FILSAFAT ILMU
Disusun Oleh :
Dosen Pembimbing :
Dr. Ir. Arsyad, MT
Filsafat Ilmu
1. Jelaskan hubungan filsafat dengan ilmu pengetahuan ?
Secara sederhana Ilmu dapat disimpulkan sebagai sebagian pengetahuan yang mempunyai
ciri, tanda, syarat tertentu, yaitu sistematik, rasional, empiris, universal, obyektif, dapat
diukur, terbuka dan komulatif (tersusun timbun). Filsafat ilmu dengan ilmu pengetahuan
tidak bisa dipisahkan. Walaupun sekarang telah lahir beberapa ilmu pengetahuan seperti
ilmu sains dan sosial, namun peran filsafat tidak hilang. Filsafat ilmu merupakan cabang
dari ilmu filsafat yang membicarakan obyek khusus, yaitu ilmu pengetahuan yang
memiliki sifat dan karakteristik tertentu hampir sama dengan filsafat pada umumnya dan
filsafat ilmu sebagai landasan filosofis bagi proses keilmuan, ia merupakan kerangka
dasar dari proses keilmuan itu sendiri.
Ilmu pengetahuan merupakan anak dari filsafat, sedangkan filsafat adalah ibu dari
pengetahuan. Ilmu pengetahuan bersifat sebagai berikut,
a.
analitis dalam meneliti semua fenomena setiap saat timbul dan melukiskan menurut
bagian-bagiannya.
b. melukiskan fakta, melukiskan sebagaimana adanya, berusaha mengadakan abstraksi
dari keinginan dan harapan manusia.
c. bersifat sinopsis yang meneliti dunia sampai alam semesta sebagai keseluruhan dan
sedapat mungkin berusaha menerangkan dan memahami keseluruhan.Tidak hanya
memperhatikan benda-benda seperti adanya,melainkan sebagaimana mereka
seharusnya. Kehendak dan nilai-nilai pada manusia adalah faktor penting
Hubungan Filsafat dengan Ilmu Pengetahuan:
Dalam sejarah filsafat Yunani, filsafat mencakup seluruh bidang ilmu pengetahuan.
Lambat laun banyak ilmu-ilmu khusus yang melepaskan diri dari filsafat. Meskipun
demikian, filsafat dan ilmu pengetahuan masih memiliki hubungan dekat. Sebab baik
filsafat maupun ilmu pengetahuan sama-sama pengetahuan yang metodis, sistematis,
koheren dan mempunyai obyek material dan formal.
Yang membedakan diantara keduanya adalah: filsafat mempelajari seluruh realitas,
sedangkan ilmu pengetahuan hanya mempelajari satu realitas atau bidang tertentu.
Filsafat adalah induk semua ilmu pengetahuan. Dia memberi sumbangan dan peran
sebagai induk yang melahirkan dan membantu mengembangkan ilmu pengetahuan hingga
ilmu pengetahuan itu itu dapat hidup dan berkembang.
Filsafat
membantu
ilmu
pengetahuan
untuk
bersikap
rasional
dalam
puyer atau dengan cara dikeroki. Semua pengalaman pribadi tersebut dapat merupakan
sumber kebenaran pengetahuan. Namun tidak semua pengalaman pribadi dapat
menuntun seseorang untuk menarik kesimpulan dengan benar. Untuk dapat menarik
kesimpulan dari pengalaman dengan benar diperlukan berpikir kritis dan logis.
3. Cara Otoritas (Kekuasaan). Dari sejarah kita pelajari bahwa kekuasaan raja zaman
dahulu adalah mutlak, sehingga apapun yang keluar dari mulut raja adalah kebenaran
mutlak yang harus diterima. Misalnya pada saat gereja mempunya otoritas mutlak di
Eropa, ada suatu pendapay yang menyatakan bahwa bumi itu datar, tidak bulat seperti
sekarang ini dan bumi merupakan pusat alam semesta. Pendapat itu diterima oleh
masyarakat Eropa pada waktu itu sampai dalm jangka waktu yang lama tanpa melalui
pembuktian empiris. Begitu juga di kalangan medis, otoritas pengetahuan bukan saja
berasal dari kalangan ahli kesehatan dan kedokteran tapi juga dari kalangan dukun.
Apabila masyarakat mempunyai kesulitan-kesulitan kesehatan mereka meminta
nasihat kepada ahli-ahli tersebut, termasuk juga dukun. Para pemegang otoritas, baik
pemimpin pemerintahan, tokoh agama, maupun ahli ilmu pengetahuan umumnya
memiliki mekanisme yang sama dalam menemukan pengetahuan. Yakni orang lain
menerima pendapat yang dikemukakan oleh pemegang otoritas tanpa diuji dulu
kebenarannya baik secara empiris maupun nalar sendiri. Jadi, cara mendapatkan
pengetahuan bardasarkan otorita adalah pengetahuan yang didapat berdasarkan pada
otoritas atau kekuasaan, baik dari tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin
agama, maupun ahli ilmu pengetahuan.
4. Melalui Jalan Pikiran. Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia,
cara berfikir manusia pun ikut berkembang. Manusia telah mampu menggunakan
nalarnya dalam memperoleh ilmu pengetahuannnya. Maksudnya, dalam mendapatkan
kebenaran pengetahuan, manusia telah menggunakan jalan pikirannya, baik secara
induksi maupun deduksi. Induksi dan deduksi adalah cara melahirkan pemikiran
secara tidak langsung melalui pernyataan-pernyataan yang dikemukakan, kemudian
dicari hubungannya sehingga didapat suatu kesimpulan. Apabila pembuatan
kesimpulan itu dari pernyataan-pernyataan umum kepada yang khusus dinamakan
deduksi. Sedangkan bila proses pembuatan kesimpulan itu melalui pernyataanpernyataan khusus kepada yang umum dinamakan induksi.
Cara Modern untuk Memperoleh Ilmu Pengetahuan
Cara modern dalam memperoleh ilmu pengetahuan saat ini lebih sistematis, logis dan
ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah, atau lebih dikenall dengan
metodologi penelitian.
berbagai posisi lain, tetapi ontologi apapun harus memberi penjelasan tentang kata-kata
yang mengacu kepada badan usaha, yang tidak, mengapa, dan apa kategori hasil. Ketika
seseorang berlaku proses ini untuk kata benda seperti elektron, energi, kontrak,
kebahagiaan, ruang, waktu, kebenaran, kausalitas, dan Tuhan, ontologi menjadi dasar
untuk banyak cabang filsafat
Menurut Suriasumantri (1985),
Ontologi membahas tentang apa yang ingin kita ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu,
atau, dengan kata lain suatu pengkajian mengenai teori tentang ada. Telaah ontologis
akan menjawab pertanyaan-pertanyaan :
a. apakah obyek ilmu yang akan ditelaah,
b. bagaimana wujud yang hakiki dari obyek tersebut, dan
c. bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia
(seperti berpikir, merasa, dan mengindera) yang membuahkan pengetahuan.
Menurut Soetriono & Hanafie (2007)
Ontologi yaitu merupakan azas dalam menerapkan batas atau ruang lingkup wujud yang
menjadi obyek penelaahan (obyek ontologis atau obyek formal dari pengetahuan) serta
penafsiran tentang hakikat realita (metafisika) dari obyek ontologi atau obyek formal
tersebut dan dapat merupakan landasan ilmu yang menanyakan apa yang dikaji oleh
pengetahuan dan biasanya berkaitan dengan alam kenyataan dan keberadaan.
Menurut Pandangan The Liang Gie
Ontologi adalah bagian dari filsafat dasar yang mengungkap makna dari sebuah eksistensi
yang pembahasannya meliputi persoalan-persoalan :
a. Apakah artinya ada, hal ada ?
b. Apakah golongan-golongan dari hal yang ada ?
c. Apakah sifat dasar kenyataan dan hal ada ?
d. Apakah cara-cara yang berbeda dalam mana entitas dari kategori-kategori logis yang
berlainan (misalnya objek-objek fisis, pengertian universal, abstraksi dan bilangan)
dapat dikatakan ada ?
Menurut Ensiklopedi Britannica Yang juga diangkat dari Konsepsi Aristoteles
Ontologi Yaitu teori atau studi tentang being / wujud seperti karakteristik dasar dari
seluruh realitas. Ontologi sinonim dengan metafisika yaitu, studi filosofis untuk
menentukan sifat nyata yang asli (real nature) dari suatu benda untuk menentukan arti ,
struktur dan prinsip benda tersebut. (Filosofi ini didefinisikan oleh Aristoteles abad ke-4
SM)
Hakekat kenyataan atau realitas memang bisa didekati ontologi dengan dua macam sudut
pandang:
a. kuantitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan itu tunggal atau jamak?
b. Kualitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan (realitas) tersebut
memiliki kualitas tertentu, seperti misalnya daun yang memiliki warna kehijauan,
bunga mawar yang berbau harum.
Secara sederhana ontologi bisa dirumuskan sebagai ilmu yang mempelajari realitas atau
kenyataan konkret secara kritis.
terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, batas batas, sifat
metode dan keahlian pengetahuan. Oleh karena itu sistematika penulisan epitemologi
adalah terjadinya pengetahuan,teori kebenaran, metode metode ilmiah dan aliran aliran
teori pengetahuan.
penalaran/proses
penalaran)
dan
obyek
formal
logika
adalah
Nilai sebagai kata benda konkret. Contohnya ketika kita berkata sebuah nilai atau nilainilai. Ia sering dipakai untuk merujuk kepada sesuatu yang bernilai, seperti nilainya atau
nilai dia.
Nilai juga dipakai sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai, memberi nilai atau dinilai.
Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan bagaimana manusia
menggunakan ilmunya. Aksiologi adalah istilah yang berasal dari kata Yunani yaitu; axios
yang berarti sesuai atau wajar.
Sedangkan logos yang berarti ilmu. Menurut John Sinclair, dalam lingkup kajian filsafat
nilai merujuk pada pemikiran atau suatu sistem seperti politik, sosial dan agama.
sedangkan nilai itu sendiri adalah sesuatu yang berharga, yang diidamkan oleh setiap
insan.
Dari definisi aksiologi di atas, terlihat dengan jelas bahwa permasalahan utama adalah
mengenai nilai. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk
melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai.
Teori tentang nilai yang dalam filsafat mengacu pada masalah etika dan estetika.
Aksiologi ilmu terdiri dari nilai-nilai yang bersifat normatif dalam pemberian makna
terhadap kebenaran atau kenyataan sebagaimana dijumpai dalam kehidupan, yang
menjelajahi berbagai kawasan, seperti kawasan sosial, kawasan simbolik atau pun fisik
material. (Koento, 2003: 13). Jadi, aksiologi adalah teori tentang nilai. Berikut ini
dijelaskan beberapa definisi aksiologi :
nilai dan penilaian yang memandang karya manusia dari sudut indah dan jelek.
Kattsoff mendefinisikan aksiologi sebagai ilmu pengetahuan yang menyelediki
hakekat nilai yang umumnya ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan.
Moral Conduct, yaitu tindakan moral, Bidang ini melahirkan disiplin khusus yaitu
etika.
Estetic expression, yaitu ekspresi keindahan, bidang ini melahirkan keindahan.
Socio-political life, yaitu kehidupan social politik, yang akan melahirkan filsafat
social politik.
Aliran ini berpendapat bahwa sumber pengetahuan yang diperoleh melalui akallah yang
memenuhi syarat yang dituntut oleh sifat umum dan yang perlu mutlak, yaitu syarat yang
dipakai oleh semua pengetahuan ilmiah. Pengalaman hanya dapat dipakai untuk
meneguhkan pengetahuan yang didapat oleh akal. Akal dapat menurunkan kebenaran dari
pada dirinya sendiri, yaitu atas dasar asas pertama yang pasti. Metode yang diterapakan
adalah deduktif. Teladan yang dikemukakan adalah ilmu pasti. Di antara para filosof
rasionalis adalah Rene Descartes, B. Spinoza, dan Leibniz. Rasionalisme memakai prinsip
koherensi dalam pembenarannya. Jadi apa yang benar adalah apa yang koheren dengan
akal. Metode ilmiah yang dipakai adalah metode burhani.
Descartes merupakan filosof pendobrak dalam tradisi kefilsafatan Barat. Ia dianggap
sebagai bapak filosof modern. Gagasannya yang paling monumental adalah Cogito Ergo
Sum aku berpikir maka aku ada. Sejak itulah akal benar-benar mendapatkan tempat yang
agung sebagai sumber pengetahuan. Manusia mempunyai posisi yang sangat dominan
sebagai subjek yang berpikir karena ia mempunayi akal. Ia adalah subjek yang sadar akan
keberadaan dirinya sendiri dan keberadaan dunia di sekitarnya.
Berawal dari kesangsian dirinya akan segala hal, ia berusaha membangun landasan
filososif tentang kebenaran yang tak kuat. Ia berpikir bahwa segala sesuatu bisa kita
sanksikan. Bahkan keberadaan dirinya sendiri ia meragukannya. Tapi ada satu hal yang
tidak mungkin bisa ia sanksikan bahwa ia dalam keadaan sanksi itu sendiri. Semakin ia
sanksi semakin ia yakin akan kebenaran kesanksian atas dirinya dan semakin pula ia yakin
akan keberadaan dirinya. Dari sinilah kemudian Descartes baru mengakui akan keberadaan
yang lain. Namun bagaimana jika manusia itu berhenti berpikir, ketika dalam keadaan tidur
misalnya? Descartes mengatakan bahwa masih ada Tuhan yang selalu hidup, yang tidak
pernah berhenti dari semua aktivitasnya.
c. Intuisi
Jika indera dan akal mampu digunakan untuk memperoleh pengetahuan maka demikian
halnya dengan intuisi. Bahkan pengetahuan yang berasal dari intuisi inilah yang diakui
kebenarannya. Sebab indera dan akal hanya mampu mendiskripsikan, melukiskan dan
menganalisa sedangkan intuisi bisa menghadirkan pengetahuan secara langsung ke dalam
diri seseorang. Maka pengetahuan inderawi dan akal bisa disebut sebagai pengetahuan
ushuli artinya pengetahuan perolehan yang didapat melalui perantara. Sedangkan
pengetahuan intuisi merupakan pengetahuan hudluri karena objek dari ilmu itu sendiri
hadir ke dalam diri subjek yang mengetahui tanpa sebuah perantara apapun. Sehingga
pengetahuan hushuli cenderung rentan terhadap kesalahan. Misalnya saja ketika ada yang
tidak benar dengan indera maupun akal kita. Sebaliknya pengetahuan intuisi tidak
diragukan lagi kebenarannya.
Pengetahuan intuisi itu sifatnya penyingkapan atas sebuah realita. Jadi seorang subjek
benar-benar merasakan secara langsung apa yang ia alami. Tidak ada pengenalan secara
langsung terhadap sebuah realita selain melalui intuisi. Di sinilah letak kevalidan
pengetahuan intuisi berbeda dengan pengetahuan inderawi dan akal yang hanya
memperlihatkan penampakannya saja.
Di antara para filosof intusionismesebuah aliran yang menjadikan intuisi sebagai sumber
pengetahuannyaadalah Henry Bergson seorang filosof Perancis. Pengetahuan intuisi ini
juga sangat familiar di kalangan para mazhab irfani (kaum sufi). Metode yang dipakai kita
kenal dengan metode irfani.
d. Wahyu
Satu-satunya sumber pengetahuan yang tidak bisa diusahakan oleh manusia adalah wahyu.
Artinya ia benar-benar bersumber dan pemberian dari Tuhan. Sehingga kebenarannya tidak
perlu disanksikan lagi. Biasanya pengetahuan ini disampaikan melalui orang-orang pilihan
dan utusan Tuhan dalam bentuk kitab suci.
Dasar dari pengetahuan ini adalah keyakinan dan menjadi salah satu pilar keyakinan
beragama. Orang yang beragama harus meyakini kebenaran semua isi kandungan kitab
suci. Di dalam kitab suci biasanya terkandung cerita-cerita masa lalu. Berita tentang surga,
neraka, pahala dan dosa. Tentu saja yang tak kalah pentingnya adalah kebenaran akan
keberadaan Tuhan pencipta alam. Dan masih banyak berita-berita yang lainnya. Wahyu
merupakan sumber pengetahuan yang kaya. Metode yang dipakai adalah metode bayani.
5. Bagaimanakah validitas pengetahuan itu dapat dinilai ?
Nilai-nilai yang berbeda yang terungkap dalam paparan tentang atau upaya untuk
mencari
validitas
sebenarnya
telah
dikaji
oleh
banyak
peneliti
yang
dan
relevansi/advokasi.
Berbagai
tulisan
oleh
para
pakar
pakar di atas seringkali bertemu. Yang menjadi dasar argumentasi dari banyak
paparan tersebut adalah bahwa validitas seyogianya dikesampingkan sma sekali
sebagai sebuah konsep yang praktis atau dikualifikasi secara radikal, ataupun
dipisahkan dengan tanda penghubung. Sebagian besar dari ungkapan berikut
ini telah dilontarkan, secara sinis, dengan menggunakan kata-kata gabung
seperti validitas pengganti, validitas katalitik, validitas terinterogasi, validitas
transgresif,, validitas imperiel, validitas simulasi/ironis, validitas tempat, dan
validitas yang penting menyenangkan(baca Atkison, 1990, 1992; Eisner &
Peshkin, 1990; Guba, 1990; Hammersley, 1990, 1992; Lather, 1993; Wolcott,
1991). Sikap-sikap utama terhadap validitas diuraikan berikut ini.
Validitas-sebagai-kebudayaan
(VAC:
Validity-as-culture)
sangat
terkenal
Filsafat Ilmu
Berasal dari akal/pemikiran manusia,
fenomena
Terus berubah menuju hakikat
Berusaha mencari kebenaran dari
percobaan (eksperimen)
universal.
pesatnya
perkembangan
teknologi
dalam
perencanaan
dan
Tingginya biaya membangun lapisan inti kedap air dan tanah liat diganti
dengan timbunan batu dan melapisi kedap air pada dinding permukaan sisi
hulu bendungan.
Seperti yang disebutkan diatas Software Teknik Sipil tentu akan Memudahkan
Para Civil Enggginering dalam Melakukan Pekerjaan. dizaman dahulu orang
Mendesain sebuah bangunan membutuhkan Waktu yang lama karena
Menggambar bangunan tersebut dilakukan secara manual, namun saat ini
hanya butuh waktu yang singkat untuk menciptakan sebuah desain Bangunan
yang diinginkan, hal itu disebabkan karena bantuan Software.
Begitu juga dengan perhitungan struktur saat ini sudah membutuhkan waktu
yang singkat jika dibandingkan dengan menghitung secara manual.