ABSTRAK
Prevalensi kecemasan anak di indonesia ketika menjalani hospitalisasi di Indonesia mencapai 75%, untuk
mengatasi kecemasan pada anak dapat diberikan permainan, salah satunya adalah skill play. Penelitian ini
bertujuan mengetahui adanya pengaruh terapi bermain mewarnai lukisan pasir terhadap kecemasan pada anak usia
prasekolah yang menjalani.
Desain penelitian pre experimental dengan one group pre test and post te st design. Menggunakan tetnik
Consecutive sampling dari responden anak usia prasekolah (4 -6 tahun) yang berjumlah 15 anak. Analisis data
melalui dua tahapan, yaitu analisis univariat dan bivariat untuk melihat adanya pengaruh yang di analisis dengan
menggunakan Uji T Dependent.
Hasil penelitian menunjukan rerata nilai kecemasan sebelum 3.20 (kecemasan berat) dan sesudah 0.93 (tidak ada
kecemasan). uji statistik dengan uji t dependent diperoleh p value = 0,001, terdapat perbedaan rerata nilai
kecemasan sebelum dan sesudah terapi bermain. Sehingga terapi bermain mewarnai lukisan pasir dapat
direkomendasikan sebagai terapi alternatif baru yang menarik.
Disarankan hendaknya sebagai perawat di ruang keperawatan anak melakukan terapi bermain untuk a nak sebagai
perawat di ruang keperawatan anak untuk mengurangi kecemasan pada saat anak menjalani hospitalisasi.
ABSTRACT
The prevalence of children's anxiety in Indonesia when undergoing hospitalization in Indonesia reached 75%, to
overcome anxiety in children can be given the game, one of them is skill play. This study aims to determine the
influence of color therapy to paint sand paintings on anxiety in preschoolers who underwent hospitalization in the
measured by using McMurtry Face Anxiety Scale.
Pre experimental research design with one group pre test and post test design carried out on 28 June. Using
Consecutive sampling technique from preschoolers (4 -6 years old) of 15 children. Data analysis through two
stages, namely univariate and bivariate analysis to see the effect of the analysis by using Dependent T Test.
The results showed the average value of ability before 3.20 (Severe anxiety) and after 0.93 (No anxiety). statistical
test with t test dependent obtained p value = 0,001, there is difference of mean of anxiety value before and after
play therapy. So that the coloring therapy of sand painting can be recommended as an exciting new alternative
therapy.
Suggested should be as a nurse in the nursery room children do play therapy for children as nurses in the nursing
room of children to reduce anxiety at the time the child underwent hospitalization.
dengan ketakutan, kecemasan, nyeri, sedih dan Dampak hospitalisasi yang dialami oleh
juga beberapa perubahan perilaku seperti anak usia prasekolah, akan beresiko
menjerit keras, menangis, dan menendang. mengganggu tumbuh kembang anak dan
Seorang anak memerlukan perhatian yang berdampak pada gangguan perkembangan dan
khusus dan pemecahannya agar anak dapat proses penyembuhan (Nursalam, 2009).
menunjukkan perilaku adaptif. (Wong, 2009). Berdasarkan survei kesehatan ibu dan anak
Hal inilah yang dapat menjadi dasar masalah tahun 2010 didapatkan hasil bahwa dari 1.425
ketika anak usia prasekolah mendapat perawatan anak mengalami dampak hospitalisasi, dan
dirumah sakit atau mengalami hospitalisasi 33,2% diantaranya mengalami dampak
dengan beberapa stressor yang sangat hospitalisasi berat, 41,6% mengalami dampak
menganggu dan dapat menimbulkan reaksi hospitalisasi sedang, dan 25,2% mengalami
hospitalisasi (Subardiah, 2009). dampak hospitalisasi ringan (Rahma &
Hospitalisasi merupakan suatu proses Puspasari, 2010).
karena suatu alasan yang berencana atau darurat, Dampak dari hospitalisasi pada anak usia
mengharuskan anak untuk tinggal di rumah prasekolah dapat menyebabkan kecemasan pada
sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai anak. Kecemasan pada anak khususnya anak
pemulangannya kembali ke rumah, Waktu yang usia prasekolah pada saat sakit dan harus dirawat
dibutuhkan untuk merawat penderita anak-anak inap, merupakan salah satu bentuk gangguan
20%-45% melebihi waktu untuk merawat orang yaitu tidak terpenuhinya kebutuhan emosional
dewasa, Oleh karena itu dibutuhkan perawatan anak yang adekuat. Reaksi anak prasekolah yang
atau tindak medis yang profesional guna untuk mengalami kecemasan pada suatu kejadian bisa
meminimalkan reaksi hospitalisasi (Supartini, bermacam-macam, ada yang melamun,
2010). menangis, diam saja, dan lainnya. Proses
Berdasarkan data WHO tahun 2012 selanjutnya akan timbul gejala seperti: anak
bahwa 3%–10% pasien anak yang dirawat di menghindar dari apa yang ditakutinya, aktivitas
Amerika Serikat baik anak Usia todler, rutinnya tiba-tiba juga berubah, takut pada orang
prasekolah ataupun anak usia sekolah. Anak yang mengintimidasinya, menjadi susah tidur
yang mengalami perawatan di Jerman sekitar dan jika malam selalu mimpi buruk kemudian
3%-7% anak usia todler, 5%-10% anak usia terbangun dan berkeringat, mudah marah, tidak
prasekolah. Di indonesia sendiri Angka rawat dapat berkonsentrasi, tidak mau berteman,
inap anak usia prasekolah 4-6 tahun sebesar minatnya hilang, dan sebagainya. Gejala ini
4,31%-4,65% (WHO dalam Purwandari, 2013). muncul berulang dan dalam waktu lama. Gejala
Anak usia prasekolah dan usia sekolah seperti ini adalah kumpulan dari gejala
merupakan usia yang rentan terkena penyakit, kecemasan (Saputro & Fazrin, 2017).
sehingga banyak anak pada usia tersebut yang Prevalensi kecemasan anak di indonesia
harus dirawat dirumah sakit (Wong, 2009). ketika menjalani hospitalisasi di Indonesia
Angka kesakitan anak di Indonesia berdasarkan mencapai 75%. Kecemasan menjadi salah satu
Survei Kesehatan Nasional (Susenas) tahun masalah yang mudah terjadi namun tidak mudah
2010 di daerah perkotaan menurut kelompok di atasi karena ketidak spesfikan dari faktor
usia 0-4 tahun sebesar 25,8%, usia 5-12 tahun penyebab kecemasan itu sendiri. Ketika seorang
sebanyak 14-91%, usia 13-15 tahun sekitar anak merasa cemas mereka akan merasakan
9,1%, usia 16-21 tahun sebesar 8,13%. Angka kelelahan, tidak mau berinteraksi dengan
kesakitan anak usia 0-21 tahun apabila di hitung perawat, rewel, merengek minta pulang terus
dari keseluruhan jumlah penduduk adalah tidak mau makan sehingga memperlambat
14,44%. Anak yang dirawat di rumah sakit akan proses penyembuhan. Oleh karena itu di
berpengaruh pada kondisi fisik dan butuhkan penatalaksanaan oleh perawat dan
psikologinya, hal ini disebut dengan intervensi yang memungkinkan untuk
hospitalisasi (Apriany, 2013). meminimalisir tingkat stresor pada anak (Sartika
& Sulisno, 2012). Beberapa upaya bisa
Halaman 29
JKK | Vol 15, No 3 | ISSN: 1907-3879 – e-ISSN: 2477-054X
Pengaruh Bermain Mewarnai Lukisan Pasir Terhadap Tingkat Kecemasan
Anak Usia Prasekolah Yang Menggalami Hospitalisasi Di Ruang C6
RSUD Cibabat Cimahi
dilakukan untuk mengatasi kecemasan itu bidang gambar yang harus diberi pewarna (Hajar
sendiri diantaranya seperti psikoterapi, Pamadhi dan Evan Sukardi S, 2011). Adapun
psikoanalisis, hypnoterapi, terapi kelompok dan jenis-jenis mewarnai yang sangat cocok bagi
terapi bermain. Bermain dapat dilakukan oleh anak usia prasekolah yaitu dengan menggunakan
anak yang sehat maupun sakit. Walaupun anak pensil warna, spidol, cat air, pasir pewarna dan
sedang mengalami sakit, tetapi kebutuhan akan krayon (Afriana, 2011). Mewarnai lukisan pasir
bermain tetap ada, terapi bermain harus lebih di aman di mainkan karena pasir tidak beracun
perioritaskan bagi anak di bandingkan dengan karena tidak lembab sehingga aman dari bakteri,
beberapa upaya untuk meminimalikan di buat dari bahan alami yang tidak beraroma,
kecemasan karena sifatnya lebih simpel, tidak berbau, tidak lengket, tidak mengakibatkan
disenangi oleh anak, murah, dapat mudah efek di kulit serta tidak mudah terhirup oleh
dilakukan oleh anak dan juga berdampak pada saluran pernafasan. Mewarnai lukisan pasir
pertumbuhan perkembangan sang anak yang merupakan kegiatan yang fungsinya mengarah
sangat penting pada tahap usia prasekolah kepada ekspresi seni murni bebas individual dan
(Kartinawati, 2011). tidak selalu terkait pada ketentuan-ketentuan
Terapi Bermain merupakan salah satu alat seperti menggambar dan mewarnai memakai alat
komunikasi yang natural bagi anak-anak. tulis seperti pensil warna, krayon dan spidol,
Bermain merupakan dasar pendidikan dan Melukis atau mewarnai dengan menggunakan
aplikasi terapeutik yang membutuhkan pasir warna bagi anak-anak terutama bagi anak
pengembangan pada pendidikan anak usia dini. usia prasekolah dapat mengembangkan mental,
Terapi bermain yang cocok untuk anak usia kesehatan, kreativitas atau imajinasi, kognitif,
prasekolah 4-6 tahun berdasarkan jenisnya bakat anak, intelektual, fisik motorik, sosial
adalah membaca buku, majalah, menggunakan emosional, dapat mengenal objek-objek tertentu,
alat media tulis, alat-alat melukis, mewarnai, alat berekspresi dan bereksperimen (Carol Seefelt &
menggambar, balok, melukis dan aktivitas Barbara 2008).
berenang (Supartini, 2010). bermain di rumah Pasir merupakan bahan alami yang sangat
sakit pada prinsipnya adalah agar dapat mudah untuk di jumpai, selain itu bermain pasir
melanjutkan fase tumbuh kembang secara merupakan hal yang sangat menarik bagi anak,
optimal, mengembangkan kreativitas anak, dan karena dengan pasir anak dapat bermain
anak dapat beradaptasi secara lebih efektif mengisi, mencetak dan menabur yang sangat
terhadap stress. Prinsip-prinsip yang harus cocok bagi anak dengan tahap perkembangan
dilakukan agar bermain di rumah sakit bisa lebih motorik halus seperti anak usia prasekolah.
efektif yaitu dengan anak tidak banyak Menurut sudono dalam (Virgawati, 2015).
menggunakan energy, relatif aman dan terhindar Mewarnai menggunakan media pasir termasuk
dari infeksi silang, sesuai dengan kelompok usia, dalam media visual karena pasir termasuk media
perlu partisipasi orang tua dan keluarga, dan realita. Realita yaitu Benda nyata (real thing)
tidak bertentangan dengan terapi merupakan alat bantu yang paling mudah
(Susilaningrum, Nursalam, dan Utami, 2008). penggunaannya, karena kita tidak perlu
Situasi tersebut sering di sertai stres berlebihan, membuat persiapan selain langsung
maka anak-anak perlu bemain untuk menggunakannya. Melukis dengan
mengeluarkan rasa takut dan cemas yang mereka menggunakan media pasir adalah cara mewarnai
alami sebagai alat koping dalam menghadapi gambar bebas (abstrak) di lakukan dengan cara
stress (Wong, 2009). Untuk mengatasi menggunakan jari jari tangan dengan meratakan
kecemasan tersebut salah satunya dengan pasir ke sebuah gambar serta anak tidak perlu
melaksanakan permainan terapeutik mewarnai, membuat gambar terlebih dahulu karena sudah
melukis, dan menggambar (Sujono, 2009). ada gambar yang unik yang siap untuk di warnai
Anak-anak sangat suka memberi warna karena anak sangat suka bereksplorasi dengan
melalui berbagai media baik saat menggambar tanah, lumpur dan pasir. Hasil lukisan goresan
atau meletakkan warna saat mengisi bidang- jari berbentuk gambar membuat anak jadi
Halaman 30
JKK | Vol 15, No 3 | ISSN: 1907-3879 – e-ISSN: 2477-054X
Pengaruh Bermain Mewarnai Lukisan Pasir Terhadap Tingkat Kecemasan
Anak Usia Prasekolah Yang Menggalami Hospitalisasi Di Ruang C6
RSUD Cibabat Cimahi
percaya diri serta membuat jari jemari anak keberhasilan dalam pengobatan anak. Perawat
menjadi lebih terlatih . Mewarnai lukisan pasir sebagai pemberi asuhan harus bisa memberikan
sangat cocok untuk anak usia prasekolah apabila intervensi yang bisa mengurangi atau
seorang anak belum bisa memengang pensil meminimalkan kecemasan pada anak akibat
dengan benar dan anak-anak tidak perlu reaksi hospitalisasi, seperti meminimalkan
menggambar sebelumnya dikarenakan tidak pengaruh perpisahan, meminimalkan kehilangan
semua anak-anak pintar dan ahli dalam membuat kontrol dan otonomi, mempertahankan aktivitas
sketsa gambar yang benar dan untuk yang menunjang perkembangan, seperti
menstimulus perkembangan kognitif anak yang memberikan kegiatan bermain sebagai terapi.
mencangkup pengenalan pengetahuan umum, (Widianti, 2011).
sains, pengenalan konsep, ukuran, bentuk dan Rumah sakit umum daerah Cibabat adalah
pola (Morrison, 2012). Berdasarkan riset terbaru rumah sakit yang berada di kota cimahi dan
mengungkapkan bahwa anak-anak dapat memiliki fasilitas ruangan untuk perawatan
mempertahankan pesan sekitar 40% lebih baik anak. Rata-rata lamanya pasien yang di rawat
jika ditampilkan dalam warna. Terapi nonverbal sejak 3 bulan terakhir dari bulan November
ini adalah yang paling efisien untuk mengakses sampai bulan Januari di ruangan anak 3-4 hari
dan melepaskan perasaan tanpa disadari (Sumber : Medical Record ruang C6 RSUD
sehingga dapat meningkatkan kesembuhan Cibabat Cimahi 2017).
(Montolalu, 2007). Hasil observasi yang dilakukan pada 10
Kecerdasan yang digunakan dalam orang anak usia prasekolah dan wawancara
mewarnai lukisan pasir ini adalah kecerdasan dengan orangtua anak, didapatkan 4 orang anak
visual-spasial (visual-spasial intellegence). mengalami kecemasan ringan, 4 orang anak
Visual spasial ini merupakan kecerdasan yang mengalami kecemasan sedang dan 2 mengalami
berhubungan erat dengan kemampuan untuk kecemasan berat. Sumber kecemasan anak
memvisualkan gambar di dalam pikiran ketika ada petugas medis yang akan melakukan
seseorang, atau untuk anak dimana dia berpikir intervensi tertentu seperti melakukan injeksi,
dalam bentuk visual dan mewarnai gambar pemasangan infus, pengambilan darah,
untuk memecahkan suatu masalah (mengenal pengkajian serta pemeriksaan TTV. Respon
dan membayangkan suatu konsep). Sejumlah yang ditunjukan oleh anak di antaranya
penelitian sudah banyak dilakukan untuk menangis, menjerit, memangil orangtuanya,
mengembangkan terapi ini, seperti penelitian cemberut, tidak mau berinteraksi dan
yang dilakukan oleh Kerry Robertson dari menunjukan raut muka cemas.
Canterbury Christ church university. Ia meneliti Jika anak terus menerus mengalami
5 anak berumur 4-6 tahun, kemudian dilakukan stresor ataupun kecemasan dapat
terapi. Terapi ini menunjukan hasil yang menggakibatkan dampak panjang dan trauma
progresif dalam perbaikan gangguan tersebut sehingga peneliti tertarik untuk melakukan
seperti anak menjadi tidak temperamen, tidak penelitian “Pengaruh terapi bermain mewarnai
membangkang, tidak menganggu anak lain dan lukisan pasir terhadap tingkat kecemasan anak
tidak menyalahkan teman lain. Penelitian ini usia prasekolah yang mengalami hospitalisasi”.
juga menemukan bahwa dan sandplay terapi
dapat membantu mengurangi kecemasan, METODE
defresi, ADHD/hiperaktif serta kenakalan. Rancangan penelitian yang digunakan
(Seefelt, Galper, & Denton dalam Carol & dalam penelitian ini adalah Pre Eksperimen
Barbara (2008). dengan rancangan pre test – post test one group
Perawat anak dituntut untuk memberikan design merupakan rancangan eksperimen yang
asuhan keperawatan yang mencangkup upaya hanya diterapkan pada satu kelompok dengan
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative. member perlakuan (pre test) kemudian
Perawat anak harus bisa melakukan komunikasi
mengamati efeknya (post test) pada variable
terapeutik yang sangat baik sebagai dasar
Halaman 31
JKK | Vol 15, No 3 | ISSN: 1907-3879 – e-ISSN: 2477-054X
Pengaruh Bermain Mewarnai Lukisan Pasir Terhadap Tingkat Kecemasan
Anak Usia Prasekolah Yang Menggalami Hospitalisasi Di Ruang C6
RSUD Cibabat Cimahi
terikat. Dalam penelitian ini Populasi anak usia digunakan untuk penelitian ini merupakan
prasekolah 3 bulan terakhir yang berada di ruang instrumen baku yang biasa digunakan untuk
C6 RSUD Cibabat Cimahi adalah 236. Metode mengetahui tingkat kecemasan. sebelum dan
pengambilan sampel dilakukan secara sesudah intervensi bermain mewarnai lukisan
Consecutive Sampling yaitu pemilihan sampel pasir. Analisa Univariat untuk mengukur
dengan menetapkan subjek memenuhi kriteria kecemasan anak usia prasekolah peneliti
penelitian dimaksudkan dalam penelitian sampai menggunakan mean karena data berdistribusi
kurun waktu tertentu, sehingga jumlah klien normal dengan hasil kecemasan sebelum
yang diperlukan terpenuhi (Nursalam, 2013). bermain mewarnai lukisan pasir adalah 3.20
Adapun kriteria dari sampel adalah sebagai (kecemasan berat) dan setelah dilakukan
berikut: Anak merupakan pasien baru yang dilakukan bermain mewarnai lukisan pasir
pertama kali di rawat di rumah sakit, tingkat adalah 0.93 (ktidak ada kecemasan). Uji yang
kesadaran compos mentis,penyakit yang di digunakan untuk mengganalisis pengaruh
derita masih memungkinkan kondisi anak untuk bermain mewarnai lukisan pasir terhadap tingkat
bermain,orangtua menyetujui anaknya untuk kecemasan anak usia prasekolah menggunakan
bermain. Adapun anak yang mengalami reaksi uji T dependen karena data berdistribusi normal
hospitalisasi. Jadi berdasarkan perhitungan di ditandai dengan hasil uji normalitas data pre test
atas besar sampel dalam penelitian ini adalah 13 (skewness) 0,66 dan nilai post test 0,22 sehingga
anak ditambah dengan drop out 10% menjadi 15 data skewness -2 dan 2 yang menunjukan data
anak. Instrumen penelitian yang digunakan berdistribusi normal. Hasil didapatkan nilai (p
dalam penelitian ini menggunakan alat ukur value 0,001) (<0,05) maka Ho ditolak.
kecemasan berupa kuesioner kecemasan yang
dikenal dengan nama McMurtry Face Anxiety HASIL DAN PEMBAHASAN
Scale di kembangkan oleh McMurtry (2013)
untuk mengukur kecermasan atau rasa takut Tabel 1. Nilai rata-rata kecemasan anak
pada pasien anak. Teknik peengumpulan data prasekolah sebelum bermain mewarnai lukisan
yaitu peneliti melakukan pengukuran pasir di RSUD Cibabat:
kecemasan anak dibantu dengan orangtua anak Kecemasan Mean SD Min- 95%
sebelum diberikan terapi bermain mewarnai Max CI
lukisan pasir dengan menggunakan faces anxiety Kecemasan 3,20 0,775 2-4 2,77
scale, peneliti memberikan terapi bermain sebelum –
3,63
setelah melakukan pretest di hari yang sama
Kecemasan 0,93 0,779 0-2 0,49-
dengan pemainan mewarnai lukisan pasir setelah 1,38
dilakukan selama 20 menit dengan persiapan
dilakukan selama 10 menit. Sehingga total waktu Berdasarkan tabel 1 rata-rata kecemasan
keseluruhan adalah 30 menit. pada hari kedua anak sebelum diberikan intervensi mewarnai
dan ketiga peneliti memberikan permainan lukisan pasir adalah 3,20 (Cemas berat), dengan
mewarnai lukisan pasir dilakukan selama 30 standar deviasi 0,775. Skor terendah 2 dan
menit,setelah permainan pada hari pertama, tertinggi 4. Dari tingkat kepercayaan pasien
kedua dan ketiga peneliti melakukan postest di disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa rata-
bantu dengan orangtua anak di hari ketiga rata kecemasan adalah 2,77 sampai dengan 3,63.
dengan menggunakan alat ukur McMurtry faces sedangkanrata-rata kecemasan anak setelah
anxiety scale terhadap anak usia prasekolah yang diberikan intervensi mewarnai lukisan pasir
diberikan terapi bermain mewarnai lukisan pasir. adalah 0,93 (Cemas ringan), dengan standar
Dalam penelitian ini peneliti tidak deviasi 0,779. Skor terendah 0 dan tertinggi 2.
melakukan uji realibilitas karena instrumen yang Dari tingkat kepercayaan pasien disimpulkan
Halaman 32
JKK | Vol 15, No 3 | ISSN: 1907-3879 – e-ISSN: 2477-054X
Pengaruh Bermain Mewarnai Lukisan Pasir Terhadap Tingkat Kecemasan
Anak Usia Prasekolah Yang Menggalami Hospitalisasi Di Ruang C6
RSUD Cibabat Cimahi
bahwa 95% diyakini bahwa rata-rata kecemasan rata-rata tingkat kecemasan pada anak usia pra
adalah 0,49 sampai dengan 1,38. sekolah sebelum diberikan terapi bermain
sebesar 42.43 berada dalam kategori cemas
Tabel 2. Pengaruh rat-rata kecemasan berat.
anak prasekolah sebelum dan sesudah diberikan Beberapa faktor yang mempengaruhi
bermain mewarnai lukisan pasir di RSUD salah satunya adalah usia dan perawatan yang
Cibabat didapatkan anak di rumah sakit membuat anak
Varibel mean Beda SD Min- P takut dan trauma. Sesuai dengan tahap usianya,
mean max Value
menurut Muscari (2001) dalam Purwandari
Kecemasan 0,775 2-4 0,001
anak 3,20 (2009) menjelaskan bahwa kecemasan terjadi
sebelum sesuai dengan tahap tumbuh kembangnya, usia
2.267
Kecemasan 0,779 0-2
anak 0,93 prasekolah dapat menunjukan kecemasan yang
sesudah lebih karena anak takut lingkungan rumah sakit,
Total 15 takut terhadap cedera tubuh, pengalaman nyeri,
dan cemas karena perpisahan. Pada saat
Berdasarkan tabel 1.2 dapat dijelaskan penelitian ketakutan yang muncul pada anak usia
bahwa rata-rata kecemasan anak sebelum
prasekolah dikarenakan aroma rumah sakit,
diberikan intervensi mewarnai lukisan pasir takut terhadap pemberian obat melalui injeksi
adalah 3,20, dengan standar deviasi 0,775, Skor
serta tindakan medis lainya.
terendah 2 (Cemas sedang) dan tertinggi 4
Perawatan anak dirumah sakit juga akan
(Cemas Berat). Sedangkan rata-rata kecemasan memaksa anak untuk berpisah dari lingkungan
anak sesudah diberikan intervensi mewarnai
yang dirasa aman, menyenangkan, penuh kasih
lukisan pasir adalah 0,93 (tidak ada kecemasan), sayang, yaitu lingkungan rumah, permainan dan
beda mean 2,267, dengan standar deviasi 0,779, teman sepermainannya. Reaksi yang ditujukan
Skor terendah 0 (Tidak ada kecemasan) dan
anak prasekolah pada penelitian ini adalah
tertinggi 2 (Cemas sedang). Hasil uji statistik dengan menolak makanan, sering bertanya,
bivariat diperoleh nilai p Value = 0,001 dan
menangis dan rewel, cemberut serta tidak
dapat disimpulkan ada pengaruh rata–rata kooperatif baik dengan perawat ataupun petugas
kecemasan anak sebelum dan sesudah diberikan medis lainya. Selaras dengan penelitian Solikhin
bermain mewarnai lukisan pasir.
(2013) yang mengatakan bahwa anak yang
Berdasarkan Tabel 1.1 rata-rata nilai dirawat dirumah sakit sering mengalami reaksi
kecemasan pretest pada 15 responden setelah
hospitalisasi dalam bentuk anak rewel, tidak mau
diukur menggunakan McMurty Faces Anxiety didekati oleh petugas kesehatan, ketakutan,
Scale menunjukan bahwa anak mengalami tampak gelisah, dan tidak kooperatif. Hal inilah
kecemasan dalam rentang kecemasan berat (3,20
yang dapat menjadi dasar masalah ketika anak
dari 0-4). Dengan rentang yaitu 6 orang anak usia prasekolah mendapat perawatan dirumah
mengalami kecemasan sangat berat, 6 orang
sakit atau mengalami hospitalisasi dengan
anak mengalami kecemasan berat, dan 3 orang beberapa stressor yang sangat menganggu dan
anak mengalami kecemasan sedang. dapat menimbulkan kecemasan (Subardiah,
Didukung oleh penelitian Fricilia
2009).
Euklesia Wowilin (2014) yang berjudul Menurut Saputro dan Fazrin, (2017)
Pengaruh terapi bermain mewarnai gambar
Kecemasan dapat mempengaruhi kondisi tubuh
terhadap tingkat kecemasan pada anak usia
seseorang antara lain respon fisioligis,
prasekolah akibat hospitalisasi di ruangan Irina psikologis, kognitif dan afektif. Secara fisiologis
E BLU RSUP. PROF. DR. R. D. KANDOU
respon tubuh terhadap kecemasan adalah dengan
MANADO, penelitian ini menunjukkan nilai mengaktifkan sistem saraf otonom (simpatis
Halaman 33
JKK | Vol 15, No 3 | ISSN: 1907-3879 – e-ISSN: 2477-054X
Pengaruh Bermain Mewarnai Lukisan Pasir Terhadap Tingkat Kecemasan
Anak Usia Prasekolah Yang Menggalami Hospitalisasi Di Ruang C6
RSUD Cibabat Cimahi
maupun parasimpatis). Respon psikologis akibat bermain mewarnai lukisan pasir pada 15
kecemasan adalah tampak gelisah, menarik diri responden yang kemudian diukur menggunakan
dari hubungan interpersonal, menghindar, dan McMurty Faces Anxiety Scale menunjukan
sangat waspada. Secara kognitif kemampuan bahwa anak mengalami kecemasan dalam
berpikir baik proses pikir maupun isi pikir rentang cemas ringan (0,94 dari 0-4) Yaitu 4
menurun, diantaranya adalah kehilangan orang anak mengalami kecemasan sedang, 6
objektivitas, takut kehilangan kendali, takut pada orang anak mengalami kecemasan ringan dan 5
gambaran visual, takut pada cedera atau orang tidak menunjukan kecemasan.
kematian dan mimpi buruk. Respon secara Hal ini tentu terjadi karena faktor yang
afektif seseorang akan mengekspresikan dalam mempengaruhi salah satunya dengan terapi atau
bentuk kebingungan, gelisah, ketakutan, penatalaksanaan yang diberikan dalam
waspada, rasa bersalah atau malu, dan curiga mengatasi kecemasan. Menurut Saddock (2010)
berlebihan sebagai reaksi emosi terhadap ada beberapa penatalaksanaan yang paling
kecemasan. efektif untuk pasien dengan gangguan
Begitu pula saat peneliti mulai kecemasan yaitu psikoterapi dan farmakoterapi.
melakukan intervensi langsung pada anak, reaksi Sejalan dengan pendapat tersebut Sarwono
yang muncul pertama kali adalah anak merasa (2010) menjelaskan ada beberapa jenis
takut, merangkul ibunya atau keluarganya serta psikoterapi yang digunakan untuk
meminta untuk pulang ketika peneliti mulai penatalaksanaan kecemasan antara lain
menghampiri anak tersebut. Sang anak merasa psikoanalisis, hypnoterapi, terapi kelompok dan
peneliti akan membuat tindakan yang tidak terapi bermain. Menurut Supartini (2010) Terapi
nyaman. Seperti yang dilakukan petugas medis bermain yang cocok untuk anak usia prasekolah
sebelumnya. Dunia anak merupakan dunia yang 4-6 tahun berdasarkan jenisnya adalah membaca
menyenangkan, tetapi kenyataan membuktikan buku, majalah, menggunakan alat media tulis,
bahwa anak-anak bisa menggalami kondisi yang alat-alat melukis, mewarnai, alat menggambar,
tidak menyenangkan atau menggangu balok, melukis dan aktivitas. Menurut Sujono
kehidupanya seperti orang dewasa. Apabila (2009) Untuk mengatasi kecemasan tersebut
kondisi ini berlarut-larut akan menggangu salah satunya dengan melaksanakan permainan
perkembangan mental dan fisiknya. terapeutik mewarnai, melukis, dan menggambar.
Berdasarkan pembahasan di atas Menurut Wong (2009) menyatakan
didapatkan bahwa kecemasan yang terjadi pada bermain sangat penting bagi mental, emosional
anak prasekolah saat hospitalisasi disebabkan dan kesejahteraan anak seperti kebutuhan
oleh beberapa faktor. Sesuai dengan temuan perkembangan dan kebutuhan bermain tidak
dilapangan, maka dapat disimpulkan bahwa juga terhenti pada saat anak sakit atau anak di
respon kecemasan yang muncul berulang dari 15 Rumah Sakit. Bermain mewarnai adalah terapi
responden dilihat dari rata-rata kecemasan permainan melalui mewarnai gambar untuk
sebesar 3,20 dari 0-4, ditujukan dengan ketidak mengembangkan kreativitas pada anak untuk
nyamanan di rumah sakit, takut diberi obat mengurangi stress dan kecemasan pada anak
melalui injeksi dan reaksi perpisahan. Selain itu yang sedang menjalani perawatan di rumah sakit
itu anak juga menolak makanan, sering bertanya, sehingga seseorang dapat menuangkan
menangis dan rewel, takut, cemberut, merangkul simbolisasi tekanan atau kondisi traumatis yang
ibunya atau keluarganya serta tidak kooperatif dialaminya kedalam coretan dan pemilihan
terhadap petugas kesehatan merupakan reaksi warna (supartini, 2012).
hospitalisasi sebagai bentuk kumpulan gejala Pada penelitian ini jenis mewarnai yang
kecemasan. Berdasarkan hasil post test, rata-rata digunakan adalah mewarnai lukisan pasir. Hal
nilai kecemasan setelah diberikan intervensi ini sesuai dengan pendapat menurut
Halaman 34
JKK | Vol 15, No 3 | ISSN: 1907-3879 – e-ISSN: 2477-054X
Pengaruh Bermain Mewarnai Lukisan Pasir Terhadap Tingkat Kecemasan
Anak Usia Prasekolah Yang Menggalami Hospitalisasi Di Ruang C6
RSUD Cibabat Cimahi
Halaman 35
JKK | Vol 15, No 3 | ISSN: 1907-3879 – e-ISSN: 2477-054X
Pengaruh Bermain Mewarnai Lukisan Pasir Terhadap Tingkat Kecemasan
Anak Usia Prasekolah Yang Menggalami Hospitalisasi Di Ruang C6
RSUD Cibabat Cimahi
Halaman 36
JKK | Vol 15, No 3 | ISSN: 1907-3879 – e-ISSN: 2477-054X
Pengaruh Bermain Mewarnai Lukisan Pasir Terhadap Tingkat Kecemasan
Anak Usia Prasekolah Yang Menggalami Hospitalisasi Di Ruang C6
RSUD Cibabat Cimahi
Halaman 37
JKK | Vol 15, No 3 | ISSN: 1907-3879 – e-ISSN: 2477-054X
Pengaruh Bermain Mewarnai Lukisan Pasir Terhadap Tingkat Kecemasan
Anak Usia Prasekolah Yang Menggalami Hospitalisasi Di Ruang C6
RSUD Cibabat Cimahi
Halaman 38
JKK | Vol 15, No 3 | ISSN: 1907-3879 – e-ISSN: 2477-054X
Pengaruh Bermain Mewarnai Lukisan Pasir Terhadap Tingkat Kecemasan
Anak Usia Prasekolah Yang Menggalami Hospitalisasi Di Ruang C6
RSUD Cibabat Cimahi
Stuart, G. W. (2006) Buku Saku Keperawatan Suriadi, Yuliani, Rita. (2010). Asuhan
Jiwa. Jakarta: EGC Keperawatan pada Anak Edisi 2. Jakarta:
Subardiah. (2009). Pengaruh permainan CV. Sagung Seto.
terapeutik terhadap kecemasan, kehilangan Widianti, C. (2011). Pengaruh senam otak
kontrolo, dan ketakutan anak usia terhadap kecemasan akibat hospitalisasi
prasekolah selama di rawat di rsud Dr. H. anak usia prasekolah di rumah sakit panti
Abdul Moeloek provinsi Lampung. Tesis. rapih yogyakarta. Tesis, FIK UI.
Universitas Indonesia Depok. Wong, L. (2009). Buku Ajar Keperawatan
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan Pediatrik. Jakarta: EGC.
(Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan Yusuf, S. (2017). Psikologi perkembangan anak
R&D). Bandung: CV. Alfabeta. dan remaja. Bandung: PT remaja
Sujono R. (2009). Asuhan keperawatan pada rosdakarya
anak. Yogyakarta: Graha Ilmu. Yuniarti, S. (2015). Asuhan tumbuh kembang
Supartini, Y . (2010). Buku Ajar Konsep Dasar neonates – balita dan anak prasekolah.
Keperawatan Anak. Jakarta: EGC. Bandung: PT Refika aditma
Supartini, Y. (2012). Buku Ajar Konsep Dasar
Keperawaatan Anak. Jakarta: EGC.
Halaman 39
JKK | Vol 15, No 3 | ISSN: 1907-3879 – e-ISSN: 2477-054X