pe pendu nduduk duk.. Pen Penyeb yebabn abnya ya seb sebagi agian an bes besaarr aki akibat bat pen
penyak yakiitt hep hepaarr alk alkoho oholik lik dan dan
infeksi virus kronik. Di Indonesia data prevalensi sirosis hepatis belum ada, hanya infeksi virus kronik. Di
Indonesia data prevalensi sirosis hepatis belum ada, hanya
Yogyakarta jumlah pasien sirosis hepatis berkisar 4,1% dari pasien yang dirawat Yogyakarta jumlah
pasien sirosis hepatis berkisar 4,1% dari pasien yang dirawat
di Bagian Penyakit Dalam dalam kurun waktu 1 tahun pada tahun 2004. Di di Bagian Penyakit Dalam
dalam kurun waktu 1 tahun pada tahun 2004. Di
Medan dalam kurun waktu 4 tahun dijumpai pasien sirosis hepatis sebanyak 819 Medan dalam kurun
waktu 4 tahun dijumpai pasien sirosis hepatis sebanyak 819
(4%) pasien dari seluruh pasien di Bagian Penyakit Dalam. (4%) pasien dari seluruh pasien di Bagian
Penyakit Dalam.44
11
dibandingkan dengan wanita sekitar 1,6 : 1 dengan umur rata-rata terbanyak antara golongan umur 30 –
59 tahun dengan puncaknya sekitar 40 – 49 tahun1
III. ETIOLOGI
sirosis hepatis adalah virus hepatitis B (30-40%), virus hepatitis C (30-40%), dan
penyebab yang tidak diketahui(10-20%). Adapun beberapa etiologi dari sirosis hepatis antara lain:1,4
3. Kelainan metabolik :
a. Hemokromatosis (kelebihan beban besi)
d. Glikonosis type-IV
e. Galaktosemia
f. Tirosinemia
4. Kolestasis
lain-lain)
8. Kriptogenik
Hepar adalah organ intestinal terbesar dengan berat antara 1,2-,1,8 kg atau
kurang lebih 25% berat badan orang dewasa yang menempati sebagian besar
kuadran kanan atas abdomen dan merupakan pusat metabolisme tubuh dengan fungsi yang sangat
kompleks5. Hepar menempati daerah hipokondrium kanan
tetapi lobus kiri dari hepar meluas sampai ke epigastrium. Hepar berbatasan
dengan diafragma pada bagian superior dan bagian inferior hepar mengikuti
bentuk dari batas kosta kanan. Hepar secara anatomis terdiri dari lobus kanan
yang berukuran lebih besar dan lobus kiri yang berukuran lebih kecil. Lobus kanan dan kiri dipisahkan
oleh ligamentum falsiforme6. Lobus kanan dibagi
menjadi segmen anterior dan posterior oleh fisura segmentalis kanan yang tidak
terlihat dari luar. Lobus kiri dibagi menjadi segmen medial dan lateral oleh
ligamentum falsiformis yang terlihat dari luar 7. Pada daerah antara ligamentum
falsiform dengan kandung empedu di lobus kanan dapat ditemukan lobus
kuadratus dan lobus kaudatus yang tertutup oleh vena cava inferior dan
peritoneum viseralis, kecuali daerah kecil pada permukaan posterior yang melekat
yang disebut sebagai kapsula Glisson, yang meliputi permukaan seluruh organ ;
bagian paling tebal kapsula ini terdapat pada porta hepatis, membentuk rangka
untuk cabang vena porta, arteri hepatika, dan saluran empedu. Porta hepatis
adalah fisura pada hepar tempat masuknya vena porta dan arteri hepatika serta tempat keluarnya duktus
hepatika5.
Hepar memiliki dua sumber suplai darah, dari saluran cerna dan limpa
melalui vena porta hepatica dan dari aorta melalui arteri hepatika. Arteri hepatika
keluar dari aorta dan memberikan 80% darahnya kepada hepar, darah ini masuk
ke hepar membentuk jaringan kapiler dan setelah bertemu dengan kapiler vena
akan keluar sebagai vena hepatica. Vena hepatica mengembalikan darah dari
hepar ke vena kava inferior. Vena porta yang terbentuk dari vena lienalis dan vena
limpa dan usus. Darah yang berasal dari vena porta bersentuhan erat dengan sel
hepar dan setiap lobulus dilewati oleh sebuah pembuluh sinusoid atau kapiler
hepatika. Pembuluh darah halus yang berjalan di antara lobulus hepar disebut
vena interlobular 7.
Vena porta membawa darah yang kaya dengan bahan makanan dari
saluran cerna, dan arteri hepatika membawa darah yang kaya oksigen dari sistem
arteri. Arteri dan vena hepatika ini bercabang menjadi pembuluh-pembuluh yang
lebih kecil membentuk kapiler di antara sel-sel hepar yang membentik lamina
hepatika. Jaringan kapiler ini kemudian mengalir ke dalam vena kecil di bagian
prmbuluh ini menbawa darah dari kapiler portal dan darah yang mengalami
deoksigenasi yang telah dibawa ke hepar oleh arteri hepatika sebagai darah yang
telah deoksigenasi. Selain vena porta, juga ditemukan arteriol hepar didalam
septum interlobularis. Anterior ini menyuplai darah dari arteri ke jaringan jaringan
septum diantara lobules yang berdekatan, dan banyak arterior kecil mengalir
langsung ke sinusoid hepar, paling sering pada sepertiga jarak ke septum interlobularis7.
Hepar terdiri atas bermacam-macam sel. Hepatosit meliputi 60% sel hepar,
sedangkan sisanya terdiri atas sel-sel epithelial sistem empedu dalam jumlah yang
bermakna dan sel-sel non parenkimal yang termasuk di dalamnya endothelium, sel Kuppfer dan sel
Stellata yang berbentuk seperti bintang5.
vena hepatika dan ductus hepatikus. Saat darah memasuki hepar melalui arteri
hepatica dan vena porta menuju vena sentralis maka akan didapatkan pengurangan
tampak pada sisi lain sel yang membatasi saluran empedu dan merupakan
hepatosit oleh ruang Disse (ruang perisinusoidal). Sel-sel lain yang terdapat dalam
dinding sinusoid adalah sel fagositik Kuppfer yang merupakan bagian penting
dalam sistem retikuloendotelial dan sel Stellata (juga disebut sel Ito, liposit atau
V. FISIOLOGI HEPAR
Hepar adalah suatu organ besar, dapat meluas, dan organ venosa yang
volume darah berlebihan dan mampu menyuplai darah ekstra di saat kekurangan
volume darah. Selain itu, hepar juga merupakan suatu kumpulan besar sel reaktan
kimia dengan laju metabolisme yang tinggi, saling memberikan substrat dan
energi dari satu sistem metabolisme ke sistem yang lain, mengolah dan
mensintesis berbagai zat yang diangkut ke daerah tubuh lainnya, dan melakukan berbagai fungsi
metabolisme lain.6 Fungsi metabolisme yang dilakukan oleh hepar adalah10 :
o Glukoneogenesis
yang lain
diangkut dalam lipoprotein dan dibawa oleh darah ke semua sel jaringan
intrasel, dan bermacam-macam zat kimia yang penting untuk fungsi sel.
tubuh
asam amino
Diantara fungsi hepar yang paling penting adalah kemampuan hepar untuk
membentuk asam amino tertentu dan juga membentuk senyawa kimia lain
yang penting dari asam amino. Untuk itu, mula-mula dibentuk asam keto
yang mempunyai komposisi kimia yang sama dengan asam amino yang
tahap transaminasi dari asam amino yang tersedia ke asam keto untuk
pasien. Vitamin yang paling banyak disimpan dalam hepar adalah vitamin
A, tetapi sejumlah besar vitamin D dan vitamin B12 juga disimpan secara
normal
dengan besi baik dalam jumlah sedikit ataupun banyak. Oleh karena itu,
bila besi banyak tersedia dalam cairan tubuh, maka besi akan berikatan
Hepar memiliki aliran darah yang tinggi dan resistensi vaskuler yang rendah.
Kira-kira 1050 milimeter darah mengalir dari vena porta ke sinusoid hepar setiap
menit, dan tambahan 300 mililiter lagi mengalir ke sinusoid dari arteri hepatika
dengan total rata-rata 1350 ml/menit. Jumlah ini sekitar 27 persen dari sisa
jantung. Rata-rata tekanan di dalam vena porta yang mengalir ke dalam hepar
adalah sekitar 9 mmHg dan rata-rata tekanan di dalam vena hepatika yang
mengalir dari hepar ke vena cava normalnya hampir tepat 0 mmHg. Hal ini
sangat rendah namun memiliki aliran darah yang tinggi. Namun, jika sel-sel
parenkim hepar hancur, sel-sel tersebut digantikan oleh jaringan fibrosa yang
menghambat darah porta melalui hepar. Proses penyakit ini disebut sirosis hepatis,
Sistem porta juga kadang-kadang terhambat oleh suatu gumpalan besar yang
berkembang di dalam vena porta atau cabang utamanya. Bila sistem porta tiba
tiba tersumbat, kembalinya darah dari usus dan limpa melalui system aliran darah
porta hepar ke sirkulasi sistemik menjadi sangat terhambat, menghasilkan hipertensi portal. 10
VI. PATOFISIOLOGI
lainnya adalah hepatitis kronis, penyakit saluran empedu, dan kelebihan zat besi. Tahap akhir penyakit
kronis ini didefinisikan berdasarkan tiga karakteristik :11
1. Bridging fibrous septa dalam bentuk pita halus atau jaringan parut
ukuran bervariasi dari sangat kecil (garis tengah < 3mm, mikronodul)
Beberapa mekanisme yang terjadi pada sirosis hepatis antara lain kematian
sel-sel hepatosit, regenerasi, dan fibrosis progresif. Sirosis hepatis pada mulanya
berawal dari kematian sel hepatosit yang disebabkan oleh berbagai macam faktor.
Sebagai respons terhadap kematian sel-sel hepatosit, maka tubuh akan melakukan
regenerasi terhadap sel-sel yang mati tersebut. Dalam kaitannya dengan fibrosis,
hepar normal mengandung kolagen interstisium (tipe I, III, dan IV) di saluran
kolagen tipe I dan III serta komponen lain matriks ekstrasel mengendap di semua
bagian lobulus dan sel-sel endotel sinusoid kehilangan fenestrasinya. Juga terjadi
pirau vena porta ke vena hepatika dan arteri hepatika ke vena porta. Proses ini
pada dasarnya mengubah sinusoid dari saluran endotel yang berlubang dengan
pertukaran bebas antara plasma dan hepatosit, menjadi vaskular tekanan tinggi,
beraliran cepat tanpa pertukaran zat terlarut. Secara khusus, perpindahan protein antara hepatosit dan
plasma sangat terganggu.11,12
VII. KLASIFIKASI Berdasarkan morfologi, Sherlock membagi sirosis hepatis atas 3 jenis, yaitu : 1,4
1. Mikronodular
mm.
2. Makronodular
mm.
10
3. Campuran
terbentuk ada yang berukuran < 3 mm dan ada yang berukuran > 3 mm. Secara fungsional, sirosis hepatis
terbagi atas : 1,4
Sering disebut dengan latent cirrhosis hepar . Pada stadium kompensata ini
Dikenal dengan active cirrhosis hepar , dan stadium ini biasanya gejala
VIII. DIAGNOSIS
1. Gambaran Klinik
ditemukan pada waktu pasien melakukan pemeriksaan kesehatan rutin atau karena kelainan penyakit lain.
Gejala awal sirosis hepatis meliputi4 :
• Mual
menonjol terutama bila timbul komplikasi kegagalan hepar dan hipertensi portal, meliputi4 :
• gangguan tidur
11
koma.
2. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium yang bisa didapatkan dari penderita sirosis hepatis antara lain4 :
AST lebih meningkat disbanding ALT. Namun, bila enzim ini normal,
b. Alkali fosfatase (ALP), meningkat kurang dari 2-3 kali batas normal
12
hipertensi porta
b. USG abdomen untuk menilai ukuran hati, sudut, permukaan, serta
IX. KOMPLIKASI
Morbiditas dan mortalitas sirosis tinggi akibat komplikasinya. Berikut berbagai macam komplikasi
sirosis hati4 : 1. Hipertensi Portal4 2. Asites4
yaitu infeksi cairan asites oleh satu jenis bakteri tanpa ada bukti infeksi
sekunder intra abdominal. Biasanya terdapat asites dengan nyeri abdomen serta demam4.
neuropsikiatri akibat disfungsi hati. Mula-mula ada gangguan tidur kemudian berlanjut sampai gangguan
kesadaran dan koma4.
13
Stadium Manifestasi Klinis 0 Kesadaran normal, hanya sedikit ada penurunan daya
ingat, konsentrasi, fungsi intelektual, dan koordinasi. 1 Gangguan pola tidur 2 Letargi 3 Somnolen,
disorientasi waktu dan tempat, amnesia 4 Koma, dengan atau tanpa respon terhadap rangsang nyeri. Tabel
1 Pembagian stadium ensefalopati hepatikum14
glomerulus.
X. PENATALAKSANAAN
hepatotoksik
menghambat kolagenik
14
terjadinya sirosis
penelitian.
• Asites
Tirah baring
15
• Varises Esofagus
• Ensefalopati Hepatik
ammonia
• Sindrom Hepatorenal
Sampai saat ini belum ada pengobatan yang efektif untuk SHR.
XI. PROGNOSIS
nutrisi.
16
Klasifikasi Child-Turcotte berkaitan dengan kelangsungan hidup. Angka
kelangsungan hidup selama satu tahun untuk pasien dengan Child A,B, dan C berturut-turut 100%,80%,
dan 45%.4
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Sutadi SM. Sirosis hati. Usu repository. 2003. [cited on 2011 February 23rd]. Available from : URL :
http:// repository.usu.ac.id/ bitstream/
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/09_150_Sonografisirosishepatis.pdf/
09_150_Sonografisirosishepatis.html
3. Raymon T.Chung, Daniel K.Podolsky. Cirrhosis and its complications. In : Kasper DL et.al, eds.
Harrison’s Principles of Internal Medicine. 16th
4. Nurdjanah Sitti. Sirosis hati. Dalam : Sudoyo AW et.al, eds. Buku Ajar
eds. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 4. Jakarta : Pusat Penerbitan
8. Netter FH. Surface and bed of liver. In : Atlas of Human Anatomy. 4th
9. Douglas Eder. Histology. In : Laboratory Atlas of Anatomy and Physiology. 4th Edition. USA :
McGraw-Hill Science; 2001. p.35
18
11.Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. Hati dan saluran empedu Dalam : Hartanto H, Darmaniah N,
Wulandari N. Robbins Buku Ajar Patologi. 7th
671-2. 12.Taylor CR. Cirrhosis. emedicine. 2009. [cited on 2011 February 23rd].
overview
13. Marc S. Sabatine, Sirosis dalam Buku Saku Klinis, The Massachusetts