Dikerjakan Oleh:
LEMBAR PENILAIAN
PERENCANAAN DAN PENGUJIAN MATERIAL JALAN RAYA
Dikerjakan Oleh:
NIM : 1204101010046
DIBERIKAN NILAI
(.)
Disetujui Oleh:
Dosen Pembimbing,
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kesehatan, kesempatan dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas Perencanaan Jalan Raya I ini, yang merupakan salah satu
mata kuliah wajib pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Syiah
Kuala.
Dalam proses penyusunan laporan ini, penulis banyak mendapatkan
masukan-masukan dan bimbingan yang sangat bermanfaat dari berbagai pihak.
Karenanya, dalam kesempatan ini dengan segala ketulusan dan kerendahan hati
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu
Dr. Renny Anggraini, ST. M.Eng. yang telah meluangkan waktu untuk
membimbing dan memberikan saran-saran kepada penulis, sehingga tugas
rancangan ini dapat diselesaikan. Ucapan terima kasih dan penghargaan penulis
sampaikan juga kepada orang tua yang telah memberikan dukungan moril dan
materil serta rekan-rekan mahasiswa yang telah memberikan bantuan berupa
pikiran maupun waktu yang tentunya sangat berguna dalam proses rampungnya
tugas ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan tugas rancangan ini
masih jauh dari kesempurnaan, karenanya dengan segala kerendahan hati penulis
mengharapkan kritikan dan saran yang membangun demi kesempurnaan penulisan
laporan di masa mendatang.
Akhirnya penulis mengharapkan semoga tugas Perencanaan Jalan Raya I
ini dapat bermanfaat bagi penulis pribadi khususnya dan rekan-rekan sesama
mahasiswa Fakultas Teknik Unsyiah umumnya.
Yogi Permana
Nim 1204101010046
DAFTAR ISI
LEMBAR KONSULTASI
LEMBAR PENILAIAN
SOAL
KATA PENGANTAR......................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Maksud dan Tujuan.......................................................................... 3
1.3 Ruang Lingkup Perencanaan............................................................ 7
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
P e r e n c a n a a n K o n s t r u k s i J a l a n R a y a I |1
BAB I
PENDAHULUAN
2. Alinyemen vertikal
Pada gambar alinyemen vertikal, akan terlihat apakah jalan tersebut tanpa
kelandaian, mendaki atau menurun. Pada perencanaan ini,
dipertimbangkan bagaimana meletakkan sumbu jalan sesuai dengan
kondisi medan dengan memperhatikan fungsi - fungsi dasar dari jalan
tersebut. Pemilihan alinyemen vertikal berkaitan pula dengan pekerjaan
tanah yang mungkin timbul akibat adanya galian dan timbunan yang
harus dilakukan
Koordinasi yang baik antara bentuk alinyemen horizontal dan vertikal akan
memberikan keamanan dan kenyamanan pada pemakai jalan.
golongan umum yang dibedakan menurut besarnya lereng melintang dalam arah
kurang lebih tegak lurus sumbu jalan. Seperti yang diperlihatkan pada tabel 1.1
berikut :
Tabel 1.1 Klasifikasi Medan Dan Besanya Lereng Melintang
Golongan Medan Lereng Melintang
Datar (D) 0 sampai 9%
Perbukitan (B) 10 sampai 24,9%
Pegunungan (G) > 25%
a. Landai maksimum
Kelandaian maksimum hanya digunakan bila pertimbangan biaya sangat
memaksa dan hanya untuk jarak yang pendek. Panjang kritis landai dimaksudkan
adalah panjang yang masih dapat diterima tanpa mengakibat gangguan jalannya arus
lalu lintas (panjang ini mengakibatkan pengurangan kecepatan maksimum 25
km/jam). Bila pertimbangan biaya memaksa, maka panjang kritis dapat dilampaui
dengan syarat ada jalur khusus untuk kendaraan berat.
b. Landai minimum
Pada setiap penggantian landai dibuat lengkung vertikal yang memenuhi
keamanan, kenyamanan, dan drainase yang baik. Disini digunakan lengkung
parabola biasa.
Penampang melintang jalan yang digunakan harus sesuai dengan kelas jalan
dan kebutuhan lalu lintas yang dilayaninya. Penampang melintang utama dapat
dilihat pada daftar I PPGJR.
a. Lebar perkerasan
Pada umumnya lebar perkerasan ditentukan berdasarkan lebar jalur lalu lintas
normal yang besarnya adalah 3,5 meter sebagaimana tercantum dalam daftar I
PPGJR, kecuali:
- Jalan penghubung dan jalan kelas II c = 3,00 meter
- Jalan utama = 3,75 meter
b. Lebar bahu
Untuk jalan kelas III lebar bahu jalan minimum adalah 1,50 2,50 m untuk
semua jenis medan.
c. Drainase
Drainase merupakan bagian yang sangat penting pada suatu jalan, seperti saluran
tepi, saluran melintang, dan sebagainya, harus direncanakan berdasarkan data
hidrologis setempat seperti intensitas hujan, lamanya frekuensi hujan, serta sifat
daerah aliran.
1. Penentuan lintasan
Penentuan lintasan yang meliputi jarak lintasan, Sudut azimut, Kemiringan
jalan, Elevasi jalan pada titik kritis, Luas tampang
2. Alinyemen horizontal
Terdapat tiga jenis lengkung horizontal yang dapat digunakan pada
Alinyemen Horizontal, sebagai berikut :
a. Full Circle, digunakan pada tikungan yang mempunyai jari jari besar
dan sudut tangen yang relatif kecil.
b. Spiral Circle Spiral, digunakan pada tikungan yang mempunyai jari jari
kecil dan sudut tangen yang relatif besar.
c. Spiral Spiral digunakan pada tikungan tanpa busur lingkaran, sehingga
titik SC berimpit dengan titik CS.
3. Alinyemen vertikal
Pada perencanaan Alinyemen Vertikal,terdapat dua jenis tipe lengkung
vertikal yaitu :
a. Lengkung vertikal cembung
b. Lengkung vertikal cekung
4. Galian dan timbunan
5. Pekerjaan Tanah/kubikasi.
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
a. Jarak lintasan
b. Sudut azimut
( xZ xM ) ( xM xA)
M = arc tan arc tan ...........(2.2)
( yZ yM ) ( yM yA)
dengan:
M = sudut di titik M (yang akan di cari)
xM = koordinat titik M terhadap sumbu x
yM = koordinat titik M terhadap sumbu y
c. Kemiringan jalan
eZ eA
i A-Z = x100% .................(2.3)
d A Z
dengan:
i A-Z = kemiringan jalan dari titik awal ke titik akhir
eA = elevasi jalan pada titik awal
eZ = elevasi jalan pada titik akhir
d A-Z = jarak lintasan dari titik awal ke titik akhir
ek = eT + i x L .....................................................................(2.4)
dengan:
ek = Elevasi muka jalan pada titik kritis
eT = elevasi muka jalan pada titik tinjauan
i = kemiringan lintasan pada titik kritis
L = jarak lintasan dari titik tinjauan ke titik kritis
e. Luas tampang
a. Full circle
dengan:
R = Jarijari lengkung minimum (m)
= Sudut perpotongan ( )
Ec = Jarak PI ke lengkung peralihan (m)
Lc = Panjang bagian tikungan (m)
Tc = Jarak antara TC dan PI (m)
untuk lebih jelasnya lengkung horizontal tipe full circle dapat dilihat pada
TC
Ec
M
Lc CT
TC
Rc Rc
1 1
2B 2B
Q
Gambar 2.1. Lengkung Busur Lingkaran Sederhana
Ls.90
s = .......(2.11)
.Rc
c = - 2 s ...........................................................................................(2.12)
c
Lc = 2Rc .......(2.13)
360 0
L = Lc + 2Ls ..................................................................................(2.14)
Ls 2
p = Rc(1 coss) .......(2.15)
6 Rc
Ls 3
k = Ls Rc sin s .......(2.16)
40 Rc 2
Ts = (Rc + p) tan + k ...............................................................(2.17)
Es = ( Rc p) sec1 / 2 Rc ....(2.18)
dengan:
Rc = jarijari lengkung yang direncanakan (m)
s = sudut putar
Es
Ts
SC CS
p' Lc p'
k Ls Ls
c
TS s s ST
Rc Rc
1 1
2B 2B
Q
Gambar 2.2. Lengkung Spiral-Lingkaran Spiral Simetris.
A = g1- g2 ..................................................................................(2.26)
AxLv
Ev = ... ..........(2.27)
800
dibutuhkan dari saat melihat rintangan sampai menginjak pedal rem, disebut sebagai
waktu reakasi adalah 2,5 detik, oleh karena itu dalam perencanaan diambil waktu
reaksi (t=2,5) detik. Jarak tempuh selama waktu tersebut adalah sebesar d 1, rumus
perhitungan jarak pandang dapat dilihat sebagai berikut:
d1 = kecepatan x waktu
d1 = v x t
jika :
d1 = jarak dari saat melihat rintangan sampai menginjak pedal
v = kecepatan km/jam
t = waktu reaksi = 2,5 detik
maka :
d1 = 0,278 v t ......(2.28)
Jarak mengerem (d2) adalah jarak yang ditempuh oleh kendaraan dari
menginjak pedal rem sampai kendaraan itu berhenti. Jarak pengereman dipengaruhi
oleh faktor ban, sistim pengereman itu sendiri, kondisi muka jalan, dan kondisi
permukaan jalan. Pada sistim pengereman kendaraan, terdapat beberapa kendaraan,
terdapat beberapa kendaraan yaitu menurunnya putaran roda dan gesekan antara ban
dan permukaan jalan akibat terkuncinya roda. Untuk perencanaan hanya
diperhitungkan akibat adanya gesekan antara ban dan muka jalan. Dari buku Silvia
sukirman hal 52, jarak mengerem dapat dirumuskan sebagai berikut:
v2
d2= ..................................(2.29)
254 fm
keterangan :
fm = koefisien gesekan antara ban dan muka jalan dalam arah memanjang jalan
d2 = jarak mengerem, m
V = kecepatan kendaraan, km/jam
g = 9,81 m/det 2
G = berat kendaraan, ton
Dari kedua rumus diatas maka jarak pandang minimum dapat dirumuskan
sebagai berikut:
d = d1+ d 2 .....................................(2.30)
Pada umumnya untuk jalan 2 lajur 2 arah kendaraan dengan kecepatan tinggi
sering mendahului kendaraan lain dengan kecepatan yang lebih rendah sehingga
pengemudi tetap mempertahankan kecepatan sesuai dengan yang diinginkan.
Gerakan menyiap dilakukan dengan mengambil lajur jalan yang diperuntukan untuk
kendaraan dari arah yang berlawanan. Jarak yang dibutuhkan pengemudi sehingga
dapat melakukan gerakan menyiap dengan aman dan dapat melihat kendaraan dari
arah depan dengan bebas dinamakan jarak pandang menyiap. (Silvia : 60)
merumuskan, untuk jarak pandang menyiap standar adalah sebagai berikut:
d = d1+ d 2 + d 3 + d 4 .................................(2.32)
dimana:
a t1
d 1 = 0,278 t 1 v m .................................(2.33)
2
keterangan:
d 1 = Jarak yang ditempuh kendaraan yang hendak menyiap selama waktu reaksi
dan waktu membawa kendaraannya yang hendak membelok ke lajur kanan.
t 1 = Waktu reaksi, yang besarnya tergantung dari kecepatan yang dapat ditentukan
dimana:
d2 = jarak yang di tempuh selama kendaraan yang menyiap berada pada jalur
kanan.
t2 = waktu dimana kendaraan yang menyiap berada pada lajur kanan yang dapat
ditentukan dengan mempergunakan korelasi t2 = 6,56 + 0,048 V
d3 = diambil 30 100 meter
d4 = 2/3 d2
2
d minimum = d2 + d3+ d4 .................................(2.35)
3
m
A B
R' R'
R' R'
O
Gambar 2.4. Jarak Pandangan pada Lengkung Horizontal untuk S < L
m = R' (1 - cos )
1432,39 DS
m = 1 cos
D 50
28,65 S
m = R' 1 cos ...........................................(2.39)
R'
LV
Gambar 2.5. Jarak Pandangan pada Lengkung Vertikal Cembung (S < L).
h1 = 10 cm = 0,10 meter
h2 = 120 cm = 1,20 meter
maka :
A S2
L= 2
100 2h1 2h2
A S2
L= C A S2 .................................(2.41)
399
Jika dalam perencanaan digunakan jarak pandangan menyiap menurut Bina
Marga, dimana:
h1 = 120 cm = 1,20 meter
h2 = 120 cm = 1,20 meter
maka :
A S2
L= 2
. ................................(2.42)
100 2h1 2h2
A S2
L= C A S2 .................................(2.43)
960
C = konstanta garis pandangan untuk lengkung vertical cembung dimana S<L
Tabel 2.1. Nilai C untuk beberapa h1 dan h2 berdasarkan AASTHO dan Bina Marga.
AASTHO '90 Bina Marga '90
JPH JPM JPH JPM
Tinggi mata pengemudi (h1) (m) 1,07 1,07 1,20 1,20
Tinggi objek (h2) (m) 0,15 1,30 0,10 1,20
Konstanta C 404 946 399 960
JPH = Jarak pandangan henti
JPM = Jarak pandangan menyiap
h1
PLV L h2 PTV
S E C
m1
E
g1 % g2 %
A
PPV
A L
2
S m
E=
L E 800
800 m
2
S
L A L
S2 A S2 A
L = dan m = \
800 m 800 L
Jika jarak bebas dari bagian bawah bangunan atas kejalan adalah C, maka:
h1 h2 S2 A h h
m= C C 1 2
2 800 L 2
S2 A
L = ...........................................(2.44)
(800 C ) 400 (h1 h2 )
h1
h2
S
L
PLV E m PTV
E
g1 % g2 %
A
PPV
Gambar 2.7. Jarak Pandangan pada Lengkung Vertikal Cekung (S > L).
S Em S 1 m
L 2 E L 2 2 E
A L h1 h2
E= m= C
800 2
(800 C ) 400(h1 h2 )
L = 2S - ...........................................(2.46)
A
1
2
B Rc p A b p A
2 2 2
.......(2.48)
2
B Rc 2
64 1,25 64
2
Rc 64 1,25 ...............(2.49)
2
0,105V
Z ...........(2.50)
R
Bt = n.(B+C)+Z.............(2.51)
b = Bt Bn..........(2.52)
Keterangan :
Rc = radius lajur sebelah dalam lebar perkerasan +1/2 b.
Z = lebar tambahan akibat kesukaran mengemudi di tikungan
V = kecepatan, km/jam
R = radius lengkung,m
B =lebar perkerasan yang ditempati satu kendaraan di tikungan pada lajur
sebelah dalam.
C = lebar kebebasan samping d kiri dan kanan kendaran
Bn =lebar total perkerasan pada bagian lurus
Bt =lebar total perkerasan di tikungan
b =tambahan lebar perkerasan di tikungan
A = PxL
dengan:
A = luas segiempat (m2)
P = panjang (m)
L = lebar (m)
b. Luas segitiga
A = axt
dengan:
A = luas segitiga (m2)
c. Luas trapesium
A = (a + b) x t
dengan:
A = luas segitiga (m2)
a = panjang sisi atas (m)
b = panjang sisi bawah (m)
t = panjang sisi tegak (m)
d. Interpolasi
Nilai interpolasi merupakan perbandingan segitiga, Seperti diperlihatkan pada
gambar 2.8 di bwah ini :
T im b u n a n
T T ST
CS
SC
TS
d1
CT
Lc Ts
TC
d2
A
BAB III
PENCARIAN TRASE
Langkah awal dari pencarian trase dimulai dengan cara menarik garis
rencana yang agak sejajar dengan garis contour supaya diperoleh kelandaian yang
kecil, Menurut Bina Marga kelandaian maksimal 10%. Selanjutnya juga
diperhatikan jumlah tikungan serta jarak lintasan yang diperoleh. Setelah
diperoleh lintasan dengan berbagai kriteria diatas, perlu diperhatikan lagi volume
cut dan fill yang terjadi. Dalam hal ini disarankan agar penimbunan tidak
dilakukan pada tanjakan dan tidak lebih dari 4 meter. Pemilihan yang terakhir
didasarkan pada kelandaian, tanjakan, jumlah tikungan, jarak tempuh, dan volume
cut dan fill. Diusahakan agar pemilihan dapat seekonomis mungkin.
Seperti yang telah diuraikan di atas bahwa trase yang dipilih hendaknya
memenuhi syarat-syarat di atas. Berdasarkan pemilihan trase ini dapat
disimpulkan bahwa untuk memilih trase yang lebih ekonomis tidak dapat hanya
berpedoman pada panjangnya trase. Trase terpendek belum tentu merupakan yang
paling ekonomis. Berdasarkan pertimbangan tersebut, dipilih trase rencana dengan
medan yang relatif tidak memerlukan pekerjaan tanah yang besar dan jarak yang
tidak terlalu panjang. Pemilihan trase didasarkan pada trial dan error.
= 473,61 m
= 485,79 m
= 317,82 m
= 316,27 m
= 54,28
= 54 16 48
( xPI 3 xPI 2 ) ( xPI 2 xPI 1 )
PI2 = arctan arctan
( yPI 3 yPI 2 ) ( yPI 2 yPI 1 )
(789200 789953 ) (788953 788503 )
= arctan arctan
(671400 671600 ) (671600 671783 )
= 16,87
= 16 52 12
( xP xPI 3 ) ( xPI 3 xPI 2 )
PI3 = arctan arctan
( yP yPI 3 ) ( yPI 3 yPI 2 )
(789400 789200 ) (789200 788953 )
= arctan arctan
(671155 671400 ) (671400 671600 )
= 11,78
= 11 46 48
202,5 207
i (PI2 PI3) = x100 % = 1,428% (-) < 10 % (aman)
317,82
d. Kemiringan lintasan PI3-P
Elevasi muka tanah PI3 : 200,5
Elevasi muka tanah P : 202,5
Jarak titik PI3 P : 316,27 m
202,5 200,5
i (PI3 P) = x100 % = 0,617 % (-) < 10 % (aman)
316,27
PI1
I=
-0,6
2%
4%
0,8
I= PI2
Y I=
-1
,4
3%
PI3
I=
-0
,6
%2
Dari nilai tanjakan dan penurunan yang diperoleh, kelihatan bahwa lintasan
memenuhi syarat. Namun masih harus di cek beberapa titik kritis diantara titik
lintasan tersebut:
Menentukan titik kritis
Titik K1
Elevasi muka tanah = 207
Elevasi muka jalan = 206 + (0,0084 40)
= 206,336 m
Dengan demikian ada galian sebesar = 206,336 - 207
= 0,664 m (-) < 8 m, aman
Titik K2
Elevasi muka tanah = 208
Elevasi muka jalan = 206 + (0,0084 80)
= 206,672 m
Dengan demikian ada galian sebesar = 206,672 - 208
= 1,328 m (-) < 8 m, aman
Titik K3
Elevasi muka tanah = 209
Elevasi muka jalan = 206 + (0,0084 120)
= 207,008 m
Dengan demikian ada galian sebesar = 207,008 - 209
= 1,192 m (-) < 8 m, aman
Titik K4
Elevasi muka tanah = 210
Elevasi muka jalan = 206 + (0,0084 168)
= 207,441 m
Dengan demikian ada galian sebesar = 207,441 - 210
= 2,589 m (-) < 8 m, aman
Titik K5
Elevasi muka tanah = 211
Elevasi muka jalan = 206 + (0,0084 246)
= 208,067 m
Titik K11
Elevasi muka tanah = 205
Elevasi muka jalan = 207 - (0,0142 136)
= 205,074 m
Dengan demikian ada timbunan sebesar = 205,074 - 205
= 0,074 m < 4 m, aman
Titik K12
Elevasi muka tanah = 204
Elevasi muka jalan = 207 - (0,0142 207)
= 204,069 m
Dengan demikian ada timbunan sebesar = 204,069 - 204
= 0,069 m < 4 m, aman
Titik K13
Elevasi muka tanah = 203
Elevasi muka jalan = 207 - (0,0142 282)
= 203,007 m
Dengan demikian ada timbunan sebesar = 203,007 - 203
= 0,007 m < 4 m, aman
Titik K14
Elevasi muka tanah = 202
Elevasi muka jalan = 202,5 - (0,0063 42)
= 202,236 m
Dengan demikian ada timbunan sebesar = 202,236 - 202
= 0,236 m < 4 m, aman
Titik K15
Elevasi muka tanah = 201
Elevasi muka jalan = 202,5 - (0,0063 227)
= 201,072 m
Dengan demikian ada timbunan sebesar = 201,072 - 201
= 0,072 m < 4 m, aman
BAB IV
PERENCANAAN ALINYEMEN HORIZONTAL
f = - 0,00065 V + 0,192
f = 0,153
Dari peta topografi, trase jalan yang direncanakan merupakam trase jalan
alternative I yang terdapat tiga tikungan horizontal yaitu :
1. Lengkung horizontal A : PI1 = 54,276
2. Lengkung horizontal B : PI2 = 16,868
3. Lengkung horizontal C : PI3 = 11,777
Ls 3
K Ls Rc sin s
40 Rc 2
50 3
= 50 286 sin 5,008
40 286 2
= 24,993 m
Ts = ( Rc + P) tg 1/2 + k
= (286 + 0,364) tg 54,276 + 24,993
= 171,7893 m
Es = (Rc + P) sec - Rc
= (286 + 0,364) sec 54,276 286
= 35,7958 m
Kontrol :
L< 2 Ts
320,946 m < (2 x 171,7893) m
320,946 m < 343,5786 m (Benar)
89
1 ,7 ? =54,28
=17
TS
Es = 35,796 m
SC Lc = 220,946 m CS
ST
TS
44,263
5.008
Ls = 50 M Lc = 220,946 Ls = 50 M
TS SC CS ST
E MAKS = 6.4%
2%
2%
0% 2% 6.4
%
2% 2% 6.4
% E MAKS = 6.4%
6.4%
2% 2%
3,75 m 3,75 m
1
Ec = Tc tan
4
1
Ec = 106,177 m tan 16,868
4
Ec = 7,830 m
Lc = 0,01745 Rc
Lc = 0,01745 16,868 716
Lc = 210,777 m
(3,75)(0,02 0,029)
Landai relatif = = 0,0037
50
/
=
/ ( )
= ,
,
= ,
50 (x + 2) = 183,75
X = 1,675 %
P I2
1 0 6 ,1 8
1 6 ,8 7
TC
E c = 7 ,8 3
CT
L c = 2 1 0 ,7 7 7 m
Ls = 50 M Lc = 210,777 m Ls = 50 M
3 1
4 Ls 4 Ls
TC CT
E MAKS = 2.9%
1,675% 1,675%
2% 2%
0% 2% 2,9 2,9 0% 2%
% %
2,9 2,9
% %
2% 2% 2% 2%
2,9%
2% 2%
3,75 m 3,75 m
1
Ec = Tc tan
4
1
Ec = 98,521 m tan 11,777
4
Ec = 5,068 m
Lc = 0,01745 Rc
Lc = 0,01745 11,777 955
Lc = 196,311 m
(3,75)(0,02 0,023)
Landai relatif = = 0,0032
50
/
=
/ ( )
= ,
,
= ,
50 (x + 2) = 161,25
X = 1,225 %
PI2
98 ,5 21
11,78
TC
Ec =5,07
CT
Lc = 196,311 m
Ls = 50 M Lc = 196,311 m Ls = 50 M
3 1
4 Ls 4 Ls
TC CT
E MAKS = 2.3%
1,225% 1,225%
2% 2%
0% 2% 2,9 2,9 0% 2%
% %
2,9 2,9
% %
2% 2% 2% 2%
2,3%
2% 2%
3,75 m 3,75 m
BAB V
PERENCANAAN ALINYEMEN VERTIKAL
Titik Y ke PPV1
elevasiPPV1 elevasiY
g1 = jarak
211,7 206
g1 = 2,21%
257,5
Titik PPV1 ke PPV 2
elevasiPPV 2 elevasiPPV1
g2 = jarak
208,5 211,7
g2 = 0,69%
462,5
g1 = 2,21 %
g2 = -0,69 %
A = | g1 - g2 | = 2,21 % (-0,69) %
= 2,90 %
2
2.9 20
PPV, Sta 0 +257,5 : x = 20 ; y = 0,145 m
200 40
2
2.9 10
Sta 0 + 267,5 : x = 10 ; y = 0,036 m
200 40
PTV, Sta 0 + 277,5 : x = 0 ; y=0
g1 = -0,69 %
g2 = -0,37 %
A = | g1 - g2 | = -0,69% - (-0,37%) = -0,32 %
g1 = -0,37 %
g2 = -1,79 %
A =| g1 - g2 | = -0,37-(-1,79)
= 1,42 %
g1 = -1,79 %
g2 = +0,17 %
A = | g1 - g2 | = -1,79% - 0,17% = -1,96 %
= (1 + 420) - (40)
= 1 + 410
PPV = STA 1 + 420
= 1 + 420
40
S=
399 2,9
S = 0,186 m
(S < L) berarti tidak memenuhi
Maka direncanakan S >L ;
399
=2
399
2 = +
399 + ( . )
=
2
399 + (2,9 40)
=
2 2,9
S = 88,793 m > 40 m, berarti memenuhi (S > L)
A S2
L= C A S2
960
L
S=
CA
40
S=
960 2,9
S = 0,120 meter
= 0,120 < L = 40 m
Berarti tidak memenuhi (S < L)
Maka direncanakan S >L ;
960
=2
960
2 = +
960 + ( . )
=
2
960 + (2,9 40)
=
2 2,9
S = 185,517 > 40 m, berarti memenuhi (S > L)
S1 = 469,452 m
4 (140) (140) 4(0,32)(4800)
2= =
2 2(0,32)
S2 = 31,952 m
(S < L) berarti tidak memenuhi
Maka direncanakan S >L ;
120 + 3,5
=2
120 + 3,5
= +
2
2AS = AL + 120 + 3,5 S
3,5 S - 2 x 0,32 S + 0,32 x 40 = 0
3,5 S 0,64 S +120+ 12,8 = 0
2,86 S = 132,8
S = 46,434 m > 40 m, berarti memenuhi (S > L)
40
S=
399 1,42
S = 0,266 meter
(S < L) berarti tidak memenuhi
Maka direncanakan S >L ;
399
=2
399
2 = +
399 + ( . )
=
2
L
S=
CA
40
S=
960 1,42
S = 0,171 meter
= 0,171 < L = 40 m
Berarti tidak memenuhi (S < L)
Maka direncanakan S >L ;
960
=2
960
2 = +
960 + ( . )
=
2
960 + (1,42 40)
=
2 1,42
S = 358,028 > 40 m, berarti memenuhi (S > L)
120 + 3,5
= +
2
2AS = AL + 120 + 3,5 S
3,5 S - 2 x 1,96 S + 120 + 1,96x40 = 0
3,5 S 3,92 S + 198,4 = 0
0,42 S = 198,4
S = 472,381 m > 40 m, berarti memenuhi (S > L)
BAB VI
PERHITUNGAN GALIAN (CUT) DAN TIMBUNAN (FILL)
Dari sketsa jalan, lampiran gambar halaman 1, dapat dilihat bagian jalan yang
terletak pada bagian galian dan timbunan. Pada jalan yang terletak pada bagian
umpamanya, bagian yang tersambung dapat dicari volumenya secara menyeluruh. Seperti
bagian antara titik awal (B) dengan titik perpotongannya muka tanah dengan rencana
lintasan jalan, dicari dulu luas luas tampang melintang, volume adalah luas tampang
dikalikan jarak antara kedua penampang, apabila diantarai oleh dua luas tampang yang
tertentu maka harus dicari luas tampang melintang rata-rata dan dikalikan jarak antara
kedua penampang yang bersangkutan.
Lain halnya bila ruas yang harus dicari diantarai oleh dua tampang yang berbeda,
yang satu galian dan yang satu timbunan. Maka harus dicari titik potong muka tanah
dengan permukaan jalan, atau batas antara galian dan timbunan seperti pada gambar di
bawah ini.(gambar 5.1)
a : b = ( L- x ) ( a+b) x = b.L
bxL
ax = b.L - b.x x=
ab
ax + bx = b.L
Dengan demikian dapat diketahui panjang bagian galian dan timbunan, sehingga
dapat dicari volumenya.
Penampang jalan yang direncanakan diperlihatkan pada Gambar 6.2 di bawah ini.
1
2
( STA 0 + 000 )
08
96
07
92
94
06
04
3
99
6,0
5,9
6,0
5,9
5,9
6,0
6,0
5,
20
0,066 0,081 0,134
206,00
20
20
20
20
20
20
20
V VI VII
IV
VIII
I 0,122 205,865 205,865
II III
II 205,925 205,925
1,121
1,121
1,135
1,128
204,865 204,865
0,5 1 1,5 3,75 3,75 1,5 0,999 0,5
STA 0 + 000
Galian :
0.5 x 1.121
I = = 0.280 m2
2
II = 1.121 x 0.5 = 0.561 m2
1.121 + 0.122
III = x 0.5 = 0.311 m2
2
0.122 + 0.066
IV = x 1.5 = 0.141 m2
2
0.066 x 3.75
V = = 0.124 m2
2
0.081 x 3.75
VI = = 0.152 m2
2
0.081 + 0.134
VII = x 1.5 = 0.161 m2
2
0.134 + 1.135
VIII = x 0.5 = 0.317 m2
2
1.135 + 1.128
IX = x 0.5 = 0.566 m2
2
1.128 x 0.5
X = = 0.282 m2
2
( STA 0 + 040 )
9
7
1
7
1
5
79
76
56
69
20
39
58
41
0
92
7,0
6,9
7,0
6,9
6,9
7,0
7.0
7,0
6,
20
20
20
20
20
20
20
20
20
0,316 0,388
0,268 0,227
206,80
III IV V V VI
I 206,665 206,665
1,397
1,392
VII VIII
206,725 206,725
1,262
1,256
II
205,665 205,665
0,5 1 1,5 3,75 3,75 1,5 0,999 0,5
STA 0 + 40
Galian :
0.5 x 1.255
I = = 0.314 m2
2
1.255 + 1.262
II = x 0.5 = 0.629 m2
2
1.262 + 0.268
III = x 0.5 = 0.383 m2
2
0.268 + 0.227
IV = x 1.5 = 0.371 m2
2
0.227 + 0.200
V = x 3.75 = 0.801 m2
2
0.200 + 0.316
VI = x 3.75 = 0.968 m2
2
0.316 + 0.388
VII = x 1.5 = 0.528 m2
2
0.388 + 1.392
VIII = x 0.5 = 0.445 m2
2
1.392 + 1.397
IX = x 0.5 = 0.697 m2
2
1.397 x 0.5
X = = 0.349 m2
2
( STA 0 + 080 )
0
7
1
5
1
5
9
78
56
69
19
39
58
41
27
8,0
7,9
8,0
7,9
7,9
8,0
8.0
8,0
7,9
20
20
20
20
20
20
20
20
20
0,516
0,468 0,427
207,60
0,586
III
II IV V VI
1,597
1,592
207,465 207,465
1,462
1,456
I VII VIII
II 207,525 207,525
0,999
206,465 206,465
0,5 1 1,5 3,75 3,75 1,5 0,5
STA 0 + 80
Galian :
0.5 x 1.456
I = = 0.364 m2
2
1.456 + 1.462
II = x 0.5 = 0.730 m2
2
1.462 + 0.468
III = x 0.5 = 0.483 m2
2
0.468 + 0.427
IV = x 1.5 = 0.671 m2
2
0.427 + 0.400
V = x 3.75 = 1.551 m2
2
0.400 + 0.516
VI = x 3.75 = 1.718 m2
2
0.516 + 0.586
VII = x 1.5 = 0.827 m2
2
0.586 + 1.592
VIII = x 0.5 = 0.545 m2
2
1.592 + 1.597
IX = x 0.5 = 0.797 m2
2
1.597 x 0.5
X = = 0.399 m2
2
( STA 0 + 128 )
9
7
1
7
1
5
79
76
56
69
20
39
58
41
0
92
9,0
8,9
9,0
8,9
8,9
9,0
9.0
9,0
8,
20
20
20
20
20
20
20
20
20
0,316 0,388
0,268 0,227
208,80
III
II IV V VI
I 208,665 208,665
1,397
1,392
VII VIII
208,725 208,725
1,262
1,256
II
207,665 207,665
0,5 1 1,5 3,75 3,75 1,5 0,999 0,5
STA 0 + 128
Galian :
0.5 x 1.256
I = = 0.314 m2
2
1.256 + 1.262
II = x 0.5 = 0.630 m2
2
1.262 + 0.268
III = x 0.5 = 0.383 m2
2
0.268 + 0.227
IV = x 1.5 = 0.371 m2
2
0.227 + 0.2
V = x 3.8 = 0.801 m2
2
0.2 + 0.316
VI = x 3.8 = 0.968 m2
2
0.316 + 0.388
VII = x 1.5 = 0.528 m2
2
0.388 + 1.392
VIII = x 0.5 = 0.445 m2
2
1.392 + 1.397
IX = x 0.5 = 0.697 m2
2
1.397 x 0.5
X = = 0.349 m2
2
( STA 0 + 168 )
9
8
1
9
1
5
3
76
52
69
12
33
58
41
21
0,0
9,9
0,0
8,9
9,9
0,0
0.0
0,0
8,9
21
20
21
20
20
21
21
21
20
0,416 0,486
0,362 0,323
209,70
III
II IV V VI
209,565 209,565
1,497
1,492
I VII VIII
1,356
209,625 209,625
1,35
II
208,565 208,565
0,5 1 1,5 3,75 3,75 1,5 0,999 0,5
STA 0 + 168
Galian :
0.5 x 1.35
I = = 0.338 m2
2
1.35 + 1.356
II = x 0.5 = 0.677 m2
2
1.356 + 0.362
III = x 0.5 = 0.430 m2
2
0.362 + 0.323
IV = x 1.5 = 0.514 m2
2
0.323 + 0.3
V = x 3.8 = 1.168 m2
2
0.3 + 0.416
VI = x 3.8 = 1.343 m2
2
0.416 + 0.486
VII = x 1.5 = 0.677 m2
2
0.486 + 1.492
VIII = x 0.5 = 0.495 m2
2
1.492 + 1.497
IX = x 0.5 = 0.747 m2
2
1.497 x 0.5
X = = 0.374 m2
2
( STA 0 + 246 )
1,0 2
0
4
21 051
54
211,425 211,50 211,425
44
0,9 8
2
8
211,365 211,365
21 925
32
32
1,0
1,
0,9
21
0,
21
IV VI VII
21
21
0
0,394 VIII X
1.0
0,476
0,675
I III
0,68
54
0,558
0,552
30
IX
21
II
0,9
1,0
21
21
210.365 0,278 210.365
0,274 1 1,5 3,75 3,75 1,5 0,999 0,341
1,719 1,664
0,331
STA 0 + 246
Galian :
0.274 x 0.552
I = = 0.076 m2
2
0.552 + 0.558
II = x 0.5 = 0.278 m2
2
0.558 x 0.278
III = = 0.078 m2
2
0.331 + 0.675
VIII = = 0.112 m2 m2
2
0.675 + 0.68
IX = x 0.5 = 0.339 m2
2
0.68 x 0.341
X = = 0.116 m2
2
Timbunan :
IV = 1.5 + 1.719 x 0.476 = 0.766 m2
2
V = 0.476 + 0.5 x 3.750 = 1.830 m2
2
VI = 0.5 + 0.394 x 3.750 = 1.676 m2
2
VII = 1.5 + 1.664 x 0.394 = 0.623 m2
2
( STA 0 + 336 )
7
8
31
44
53
57
25
32
32
1,0
1,0
1,0
1,0
0,9
0,9
0,9
211,025
0,067 211,10 0,073
21
21
21
21
210,965
21
21
21
210,965 IV V VI VII
211,025
0
54
VIII X
1.0
I
0,9
1,081
1,077
III
0,972
0,967
21
II IX
21
209.065 209.065
0,5 1 1,5 3,75 3,75 1,5 0,999 0,5
STA 0 + 336
Galian :
0.5 x 0.967
I = = 0.242 m2
2
0.967 + 0.972
II = x 0.5 = 0.485 m2
2
0.972 x 0.5
III = = 0.243 m2
2
1.5 x 0.073
VII = = 0.055 m2
2
1.077 x 0.5
VIII = = 0.269 m2
2
1.077 + 1.081
IX = x 0.5 = 0.540 m2
2
1.081 x 0.341
X = = 0.184 m2
2
Timbunan :
IV = 1.5 x 0.067
= 0.050 m2
2
V = 0.067 + 0.1 x 3.750 = 0.313 m2
2
VI = 0.1 x 3.75
= 0.188 m2
2
( STA 0 + 472 )
6
6
7
9
8
9
3
77
39
68
98
21
57
37
06
0,6
0,5
0,6
0,4
0,5
0,6
0.6
0,6
0,5
21
0,085
21
21
21
21
21
21
21
21
IV
V
0,777
VI
210,319 210,20
0,7
III X
I 210,259 VII
0,995
0,987
II VIII
1,788
1,782
209,741 209,681
IX
209,319
208,681
0,5 1 1,5 3,75 3,75 1,5 0,999 0,5
STA 0 + 472
Galian :
0.5 x 0.987
I = = 0.247 m2
2
0.987 + 0.995
II = x 0.5 = 0.496 m2
2
0.995 x 0.5
III = = 0.249 m2
2
0.085 x 1.5
IV = = 0.064 m2
2
0.085 + 0.400
V = x 3.75 = 0.909 m2
2
0.400 + 0.700
VI = x 3.75 = 2.063 m2
2
0.700 + 0.777
VII = x 1.5 = 1.108 m2
2
0.777 + 1.782
VIII = x 0.5 = 0.640 m2
2
1.782 + 1.788
IX = x 0.5 = 0.893 m2
2
1.788 x 0.5
X = = 0.447 m2
2
( STA 0 + 686 )
0
5
6
3
88
55
30
93
0,1
0,1
0,1
0,0
4
6
3
3
0
32
66
05
87
21
0.0
21
21
21
9,9
9,8
9,9
9,8
21
20
20
20
20
1,468
1,56
1,302
1,326
III
II VI VII
I IV V
VIII
2,571
2,584
II
2,324
2,316
208,70 IX
208,565 208,565
208,625 208,625
207,565 207,565
1,147 1 1,5 3,75 3,75 1,5 0,999 1,308
STA 0 + 686
Galian :
1.147 x 2.316
I = = 1.328 m2
2
2.316 + 2.324
II = x 0.5 = 1.160 m2
2
2.324 + 1.326
III = x 0.5 = 0.913 m2
2
1.326 + 1.302
IV = x 1.5 = 1.971 m2
2
1.302 + 1.300
V = x 3.75 = 4.879 m2
2
1.300 + 1.468
VI = x 3.75 = 5.190 m2
2
1.468 + 1.56
VII = x 1.5 = 2.271 m2
2
1.56 + 2.571
VIII = x 0.5 = 1.033 m2
2
2.571 + 2.584
IX = x 0.5 = 1.289 m2
2
2.584 x 1.308
X = = 1.690 m2
2
( STA 0 + 774 )
0
1
5
6
3
88
43
55
30
93
9,1
9,1
9,1
9,1
9,0
3
0
1
73
0
32
67
96
98
20
9.0
88
20
20
20
20
8,9
8,8
8,8
8,8
20
8,
20
20
20
20
20
0,968
1,06
0,802
IV
0,833
III V VI
VII
208,20
2,071
2,084
VIII
1,827
1,825
IX X
I 208,065 208,065
II 208,125 208,125
207,065 207,065
0,9 1 1,5 3,75 3,75 1,5 0,999 1,055
STA 0 + 774
Galian :
0.9 x 1.827
I = = 0.822 m2
2
1.827 + 1.825
II = x 0.5 = 0.913 m2
2
1.825 + 0.833
III = x 0.5 = 0.665 m2
2
0.833 + 0.802
IV = x 1.5 = 1.226 m2
2
0.802 + 0.800
V = x 3.75 = 3.004 m2
2
0.800 + 0.968
VI = x 3.75 = 3.315 m2
2
0.968 + 1.06
VII = x 1.5 = 1.521 m2
2
1.06 + 2.071
VIII = x 0.5 = 0.783 m2
2
2.071 + 2.084
IX = x 0.5 = 1.039 m2
2
2.084 x 1.055
X = = 1.099 m2
2
( STA 0 + 867 )
3
2
2
1
9
72
27
38
16
82
8,1
8,1
8,1
8
92
8,1
9
8,0
0
07 01
58
49
8.0
20
,87
7
20
20
20
20
7,8
0,187
7,8
7,8
0,094 0,378
20
208,069 208,009 0,292
20
20
20
V VI
2
III 3 XII
81
15
I XI
207,90 207,791 207,731
0,801
II
7,8
7,9
1,389
0,79
1,4
20
20
1,81 1,937
207,069
206,731
0,5 1 1,5 3,75 3,75 1,5 1,016 0,5
STA 0+ 867
Galian :
0.5
x 0.79
I = = 0.198 m2
2
0.79 + 0.801
II = x 0.5 = 0.398 m2
2
0.801 x 0.5
III = = 0.200 m2
2
0.1 x 1.937
VII = = 0.097 m2
2
0.1 + 0.292
VIII = x 3.75 = 0.735 m2
2
0.292 + 0.378
IX = x 1.50 = 0.503 m2
2
0.378 + 1.389
X = x 0.5 = 0.442 m2
2
1.389 + 1.4
XI = x 0.5 = 0.697 m2
2
1.4 x 0.5
XII = = 0.350 m2
2
Luas total galian = 3.619 m2
Timbunan :
IV = 0.097 x 0.187
= 0.009 m2
2
V = 0.187 + 0.094 x 1.500 = 0.211 m2
2
VI = 0.094 x 1.81
= 0.085 m2
2
Luas total timbunan = 0.305 m2
( STA 0 + 959 )
0,584
0,448
0,4
V VI VII VIII
IV
0,197 0,107
0,316
0,306
20
IX
0,919
III
0,909
I II
X XI
7,
20
206,769
0,16
206,431
0,152 0,5 0,354 1,5 3,75 3,75 1,5 1,016 0,465
STA 0+ 959
Galian :
0.152 x 0.306
I = = 0.023 m2
2
0.306 + 0.316
II = x 0.5 = 0.156 m2
2
0.316 x 0.16
III = = 0.025 m2
2
0.448 x 0.909
IX = = 0.204 m2
2
0.909 + 0.919
X = x 0.5 = 0.457 m2
2
0.919 x 0.5
XI = = 0.230 m2
2
Luas total galian = 1.094 m2
Timbunan :
IV = 0.354 x 0.674
= 0.119 m2
2
V = 0.674 + 0.584 x 1.500 = 0.944 m2
2
VI = 0.584 + 0.4 x 3.750 = 1.845 m2
2
VII = 0.400 + 0.197 x 3.750 = 1.119 m2
2
VIII = 0.197 + 0.107 x 1.500 = 0.228 m2
2
( STA 1 +020 )
1,456
1,077
1,15
1,08
206,469 IV V VI VII
I
II
III VIII 206,131 X
0,081
0,529
0,086
0,524
IX
206
0,5 0,5 0,5 1,5 3,75 3,75 1,5 0,5 0,5 0,5
STA 1+ 020
Timbunan :
1.534 + 0.529
I = x 0.5 = 0.516 m2
2
0.529 + 0.524
II = x 0.5 = 0.263 m2
2
0.524 + 1.519
III = x 0.5 = 0.511 m2
2
1.519 + 1.456
IV = x 1.5 = 2.231 m2
2
1.456 + 1.3
V = x 3.8 = 5.168 m2
2
1.3 + 1.15
VI = x 3.8 = 4.594 m2
2
1.15 + 1.108
VII = x 1.50 = 1.694 m2
2
1.108 + 0.086
VIII = x 0.50 = 0.299 m2
2
0.086 + 0.081
IX = x 0.50 = 0.042 m2
2
0.081 + 1.077
X = x 0.50 = 0.290 m2
2
( STA 1 + 095 )
206,00
205,865 205,865
95
205,925 205,925
0,864
0,785
1,012
5,0
0,986
1,019
V VI
IV VII
20
III
II
I
204,877 VIII
205,00 204,865 0,231
0,5 0,5 1,5 3,75 3,75 1,5 0,39 0,726
STA 1+ 095
Timbunan :
1.019 x 0.5
I = = 0.255 m2
2
0.986 x 0.5
II = = 0.247 m2
2
0.986 + 1.012
III = x 1.5 = 1.499 m2
2
1.012 + 1
IV = x 3.8 = 3.773 m2
2
1 + 0.864
V = x 3.8 = 3.495 m2
2
0.864 + 0.785
VI = x 1.50 = 1.237 m2
2
0.785 x 0.39
VII = = 0.153 m2
2
Galian :
0.726 + 0.5
VIII = x 0.23 = 0.142 m2
2
( STA 1 + 166 )
0,782
V
0,714
0,847
0,795
II VII
0,299
0,2
VIII
I 204,00
203.765 0,354 203.765
0,701 0,399 1,5 3,75 3,75 1,5 0,795
STA 1+ 166
Timbunan :
0.399 x 0.795
II = = 0.159 m2
2
0.795 + 0.847
III = x 1.5 = 1.232 m2
2
0.847 + 0.9
IV = x 3.8 = 3.276 m2
2
0.9 + 0.782
V = x 3.8 = 3.154 m2
2
0.782 + 0.714
VI = x 1.50 = 1.122 m2
2
0.714 x 0.354
VII = = 0.126 m2
2
Galian :
0.701 + 0.5
I = x 0.20 = 0.120 m2
2
0.795 + 0.5
VIII = x 0.30 = 0.194 m2
2
( STA 1 +241 )
0,674
0,807
IV V VI
III
II 0,251
203,00 0,181
0,833
0,166
VII
I
202,546
202,265
0,654 0,434 1,5 3,75 3,75 1,59 1,33
STA 1+ 241
Timbunan :
0.434 x 0.807
II = = 0.175 m2
2
0.807 + 0.674
III = x 1.5 = 1.111 m2
2
0.674 + 0.4
IV = x 3.8 = 2.014 m2
2
0.4 + 0.251
V = x 3.8 = 1.221 m2
2
0.251 + 0.181
VI = x 1.50 = 0.324 m2
2
Galian :
0.654 + 0.5
I = x 0.17 = 0.096 m2
2
1.33 + 0.5
VII = x 0.83 = 0.762 m2
2
( STA 1 +277 )
202,9463
0,2 0,182
III
202,80 0,146
II
IV 202,725 202,665
V
0,101 202,8863 VI
202,60
0,838
0,84
VII
I
201,946
1,318 1,5 3,75 3,75 1,5 1 0,441
STA 1+ 277
Timbunan :
0.101 x 0.2
II = = 0.010 m2
2
0.2 + 0.182
III = x 1.5 = 0.287 m2
2
0.182 + 0.2
IV = x 3.8 = 0.716 m2
2
0.2 + 0.123
V = x 3.8 = 0.606 m2
2
1.553 + 1.500
VI = x 0.15 = 0.223 m2
2
Galian :
1.318 + 0.5
I = x 0.84 = 0.762 m2
2
1.441 + 0.5
VII = x 0.84 = 0.815 m2
2
( STA 1 +319 )
1,216
IV
201,146
200,865
1 1,5 3,75 3,75 1,553 1,389
STA 1+ 319
Timbunan :
0.141 x 5.25
II = = 0.370 m2
2
0.198 x 5.25
III = = 0.520 m2
2
Galian :
1.5 + 0.5
I = x 0.86 = 0.860 m2
2
1.389 + 0.5
IV = x 1.22 = 1.149 m2
2
( STA 1 + 504 )
201,00
0,811
0,771
0,886
0,823
IV V VI VII
I
200,30 VIII X
III
1,908
1,898
1,893
1,822
1,824
1,823
II 200,165 200,225 200,225 200,165 IX
199.165 199.165
0,954 0,5 0,5 1,5 3,75 3,75 1,5 0,5 0,5 0,911
STA 1 + 504
Galian :
0.954 x 1.898
I = = 0.905 m2
2
1.898 + 1.893
II = x 0.5 = 0.948 m2
2
1.893 + 0.886
III = x 0.5 = 0.695 m2
2
0.886 + 0.811
IV = x 1.5 = 1.273 m2
2
0.811 + 0.700
V = x 3.75 = 2.833 m2
2
0.700 + 0.771
VI = x 3.75 = 2.758 m2
2
0.771 + 0.823
VII = x 1.5 = 1.196 m2
2
0.823 + 1.824
VIII = x 0.5 = 0.662 m2
2
1.824 + 1.882
IX = x 0.5 = 0.927 m2
2
1.882 x 0.911
X = = 0.857 m2
2
( STA 1 + 593 )
1,128
1,128
1,128
II
199.365 199.365
0,564 0,5 0,5 1,5 3,75 3,75 1,5 0,5 0,5 0,564
STA 1 + 593
Galian :
0.564 x 1.128
I = = 0.318 m2
2
1.128 + 1.128
II = x 0.5 = 0.564 m2
2
1.128 + 0.128
III = x 0.5 = 0.314 m2
2
0.128 + 0.07
IV = x 1.5 = 0.149 m2
2
0.07 + 0.000
V = x 3.75 = 0.131 m2
2
0.000 + 0.070
VI = x 3.75 = 0.131 m2
2
0.070 + 0.128
VII = x 1.5 = 0.149 m2
2
0.128 + 1.128
VIII = x 0.5 = 0.314 m2
2
1.128 + 1.128
IX = x 0.5 = 0.564 m2
2
1.128 x 0.564
X = = 0.318 m2
2
LuasTampangGalian
Volume Galian = xjarak
2
LuasTampangTimbunan
Volume Timbunan = xjarak
2
Maka dengan rumus tersebut, dapat dihitung dengan menggunakan tabel berikut;
Volume
Luas Penampang(m2) Jarak
Titik Sta (m3)
(m)
Galian Timbunan Galian Timbunan
1 0 + 000 2.894 -
40.00 167.58 -
2 0 + 040 5.484 -
40.00 271.35 -
3 0 + 080 8.083 -
48.00 325.63 -
4 0 + 128 5.485 -
40.00 244.91 -
5 0 + 168 6.760 -
78.00 302.54 190.93
6 0 + 246 0.997 4.896
90.00 135.65 245.09
7 0 + 336 2.017 0.551
136.00 620.90 37.46
8 0 + 472 7.114 -
214.00 3085.51 -
9 0 + 686 21.723 -
88.00 1588.81 -
10 0 + 774 14.386 -
93.00 837.25 14.18
11 0 + 867 3.619 0.305
92.00 216.81 209.76
12 0 + 959 1.094 4.255
61.00 33.38 605.75
13 1 + 020 -
15.606
75.00 5.31 984.85
14 1 + 095 0.142 10.657
71.00 16.16 700.24
15 1 + 166 0.314 9.068
75.00 43.94 521.70
16 1 + 241 0.858 4.844
36.00 48.59 115.58
17 1 + 277 1.841 1.577
42.00 80.85 51.80
18 1 + 319 2.009 0.890
185.00 1393.18 82.31
19 1 + 504 13.053 -
89.00 712.20 -
20 1 + 593 2.952 -
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
7.2 Saran
Bukhari. R.A, dan Maimunah, 2005, Perencanaan Trase Jalan Raya, Banda
Aceh: Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala.
Sukirman, Silvia, 1999, Dasar-Dasar Perencanaan Geometrik Jalan, Bandung:
Penerbit Nova.