Anda di halaman 1dari 7

FILASAT UMUM

Kelompok II

MUHAMMAD (220201056)
MUHAMMAD ABD (190211024)

FATAHILLAH (220206064)

FATHUR RIZKY (220206040)

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN


UIN AR-RANIRY BANDA ACEH
2023-2024
MUHAMMAD

Perbedaan konsep antara filsafat, ilmu, dan agama

Plato (427-348 SM) yang belum sampai kepada meyakini adanya Tuhan, dan baru berada dalam tingkat
mencari sesuatu yang abadi sebagai pencipta pertama dari alam ini mengatakan bahwa filsafat adalah
mencari hakikat kenebaran yang asli. Sedangkan Aristoteles (382-322 SM) yang lebih menitikberatkan
penyelidikannya kepada pembagian ilmu filsafat menerangkan bahwa filsafat adalah semacam ilmu
pengetahuan yang mengandung kebenaran mengenai ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi,
politik, dan estetika. Selain itu ia juga mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu yang mencari kebenaran
pertama, segala yang maujud dan ilmu tentang segala yang ada yang menunjukkan penggerak pertama,
Selanjutnya mengarahkan filsafat Islam ke arah persesuaian antasa filsafat dan agama. Filsafat berlandaskan
akal pikiran sedang agama berrdasarkan wahyu. Logika adalah model filsafat; sedangkan iman, yang
merupakan kepercayaan kepada hakikat-hakikat adalah merupakan jalan agama.Perbedaan antara agama
dan filsafat dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1. Obyek material (lapangan)

-Filsafat itu bersifat universal (umum), yaitu segala sesuatu yang ada (realita).

-Agama dipraktekkan oleh orang yang beriman


2. Obyek formal (sudut pandangan)

-Filsafat itu bersifat non fragmentaris, karena mencari pengertian dari segala sesuatu yang ada itu secara
luas, mendalam dan mendasar.

-Agama memberikan kejelasan tentang fenomena yang terjadi


3. Cara mendapatkan sesuatu

-Filsafat dilaksanakan dalam suasana pengetahuan yang

menonjolkan daya spekulasi, kritis, dan pengawasan, kegunaan filsafat timbul dari nilainnya

-Agama dilakukan dengan melihat sumber-sumber hukum agama yang terkait yang sudah dipastikan
kebenarannya karena bersumber dari Tuhan.

4. Isi yang dimuat

- Filsafat memuat pertanyaan lebih jauh dan lebih mendalam

berdasarkan pada pengalaman realitas sehari-hari


-Agama, memperjelas tentang semua yang terjadi di alam ini bahwa semua itu adalah kehendak Tuhan
yang sudah digariskan oleh Tuhan

5. Hal yang ditunjukan

-Filsafat memberikan penjelasan yang terakhir, yang mutlak, dan mendalam sampai mendasar (primary
cause)

-Agama memberikan kejelasan tentang semua yang terjadi


6. Sumber

-Filsafat bersumber pada kekuatan akal

-Agama bersumber pada wahyu.


7. Sebab terjadinya

- Filsafat didahului oleh keraguan

-Agama diawali oleh keyakinan dan keimanan

8. Metode Pencapaian Kebenaran


-Filsafat dengan wataknya sendiri yang menghampiri kebenaran, baik tentang alam maupun tentang
manusia (yang belum atau tidak dapat dijawab oleh ilmu, karena diluar atau di atas batas jangkauannya),
ataupun tentang tuhan.

-Agama dengan karakteristiknya memberikan jawaban atas segala persoalan asasi yang dipertanyakan
manusia ataupun tentang tuhan.

Perbedaan konsep filsafat dengan ilmu

ILMU

1. Segi-segi yang dipelajari dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti

2. Obyek penelitian yang terbatas


3. Tidak menilai obyek dari suatu sistem nilai tertentu.

4. Bertugas memberikan jawaban

FILSAFAT

1. Mencoba merumuskan pertanyaan atas jawaban


Mencari prinsip-prinsip umum, tidak membatasi segi pandangannya bahkan cenderung memandang segala
sesuatu secara umum dan keseluruhan
2. Keseluruhan yang ada

3. Menilai obyek renungan dengan suatu makna,


misalkan, religi, kesusilaan, keadilan dsb.

4. Bertugas mengintegrasikan ilmu-ilmu

Refrensi

Qodir, Filsafat dan Ilmu Pengetahuan dalam Islam, Jakarta: Yayasan Obor, 1989
A. Susanto, Filsafat ilmu: Suatu Kajian Dalam Dimensi, (Jakarta:PT Bumi Aksara, 2011), hlm 127.
MUHAMMAD ABDI

Perbedaan ranah kajian filsafat, ilmu, dan agama

Perbedaan ilmu filsafat dengan filsafat ilmu dapat dilihat dari definisinya. Ilmu filsafat adalah ilmu tentang
dasar-dasar filsafat yang mencakup sistematika filsafat yaitu ontologi, epistemologi dan aksiologi, objek-
objek filsafat, sejarah filsafat dan metode-metode filsafat. Sedangkan filsafat ilmu adalah cabang filsafat
dan bagian dari Epistemologi yang mengkaji ilmu pengetahuan dari segi ciri-ciri dan cara-cara
memperolehnya. Dilihat dari objek kajiannya, objek kajian ilmu filsafat adalah semesta atau semua yang
ada di sekitar manusia dalam arti seluas-luasnya. Sedangkan objek kajian filsafat ilmu adalah ilmu-ilmu
yang diperoleh manusia baik yang bersifat ilmiah maupun tidak. Selain itu, perbedaan juga ditemukan pada
sudut pandang atau pendekatan yang dipakai. Ilmu filsafat pendekatannya bersifat integral yang artinya
ilmu filsafat tidak hanya mengkaji dari satu sudut pandang saja tetapi menyeluruh. Sedangkan filsafat ilmu
pendekatannya disesuaikan dengan kajian ilmunya masing-masing.

Ilmu adalah anak dari filsafat. Walaupun secara teknis lepas dari filsafat, namun ilmu masih tetap kembali
ke induknya yakni filsafat, dengan tetap menggunakan norma-norma filsafatFilsafat ilmu merupakan
bagian dari epistimologi (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik mengkaji hakekat ilmu (pengetahuan
ilmiah). Seperti definisi di atas, bahwa filsafat ilmu adalah bagi dari filsafat pengetahuan, dimana ilmu
merupakan cabang yang mempunyai ciri-ciri tertentu. Pengetahuan dan ilmu adalah hal yang berbeda,
pengetahuan bisa saja ilmiah, namun pengetahuan tidak dibangun dalam konstruk keilmiahan melalui
tahap-tahap yang dilakukan melalui ciri pencapaian ilmu. Pengetahuan yang mengacu pada konteks
keilmiahan pada dasarnya mengacu pada dasar pertanyaan; apa yang dikaji oleh pengetahuan itu (ontologi),
bagaimana caranya mendapatkan pengetahuan tersebut (epistimologi) dan untuk apa pengetahuan tersebut
digunakan (aksiologi). Dengan menggunakan dasar pertanyaan tersebut kita bisa tahu dan mampu
membedakan pengetahuan dalam konteks kehidupan manusia.
Filsafat dan ilmu pengetahuan kedua-duanya adalah sama-sama bersumber kepada ra’yu (akal, pikiran,
budi, rasio, nalar dan reason) manusia untuk mencari kebenaran. Sedangkan agama berusaha
mengungkapkan, menjelaskan dan membenarkan suatu kebenaran adalah bersumber dari wahyu. Ilmu
mencari kebenaran berdasarkan metode (riset), pengalaman (empiris) dan percobaan (eksperimen).
Sedangkan manusia dalam mencari kebenaran terhadap agama itu dengan jalan atau mempertanyakan
(dalam upaya mencari kebenaran) terhadap berbagai masalah dari kitab suci dan firman Illahi.

Refrensi

Imam Syafie, Konsep Ilmu Pengetahuan, Yogyakarta: UII Press, 2000


Laude Monto Bauto, Perspektif Agama Dan Kebudayaan Dalam Kehidupan Masyarakat Indonesia,
(Kendari: Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, 2014)
FATAHILLAH(220206064)

Hubungan antara ilmu dan filsafat

Filsafat berbicara tentang ilmu, begitulah kattsoff mengatakan jalinan Jalinan filsafat dengan ilmu. Bahasa
yang dipakai dalam filsafat berusaha untuk berbicara mengenai ilmu dan bukannya di dalamnya ilmu
.Sementara itu Saifullah memberikan kesimpulan umum bahwa pada dasarnya filsafat tiada lain adalah
hasil pemikiran manusia, antara filsafat dan ilmu memiliki persamaan, dalam hal bahwa keduanya
merupakan hasil ciptaan pikiran manusia ,Yaitu berpikir filosofis, spekulatif, dan empiris ilmiah. perbedaan
antara keduanya, terutama untuk filsafat menentukan tujuan hidup dan ilmu menentukan sarana untuk
hidup. karenanya, filsafat inilah kemudian disebut sebagai induknya ilmu pengetahuan.

Meskipun secara historis antara ilmu dan filsafat pernah merupakan suatu kesatuan, namun dalam
perkembangannya mengalami divergensi, dimana dominasi ilmu lebih kuat mempengaruhi pikiran
manusia, kondisi ini mendorong pada upaya untuk memposisikan keduanya secara tepat sesuai dengan
batas wilayahnya Masing-masing,Bukan untuk mengisolasinya melainkan untuk lebih jernih melihat
hubungan keduanya dalam konteks lebih memahami Khazanah intelektual manusia. Harold H Titus
Mengakui kesulitan untuk menyatakan secara tegas dan ringkas mengenai hubungan antara ilmu dan
filsafat, karena terdapat persamaan sekaligus perbedaan antara ilmu dan filsafat,Di samping di kalangan
ilmuwan sendiri terdapat perbedaan pandangan dalam hal sifat dan keterbatasan ilmu, demikian juga di
kalangan filsuf terdapat perbedaan pandangan dalam memberikan makna dan tugas filsafat. Adapun
persamaan (lebih tepatnya persesuaian)Antara ilmu dan filsafat adalah bahwa keduanya menggunakan
berpikir reflektif dalam upaya menghadapi atau memahami fakta-fakta dunia dan kehidupan, terhadap hal-
hal tersebut baik filsafat maupun ilmu bersikap kritis, berpikiran terbuka serta sangat konsen pada
kebenaran, di samping perhatiannya pada pengetahuan yang terorganisir dan sistematis.

Sementara itu perbedaan Filsafat dengan ilmu lebih berkaitan dengan titik tekan, di mana ilmu mengkaji
bidang yang terbatas, ilmu lebih bersifat analitis dan deskriptif dalam pendekatannya, ilmu menggunakan
observasi, eksperimen dan klasifikasi data pengalaman Indra serta berupaya untuk menemukan hukum-
hukum atas gejala-gejala tersebut, Sedangkan filsafat berupaya mengkaji pengalaman secara menyeluruh
sehingga lebih bersifat inklusif dan mencakup hal-hal umum dalam berbagai bidang pengalaman manusia,
filsafat lebih bersifat sintetis dan kalaupun analitis maka analisanya memasuki dimensi kehidupan secara
menyeluruh dan utuh, filsafat lebih tertarik pada Pertanyaan kenapa dan bagaimana dalam mempertanyakan
masalah hubungan antara fakta khusus dengan skema masalah yang lebih luas, filsafat juga mengkaji
hubungan antara temuan-temuan ilmu dan klaim agama, moral serta seni. Filsafat dan keseluruhan ilmu itu
bertemu pada satu titik, titik Itu adalah semua yang ada dan yang mungkin ada yang disebut dengan objek,
akan tetapi ilmu dan filsafat tetap berbeda, tidak sama, karena berbeda pada objek formanya. objek forma
ilmu adalah mencari sebab yang sedalam-dalamnya, sedangkan objek formal filsafat adalah mencari
keterangan yang sedalam-dalamnya.

Refrensi
Abbas, P. (2010). Hubungan filsafat, ilmu, dan agama. Hubungan filsafat.
FATHUR RIZKY

Hubungan Filsafat dengan Agama

Diketahui bahwa filsalat dan agama adalah dua pokok persoalan yang berbeda, namun memiliki
habungan. Agama banyak berbicara tentang hubungan antara manusia dengan Yang Maha Kuasa,
sedangkan filsafat seperti yang dikemukakan di atas bertujuan menemukan kebenaran. Jika kebenaran yang
sebernarnya mempuyai ciri sistematis, jadilah ia kebenaran filsafat.

Jika agama membincangkan temang cksistensi-desisensi di alam dan tujuan akhir perjalanan segala
maujud, lantas bagaimana mungkin agama bertenangan dengan filsafat. Bahkan agama dapat menyodorkan
asumsi-asumsi penting sebagai subjek penelitan dan pengkajian filsafat. Pertimbangan-pertinbangan
filsafat berkasan dengan keyakian-keyakinan dan tradisi-tradisi agama hanya akan sesuai dan sejalan
apabila seorang penganut agama senantiasa menumtu dirinya untuk berusaha memahami dan menghayati
secara rasional seluruh ajaran, doktrin. keimanan dan kepercayaan agamanya.

Dengan demikian, filsafar tidak lagi dipandang sebagai musuh agama dan salah satu faktor perusak
keimanan, bahkan sebagai alat dan perantara yang bermanfaat untuk meluaskan pengetahuan dan makrifa
tentang makna terdalam dan rahasia-rahasia doktrin suci agama, dengan ini niscaya menambah kualitas
pengahayatan dan apresiasi kita terhadap kebenaran ajaran agara.
Isi filsafat itu ditentukan oleh objek apa yang dipikir-kan. Karena fils afat mempunyai pengertian yang
berbeda sesuai dengan pandangan orang yang meninjaunya, akan besar kemungkinan objek dan lampangan
pembicaraan filsafat itu akan berbeda pula. Objek yang dipikirkan filosof adalah segala yang ada dan yang
mungkin ada, baik ada dalam kenyataan, maupun yang ada dalam fikiran dan bisa pula yang ada itu dalam
kemungkinan Sehingga dalam hal ini hubungan filsafat dengan agama adalah agama sebagai objek kajan
filafat.

Agama adalah salah satu materi yang menjadi sasaran pembahasan filsafat. Dengan demikian, agama
menjadi objek materia fisafat. Ilmu pengetahuan juga mempunyai objek materia yaitu materi yang empiris,
tetapi objek materia filsafat adalah bagian yang abstraknya. Dalam agama terdapat dua aspek yang berbeda
yaitu aspek pisi dan aspek metefisik. Aspek metafisik adalah hal-hal yang berkaitan dengan yang gaib,
seperti Tuhan, sifat-sifat-Nya, dan hubungan manusia dengan-Nya, sedangkan aspek pisik adalah manusia
sebagai pribadi, maupun sebagai anggota masyarakat.
Kedua aspek ini (pisik dan metafisik) menjadi objek materia filsafat. Namun demikian objek filsafat
agama banyak ditujukan kepada aspek metafisik daripada aspek fisik. Aspek fisik itu sebenamya sudah
menjadi pembahasan ilmu seperti ilmu sosiologi. psikologi, imu biologi dan sebagainya. Ilmudalam hal ini
sudah memisahkan diri dari filsafat. Dengan demikian, agama ternyata termasuk objek materia filsafat yang
tidak dapat diteliti oleh sain. Objek materia filsafat jelas lebih luas dari objek materi sain. Perbedaan itu
sebenarya disebabkan oleh sifat penyelidikan. Penyelidikan filsafat yang dimaksud di sini adalah
penyelidikan yang mendalam, atau keingintahuan filsafat adalah bagian yang terdalam. Yang menjadi
penyelidikan filsafat agama adalah aspek yang terdalam dari agama itu sendiri.
Refrensi Harun Nasutio, Filsafat Agama, Jakarta: Bulan Bintang. 1983.
Hubungan Ilmu dan Agama

Perkataan ilmu pengetahuan (sains) dan ilmu agama (Islam) kadang menimbulkan distorsi, sebagian orang
memahami bahwa sains bersifat rasional, empiris, positif, dapat diabservasi, terukur, dan dapat diuji. Di
sebagian yang lain memahami bahwa agama bersifat ghoib, supranatural, melampaui fisik, tidak empiris,
dan metapositif. Atas dasar itulah maka agama kemudian dianggap sebagai sesuatu yang bersifat metafisik,
metaempiris, dan metapositif, Dalam perkembangan berikutnya pandangan yang memisahkan antara sains
dan agama itu dipersoalkan, karena antara keduanya ada titik temu yang saling melengkapi dan
menguatkan. Persinggungan antara ilmu pengetahuan dan dan ilmu agama telah menjadi bahan
pembicaraan yang hangat. dalam berbagai diskusi menjadi topik yang menarik bagi beberapa kalangan,
terutama akademisi. Pemahaman sebagian orang tentang ilmu pengetahuan dan ilmu agama terkadang
kurang pas, hal ini terjadi karena adanya pandangan mereka tentang ilmu pengetahuan dan ilmu agama itu
yang tidak utuh, masing-masing dipahami secara terpisah, sehingga seakan-akan antara keduanya adalah
sesuatu yang berbeda dan tidak bisa dipertemukan.

Sebagian orang memahami bahwa agama sebagai cita rasa terhadap hal-hal yang bersinggungan dengan
misteri, karena antara manusia dengan agama seringkali terjadi persinggungan yang yang bersifat batiniah
luar biasa dan mampu memberikan kepuasan yang amat, sebagai sesuatu yang mengarah pada hal-hal yang
bersifat transenden. Di sisi lain, ilmu pengetahuan modern (sains) telah menunjukkan keberhasilannya yang
gemilang dalam berbagai aspek kehidupan manusia yang maju dan terukur, terutama sejak terjadinya
renaisan, dimana ilmu pengetahuan berhasil mempercepat dan mempermudah manusia untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya.
Relasi ilmu pengetahuan dan agama tidak perlu dirisaukan dan bahkan menjadi suatu kebutuhan antara
keduanya. Dalam kajian Islam, semua "kebenaran" berasal dari Tuhan. Kebenaran agama berasal dari Allah
yang kemudian kebenaran berwujud firman (ayat qaw!), dan kebenaran ilmu pengetahuan (natural sciences,
social sciences, and human sciences) berwujud realitas empiris: (ayat kauni). Hakekatnya keduanya
berasal/bersumber dari Allah, maka kebenaran keduanya tidak akan berbeda apalagi bertentangan. Jika
dalam hal realitas empirik dan agama terjadi pertentangan, maka ada dua kemungkinan, yaitu: (1) ilmu
pengetahuan (sains) dan agama belum menemukan kebenaran final [masih dalam proses
berkembang),atau(2) pemahaman manusia terhadap wahyu qawil belum menemukan pemahaman yang
tepat sesuai ilmu Allah dimaksud

Dalam perkembangannya, pengembangan ilmu pengatahuan empiris (sains)dan ilmu agama oleh masing-
masing ahlinya ditemukan hubungan antara keduanya bersifat dikotomis, dialogis, paralel, harmonis,
bahkan konflik atau integrasi. Kesemuanya itu sangat tergantung pada sikap dan kedalaman suatu
paradigma yang digunakan. Jika pengembangan suatu ilmu itu rigid dan tidak menoleh ke arah ilmu yang
lain, tidak saling tegur sapa, maka hubungan keduanya akan cenderung bersifat kaku dan dikotomis.

Refrensi
Azra, Azyumardi. 2005. Reintegrasi Ilmu-Ilmu, Integrasi Ilmu dan Agama, Interprestasi dan Aksi.
Bandung: Mizan.

Anda mungkin juga menyukai