Abstrak
Perkembangan puisi modern Indonesia tidak terlepas dari kebudayaan yang telah mengakar. Salah satu
sumber penciptaan puisi yang diusung penyair berasal dari kisah-kisah pewayangan. Pembacaan heuristik
dan hermeneutik perlu dilakukan agar makna puisi dapat diterima pembaca dengan baik. Mengingat
kisah-kisah pewayangan hanya diketahui kelompok masyarakat tertentu. Metode penelitian yang
digunakan adalah metode kualitatif. Hasil penelitian dipaparkan secara deskriptif. Analisis puisi
menggunakan pembacaan heuristik dan pembacaan hermeneutik Michael Riffaterre. Data yang digunakan
adalah puisi “Sita Sihir” karya Sapardi Djoko Damono, puisi “Hikayat Sri Rama” karya Goenawan
Mohamad, dan puisi “Penyesalan Kunti” karya Djoko Saryono. Hasil pembacaan merujuk pada
pemaknaan nilai-nilai yang humanis.
Abstract
The development of modern Indonesian poetry is inseparable from deeply rooted culture. One of the
sources of poetry creation carried by poets comes from puppet stories. Heuristic and hermeneutic read
needs to be done, so the meaning of poetry reader to be acceptable. Given that puppet stories are only
knowling to certain community groups. The research method used is a qualitative method. The results of
the study were present the descriptiv. Poetry analysis uses heuristic read and hermeneutic of Michael
Riffaterre. The data used is the poem "Sita Sihir" by Sapardi Djoko Damono, the poem "Hikayat Sri
Rama" by Goenawan Mohamad, and the poem "Penyesalan Kunti" by Djoko Saryono. The results of the
reading refer to the meaning of humanistic values.
7
DEIKSIS | Vol. 11 No. 01 | Januari-April 2019: 7-20
8
Pembacaan Heuristik dan Hermeneutik Puisi Indonesia Modern Bertema Pewayangan
(Dian Hartati)
9
DEIKSIS | Vol. 11 No. 01 | Januari-April 2019: 7-20
10
Pembacaan Heuristik dan Hermeneutik Puisi Indonesia Modern Bertema Pewayangan
(Dian Hartati)
11
DEIKSIS | Vol. 11 No. 01 | Januari-April 2019: 7-20
12
Pembacaan Heuristik dan Hermeneutik Puisi Indonesia Modern Bertema Pewayangan
(Dian Hartati)
13
DEIKSIS | Vol. 11 No. 01 | Januari-April 2019: 7-20
bukit). Bertapa kembali di bukit yang yang dimilikinya, rela menjadi tempat
pernah disinggahinya. Kumbakarna singgah seperti pohon-pohon yang
tidak mau ada korban. Dia pun memilih mampu meneduhi (aku mungkin
melanjutkan pertapaannya. trembesi).
Sambil mendengarkan cerita Pernyataan-pernyataan yang
ayahnya, Si Anak mulai memahat sirip diucapkan Kapi Jembawan didengar
ikan (Di luar cerita, anak itu meraut bumi dan langit. Alam semesta seolah
sirip). Dia memandang mainan menyetujui ucapan Kapi Jembawan
buatannya dan membayangkan ikan itu (Saat itu langit pasti mendengar,) dan
bergerak-gerak di dalam sungai yang merestui tindakan yang akan dilakukan
dalam. Berenang-renang di arus yang Kapi Jembawan.
deras, sebelum akhirnya kematian Berbeda dengan kehendak
datang. Ikan dipancing dan membuat semesta, Trijatha tidak menginginkan
ikan menggelepar-gelepar lalu mati tak kehadiran Kapi Jembawan. Setiap
berdaya. malam, Trijatha melamunkan nasib
Melihat anaknya mulai hidupnya. Trijatha menginginkan
melamun, si ayah mengakhiri cerita Dia pendamping hidup seorang pangeran,
lelah dan menutup kisah Kumbakarna tetapi keinginan itu tidak pernah
dengan kalimat-kalimat pamungkas. didapatkannya (aku memang inginkan
Kumbakarna tetap harus melalui banyak dengus seorang pangeran). Karena
peristiwa yang menyulitkan. Apalagi suatu peristiwa yang tidak diketahui
dia tinggal di sebuah tempat yang tidak Trijatha, pangeran pernah mengucapkan
memiliki pemimpin sejati. sebuah sumpah.
Pangeran itu bernama
Fragmen Kedua Leksmana, seorang bangsawan yang
Judul fragmen dua mengacu berasal dari Ayudhya (Leksmana,
pada kisah cinta terlarang antara pangeran Ayudhya yang menang,).
bangsawan, seorang bangsa monyet, Pangeran perkasa yang sering
dan perempuan jelita. memenangkan peperangan. Laki-laki
Aku lirik dalam fragmen yang hidup di hutan untuk waktu lama.
dua adalah tokoh Trijatha yang sedang Trijatha masih berhadapan
berhadapan dengan Kapi Jembawan. dengan Kapi Jembawan. Seorang
Trijatha menerima kehadiran Kapi perempuan yang tidak mampu menolak
Jembawan dengan terpaksa karena karena hidupnya memang telah
sebuah kejadian yang tidak sesuai ditakdirkan bersanding dengan
dengan keinginannya (/karena engkau keturunan kera. Kapi Jembawan masih
adalah lelaki//yang memalsukan diri./). berusaha meyakinkan Trijatha (“Aku
Trijatha mengetahui perasaan adalah peran,” bisiknya kepadaku,).
Kapi Jembawan karena dia seorang Trijatha pasrah. Dia akan
perempuan yang memiliki kepekaan. menjalani kehidupan bersama Kapi
Trijatha merasakan kesedihan Kapi Jembawan. Trijatha bersedih hati,
Jembawan dan mempercayai firasat namun tidak mampu berbuat apa-apa
hatinya sendiri. Saat dipenuhi (Kau tahu kita semua bisa menangis.).
kesedihan, Kapi Jembawan mengatakan Trijatha menerima kehadiran
isi hatinya kepada Trijatha (“Aku Kapi Kapi Jembawan. Kehidupan
Jembawan yang tak akan berakhir;) berkeluarga yang selama ini sudah
dengan penuh kejujuran. Kapi dibayangkan bersama seorang pangeran.
Jembawan rela mengubah kebiasaan Dengan ragu-ragu Trijatha menerima
14
Pembacaan Heuristik dan Hermeneutik Puisi Indonesia Modern Bertema Pewayangan
(Dian Hartati)
15
DEIKSIS | Vol. 11 No. 01 | Januari-April 2019: 7-20
16
Pembacaan Heuristik dan Hermeneutik Puisi Indonesia Modern Bertema Pewayangan
(Dian Hartati)
17
DEIKSIS | Vol. 11 No. 01 | Januari-April 2019: 7-20
18
Pembacaan Heuristik dan Hermeneutik Puisi Indonesia Modern Bertema Pewayangan
(Dian Hartati)
19
DEIKSIS | Vol. 11 No. 01 | Januari-April 2019: 7-20
20