami tampak gelisah, dan tidak kooperatif. Hal inilah
kecemasan dalam rentang kecemasan berat (3,20
yang dapat menjadi dasar masalah ketika anak
dari 0-4). Dengan rentang yaitu 6 orang anak usia prasekolah mendapat perawatan dirumah
mengalami kecemasan sangat berat, 6 orang
sakit atau mengalami hospitalisasi dengan
anak mengalami kecemasan berat, dan 3 orang beberapa stressor yang sangat menganggu dan
anak mengalami kecemasan sedang. dapat menimbulkan kecemasan (Subardiah,
Didukung oleh penelitian Fricilia
2009).
Euklesia Wowilin (2014) yang berjudul Menurut Saputro dan Fazrin, (2017)
Pengaruh terapi bermain mewarnai gambar
Kecemasan dapat mempengaruhi kondisi tubuh
terhadap tingkat kecemasan pada anak usia
seseorang antara lain respon fisioligis,
prasekolah akibat hospitalisasi di ruangan Irina psikologis, kognitif dan afektif. Secara fisiologis
E BLU RSUP. PROF. DR. R. D. KANDOU
respon tubuh terhadap kecemasan adalah dengan
MANADO, penelitian ini menunjukkan nilai mengaktifkan sistem saraf otonom (simpatis

Halaman 33
JKK | Vol 15, No 3 | ISSN: 1907-3879 – e-ISSN: 2477-054X
Pengaruh Bermain Mewarnai Lukisan Pasir Terhadap Tingkat Kecemasan
Anak Usia Prasekolah Yang Menggalami Hospitalisasi Di Ruang C6
RSUD Cibabat Cimahi

maupun parasimpatis). Respon psikologis akibat bermain mewarnai lukisan pasir pada 15
kecemasan adalah tampak gelisah, menarik diri responden yang kemudian diukur menggunakan
dari hubungan interpersonal, menghindar, dan McMurty Faces Anxiety Scale menunjukan
sangat waspada. Secara kognitif kemampuan bahwa anak mengalami kecemasan dalam
berpikir baik proses pikir maupun isi pikir rentang cemas ringan (0,94 dari 0-4) Yaitu 4
menurun, diantaranya adalah kehilangan orang anak mengalami kecemasan sedang, 6
objektivitas, takut kehilangan kendali, takut pada orang anak mengalami kecemasan ringan dan 5
gambaran visual, takut pada cedera atau orang tidak menunjukan kecemasan.
kematian dan mimpi buruk. Respon secara Hal ini tentu terjadi karena faktor yang
afektif seseorang akan mengekspresikan dalam mempengaruhi salah satunya dengan terapi atau
bentuk kebingungan, gelisah, ketakutan, penatalaksanaan yang diberikan dalam
waspada, rasa bersalah atau malu, dan curiga mengatasi kecemasan. Menurut Saddock (2010)
berlebihan sebagai reaksi emosi terhadap ada beberapa penatalaksanaan yang paling
kecemasan. efektif untuk pasien dengan gangguan
Begitu pula saat peneliti mulai kecemasan yaitu psikoterapi dan farmakoterapi.
melakukan intervensi langsung pada anak, reaksi Sejalan dengan pendapat tersebut Sarwono
yang muncul pertama kali adalah anak merasa (2010) menjelaskan ada beberapa jenis
takut, merangkul ibunya atau keluarganya serta psikoterapi yang digunakan untuk
meminta untuk pulang ketika peneliti mulai penatalaksanaan kecemasan antara lain
menghampiri anak tersebut. Sang anak merasa psikoanalisis, hypnoterapi, terapi kelompok dan
peneliti akan membuat tindakan yang tidak terapi bermain. Menurut Supartini (2010) Terapi
nyaman. Seperti yang dilakukan petugas medis bermain yang cocok untuk anak usia prasekolah
sebelumnya. Dunia anak merupakan dunia yang 4-6 tahun berdasarkan jenisnya adalah membaca
menyenangkan, tetapi kenyataan membuktikan buku, majalah, menggunakan alat media tulis,
bahwa anak-anak bisa menggalami kondisi yang alat-alat melukis, mewarnai, alat menggambar,
tidak menyenangkan atau menggangu balok, melukis dan aktivitas. Menurut Sujono
kehidupanya seperti orang dewasa. Apabila (2009) Untuk mengatasi kecemasan tersebut
kondisi ini berlarut-larut akan menggangu salah satunya dengan melaksanakan permainan
perkembangan mental dan fisiknya. terapeutik mewarnai, melukis, dan menggambar.
Berdasarkan pembahasan di atas Menurut Wong (2009) menyatakan
didapatkan bahwa kecemasan yang terjadi pada bermain sangat penting bagi mental, emosional
anak prasekolah saat hospitalisasi disebabkan dan kesejahteraan anak seperti kebutuhan
oleh beberapa faktor. Sesuai dengan temuan perkembangan dan kebutuhan bermain tidak
dilapangan, maka dapat disimpulkan bahwa juga terhenti pada saat anak sakit atau anak di
respon kecemasan yang muncul berulang dari 15 Rumah Sakit. Bermain mewarnai adalah terapi
responden dilihat dari rata-rata kecemasan permainan melalui mewarnai gambar untuk
sebesar 3,20 dari 0-4, ditujukan dengan ketidak mengembangkan kreativitas pada anak untuk
nyamanan di rumah sakit, takut diberi obat mengurangi stress dan kecemasan pada anak
melalui injeksi dan reaksi perpisahan. Selain itu yang sedang menjalani perawatan di rumah sakit
itu anak juga menolak makanan, sering bertanya, sehingga seseorang dapat menuangkan
menangis dan rewel, takut, cemberut, merangkul simbolisasi tekanan atau kondisi traumatis yang
ibunya atau keluarganya serta tidak kooperatif dialaminya kedalam coretan dan pemilihan
terhadap petugas kesehatan merupakan reaksi warna (supartini, 2012).
hospitalisasi sebagai bentuk kumpulan gejala Pada penelitian ini jenis mewarnai yang
kecemasan. Berdasarkan hasil post test, rata-rata digunakan adalah mewarnai lukisan pasir. Hal
nilai kecemasan setelah diberikan intervensi ini sesuai dengan pendapat menurut

Halaman 34
JKK | Vol 15, No 3 | ISSN: 1907-3879 – e-ISSN: 2477-054X
Pengaruh Bermain Mewarnai Lukisan Pasir Terhadap Tingkat Kecemasan
Anak Usia Prasekolah Yang Menggalami Hospitalisasi Di Ruang C6
RSUD Cibabat Cimahi

Rusdarmawan, (2009) yang menyatakan mengalami hospitalisasi di ruang c6 rsud


mengenai jenis-jenis mewarnai atau media untuk Cibabat cimahi” terdapat pengaruh yang
mewarnai adalah crayon, pensil warna, spidol, signifikan terhadap kecemasan pada anak yang
car air, dan pasir warna. Pasir warna digunakan mengalami hospitalisasi setelah di berikan terapi
karena bagi anak pasir warna merupakan hal menggambar. Seluruh responden mengalami
yang baru dan unik untuk di gunakan sebagai penurunan skor kecemasan setelah di berikan
pewarna sebuah objek pada gambar ataupun intervensi dibandingkan sebelum di berikan
lukisan. intervensi dengan p value (0.001).
Pada penelitian ini, mewarnai lukisan Berdasarkan pembahasan di atas
pasir digunakan sebagai salah satu upaya untuk didapatkan bahwa terapi mewarnai lukisan pasir
menurunkan tingkat kecemasan anak dapat menurunkan kecemasan anak. Kegiatan
prasekolah. Usaha yang dilakukan dapat mewarnai dapat memberikan efek rileks pada
menurunkan tingkat stress, ketakutan atau responden karena aktivitasnya yang
kecemasan anak, Selain itu, dengan adanya mengasyikan, perkenalan responden dengan
media pasir warna anak akan lebih antusias gambar serta warna yang cocok untuk diberikan
dalam bermain, dan pasir berwarna dapat pada gambar yang ada dengan hal tersebut dapat
dijadikan salah satu media untuk menurunkan kecemasan pada anak.
mengembangkan aspek kognitif anak misalnya, Dari hasil analisa tabel 4.3 di atas nilai
pengenalan warna, pengenalan huruf dan angka, kecemasan sebelum diberikan intervensi terapi
serta pengenalan bentuk (Montolalu, 2007). mewarnai adalah 3,20 dan nilai kecemasan
Sesuai dengan hasil penelitian yang setelah diberikan intervensi adalah 0,94 hal ini
dilakukan oleh Hajar Pamadhi dan Evan Sukardi menunjukan bahwa terdapat penurunan nilai
S, (2011) menyatakan bahwa mewarnai lukisan kecemasan sebesar 2,26.
pasir dengan media pasir merupakan alat Berdasarkan hasil pretest didapatkan
permainan yang sangat cocok bagi anak anak bahwa anak memiliki rentang kecemasan 3,20
prasekolah, pada tahap permainan ini anak dapat dari 0-4. Setelah diberikan intervensi terdapat
mengenal sebuah objek (pasir berwarna) untuk penurunan rentang kecemasan menjadi
di tuangkan kedalam sebuah kertas ataupun kecemasan ringan 0,94 dari 0-4. Dengan data
tempat untuk mengisi warna pada gambar penjelasan sebelum intervensi (pretest) yaitu 6
tersebut. Dalam hal ini anak mampu orang anak mengalami kecemasan sangat berat,
meningkatkan fase perkembangan anak pada 6 orang anak mengalami kecemasan berat, dan 3
tahap usia prasekolah atau taman kanak-kanak orang anak mengalami kecemasan sedang.
dengan kegiatan mewarnai lukisan pasir ini serta Namun setelah dilakukan pemberian intervensi
keterampilan anak akan tercukupi. Berdasarkan (posttest) Yaitu 4 orang anak mengalami
riset terbaru mengungkapkan bahwa anak-anak kecemasan sedang, 6 orang anak mengalami
dapat mempertahankan pesan sekitar 40% lebih kecemasan ringan dan 5 orang tidak menunjukan
baik jika ditampilkan dalam warna. Sejalan kecemasan. sehingga dapat disimpulkan bahwa
dengan pendapat Montolalu (2007) Terapi terdapat perbedaan rata-rata kecemasan anak
nonverbal ini adalah yang paling efisien untuk prasekolah sebelum dan sesudah diberikan
mengakses dan melepaskan perasaan tanpa bermain mewarnai lukisan pasir.
disadari sehingga dapat meningkatkan Sesuai dengan hasil temuan dilapangan,
kesembuhan. kecemasan yang terjadi pada anak yang
Didukung oleh penelitian dari mengalami hospitalisasi diakibatkan oleh usia
Firmansyah (2016) yang berjudul “Pengaruh dan perawatan yang didapatkan selama dirumah
bermain menggambar terhadap penurunan sakit. Menurut Wong (2009) stressor pada anak
kecemasan anak usia prasekolah yang di rumah sakit ataupun saat menjalani perawatan

Halaman 35
JKK | Vol 15, No 3 | ISSN: 1907-3879 – e-ISSN: 2477-054X
Pengaruh Bermain Mewarnai Lukisan Pasir Terhadap Tingkat Kecemasan
Anak Usia Prasekolah Yang Menggalami Hospitalisasi Di Ruang C6
RSUD Cibabat Cimahi

di rumah sakit menimbulkan keadaan stresor ke 3 dan dilanjutkan pengukuran kecemasan


tersendiri. Keadaaan ini terjadi karena anak (post test).
berusaha untuk beradaptasi dengan lingkungan Berdasarkan hasil temuan di lapangan,
baru yaitu rumah sakit, sehingga kondisi tersebut anak-anak sangat suka memberi warna melalui
menjadi faktor kecemasan bagi anak terutama lukisan pasir. Lukisan diberi pasir warna sesuai
anak usia prasekolah. dengan imajinasinya. Hal ini didukung oleh
Kecemasan yang dialami oleh anak penelitian Pamadhi dan Evan (2011) yang
prasekolah setelah diberikan intervensi menyatakan bahwa anak prasekolah sangat
mengalami penurunan yang signifikan. Hal ini menyukai bermain mewarnai melalui berbagai
terjadi karena terapi yang telah diberikan yakni media baik saat menggambar atau meletakkan
dengan terapi bermain. Terapi Bermain warna saat mengisi bidang-bidang gambar yang
merupakan salah satu alat komunikasi yang harus diberi pewarna. Didukung oleh pernyataan
natural bagi anak-anak. Bermain merupakan Afriana (2011) ada jenis-jenis mewarnai yang
dasar pendidikan dan aplikasi terapeutik yang sangat cocok bagi anak usia prasekolah yaitu
membutuhkan pengembangan pada pendidikan dengan menggunakan pensil warna, spidol, cat
anak usia dini (Supartini, 2010). Bermain di air, pasir pewarna dan krayon.
rumah sakit pada prinsipnya adalah agar dapat Mewarnai lukisan pasir adalah kegiatan
melanjutkan fase tumbuh kembang secara mengolah medium dua dimensi atau permukaan
optimal, mengembangkan kreativitas anak, dan dari objek tiga dimensi untuk mendapat kesan
anak dapat beradaptasi secara lebih efektif tertentu. Usaha yang dilakukan dapat
terhadap stress. Untuk mengatasi kecemasan menurunkan tingkat stress, ketakutan atau
tersebut salah satunya dengan melaksanakan kecemasan anak, Selain itu, dengan adanya
permainan terapeutik mewarnai, melukis, dan media pasir warna anak akan lebih antusias
menggambar (Sujono, 2009). dalam bermain, dan pasir berwarna dapat
Terapi menggunakan media mewarnai dijadikan salah satu media untuk
lukisan pasir dalam penelitian ini memberikan mengembangkan aspek kognitif anak misalnya,
dampak yang positif pada responden. Terbukti pengenalan warna, pengenalan huruf dan angka,
dari hasil penurunan nilai kecemasan yang serta pengenalan bentuk (Montolalu, 2007).
terjadi setelah dilakukan intervensi terapi Hasil penelitian ini didukung oleh
mewarnai sebesar 2,26. Melihat dari kebutuhan penelitian yang dilakuan oleh Fricilia Euklesia
dasar bermain pada kelompok usia prasekolah, Wowilin (2014) yang berjudul Pengaruh terapi
kegiatan bermain yang cocok adalah salah bermain mewarnai gambar terhadap tingkat
satunya skill play yaitu mewarnai (Mutiah, kecemasan pada anak usia prasekolah akibat
2015). Kegiatan mewarnai dapat memberikan hospitalisasi di ruangan Irina E BLU RSUP.
efek rileks pada responden karena aktivitasnya PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO, nilai
yang mengasyikan, perkenalan responden rata-rata tingkat kecemasan pada anak usia pra
dengan gambar serta warna yang cocok untuk sekolah sebelum diberikan terapi bermain
diberikan pada gambar yang ada. sebesar 42.43 dan setelah diberikan terapi
Intervensi Terapi bermain mewarnai bermain diperoleh nilai rata-rata 37,17, yang
dilakukan 30 menit setiap harinya. Dengan berarti terjadi penurunan tingkat kecemasan
pemberian intervensi terapi sebanyak 3 kali. anak pra sekolah dengan nilai rata-rata sebesar
Tahap bermain mewarnai dilakukan 1 kali 5,26.
setelah pengukuran kecemasan (pre test) di hari Berdasarkan pembahasan di atas
pertama, di hari kedua di berikan intervensi yang didapatkan bahwa terapi mewarnai lukisan pasir
ke 2, di hari ketiga diberikan lagi intervensi yang dapat memberikan efek rileks pada responden
karena aktivitasnya yang mengasyikan,

Halaman 36
JKK | Vol 15, No 3 | ISSN: 1907-3879 – e-ISSN: 2477-054X
Pengaruh Bermain Mewarnai Lukisan Pasir Terhadap Tingkat Kecemasan
Anak Usia Prasekolah Yang Menggalami Hospitalisasi Di Ruang C6
RSUD Cibabat Cimahi

perkenalan responden dengan gambar serta


warna yang cocok untuk diberikan pada gambar
yang ada dengan hal tersebut dapat menurunkan UCAPAN TERIMA KASIH
kecemasan pada anak. Penulis mengucapkan terimakasih atas
dukungan fasilitas terutama kepada Ketua
SIMPULAN Stikes, segenap civitas Stikes A. Yani Cimahi,
Berdasarkan analisa data dan pembahasan Pihak Rumah Sakit Cibabat, Perawat Ruang
hasil penelitian mengenai “Pengaruh Bermain Anak Cibabat, Ka LPPM Stikes Jend. A.Yani
Mewarnai Lukisan Pasir terhadap Tingkat atas partisipasi kerjasamanya sehingga
Kecemasan Anak Usia Prasekolah yang penelitian ini bisa selesai dan mendapatkan hasil
mengalami Hospitalisasi di ruang C6 RSUD sesuai tujuan
Cibabat Cimahi” dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut : DAFTAR PUSTAKA
1. Nilai rata-rata kecemasan anak usia
prasekolah sebelum diberikan Bermain Adriana, D. (2011). Tumbuh kembang & terapi
mewarnai Lukisan Pasir adalah 3,20 bermain pada anak. Jakarta: Salemba
(kecemasan berat). Medika.
2. Nilai rata-rata (mean) kecemasan anak usia Apriany, D. (2013). Hubungan antara
prasekolah sesudah diberikan Bermain hospitalisasi anak dengan tingkat
mewarnai Lukisan Pasir adalah 0,94 (tidak kecemasan orangtua.
ada kecemasan). Http://jks.unsoed.ac.id/.
3. Terdapat pengaruh rata–rata kecemasan anak Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian: Suatu
sebelum dan sesudah diberikan bermain Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
mewarnai lukisan pasir dengan ( p value Dahlan, S. M. (2009). Besar Sampel dan Cara
0,001 ). Pengambilan Sampel dalam Penelitian
Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta :
SARAN Salemba Medika.
1. Berdasarkan kesimpulan diatas, maka ada Dahlan, S. M. (2013). Besar Sampel dan Cara
beberapa saran yang dapat penulis sampaikan Pengambilan Sampel. Jakarta: Salemba
Bagi praktisi Keperawatan. Hasil penelitian Medika.
dapat dijadikan sebagai acuan dalam Dalami, E., Suswati, Farida, P., Rochimah, &
pengembangan asuhan keperawatan anak Banon, E. (2014). Asuhan keperawatan
serta dapat memberikan bermain teurapetik jiwa dengan masalah psikososial. Jakarta:
salah satunya adalah skill play dan CV. Trans Info Media.
memfasilitasi alat permainan, khususnya Firmansyah, A. S. (2016). Pengaruh terapi
yang berhubungan dengan terapi bermain bermain menggambar terhadap penurunan
dengan mewarnai lukisan pasir sebagai salah kecemasan anak usia prasekolah yang
satu intervensi yang digunakan untuk menggalami hospitalisasi di ruang c6 rsud
mengatasi kecemasan anak usia prasekolah cibabat cimahi. Skripsi, Stikes jenderal
yang mengalami hospitalisasi. achmad yani cimahi.
2. Bagi Institusi Pendidikan. Hasil penelitian ini Gunarsa, S. D., & Gunarsa, N. S. (2008).
dapat diterapkan sebagai salah satu bahan Psikologi keperawatan. Jakarta: Gunung
ajar dan alat bermain bagi anak usia Mulia.
prasekolah yang mengalami kecemasan Hajar Pamadhi. (2011). Seni Keterampilan
dengan bermain mewarnai Lukisan pasir. Anak. Jakarta: Universitas Terbuka.

Halaman 37
JKK | Vol 15, No 3 | ISSN: 1907-3879 – e-ISSN: 2477-054X
Pengaruh Bermain Mewarnai Lukisan Pasir Terhadap Tingkat Kecemasan
Anak Usia Prasekolah Yang Menggalami Hospitalisasi Di Ruang C6
RSUD Cibabat Cimahi

Hamid, A. (2007). Buku ajar keperawatan, Patmonedowo. (2008). Pendidikan anak


konsep, etika, dan instrumentasi edisi ke-2. prasekolah, Jakarta: PT Rineka Cipta
Jakarta: EGC. Purwandari, (2013). Pengaruh Terapi Seni
Julian. (2011). Measures of anxiety, State-Trait Terhadap Kecemasan Anak Usia Sekolah
anxiety inventory (STAI), Beck anxiety Selama Hospitalisasi di RSMS. Skripsi.
inventory (BAI) and Hospital anxiety and Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
defression scale-anxiety (HADS-A). Indonesia.
American Collage of Rheumatology. Rahma, F. & Puspasari, Y. N. (2010). Upaya
Kaplan, HI, Saddock, BJ & Grabb, JA., (2010) Meningkatkan Daya Pikir Anak Melalui
kaplan-Sadock Sinopsis Psikiatri Ilmu Permainan Edukatif.
Pengetahuan Prilaku Psikiatri Klinis. http://etd.eprints.ums.ac.id/9837/1/A5200
Tangerang : Bina Rupa Aksara. 85042.pdf.
Kartinawati. Haryani, S., & Arif, S. (2011). Riyanto, A. (2011). Pengolahan dan analisis data
Pengaruh terapi bermain dalam kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.
menurunkan kecemasan pada anak usia Rusdarmawan. (2009). Children’s drawing
prasekolah (3-5 tahun) yang mengalami dalam PAUD. Bantul : Kreasi Wacana.
hospitalisasi di rumah sakit umum daerah Safaria, T., & Saputra, N. (2012). Manajemen
tugurejo semarang. http://www.e- emosi: Sebuah panduan cerdas bagaimana
journal.com/2013/10/pengaruh-terapi- menggelola emosi positif dalam hidup
bermain-dalam.html. anda. Jakarta: Bumi Aksara.
Latif, H. (2016). Pengaruh terapi bermain puzzle Saputro, H. & Fazrin, I. (2017). Anak Sakit
terhadap perubahan kecemasan anak usia Wajib Bermain di Rumah Sakit. Ponorogo:
sekolah yang menjalani hospitalisasi di Forum Ilmiah Kesehatan (FORIKES).
ruang c6 rsud cibabat cimahi. Skripsi, Sartika, & sulisno. (2012). Hubungan
Stikes jenderal achmad yani cimahi. kecemasan ibu dengan kecemasan anak
McMurty, C.mM., Noel, M., Chamber, C.T., saat hospitalisasi.
McGrath, P.J. (2010). New Face on the http://www.ejournals1.undip.ac.id/index.p
block. Health Psichology, Advanced hp/jnursing/article/view/157.
Access Online. Sarwono. (2010). Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT.
Montolalu, B. E. F. (2007). Bermain dan Bina Pustaka.
Permainan Anak. (cetakan ke-5). Jakarta: Saryono. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif
Universitas Terbuka. dalam Kesehatan. Yogyakarta : Nuha
Morrison, S George. (2012). Buku Dasar-dasar Medika.
Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT Seefeldt, Carol & Barbara, A. Wasik. (2008).
Indeks. Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT
Munandar, U. (2009). Pengembangan Indeks.
Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Setiawan. (2014). Keperawatan anak & tumbuh
Cipta. kembang (pengkajian dan pengukuran).
Murdewa. (2007). Melukis itu Indah. Klaten : Yogyakarta: Nuha Medika.
Intan Pariwar. Sibagariang, E. E., dkk. (2010). Buku Saku
Nursalam (2009). Asuhan Keperawatan Bayi Metodologi Penelitian Untuk Mahasiswa
dan Anak. Jakarta : Salemba Medika. Diploma Kesehatan. Jakarta: CV. Trans
Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Info Media.
Keperawatan: Pendekatan Praktis. Ediisi 3. Spence, S. (2011). Spence Childern Anxiety
Jakarta. Salemba Medika. Scale. http://www.scaswebsite.com/

Halaman 38
JKK | Vol 15, No 3 | ISSN: 1907-3879 – e-ISSN: 2477-054X
Pengaruh Bermain Mewarnai Lukisan Pasir Terhadap Tingkat Kecemasan
Anak Usia Prasekolah Yang Menggalami Hospitalisasi Di Ruang C6
RSUD Cibabat Cimahi

Stuart, G. W. (2006) Buku Saku Keperawatan Suriadi, Yuliani, Rita. (2010). Asuhan
Jiwa. Jakarta: EGC Keperawatan pada Anak Edisi 2. Jakarta:
Subardiah. (2009). Pengaruh permainan CV. Sagung Seto.
terapeutik terhadap kecemasan, kehilangan Widianti, C. (2011). Pengaruh senam otak
kontrolo, dan ketakutan anak usia terhadap kecemasan akibat hospitalisasi
prasekolah selama di rawat di rsud Dr. H. anak usia prasekolah di rumah sakit panti
Abdul Moeloek provinsi Lampung. Tesis. rapih yogyakarta. Tesis, FIK UI.
Universitas Indonesia Depok. Wong, L. (2009). Buku Ajar Keperawatan
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan Pediatrik. Jakarta: EGC.
(Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan Yusuf, S. (2017). Psikologi perkembangan anak
R&D). Bandung: CV. Alfabeta. dan remaja. Bandung: PT remaja
Sujono R. (2009). Asuhan keperawatan pada rosdakarya
anak. Yogyakarta: Graha Ilmu. Yuniarti, S. (2015). Asuhan tumbuh kembang
Supartini, Y . (2010). Buku Ajar Konsep Dasar neonates – balita dan anak prasekolah.
Keperawatan Anak. Jakarta: EGC. Bandung: PT Refika aditma
Supartini, Y. (2012). Buku Ajar Konsep Dasar
Keperawaatan Anak. Jakarta: EGC.

Halaman 39
JKK | Vol 15, No 3 | ISSN: 1907-3879 – e-ISSN: 2477-054X

Anda mungkin juga menyukai