PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam karya tulis ini kami mendapat tema tentang “IDEOLOGI
AGAMA”.karna ideology agama ini dapat memberikan pengetahuan tentang etika
bagaimana berperilaku yang baik dikehidupan sehari-hari. Seiring dengan banyak
terjadi konflik antar agama yaitu fakta yang terjadi di Indonesia demi misi ideology
kelompok masing-masing.
Konsep tentang agama perlu dipertanyakan kembali karena dalam konstalasi
zaman, ideologi bertabrakan, dengan jahatnya ideologi terselubung lewat agama yang
sulit dikendalikan karena sangat akut, konflik tidak hanya terjadi dalam
polemik/kontroversi wacana yang terjadi dalam teks melainkan juga secara riil telah
nampak diermukaan bumi dan sangat telanjang. Karena masing-masing paham
memiliki sudut pandang yang berbeda dan juga relevansinya dengan ideologi
masing-masing. Konsekuensi logisnya suatu penyampaian terdistorsi, yang
seharusnya berada di wilayah agama kini ditempatkan pada wilayah teks, karena
setiap tokoh paham mempunyai hak provieles dan sebagai masyarakat yang awam
tidak dapat memberikan negasi mutlak. Indikasinya masyarakat selalu terpatologi
bahkan menjadi panismen ideologi paham.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penyusun merumuskan
rumusan masalah sebagai berikut.
1. Apa itu ideologi ?
2. Apa itu ideologi Islam?
3. Apa saja karakteristik ideologi Islam?
4. Bagaimana sifat ideologi Islam?
1
C. Tujuan Penulisan Makalah
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun
dengan tujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan:
1. Untuk mengetahui apa itu ideologi;
2. Untuk mengetahui apa itu ideologi Islam;
3. Untuk mengetahui karakteristik ideologi Islam;
4. Untuk mengetahui sifat dari ideologi Islam;
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tinjauan Pustaka
1. Ideologi Agama
disampaikan oleh suatu agama. Jika seorang penganut agama sudah punya
pada agama tidak akan diragukan lagi. Dapat dikatakan bahwa militansi
yang baik dan jahat. Tradisi keagamaan selalu menunjukkan bahwa Tuhan
tidak suka pada beberapa perilaku yang dianggap salah dan juga
memberikan restu pada perilaku yang dianggap benar. Konsep ini juga
3
kehidupan suatu kelompok agar sesuai dengan apa yang telah digariskan
sejak awal oleh agama tersebut. Di sisi lain pada tingkat lebih lanjut
hidup di dunia dan akhir nanti. Karena memang setiap agama menawarkan
kepada manusia akan kehidupan setelah mati, seperti apa yang selalu di
4
dalam suatu agama, maka komitmennya pada agama tidak akan diragukan
Termasuk masalah komitmen di antara mereka dapat kita lihat pada cerita
yang baik dan jahat. Tradisi keagamaan selalu menunjukkan bahwa Tuhan
tidak suka pada beberapa perilaku yang dianggap salah dan juga
memberikan restu pada perilaku yang dianggap benar. Konsep ini juga
kehidupan suatu kelompok agar sesuai dengan apa yang telah digariskan
sejak awal oleh agama tersebut. Di sisi lain pada tingkat lebih lanjut
tidak akan serta-merta dipercaya oleh para penganutnya, dalam keadaan ini
5
Pada dataran inilah kebanyakan pemerhati keagamaan memetakan asal-
dinyatakan bahwa yang nyata itu adalah ide, sedangkan realitas empiris
atau dunia di luar pikiran manusia adalah hasil konstruksi pikiran. Dari
penjelasan ini nampak bahwa orang tidak tahu apakah apa yang ada di
dalam pikiran manusia itu ada pula di dunia empiris? Karenanya aliran
filsafat idealisme yang tidak ekstrem mengatakan bahwa kalau pun dunia
penjelasan singkatnya
manusia lah yang menjadi titik intinya. Aliran filsafat idealisme ini
Titik tengah dari dua aliran filsafat tersebut menyatakan bahwa ide
6
materi atau karena ada ide dan campur tangan pemikiran manusia, untuk
(meskipun Allah bisa), tapi manusia diberi “bahan” yang berupa kitab suci
dan akal, agar berdialektika. Dengan kata lain, agar manusia bisa Islam
yang sejati, maka diberilah akal pikiran. Allah sudah berfirman bahwa
Kalau “resep” di kitab suci tersebut tidak ditangkap oleh akal pikiran,
maka kitab suci tersebut hanya seonggok benda mati yang berupa kertas
juga memberi hati kepada manusia agar bisa ikut mengendalikan akal
misalnya, manusia disuruh sholat, puasa, zakat dan berhaji. Dalam sholat
misalnya, selalu kita ucapkan “Ya Allah tunjukkan aku ke jalan yang lurus
7
(menegakkan)”. Ini artinya akal kita dimohonkan agar dapat digunakan
ilmuwan Brazil Cardoso, sejarah itu digerakkan oleh dua unsur, yakni
ada di luar kesadaran manusia. Pada sisi lain ada kondisi historis yang ada
“mercu suar” untuk memandu ke arah mana dunia digerakkan. Ideologi ini
kita.
Oleh karena itu, dalam beragama, akal pikiran harus digunakan untuk
manusia hidup melalui dunia ini. Jadi apapun yang kita kerjalan di dunia
hidup di dunia yang menuju kepadaNya, maka kita harus selalu peka
mengasah ”radar” jiwa dan batin kita, dan mampu mendialektikkan dengan
8
hati dan nafsu. Ibadah mahdoh seperti sholat, puasa, zakat, dan haji adalah
harus rajin ber-iqra, dan rajin untuk memaksa diri kembali kepada jati
rumah Allah. Islam adalah agama dunia sekaligus akherat, dan ini tidak
dapat dipisahkan antara tauhid vertikal dan horizontal. Tidak bisa Allah
diajak kalkulasi, kita korupsi 10 ribu, jika yang 5 ribu kita sumbangkan ke
masjid maka dosa kita hapus. Karena Islam adalah agama dunia-akherat,
maka tidak ada keterpisahan. Dengan kata lain, yang ideal adalah
blantik sapi, tukang ojeg, pengamen, dst) untuk di arahkan selalu ke rumah
Allah.
tidak melemparkan semua hal itu di dunia ini, mereka juga tidak
dengan outputsosial seseorang. Saya kira hal ini tidak hanya dialami umat
9
muslim saja, namun juga umat beragama lainnya. Mestinya setelah selesai
efek sosialnya.
digunakan oleh Geertz dalam bidang pertanian, yang intinya adalah sebuah
menjadi bentuk yang definitif bahkan justru yang terjadi adalah perumitan
bentuk.
beragama, namun jika melihat ciri-ciri kehidupan umat beragama saat ini,
10
keseharian. Bahkan banyak koruptor yang menggunakan simbol itu ketika
”laba” duniawi dan kekuasaan. Banyak ustadz atau kiai ”dadakan” yang
Quran-nya, dst).
11
B. Pembahasan
1. Pengertian Ideologi
Berdasarkan KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), ideologi memiliki arti
Kumpulan konsep bersistem yang dijadikan asas pendapat (kejadian) yang
memberikan arah dan tujuan untuk kelangsungan hidup, cara berpikir seseorang atau
suatu golangan, Paham, Teori dan Tujuan yang merupakan satu program sosial
politik.
12
bermanfaat, iman yang benar, ibadah yang tulus dengan budi pekerti yang
terpuji.
b. Segi Pendidikan dan Kebudayaan: Allah SWT telah memuliakan manusia
dengan aka dan kemampuan belaja dan ilmu pengetahuan adalah sebagai
dasar dicalonkannya manusia untuk menjadi khalifah di muka Bumi.
Karenanya Islam datang menyuruh kita untuk merenung, berpikir, dan
memperingatkan peniruan secara membuta dan sikap jumud, sehingga
berpikir dan belajar adalah kewajiban dalam Islam. Islam juga memuji
ilmu pengetahuan, sehingga orang-orang yang berilmu pengetahuan,
Islam menjadikannya sebagai pewaris para Nabi.
c. Segi Sosial: Islam sebagai Ideologi dalam bidang sosial sangat cocok
dikarenakan Islam merupakan agama sosial. Ia bertujuan membentuk
masyarakat individu yang saleh. Bahkan Islam berpendapat bahwa
kesalehan masyarakat adalah sesuatu yang lazim bagi kesalehan individu
dan kedudukannya, seperti tanah yang subur unuk menumbuhkan dan
mengembangkan biji-bijian.
13
Islam adalah agama yang peduli pada manusia dengan segenap
kapasitasnya; sebagai raga ataupun ruh, sebagai individu, kepala keluarga,
ataupun anggota masyarakat, sebagai pengusaha yang mempertahankan
dan mencukupi hidupnya, ataupun budak yang tulus pada Tuhannya,
sebagai penegak perdamaian di antara sesamanya ataupun pengobar api
peperangan. Islam adalah agama yang mengatur dan menata semua aspek
kehidupan.Islam dan Realitas Kehidupan
14
Begitu pula, Islam akan menolak dan melawan segala arus perubahan yang
benar-benar memisahkan manusia dari tujuan-tujuan luhur yang
dikehendaki oleh Allah swt untuknya.
15
tersebut mesti diajukan kepada prinsip-prinsip Islam, dan ditimbang oleh
hukum-hukumnya yang berhubungan dengan bidang yang mengalami
perubahan. Ketika itu, segala kasus dan isu yang bertentangan dengan
hukum-hukum Islam harus ditolak secara habis, tegas dan pasti. Adapun
kasus atau isu yang sesuai dengan hukum–hukum Islam, atau tidak
bertentangan dengannya –misalnya dalam suatu kasus yang tidak
ditemukan batasan yang konkret dari sumber hukum, juga ia bukan berupa
rincian dari prinsip Islam yang umum- maka Islam akan menyambutnya
ahlan wasahlan setelah ia menuangkannya ke dalam wataknya yang islami
dan mengisinya dengan ruh dan citranya yang khas.
Misalnya, Islam tidak mungkin menerima cara pandang Barat yang
menekankan kebinatangan manusia, materialitas, seksualitas, legalitas
riba, dsb. Akan tetapi, dalam Islam tidak ada sesuatu yang menghalangi
kaum buruh dari cara mereka mengatur urusan diri sendiri, yakni
mempercayakan urusan tersebut kepada suatu badan yang mereka bentuk
untuk mengawasi dan menjamin kepentingan mereka.
Akar perbedaan sikap Islam di sini dengan sikapnya di sana ialah
bahwa persepsi Barat mengenai permasalahan-permasalahan pertama itu
bertolak belakang dengan hukum-hukum Islam, sementara mengenai
permasalahan terakhir tadi, prinsip kebebasan pekerja dalam kerja dan
usahanya merupakan prinsip utama dalam Islam. Prinsip inilah yang
memberikan hak kepada pekerja untuk menggunakan sarana-sarana yang
legal, sehingga memudahkannya dalam memperbaiki dan meningkatkan
taraf hidupnya. Selama prinsip Islam dalam usaha itu adalah kebebasan,
kita tidak berhak melarang demikian itu hanya karena kasus tersebut tidak
pernah terjadi pada jaman Nabi saw.
Dalam pada itu, ijtihad yaitu derajat pengetahuan yang tinggi
tentang hukum-hukum Islam dan prinsip-prinsip umumnya dengan alat-
alatnya yang khas- adalah sebuah perangkat yang disediakan untuk para
faqih (ahli hukum) kaum muslim. Mereka menggunakan ijtihad ini untuk
16
mengisi kehidupan manusia dengan karakter serta cirta islami, sejauh
otoritas yang mereka miliki.
Dengan demikian, Islam ialah agama sepanjang jaman dan
dinamis; Ia abadi dan utuh dalam prinsip-prinsip dan hukum-hukumnya
yang terkandung di dalam Al-Qur’an dan hadis yang otentik, ia dinamis
dalam hukum-hukum tsanawiyyah (sekunder), yaitu hukum agama yang di
dalamnya otoritas hukum (musyarri’) tidak menetapkan atas kita bentuk
dan modus tertentu, juga (dinamis) dalam subjek-subjek yang mempunyai
hukum umum yang mencakup segala macam bentuk suatu kasus.
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas kita dapat menarik kesimpulan bahwa ideologi
agama merupakan etika yang digunakan sebagai proses awal pembentukan identitas
atau jati diri seseorang bisa terbentuk.Sehingga,seseorang itu bisa berkelakuan baik
dan berakhlak mulia yaitu menaati setiap nilai – nilai dan norma – norma yang
berlaku dalam suatu bangsa dan Negara.
B. Saran
Dengan adanya karya tulis ini sehingga diharapkan dapat memberikan
masukan kepada semua kalangan agar bisa menerapkan ideologi agama didalam
kehidupan sehari- hari. Guna untuk menumbuhkan rasa kebersamaan diantara
perbedaan yang terjadi di kehidupan beragama agar tidak terjadi lagi konflik antar
agama.
18
DAFTAR PUSTAKA
Http://abufurqan.com/2011/02/15-islam-antara-agama-dan-ideologi/
Http://ukpkstain.multiply.com/journal/item/17
http://id.wikipedia.org/wiki/Ideologi_Islam
http://www.apapengertianahli.com/2014/09/pengertian-dan-karakteristik-ideologi.html#)
19