Anda di halaman 1dari 19

Tugas I :

FILSAFAT ILMU

Disusun Oleh :

A. Bau Emil Salim


P2301214009

Dosen Pembimbing :
Dr. Ir. Arsyad, MT

PROGRAM PASCA SARJANA

FAKULTAS TEKNIK SIPIL / KEAIRAN


UNIVERSITAS HASANUDDIN
2015

Filsafat Ilmu
1. Jelaskan hubungan filsafat dengan ilmu pengetahuan ?
Secara sederhana Ilmu dapat disimpulkan sebagai sebagian pengetahuan yang mempunyai
ciri, tanda, syarat tertentu, yaitu sistematik, rasional, empiris, universal, obyektif, dapat
diukur, terbuka dan komulatif (tersusun timbun). Filsafat ilmu dengan ilmu pengetahuan
tidak bisa dipisahkan. Walaupun sekarang telah lahir beberapa ilmu pengetahuan seperti
ilmu sains dan sosial, namun peran filsafat tidak hilang. Filsafat ilmu merupakan cabang
dari ilmu filsafat yang membicarakan obyek khusus, yaitu ilmu pengetahuan yang
memiliki sifat dan karakteristik tertentu hampir sama dengan filsafat pada umumnya dan
filsafat ilmu sebagai landasan filosofis bagi proses keilmuan, ia merupakan kerangka
dasar dari proses keilmuan itu sendiri.
Ilmu pengetahuan merupakan anak dari filsafat, sedangkan filsafat adalah ibu dari
pengetahuan. Ilmu pengetahuan bersifat sebagai berikut,
a.

analitis dalam meneliti semua fenomena setiap saat timbul dan melukiskan menurut

bagian-bagiannya.
b. melukiskan fakta, melukiskan sebagaimana adanya, berusaha mengadakan abstraksi
dari keinginan dan harapan manusia.
c. bersifat sinopsis yang meneliti dunia sampai alam semesta sebagai keseluruhan dan
sedapat mungkin berusaha menerangkan dan memahami keseluruhan.Tidak hanya
memperhatikan benda-benda seperti adanya,melainkan sebagaimana mereka
seharusnya. Kehendak dan nilai-nilai pada manusia adalah faktor penting
Hubungan Filsafat dengan Ilmu Pengetahuan:
Dalam sejarah filsafat Yunani, filsafat mencakup seluruh bidang ilmu pengetahuan.
Lambat laun banyak ilmu-ilmu khusus yang melepaskan diri dari filsafat. Meskipun
demikian, filsafat dan ilmu pengetahuan masih memiliki hubungan dekat. Sebab baik
filsafat maupun ilmu pengetahuan sama-sama pengetahuan yang metodis, sistematis,
koheren dan mempunyai obyek material dan formal.
Yang membedakan diantara keduanya adalah: filsafat mempelajari seluruh realitas,
sedangkan ilmu pengetahuan hanya mempelajari satu realitas atau bidang tertentu.

Filsafat adalah induk semua ilmu pengetahuan. Dia memberi sumbangan dan peran
sebagai induk yang melahirkan dan membantu mengembangkan ilmu pengetahuan hingga
ilmu pengetahuan itu itu dapat hidup dan berkembang.
Filsafat

membantu

ilmu

pengetahuan

untuk

bersikap

rasional

dalam

mempertanggungjawabkan ilmunya. Pertanggungjawaban secara rasional di sini berarti


bahwa setiap langkah langkah harus terbuka terhadap segala pertanyaan dan sangkalan
dan harus dipertahankan secara argumentatif, yaitu dengan argumen-argumen yang
obyektif (dapat dimengerti secara intersuyektif).
2. Bagaimana cara mendapatkan ilmu pengetahuan ?
Sepanjang sejarah kehidupan manusia, terdapat beberapa macam cara untuk mendapatkan
kebenaran ilmu pengetahuan, yang dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu :
Cara Tradisional untuk Memperoleh Ilmu Pengetahuan
Cara lama ini dipergunakan orang untuk mendapatkan ilmu pengetahuan sebelum
ditemukannya cara atau metode ilmiah yang lebih sistematik. Cara-cara pada periode
tradisional yang kuno ini meliputi:
1. Cara Coba-Salah (Trial and Error). Cara ini merupakan cara yang paling tradisional.
Digunakan oleh orang untuk mencari ilmu sejak sebelum adanya kebudayaan, bahkan
mungkin sejak sebelum adanya peradaban. Saat itu, setiap seseorang menghadapi
masalah, pemecahannya hanya dengan cara coba-coba saja. Awal mulanya hanya
dengan mencari kemungkinan-kemungkinan saja, dan apabila kemungkinban tersebut
tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Apabila kemungkinan kedua ini juga
gagal, maka dicoba kembali dengan kemungkinan ketiga, bila gagal lagi maka dicoba
kemungkinan keempat, demikian seterusnya. Karena itu metode ini disebut juga
dengan metode trial (coba) dan error (salah).
2. Berdasarkan Pengalaman Pribadi. Pengalaman pribadi pun dapat digunakan untuk
mendapatkan pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali
pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi pada masa
yang lalu. Apabila pada satu masalah orang menemukan cara pemecahannya maka
pada masa lain saat seeorang menemukan masalah yang sama, dia akan melakukan
cara yang sama untuk memecahkannya. Seseorang desa yang terkena demam tinggi
kemudian sembuh setelah memiinum akar brotowali, ia akan mengulangi lagi cara itu
bila ia atau kenalannya ada yang terkena demam. Sedangkan pengalaman orang lain
menunjukkan bahwa demam tersebut dapat disembuhkan setelah meminum obat

puyer atau dengan cara dikeroki. Semua pengalaman pribadi tersebut dapat merupakan
sumber kebenaran pengetahuan. Namun tidak semua pengalaman pribadi dapat
menuntun seseorang untuk menarik kesimpulan dengan benar. Untuk dapat menarik
kesimpulan dari pengalaman dengan benar diperlukan berpikir kritis dan logis.
3. Cara Otoritas (Kekuasaan). Dari sejarah kita pelajari bahwa kekuasaan raja zaman
dahulu adalah mutlak, sehingga apapun yang keluar dari mulut raja adalah kebenaran
mutlak yang harus diterima. Misalnya pada saat gereja mempunya otoritas mutlak di
Eropa, ada suatu pendapay yang menyatakan bahwa bumi itu datar, tidak bulat seperti
sekarang ini dan bumi merupakan pusat alam semesta. Pendapat itu diterima oleh
masyarakat Eropa pada waktu itu sampai dalm jangka waktu yang lama tanpa melalui
pembuktian empiris. Begitu juga di kalangan medis, otoritas pengetahuan bukan saja
berasal dari kalangan ahli kesehatan dan kedokteran tapi juga dari kalangan dukun.
Apabila masyarakat mempunyai kesulitan-kesulitan kesehatan mereka meminta
nasihat kepada ahli-ahli tersebut, termasuk juga dukun. Para pemegang otoritas, baik
pemimpin pemerintahan, tokoh agama, maupun ahli ilmu pengetahuan umumnya
memiliki mekanisme yang sama dalam menemukan pengetahuan. Yakni orang lain
menerima pendapat yang dikemukakan oleh pemegang otoritas tanpa diuji dulu
kebenarannya baik secara empiris maupun nalar sendiri. Jadi, cara mendapatkan
pengetahuan bardasarkan otorita adalah pengetahuan yang didapat berdasarkan pada
otoritas atau kekuasaan, baik dari tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin
agama, maupun ahli ilmu pengetahuan.
4. Melalui Jalan Pikiran. Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia,
cara berfikir manusia pun ikut berkembang. Manusia telah mampu menggunakan
nalarnya dalam memperoleh ilmu pengetahuannnya. Maksudnya, dalam mendapatkan
kebenaran pengetahuan, manusia telah menggunakan jalan pikirannya, baik secara
induksi maupun deduksi. Induksi dan deduksi adalah cara melahirkan pemikiran
secara tidak langsung melalui pernyataan-pernyataan yang dikemukakan, kemudian
dicari hubungannya sehingga didapat suatu kesimpulan. Apabila pembuatan
kesimpulan itu dari pernyataan-pernyataan umum kepada yang khusus dinamakan
deduksi. Sedangkan bila proses pembuatan kesimpulan itu melalui pernyataanpernyataan khusus kepada yang umum dinamakan induksi.
Cara Modern untuk Memperoleh Ilmu Pengetahuan

Cara modern dalam memperoleh ilmu pengetahuan saat ini lebih sistematis, logis dan
ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah, atau lebih dikenall dengan
metodologi penelitian.

3. Jelaskan arti istilah ontology, epistemology, logika dan aksiologi ?


Arti istilah Ontology
Ontologi merupakan salah satu kajian filsafat. Studi tersebut membahas keberadaan
sesuatu yang bersifat konkret.Ontologi membahas realitas atau suatu entitas dengan apa
adanya. Pembahasan mengenai ontologi berarti membahas kebenaran suatu fakta. Untuk
mendapatkan kebenaran itu, ontologi memerlukan proses bagaimana realitas tersebut
dapat diakui kebenarannya. Untuk itu proses tersebut memerlukan dasar pola berfikir,
dan pola berfikir didasarkan pada bagaimana ilmu pengetahuan digunakan sebagai dasar
pembahasan realitas.
Ikhtisar Ontologi, dalam filsafat analitik, menyangkut menentukan apakah beberapa
kategori yang sangat penting dan bertanya dalam apa arti item dalam kategori tersebut
dapat dikatakan "menjadi". Ini adalah penyelidikan berada di begitu banyak seperti
sedang, atau menjadi makhluk sejauh mereka ada-dan tidak sejauh, misalnya, fakta-fakta
tertentu yang diperoleh tentang mereka atau properti tertentu yang berhubungan dengan
mereka.
Untuk Aristoteles ada empat dimensi ontologis yang berbeda:
a. menurut berbagai kategori atau cara menangani yang sedang seperti itu
b. menurut kebenaran atau kesalahan (misalnya emas palsu, uang palsu)
c. apakah itu ada dalam dan dari dirinya sendiri atau hanya 'datang bersama' oleh
kecelakaan
d. sesuai dengan potensinya, gerakan (energi) atau jadi kehadiran (Buku Metafisika
Theta).
Beberapa filsuf, terutama dari sekolah Plato, berpendapat bahwa semua kata benda
(termasuk kata benda abstrak) mengacu kepada badan ada. filsuf lain berpendapat bahwa
kata benda tidak selalu entitas nama, tetapi beberapa memberikan semacam singkatan
untuk referensi untuk koleksi baik benda atau peristiwa. Dalam pandangan yang terakhir,
pikiran, bukannya merujuk pada suatu entitas, mengacu pada koleksi peristiwa mental
yang dialami oleh seseorang; masyarakat yang mengacu pada kumpulan orang-orang
dengan beberapa karakteristik bersama, dan geometri mengacu pada koleksi dari jenis
yang spesifik intelektual . Aktivitas Di antara kutub realisme dan nominalisme, ada juga

berbagai posisi lain, tetapi ontologi apapun harus memberi penjelasan tentang kata-kata
yang mengacu kepada badan usaha, yang tidak, mengapa, dan apa kategori hasil. Ketika
seseorang berlaku proses ini untuk kata benda seperti elektron, energi, kontrak,
kebahagiaan, ruang, waktu, kebenaran, kausalitas, dan Tuhan, ontologi menjadi dasar
untuk banyak cabang filsafat
Menurut Suriasumantri (1985),
Ontologi membahas tentang apa yang ingin kita ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu,
atau, dengan kata lain suatu pengkajian mengenai teori tentang ada. Telaah ontologis
akan menjawab pertanyaan-pertanyaan :
a. apakah obyek ilmu yang akan ditelaah,
b. bagaimana wujud yang hakiki dari obyek tersebut, dan
c. bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia
(seperti berpikir, merasa, dan mengindera) yang membuahkan pengetahuan.
Menurut Soetriono & Hanafie (2007)
Ontologi yaitu merupakan azas dalam menerapkan batas atau ruang lingkup wujud yang
menjadi obyek penelaahan (obyek ontologis atau obyek formal dari pengetahuan) serta
penafsiran tentang hakikat realita (metafisika) dari obyek ontologi atau obyek formal
tersebut dan dapat merupakan landasan ilmu yang menanyakan apa yang dikaji oleh
pengetahuan dan biasanya berkaitan dengan alam kenyataan dan keberadaan.
Menurut Pandangan The Liang Gie
Ontologi adalah bagian dari filsafat dasar yang mengungkap makna dari sebuah eksistensi
yang pembahasannya meliputi persoalan-persoalan :
a. Apakah artinya ada, hal ada ?
b. Apakah golongan-golongan dari hal yang ada ?
c. Apakah sifat dasar kenyataan dan hal ada ?
d. Apakah cara-cara yang berbeda dalam mana entitas dari kategori-kategori logis yang
berlainan (misalnya objek-objek fisis, pengertian universal, abstraksi dan bilangan)
dapat dikatakan ada ?
Menurut Ensiklopedi Britannica Yang juga diangkat dari Konsepsi Aristoteles
Ontologi Yaitu teori atau studi tentang being / wujud seperti karakteristik dasar dari
seluruh realitas. Ontologi sinonim dengan metafisika yaitu, studi filosofis untuk
menentukan sifat nyata yang asli (real nature) dari suatu benda untuk menentukan arti ,
struktur dan prinsip benda tersebut. (Filosofi ini didefinisikan oleh Aristoteles abad ke-4
SM)

Hakekat kenyataan atau realitas memang bisa didekati ontologi dengan dua macam sudut
pandang:
a. kuantitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan itu tunggal atau jamak?
b. Kualitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan (realitas) tersebut
memiliki kualitas tertentu, seperti misalnya daun yang memiliki warna kehijauan,
bunga mawar yang berbau harum.
Secara sederhana ontologi bisa dirumuskan sebagai ilmu yang mempelajari realitas atau
kenyataan konkret secara kritis.

Arti Istilah epistemology


Istilah Epistemologi berasal dari bahasa Yunani yaitu episteme yang berarti
pengetahuan dan logos berarti perkataan, pikiran, atau ilmu. Kata episteme dalam
bahasa Yunani berasal dari kata kerja epistamai, artinya menundukkan, menempatkan,
atau meletakkan. Maka, secara harafiah episteme berarti pengetahuan sebagai upaya
intelektual untuk menempatkan sesuatu dalam kedudukan setepatnya. Bagi suatu ilmu
pertanyaan yang mengenai definisi ilmu itu, jenis pengetahuannya, pembagian ruang
lingkupnya, dan kebenaran ilmiahnya, merupakan bahan-bahan pembahasan dari
epistemologinya.
Epistemologi sering juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge). Epistemologi
lebih memfokuskan kepada makna pengetahuan yang berhubungan dengan konsep,
sumber, dan kriteria pengetahuan, jenis pengetahuan, dan lain sebagainya.
Di samping itu terdapat beberapa istilah yang maksudnya sama dengan epistemologi ialah:
1. Gnosiologi
2. Logikal material
3. Criteriologi
Keseluruhan istilah tersebut di atas di dalam bahasa Indonesia pada umumnya disebut
filsafat pengetahuan. Dalam rumusan lain di sebutkan bahwa epistemologi adalah cabang
filsafat yang mempelajari soal tentang watak,batas batas dan berlakunya ilmu
pengetahuan: demikian rumusan yang di ajukan oleh J.A.N. Mulder. Sebenarnya banyak
ahli filsafat (filosof) maupun sarjana filsafat yang merumuskan tentang epistemologi atau
filsafat pengetahuan. Apabila keseluruhan rumusan tersebut di renungkan maka dapat di
pahami bahwa prinsipnya epistemologi adalah bagian filsafat yang membicarakan tentang

terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, batas batas, sifat
metode dan keahlian pengetahuan. Oleh karena itu sistematika penulisan epitemologi
adalah terjadinya pengetahuan,teori kebenaran, metode metode ilmiah dan aliran aliran
teori pengetahuan.

Arti Istilah logika


logika adalah sepenuhnya suatu jenis pengetahuan rasional atau ilmu logika (ilmu
pengetahuan) yang mempelajari kecakapan untuk berpikir lurus, tepat dan teratur. Ilmu
disini mengacu pada kecakapan rasional untuk mengetahui dan kecakapan mengacu pada
kesanggupan akal budi untuk mewujudkan pengetahuan kedalam tindakan. Kata logis
yang dipergunakan tersebut bisa juga diartikan dengan masuk akal. Oleh karena itu logika
terkait erat dengan hal-hal seperti pengertian, putusan, penyimpulan, silogisme.
Logika sebagai ilmu pengetahuan dimana obyek materialnya adalah berpikir
(khususnya

penalaran/proses

penalaran)

dan

obyek

formal

logika

adalah

berpikir/penalaran yang ditinjau dari segi ketepatannya. Penalaran adalah proses


pemikiran manusia yang berusaha tiba pada pernyataan baru yang merupakan kelanjutan
runtut dari pernyataan lain yang telah diketahui (Premis) yang nanti akan diturunkan
kesimpulan.
Logika juga merupakan suatu ketrampilan untuk menerapkan hukum-hukum
pemikiran dalam praktek, hal ini yang menyebabkan logika disebut dengan filsafat yang
praktis. Dalam proses pemikiran, terjadi pertimbamgan, menguraikan, membandingkan
dan menghubungkan pengertian yang satu dengan yang lain. Penyelidikan logika tidak
dilakukan dengan sembarang berpikir. Logika berpikir dipandang dari sudut kelurusan
atau ketepatannya. Suatu pemikiran logika akan disebut lurus apabila pemikiran itu sesuai
dengan hukum-hukum serta aturan yang sudah ditetapkan dalam logika. Dari semua hal
yang telah dijelaskan tersebut dapat menunjukkan bahwa logika merupakan suatu
pedoman atau pegangan untuk berpikir.

Logika Sebagai Cabang Filsafat

Filsafat adalah kegiatan / hasil pemikiran /permenungan yang menyelidiki sekaligus


mendasari segala sesuatu yang berfokus pasa makna dibalik kenyataan atau teori yang ada
untuk disusun dalam sebuah system pengetahuan rasional.
Logika adalah sebuah cabang filsafat yang praktis. Praktis disini berarti logika dapat
dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.Logika lahir bersama-sama dengan lahirnya
filsafat di Yunani. Dalam usaha untuk memasarkan pikiran-pikirannya serta pendapatpendapatnya, filsuf-filsuf Yunani kuno tidak jarang mencoba membantah pikiran yang lain
dengan menunjukkan kesesatan penalarannya.Logika digunakan untuk melakukan
pembuktian. Logika mengatakan yang bentuk inferensi yang berlaku dan yang tidak.
Secara tradisional, logika dipelajari sebagai cabang filosofi, tetapi juga bisa dianggap
sebagai cabang matematika.
Logika sebagai cabang filsafat adalah cabang filsafat tentang berpikir. Logika
membicarakan tentang aturan-aturan berpikir agar dengan aturan-aturan tersebut dapat
mengambil kesimpulan yang benar. Dengan mengetahui cara atau aturan-aturan tersebut
dapat menghindarkan diri dari kesalahan dalam mengambil keputusan. Menurut Louis O.
Kattsoff, logika membicarakan teknik-teknik untuk memperoleh kesimpulan dari suatu
perangkat bahan tertentu dan kadang-kadang logika didefinisikan sebagai ilmu
pengetahuan tentang penarikan kesimpulan.
Logika bisa menjadi suatu upaya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti :
Adakah metode yang dapat digunakan untuk meneliti kekeliruan pendapat? Apakah yang
dimaksud pendapat yang benar? Apa yang membedakan antara alasan yang benar dengan
alasan yang salah? Filsafat logika ini merupakan cabang yang timbul dari persoalan
tentang penyimpulan.

Arti Istilah aksiologi


Menurut bahasa Yunani, aksiologi berasal dari kata axios artinya nilai dan logos artinya
teori atau ilmu. Menurut Kamus Bahasa Indonesia aksiologi adalah kegunaan ilmu
pengetahuan bagi kehidupan manusia, kajian tentang nilai-nilai khususnya etika. Dalam
Encyclopedia of Philosophy (dalam Amsal:164) dijelaskan aksiologi disamakan dengan
value and valuation
Nilai digunakan sebagai kata benda abstrak, Dalam pengertian yang lebih sempit seperti
baik, menarik dan bagus. Sedangkan dalam pengertian yang lebih luas mencakup sebagai
tambahan segala bentuk kewajiban, kebenaran dan kesucian.

Nilai sebagai kata benda konkret. Contohnya ketika kita berkata sebuah nilai atau nilainilai. Ia sering dipakai untuk merujuk kepada sesuatu yang bernilai, seperti nilainya atau
nilai dia.
Nilai juga dipakai sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai, memberi nilai atau dinilai.
Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan bagaimana manusia
menggunakan ilmunya. Aksiologi adalah istilah yang berasal dari kata Yunani yaitu; axios
yang berarti sesuai atau wajar.
Sedangkan logos yang berarti ilmu. Menurut John Sinclair, dalam lingkup kajian filsafat
nilai merujuk pada pemikiran atau suatu sistem seperti politik, sosial dan agama.
sedangkan nilai itu sendiri adalah sesuatu yang berharga, yang diidamkan oleh setiap
insan.
Dari definisi aksiologi di atas, terlihat dengan jelas bahwa permasalahan utama adalah
mengenai nilai. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk
melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai.
Teori tentang nilai yang dalam filsafat mengacu pada masalah etika dan estetika.
Aksiologi ilmu terdiri dari nilai-nilai yang bersifat normatif dalam pemberian makna
terhadap kebenaran atau kenyataan sebagaimana dijumpai dalam kehidupan, yang
menjelajahi berbagai kawasan, seperti kawasan sosial, kawasan simbolik atau pun fisik
material. (Koento, 2003: 13). Jadi, aksiologi adalah teori tentang nilai. Berikut ini
dijelaskan beberapa definisi aksiologi :

Menurut Suriasumantri aksiologi adalah teori nilai yang berkaitan dengan

kegunaan dari pengetahuan yang di peroleh.


Menurut Wibisono dalam Surajiyo (2009), aksiologi adalah nilai-nilai sebagai
tolak ukur kebenaran, etika dan moral sebagai dasar normative penelitian dan

penggalian, serta penerapan ilmu.


Scheleer dan Langeveld memberikan definisi tentang aksiologi sebagai berikut.
Scheleer mengontraskan aksiologi dengan praxeology, yaitu suatu teori dasar
tentang tindakan tetapi lebih sering dikontraskan dengan deontology, yaitu suatu

teori mengenai tindakan baik secara moral.


Langeveld memberikan pendapat bahwa aksiologi terdiri atas dua hal utama, yaitu
etika dan estetika. Etika merupakan bagian filsafat nilai dan penilaian yang
membicarakan perilaku orang, sedangkan estetika adalah bagian filsafat tentang

nilai dan penilaian yang memandang karya manusia dari sudut indah dan jelek.
Kattsoff mendefinisikan aksiologi sebagai ilmu pengetahuan yang menyelediki
hakekat nilai yang umumnya ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan.

Menurut Bramel dalam Amsal (2009), Aksiologi terbagi tiga bagian:

Moral Conduct, yaitu tindakan moral, Bidang ini melahirkan disiplin khusus yaitu

etika.
Estetic expression, yaitu ekspresi keindahan, bidang ini melahirkan keindahan.
Socio-political life, yaitu kehidupan social politik, yang akan melahirkan filsafat
social politik.

4. Jelaskan 4 komponen dalam memahami substansi filsafat ilmu ?


Komponen ilmu
Ilmu pengetahuan pada hakekatnya memiliki beberapa komponen sebagai berikut
1. Fenomena, Kejadian atau gejala-gejala yang ditangkap oleh indra manusia dan
dijadikan masalah karena belum diketahui (apa, mengapa, bagaimana) adanya.
2. Konsep, Istilah atau symbol yang mengandung pengertian singkat dari fenomena, atau
abstraksi dari fenomena.
3. Variabel adalah adalah konsep yang mempunyai variasi sifat yang dapat dinyatakan
dengan jumlah atau besaran yang bernulai kategorial. Variable sifat, jumlah atau
besaran yang mempunyai nilai kategori (bertingkat) baik kualitatif, maupun kuantitatif
4.

, sebagai hasil penelaan mendasar dari konsep.


Proposisi adalah kalimat ungkapan yang terdiri dari dua variable atau lebih, yang

menyatakan hubungan sebab akibat (kausalitas)


5. Fakta adalah proposisi yang telah teruji secara empiris (hubungan yang ditunjang
oleh data empiris)
6. Teori adalah jalinan fakta menurut kerangka bermakna.
a. Indera
Salah satu sumber ilmu pengetahuan adalah indera. Manusia bisa mendapatkan
pengetahuan dengan menggunakan indera yang dimilkinya. Dengan mata manusia bisa
melihat, dengan hidung kita bisa mencium, dengan kulit kita bisa meraba, dengan telinga
kita bisa mendengar dan dengan lidah kita bisa merasakan. Jadi, yang bisa ditangkap oleh
indera adalah benda-benda yang sifatnya fisik. Di luar fisik indera tidak mampu
menangkapnya atau mengetahuinya.
Aliran dalam filsafat yang mengatakan bahwa manusia memperoleh pengetahuan melalui
indera disebut dengan empirisme. Aliran ini berpendapat, bahwa empirisme atau
pengalamanlah yang menjadi sumber pengetahuan, baik pengalaman batiniah maupun
lahiriah. Akal bukan jadi sumber pengetahuan, tetapi akal mendapat tugas untuk mengolah
bahan-bahan yang diperoleh dari pengalaman. Metode yang diterapkan adalah induksi.
Para Filosof empirisme antara lain John Locke, David Hume dan William James. David
Hume termasuk dalam empirisme radikal menyatakan bahwa ide-ide dapat dikembalikan

pada sensasi-sensasi (rangsang indera). Pengalaman merupakan ukuran terakhir dari


kenyataan. Wiliam James mengatakan bahwa pernyataan tentang fakta adalah hubungan di
antara benda, sama banyaknya dengan pengalaman khusus yang diperoleh secara langsung
dengan indera.
John Locke dengan teori tabula rasanya mengatakan bahwa manusia itu ketika lahir
bagaikan kertas putih tanpa goresan apa pun artinya ia sama sekali belum memiliki
pengetahuan. Baru kemudian ia mendapatkan pengetahuan dengan menggunakan panca
inderanya untuk mengenali objek-objek yang ada di sekelilingnya. Begitu seterusnya
hingga semua pengalaman dalam hidupnya tersimpan dalam memori pikirannya. Metode
ilmiah yang dipakai untuk memperoleh pengetahuan empiris ini adalah eksperimentasi
atau kalau di dalam Islam kita kenal metode tajribi.
b. Akal
Akal menjadi sumber ilmu pengetahuan selanjutnya setelah indera. Akal semakin
diperhitungkan sebagai sumber pengetahuan karena keterbatasan kemampuan yang
dimiliki oleh indera yang hanya sebatas pada benda-benda fisik saja. Padahal di luar fisik
masih terhampar luas samudera pengetahuan. Selain itu juga pengetahuan inderawi
cenderung menempatkan antara subjek yang mengetahui dengan objek yang diketahui
sama-sama hadir artinya tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Jika demikian sungguh
manusia akan mengalami kerepotan. Misalnya jika kita tidak mengenal pengetahuan
matematissebagai salah satu produk ilmu akalseseorang akan kesulitan dalam
melakukan perhitungan. Tidak mungkin kita menghadirkan benda-benda dalam jumlah
yang banyak karena hal itu akan menyulitkan. Maka cukuplah dengan menggantinya
dengan konsep-konsep angka dalam matematika.
Akal dengan kemampuannya bisa membedakan antara mana yang salah dan mana yang
benar. Selain itu juga akal bekerja dengan menggunakan hukum-hukum logika yang diakui
kebenarannya. Akal dengan tegasnya bisa menunjukkan kelemahan empiris sebagai sumber
kebenaran. Misalnya ketika sebatang kayu dicelupkan ke dalam air, kayu tersebut oleh
indera akan tampak membengkok. Tapi apakah benar kayu tersebut mengalami
pembengkokan setelah dicelupkan ke dalam air. Secara rasional tentu saja tidak mungkin
melihat karakter kayu itu bukan benda yang mudah bengkok apalagi hanya dicelupkan ke
dalam air. Di sinilah akal diakui sebagai sumber kebenaran. Dan tentu saja banyak bukti
yang lain. Faham filosofis yang yang menjadikan akal sebagai sumber pengetahuan disebut
rasionalisme.

Aliran ini berpendapat bahwa sumber pengetahuan yang diperoleh melalui akallah yang
memenuhi syarat yang dituntut oleh sifat umum dan yang perlu mutlak, yaitu syarat yang
dipakai oleh semua pengetahuan ilmiah. Pengalaman hanya dapat dipakai untuk
meneguhkan pengetahuan yang didapat oleh akal. Akal dapat menurunkan kebenaran dari
pada dirinya sendiri, yaitu atas dasar asas pertama yang pasti. Metode yang diterapakan
adalah deduktif. Teladan yang dikemukakan adalah ilmu pasti. Di antara para filosof
rasionalis adalah Rene Descartes, B. Spinoza, dan Leibniz. Rasionalisme memakai prinsip
koherensi dalam pembenarannya. Jadi apa yang benar adalah apa yang koheren dengan
akal. Metode ilmiah yang dipakai adalah metode burhani.
Descartes merupakan filosof pendobrak dalam tradisi kefilsafatan Barat. Ia dianggap
sebagai bapak filosof modern. Gagasannya yang paling monumental adalah Cogito Ergo
Sum aku berpikir maka aku ada. Sejak itulah akal benar-benar mendapatkan tempat yang
agung sebagai sumber pengetahuan. Manusia mempunyai posisi yang sangat dominan
sebagai subjek yang berpikir karena ia mempunayi akal. Ia adalah subjek yang sadar akan
keberadaan dirinya sendiri dan keberadaan dunia di sekitarnya.
Berawal dari kesangsian dirinya akan segala hal, ia berusaha membangun landasan
filososif tentang kebenaran yang tak kuat. Ia berpikir bahwa segala sesuatu bisa kita
sanksikan. Bahkan keberadaan dirinya sendiri ia meragukannya. Tapi ada satu hal yang
tidak mungkin bisa ia sanksikan bahwa ia dalam keadaan sanksi itu sendiri. Semakin ia
sanksi semakin ia yakin akan kebenaran kesanksian atas dirinya dan semakin pula ia yakin
akan keberadaan dirinya. Dari sinilah kemudian Descartes baru mengakui akan keberadaan
yang lain. Namun bagaimana jika manusia itu berhenti berpikir, ketika dalam keadaan tidur
misalnya? Descartes mengatakan bahwa masih ada Tuhan yang selalu hidup, yang tidak
pernah berhenti dari semua aktivitasnya.
c. Intuisi
Jika indera dan akal mampu digunakan untuk memperoleh pengetahuan maka demikian
halnya dengan intuisi. Bahkan pengetahuan yang berasal dari intuisi inilah yang diakui
kebenarannya. Sebab indera dan akal hanya mampu mendiskripsikan, melukiskan dan
menganalisa sedangkan intuisi bisa menghadirkan pengetahuan secara langsung ke dalam
diri seseorang. Maka pengetahuan inderawi dan akal bisa disebut sebagai pengetahuan
ushuli artinya pengetahuan perolehan yang didapat melalui perantara. Sedangkan
pengetahuan intuisi merupakan pengetahuan hudluri karena objek dari ilmu itu sendiri
hadir ke dalam diri subjek yang mengetahui tanpa sebuah perantara apapun. Sehingga

pengetahuan hushuli cenderung rentan terhadap kesalahan. Misalnya saja ketika ada yang
tidak benar dengan indera maupun akal kita. Sebaliknya pengetahuan intuisi tidak
diragukan lagi kebenarannya.
Pengetahuan intuisi itu sifatnya penyingkapan atas sebuah realita. Jadi seorang subjek
benar-benar merasakan secara langsung apa yang ia alami. Tidak ada pengenalan secara
langsung terhadap sebuah realita selain melalui intuisi. Di sinilah letak kevalidan
pengetahuan intuisi berbeda dengan pengetahuan inderawi dan akal yang hanya
memperlihatkan penampakannya saja.
Di antara para filosof intusionismesebuah aliran yang menjadikan intuisi sebagai sumber
pengetahuannyaadalah Henry Bergson seorang filosof Perancis. Pengetahuan intuisi ini
juga sangat familiar di kalangan para mazhab irfani (kaum sufi). Metode yang dipakai kita
kenal dengan metode irfani.
d. Wahyu
Satu-satunya sumber pengetahuan yang tidak bisa diusahakan oleh manusia adalah wahyu.
Artinya ia benar-benar bersumber dan pemberian dari Tuhan. Sehingga kebenarannya tidak
perlu disanksikan lagi. Biasanya pengetahuan ini disampaikan melalui orang-orang pilihan
dan utusan Tuhan dalam bentuk kitab suci.
Dasar dari pengetahuan ini adalah keyakinan dan menjadi salah satu pilar keyakinan
beragama. Orang yang beragama harus meyakini kebenaran semua isi kandungan kitab
suci. Di dalam kitab suci biasanya terkandung cerita-cerita masa lalu. Berita tentang surga,
neraka, pahala dan dosa. Tentu saja yang tak kalah pentingnya adalah kebenaran akan
keberadaan Tuhan pencipta alam. Dan masih banyak berita-berita yang lainnya. Wahyu
merupakan sumber pengetahuan yang kaya. Metode yang dipakai adalah metode bayani.
5. Bagaimanakah validitas pengetahuan itu dapat dinilai ?
Nilai-nilai yang berbeda yang terungkap dalam paparan tentang atau upaya untuk
mencari

validitas

sebenarnya

telah

dikaji

oleh

banyak

peneliti

yang

menitikberatkan pada kekuasaan, meliputi kebudayaan, ideologi, gender,


bahasa/teks,

dan

relevansi/advokasi.

Berbagai

tulisan

oleh

para

pakar

kebudayaan termasuk tulisan-tulisan yang terkait erat dengan ideologi, termasuk


feminisme, telah berupaya untuk mengidentifikasi landasan dan asumsi tersirat
dari klaim-klaim validitas/ilmu pengetahuan. Karena lebih seringnya menempuh
jalan yang sama, bukannya berbeda, maka titik-titik keberangkatan tulisan para

pakar di atas seringkali bertemu. Yang menjadi dasar argumentasi dari banyak
paparan tersebut adalah bahwa validitas seyogianya dikesampingkan sma sekali
sebagai sebuah konsep yang praktis atau dikualifikasi secara radikal, ataupun
dipisahkan dengan tanda penghubung. Sebagian besar dari ungkapan berikut
ini telah dilontarkan, secara sinis, dengan menggunakan kata-kata gabung
seperti validitas pengganti, validitas katalitik, validitas terinterogasi, validitas
transgresif,, validitas imperiel, validitas simulasi/ironis, validitas tempat, dan
validitas yang penting menyenangkan(baca Atkison, 1990, 1992; Eisner &
Peshkin, 1990; Guba, 1990; Hammersley, 1990, 1992; Lather, 1993; Wolcott,
1991). Sikap-sikap utama terhadap validitas diuraikan berikut ini.
Validitas-sebagai-kebudayaan

(VAC:

Validity-as-culture)

dikalangan pakar ilmu sosial. Menerapkan,

sangat

terkenal

mereproduksi, Klaim dasarnya

menyatakan bahwa pakar etnografi merefleksikan, menulis dan kemudian


membaca sudut pandang kebudayaan sendiri untuk others (pihak lain). Sudut
pandang merupakan terdakwa dalam validitas. Solusinya mencakup upaya-upaya
untuk menyertakan lebih banyak sudut pandang, meliputi upaya untuk menilai
kembali cara peneliti memandang misi dan tema penelitian. Atkinson (1992)
menyatakan bahwa etnografi dapat dimitoskan, namun rasa akan kontinuitas
kelas hampir tidak lebih kuat dalam genre Inggris daripada dalam genre Amerika
yang lebih terfokus pada rasa akan tempat (hal.34).
Validitas-sebagai-ideologi (VAI: Validity-as-ideology) sangat mirip dengan VAC,
kecuali bahwa fokus perhatiannya lebih tercurah pada sifat-sifat kultural tertentu
yang meliputi kekuatan sosial, legitimasi, dan asumsi-asumsi tentang struktur
sosial, semisal bawahan/atasan.
Validitas-sebagai-gender (VAG:validity-as-gender), mirip dengan VAC dan VAI,
memusatkan perhatian pada berbagai asumsi yang diterima apa adanya yang
diajuhkan oleh para peneliti berkompeten dalam menjalankan tugas konseptual
dan pengumpulan data mereka, meliputi beberapa persoalan menyangkut
kekuasaan dan dominasi dalam internal sosial. Satu kepeduliannya adalah
bahwa aspek-aspek kekuatan sosial yang timpang ini dapat dipulihkan kembali
dan lebih jauh dikukuhkan serta dilegitimasi.

Validitas-sebagai-bahasa/teks, (VAL: validity-as-languagr/text), senada dengan


semua validitas yang diuraikan dimuka, terutama menyangkut bagaimana
kategori kultural dan pandangan tentang dunia, seperti yang tersurat dengan
tegas dalam bahasa dan, secara lebih luas, dalam wacana membatasi
keputusan dan pilihan yang membingkai segala sesuatu.
Validitas sebagai-relevansi/advokasi (VAR: validity-as-relevance/advocacy),
menekankan kemanfaatan dan pemberdayaan penelitian agar bermanfaat dan
mengangkat martabat kelomok-kelompok yang seringkali menjadi obyek
penelitian-yaitu orang-orang yang relatif tak berdaya, seperti kaum miskin atau
petani.
Validitas-sebagai-standar (VAS; validity-as-standards), menegaskan bahwa
harapan akan otoritas yang berbeda terhadap ilmu pengetahuan itu sendiri, atau
peneliti yang dilegitimasi oleh jubah kehormatan ini, patut dicurigai, dan bahwa
klaim-klaim kebenaran itu sedemikian banyaknya sehingga meruntuhkan otoritas
atau prosedur yang tunggal. Dalam kasus ekstrem, sains tidak lagi berfungsi
sebagai model yang disukai bagi ilmu pengetahuan, karena yang paing utama
pemahamanlah, bukan informasi yang terkodifikasi dan terintegrasi secara
teoretis-sebagai pengetahuan-yang lebih dikehendaki.

6. Jelaskan hubungan filsafat, ilmu pengetahuan dan teknologi ?


Berikut ini adalah perbandingan hubungan antara IPTEK dan filsafat secara umum

Filsafat Ilmu
Berasal dari akal/pemikiran manusia,

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi


Berasal dari akal/pemikiran manusia,

bersifat universal atau umum

mempelajari hal yang bersifat khusus

berusaha mencari hakikat dari

(memiliki batasan keilmuan)


Mempelajari fenomena dengan

fenomena
Terus berubah menuju hakikat
Berusaha mencari kebenaran dari

menggunakan metodologi keilmuannya


Terus mengalami perubahan
Mencari kebenaran dengan jalan

penyelidikan, pengalaman dan

berpikir secara radikal, integral dan

percobaan (eksperimen)

universal.

7. Jelaskan filosofi perkembangan iptek di bidang teknik sipil, khususnya pada :

a. Rancangan high rise building tahan gempa


Perkembangan dan kemajuan konstruksi gedung tinggi dan tahan gempa
mulai dari material konstruksi, system struktur, fondasi dan metode
pelaksanaan yang sudah sangat maju hal ini dapat dilihat dari banyaknya
bahan dasar untuk konstruksi beton saat ini, dan kebanyakan gedung tinggi
dan tahan gempa di Indonesia sudah menggunakan konstruksi beton
bertulang, teknologi beton berkembang pesat dari mutu K-175 sampai K-225
Begitu pula system struktur yang digunakan sudah mengikuti perkembangan
teknologi yang ada dengan menggunakan system yang sering diterapkan
adalah konstruksi beton dengan rangka terbuka dan shearwall dengan system
lantai yang popular digunakan pelat balok dan system flab slab dan
sehubungan dengan perkembangan teknologi bahwa bangunan yang tahan
terhadap gempa harus tidak terlalu kaku maka muncullah system lateral lain
seperti interaksi core rangka terbuka serta core dan outrigger dan adapula
yang menerapkan mixed steel concrete sebagai system strukturnya ini
teknologi yang digunakan pada bangunan yang gedung yang bertingkat
sangat tinggi

b. Large Dam pada sebuah waduk


Dengan

pesatnya

perkembangan

teknologi

dalam

perencanaan

dan

pelaksanaan pembangunan bendungan telah mengaburkan batasan secara


jelas pengelompokan tipe bendungan, karena sebagai akibat dari usaha para
perancang concrete dams dan geotechnical engineers dalam mengatasi
permasalahan bendungan timbunan (Embankment Dams) untuk menurunkan
biaya konstruksi, pemeliharaan serta untuk mendapatkan nilai ekonomis yang
lebih tinggi.
Usaha untuk mendapatkan nilai yang lebih kompetitif diantaranya adalah :
-

Tingginya biaya membangun lapisan inti kedap air dan tanah liat diganti
dengan timbunan batu dan melapisi kedap air pada dinding permukaan sisi
hulu bendungan.

Tingginya biaya tenaga kerja, peralatan dan lamanya durasi waktu


pelaksanaan pada bendungan beton (Concrete Dam) diatasi dengan
pembangunan dengan beton tuang yang langsung dipadatkan (Roller
Compacted Concrete Dams).

Tingginya biaya pembangunan dan pelimpah darurat (Emergency Spillway)


diatasi dengan mengijinkan air melimpah melalui tubuh bendungan yang
telah dirancang tersendiri baik pada bendungan timbunan (Embankment
Dams) maupun struktur beton (Concrete Dam).

Penyelidikan yang menerus terhadap perilaku bendungan dan pengaruh


terhadap gempa akan memperbaiki laboratorium test dinamis (Dynamic
Laboratory Method) dan perbaikan pada teknik pembangunan Concrete
Dams dan Embankment Dams.
Berbagai usaha untuk memperoleh Bendungan yang layak terhadap
kelayakan teknis, ekonomis dan lingkungan terus diusahakan hingga saat ini

c. Software paket ketekniksipilan


Ada Bebagai Macam Alat Bantu atau Software Teknik Sipil yang tersedia saat
ini. dimana akan membantu Pekerjaan Teknik sipil melalui bantuan Komputer.
meskipun Sebagai Seorang Ir. Teknik Sipil akan terbantu dengan adanya
Software Teknik Sipil namun harus dibarengi dengan pengetahuan untuk
memakai Software Teknik Sipil tersebut.
Software Teknik Sipil yang tersedia saat ini itu berdasarkan jenis pekerjaan
apa yang kita buat. dan berdasarkan Perkembangan Teknologi saat ini banyak
para programer yang sudah menciptakan Software Teknik Sipil berdasarkan
Jenis Pekerjaan Sipil yang ada. Baik untuk Pekerjaan Teknik Sipil di Bidang
Struktur, Pekerjaan Teknik Sipil di Bidang Transportasi, dan dibidang-bidang
yang lainnya.
Maanfaat Software Teknik Sipil

Seperti yang disebutkan diatas Software Teknik Sipil tentu akan Memudahkan
Para Civil Enggginering dalam Melakukan Pekerjaan. dizaman dahulu orang
Mendesain sebuah bangunan membutuhkan Waktu yang lama karena
Menggambar bangunan tersebut dilakukan secara manual, namun saat ini
hanya butuh waktu yang singkat untuk menciptakan sebuah desain Bangunan
yang diinginkan, hal itu disebabkan karena bantuan Software.
Begitu juga dengan perhitungan struktur saat ini sudah membutuhkan waktu
yang singkat jika dibandingkan dengan menghitung secara manual.

Anda mungkin juga menyukai