Anda di halaman 1dari 2

[ Membuat Kebahagiaan Sendiri ]

Oleh: Radityo Harseno

Kebahagiaan merupakan sebuah keniscayaan yang hendak ditempuh oleh setiap manusia.
Entah sampai kapan kita bisa menempuhnya, bisa atau tidak, yang jelas dalam perjalanan
itulah kita senantiasa berusaha membuat kebahagiaan. Telah masyhur kita baca dan dengar
dalam jagat maya kalimat Bahagia itu kita yang buat. Maka dari itu yang perlu diselidiki
selanjutnya adalah, benarkah bahagia itu kita yang buat?
Bahagia adalah keadaan atau perasaan senang dan tenteram (bebas dari segala yang
menyusahkan)1 Terdapat kata keadaan atau perasaan di sana, berarti sumber dari segala
sumber yang menimbulkan bahagia adalah hati. Di situlah pusat segala perasaan yang timbul
dan terolah sebagai bagian anugerah-Nya.
Jika berbicara bahagia itu kita yang buat, di situ artinya, bahwa kita sendirilah yang dapat
mengolah perasaan yang ada di dalam qalb (hati) itu menjadi ketentraman bagian dari
bahagia. Bagaimana caranya kita bisa membuat hati kita merasa demikian? Jawaban yang
pantas adalah, kita sendiri yang harus mengolah rasa kepada Sang Pencipta hati kita.
Siapakah Sang Pencipta itu? Sudah barang tentu Dia Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Lantas apa
hubungannya bahagia kita yang buat dengan Tuhan yang menciptakan hati? Jelas sangat erat
kaitannya. Sebab Tuhan-lah yang memberikan perasaan ketentraman itu. Bagaimana
mungkin kita bisa bahagia sedang hubungan kita dengan Tuhan sendiri tidak tentram atau
bahagia.
Oleh karenanya hanya dengan memiliki hubungan yang baik kepada Tuhan-lah bahagia itu
tercipta. Perasaan itu bagian dari bathin manusia. Maka, hubungan baik dengan Tuhan yang
paling penting adalah sikap bathinnya, bukan lahirnya! Sebab ketika bathin tersebut sudah
kadung terjerembab dalam lezatnya bergumul dengan Sang Pencipta, niscaya tak lagi
membutuhkan hubungan bathin dengan yang lain, apalagi dunia!
Orang yang sudah berhasil membangun dan menjaga hubungan baik dengan Sang Pemberi
perasaan, ia tak perlu lagi merasakan kebahagiaan lainnya melebihi kebahagiaan hakiki
tersebut.
Kembali kepada membuat kebahagiaan sendiri ini artinya mengacu pada sejauh mana kita
bisa membuat Sang Pencipta bahagia. Di dalam agama kita diajarkan untuk bersyukur. Sebab
bersyukur adalah wujud kita membahagiakan Sang Pencipta. Lha kok bisa, emang apa
hubungannya?
Pada dasarnya bersyukur adalah menggunakan nikmat Allah sebagaimana mestinya sesuai
dengan kehendak-Nya. Oleh karenanya ketika kita mampu bersyukur, di saat itu pula kita
membahagiakan Tuhan menurut prasangka baik kita, karena menggunakan nikmat-Nya
sesuai kehendak Tuhan. Lalu nikmat mana yang hendak digunakan sebagaimana mestinya

1
http://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/bahagia
sesuai keridhaan-Nya itu? Nikmat yang tidak hanya sebatas apa yang tampak secara lahir.
Sebab hakikatnya yang tak tampak itulah makna sesungguhnya dari sebuah nikmat. Inilah
maksud daripada bersyukur dengan bathin sebagai bagian menjaga hubungan baik dengan
Sang Pemberi Kebahagiaan.
Mungkin di mata kita harta benda, istri yang cantik, anak-anak yang pandai, dan segala
perhiasan dunia adalah sumber kebahagiaan dan nikmat dari Tuhan. Namun ketahuilah justru
hal itu, di mata Tuhan adalah sumber daripada cobaan kita. Cobaan, apakah kita mampu
bersyukur atau tidak. Jika mampu, maka Allah akan menambahkan kenikmatan (kebahagiaan)
kepada kita.
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu 2
Oleh karenanya bersyukur adalah kunci sekaligus tangga meraih kebahagiaan. Sesungguhnya
dengan bersyukur pula kita sedang mendekatkan diri dengan Tuhan. Semakin pandai kita
bersyukur dengan Tuhan semakin dekat (kenal) pula kita kepada-Nya. Oleh agama perjalanan
bahagia itu telah diberi berakhir. Puncaknya yang penghabisan ialah kenal akan Tuhan, baik
marifat kepada-Nya, baik taat kepada-Nya dan baik sabar atas musibah-Nya. Tidak ada lagi
hidup di atas itu!3 Maka bagi orang yang sudah benar-benar mengenal dan berhubungan baik
dengan Tuhan, niscaya ia tak perlu lagi mencari apalagi membuat kebahagiaan sendiri oleh
sebab duniawi. Dia sudah selesai dalam bahagianya.
Jangan heran kalau anda susah bahagia, lagaknya si sok mencari dan membuat bahagia, tapi
bersyukur saja jarang bahkan tidak pernah. Oh iya, perlu diingat, bersyukur itu tidak hanya
sekedar mengucap hamdallah saja, bersyukur itu ada ilmunya. Jadi, kalau mau membuat
kebahagiaan sendiri, ya pandai-pandailah bersyukur kepada Sang Pemberi Kebahagiaan, Dia-
lah Allah Tuhan semesta alam! Semakin anda pandai bersyukur, semakin anda bahagia!

2
Q.S. Ibrahim [14]: 7
3
Hamka, 1990, Tasauf Moderen, Jakarta, hlm. 31

Anda mungkin juga menyukai