TENTANG
INGKAR SUNNAH
Disusun Oleh,
KELOMPOK IV ANGGOTA:
1. SUPARTI NIM 21010122
2. DEWI MIRNA NIM 21010111
3. WIRDANIF NIM 21010123
4. MUSNIAR NIM 21010121
5. AZWIR NIM 21010107
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala
limpahan rahmat dan pertolongan-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berisikan tentang “Ingkar Sunnah”. Makalah ini disusun sebagai
tugas kelompok.
Dalam menyelesaikan makalah ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini izinkan penulis untuk
menyampaikan ucapan terimmakasih yang tidak terhingga, kepada,
1. Bapak Aguswan Rasyid, Lc., MA., Ph.D, selaku Dosen Pembimbing mata
kuliah Studi Al-Quran dan Hadis
2. Bapak dan Ibu teman mahasiswa kelompok IV yang telah memberikan
masukan dan dukungan.
3. Bapak/ibu teman kolega yang telah memberikan dukungan baik secara
moril maupun materil.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyajian makalah ini jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diharapkan
guna.perbaikan penulisan selanjutnya. Akhirnya semoga makalah ini dapat
bermanfaat khususnya bagi penulis, umumnya bagi pembaca.
Penulis
Kelompok IV
i
DAFTAR ISI
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
yang secara formal dikodifikasikan para ulama, baik secara totalitas
mutawatir maupun ahad atau sebagian saja, tanpa ada alasan yang dapat
diterima (Abdul, 2000)
3
Irak terdapat faktor-faktor yang menunjang timbulnya faham ingkar as-
sunnah.
Dan itulah gejala-gejala ingkar as-sunnah yang timbul dikalangan
para sahabat. Sementara menjelang akhir abat kedua hijriah muncul pula
kelompok yang menolak sunnah sebagai salah satu sumber syariat Islam,
disamping ada pula yang menolak sunnah yang bukan mutawatir saja.
Muhammad Abu Zahrah berkesimpulan bahwa ada tiga kelompok
pengingkar sunnah yang berhadapan dengan Asy-Syafi’i, yaitu:
a. Menolak sunnah secara keseluruhan, golongan ini hanya mengakui
Alquran saja yang dapat dijadikan hujjah.
b. Tidak menerima sunnah kecuali yang semakna dengan Alquran.
c. Hanya menerima sunnah mutawâtir saja dan menolak selain
mutawâtir yakni sunnah âhâd.
Kesimpulannya Ingkar Sunnah klasik diawali akibat konflik
internal umat Islam yang dikobarkan oleh sebagian kaum Zindik yang
berkedok pada sekte-sekte dalam Islam, kemudian diikuti oleh para
pendukungnya dengan cara saling mencaci para sahabat dan
melemparkan hadits palsu. Penolakan sunnah secara keseluruhan bukan
karakteristik umat Islam. Semua umat Islam menerima kehujjahan
sunnah. Namun, mereka berbeda dalam memberikan kriteria persyaratan
kualitas sunnah.(Majid, Abdul, 2013).
2. Ingkar Sunnah Modern
Ingkar Sunnah modern muncul di Mesir pada abad 20 M. Penyebab
utamanya adalah akibat pengaruh kolonialisme yang semakin dahsyat
sejak awal abad 19 M di dunia Islam, terutama di India setelah terjadi
pemberontakan melawan colonial Inggris 1857 M. Berbagai usaha-usaha
yang dilakukan kolonial untuk pendangkalan ilmu agama dan umum,
penyimpangan aqidah melalui pimpinan-pimpinan umat Islam dan
tergiutnya mereka terhadap teori-teori Barat untuk memberikan
interpretasi hakekat Islam.
4
Pada abad keempat belas Hijriah, pemikiran seperti itu muncul
kembali kepermukaan, dan kali ini dengan bentuk dan penampilan yang
berbeda dari Ingkar As-Sunnah klasik. Apabila Ingkar As-Sunnah klasik
muncul di Basrah, Irak akibat ketidaktahuan sementara orang terhadap
fungsi dan kedudukan Sunnah, Ingkar As-Sunnah modern muncul di Kairo
Mesir akibat pengaruh pemikiran kolonialisme yang ingin melumpuhkan
dunia Islam.
Apabila ingkar As-Sunnah klasik masih banyak yang bersifat
perorangan dan tidak menamakannya mujtahid atau pembaharu, ingkar
As-Sunnah modern banyak yang bersifat kelompok yang terorgnisasi, dan
tokoh-tokohnya banyak yang mengklaim dirinya sebagai mujtahid dan
pembaharu.
Apabila para pengingkar Sunnah pada masa klasik mencabut
pendapatnya setelah mereka menyadari kekeliruannya, para pengingkar
sunnah pada masa modern banyak yang bertahan pada pendiriannya,
meskipun pada meraka yang telah yang diterangkan urgesi Sunnah dalam
Islam. Bahkan, diantara mereka, ada yang tetap menyebarkan pemikiran
secara diam-diam, meskipun penguasa setempat telah mengeluarkan
larangan resmi terhadap aliran tersebut.
Kapan aliran Ingkar As-Sunnah modern itu lahir? Muhammad
Mustafa Azami menuturkan bahwa ingkar As-Sunnah modern lahir di
Kairo Mesir pada masa Syekh Muhammad Abduh (1266-1323 H/ 1849-
1905 M). Dengan kata lain, Syekh Muhammad Abduh adalah orang yang
pertama kali melontarkan gagasan ingkar As-Sunnah pada masa modern.
Pendapat Azami ini masih diberi catatan, apabila kesimpulan Abu Rayyah
dalam kitab nya Adhwa ‘ala As-Sunnah al-Muhammadiyah itu benar.
5
mutawatir maupun hadits ahad, menurut mereka hanya al-Qur`an satu-
satunya sebagai sumber ajaran Islam. Argumentasinya adalah:
1) Al-Qur’an diturunkan oleh Allah SWT dalam bahasa Arab. Dengan
penguasaan bahasa Arab yang baik, maka al-Qur’an dapat dipahami
dengan baik, tanpa memerlukan bantuan penjelasan dari hadis-hadis
Nabi saw. Sebagaimana dalam surat Firman Allah Asyura:195:
6
Artinya:“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-
Quran, dan sesungguh Kami benar-benar memelirakannya.” (QS.
15:9)
7
c. Menolak Hadits Ahad dan Menerima Hadits Mutawatir
Hadits ahad adalah hadits yang berasal dari Nabi yang
diriwayatkan oleh satu atau dua orang rawi kepada satu atau dua orang
rawi lainnya, yang adil dan tepercaya dan demikian selanjutnya.
Sedangkan hadits mutawatir adalah hadits yang berasal dari Nabi yang
diriwayatkan oleh sejumlah rawi kepada sejumlah rawi yang adil dan
tepercaya dan demikian seterusnya.
Mereka hanya menerima hadits-hadits yang mutawatir sebagai
hujjah dan menolak hadits- hadits ahad, walaupun hadits-hadits tersebut
memenuhi persyaratan sebagai hadits shahih. Sebagai argumennya
mereka merujuk kepada Firman Allah al- Isra` :
ٰٰۤ
َ س ْم َع ۗا َّن ع ْلم ب ٖه َلكَ لَي
ْس َما تَ ْقف َ ول ِٕىكَ ك ُّل َو ْالف َؤادَ َو ْال َب
َّ ص َر ال َكانَ ا
ع ْنه
َ َمسْـُٔ ْول
8
Artinya : dan Kami turunkan kepadamu Al kitab (Al Quran) untuk
menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar
gembira bagi orang-orang yang berserah diri.” (Q.S. an-Nahl:89).
ٰۤ
ْل ا َحيْه ب َج َنيَّطيْر ٰط ِٕىر َو َْل ْاْلَ ْرض ىفم ْن َو َما ْ فى فَ َّر
طنَا ۗ َما ا َ ْمثَالك ْم ا َمم ا َّ ا
9
c. Al-Qur’an (Q.S. Yunus ayat 36)
ظنًّا ا َّْل اَ ۡكثَرهمۡ يَتَّبع َو َما َ ش َۡيــًٔا ۡال َحـق منَ ي ۡغن ۡى َل
َ ظنًّا ا َّن
َ َي ۡف َعل ۡونَ ب َما
ٰ عل ۡي ٌۢم
اّللَ ا َّن
Artinya : “Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali
persangkaan saja. Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikitpun
berguna untuk mencapai kebenaran[690]. Sesungguhnya Allah
Maha mengetahui apa yang mereka kerjakan.” (Q.S. Yunus ayat
36)
10
c. Nabi Muhammad tidak berhak menjelaskan tentang ajaran al-
Qur’an, karena al-Qur’an itu sudah sempurna. (Hartono, 1999)
d. Dalam sejarah umat Islam mengalami kemunduran. Umat Islam
mundur karena umat Islam terpecah-pecah , perpecahan itu terjadi
karena umat Islam berpegang kepada hadits Nabi. Jadi menurut para
pengingkar sunnah, hadits Nabi itu merupakan penyebab
kemunduran umat Islam.
e. Asal mula hadits Nabi yang dihimpun dalam kitab-kitab hadits
adalah dongeng-dongeng semata. Dinyatakan demikian, karena
hadits Nabi lahir setelah lama Nabi wafat. Kitab-kitab hadits yang
terkenal, misalnya shahih Bukhori dan Muslim, adalah kitab-kitab
yang menghimpun berbagai hadits palsu.
f. Menurut Taufiq Siddiq, tiada satupun hadits Nabi yang dicatat pada
zaman Nabi. Pencatat hadits terjadi setelah Nabi wafat, dalam masa
tidak tertulisnya hadits tersebut, manusia berpeluang untuk
mempermainkan dan merusak hadits sebagaimana yang telah terjadi.
11
boleh meninggalkan sunnnah Nabi saw., sebaliknya dengan menguasai
bahasa Arab seseorang justru akan mngetahui bahwa al-Qur’an sendirilah
yang menyuruh umat Islam agar menerima dan mengikuti sunnah Nabi
saw., yang disampaikann oleh periwayat yang dipercaya (al- sadiqun),
sebagaimana mereka telah disuruh menerima dan mengikuti al-Qur’an.
2. Kata “tibyan” (penjelas) yang termuat dalam al-Qur’an, surat al-Nahl
(16): 89, mencakup beberapa pengertian yakni:
a. ayat-ayat al-Qur’an secara tegas menjelaskan adanya berbagai
kewajiban, larangan dan teknik dalam pelaksanaan ibadah tertentu,
b. ayat-ayat al-Qur’an menjelaskan adanya kewajiban tertentu yang
sifatnya global
c. Nabi saw. menetapkan suatu ketentuan yang tidak dikemukakan
secara tegas dalam al-Qur’an. Berdasarkan al-Qur’an, surat al-Nahl
(16): 89, tersebut hadis Nabi saw. merupakan sumber penjelasan
ketentuan agama Islam. Ayat dimaksud sama sekali tidak menolak
keberadaan hadis Nabi saw., bahkan memberikan kedudukan yang
sangat penting yaitu sebagai sumber ajaran Islam yang kedua setelah
al-Qur’an. (Abdul Ghani Abdul Khaliq, hlm. 384)
3. Imam al-Syafi’i, sebagaimana ulama lainnya, mengakui bahwa memang
hadis-hadis ahad nilainya adalah zanni. Karena proses periwayatannya
bisa saja mengalami kekeliruan atau kesalahan. Oleh karenanya tidak
semua hadis ahad dapat diterima dan dijadikan hujjah, kecuali kalau
hadis ahad tersebut memenuhi persyaratan shahih dan hasan.
Sehubungan dengan itu adalah keliru dan tidak benar pandangan yang
menolak otoritas kehujjahan hadis-hadis secara keseluruhan.
4. Hadis yang dikemukan oleh kelompok inkar al-sunnah untuk menolak
kehujjahan hadis Nabi saw, dinilai al-Syafi’i sebagai munqathi’
(terputus sanadnya). Jadi hadis yang dimajukan oleh kelompok inkar al-
sunnah adalah hadis yang berkualitas dha’if, dan karenanya tidak layak
dijadikan sebagai argumentasi. Perlu kiranya digarisbawahi di sini
bahwa kelompok inkar al-sunnah, mengingat sikap mereka yang
12
menolak kehujjahan hadis Nabi saw., ternyata tidak konsisten dalam
mengajukan argumentasi. Ketidak konsistenan itu tampak jelas ketika
mereka juga mengajukan hadis sebagai salah satu argumentasi mereka
untuk menolak kehujjahan hadis, dan bahkan hadis yang dimajukan itu
berstatus dha’if (Suhandi, 2015).
Argumentasi-argumentasi yang dimajukan oleh al-syafi’I ternyata
cukup ampuh untuk membuat kelompok inkar al-sunnah abad klasik ini
menyadari kekeliruan mereka, dan kemudian kembali mengakui
kehujjahan hadis Nabi saw. Tidak hanya itu, al-Syafi’i bahkan berhasil
membendung gerakan kelompok inkar al-sunnah ini selama hamper
sebelas abad. Atas jasa-jasanya itulah para ulama hadis belakangan
memberinya gelar kehormatan sebagai nashir al-sunnah (penolong
sunnah) atau multazim al-sunnah (pembela sunnah).
Alasan mereka bahwa sunnah itu dhanni (dugaan kuat) sedangkan
kita diharuskan mengikuti yang pasti (yakin), masalahnya tidak
demikian sebab Al-Quran sendiri meskipun kebenaranya sudah diyakini
sebagai Kalamullah tidak semua ayat memberi petunjuk hukum yang
pasti sebab banyak ayat yang pengertiannya masih dhanni (dhanni Ad-
dalalah). Bahkan orang yang memakai pengertian ayat seperti ini juga
tidak dapat meyakinkan bahwa pengertian itu bersifat pasti (yakin).
Dengan demikian berarti ia juga tetap mengikuti pengertian Ingkar
Sunnah.
Bantahan terhadap argumen kedua dan ketiga Kelompok
pengingkar sunnah baik masa lalu (klasik) maupun sekarang (modern),
kekurangan waktu mempelajari Al-Quran. Hal itu karena mereka
kebanyakan memakai dalil “.dan Kami turunkan kepadamu Al kitab (Al
Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan
kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (Q.S. An Nahl Ayat
89)”.
13
Padahal dalam Surat An Nahl Ayat 44, Allah berfirman,
َ ت ٰفد ْوه ْم اسٰ ٰرى يَّأْت ْوك ْم َوا ْن َو ْالع ْد َو ۗانب ْاْلثْم
َعلَيْه ْم ت َٰظ َهر ْون
علَيْك ْم م َح َّرم َوه َو َ ۗ َوت َ ْكفر ْونَ ْالك ٰتب ببَ ْعض اَفَتؤْ من ْونَ ا ْخ َراجه ْم
بَ ْضبٍۚ الدُّ ْن َيا ْال َح ٰيوة فى خ ْزي ا َّْل م ْنك ْم ٰذل َك يَّ ْف َعل َم ْن َجزَ ٰۤاء َف َما ع
ّللا َو َما ْال َعذَ ۗاباَشَد ا ٰلاى ي َرد ُّْونَ ٍۚ ْالق ٰي َمة َويَ ْو َم
ٰ ت َ ْع َمل ْونَ َع َّما بغَافل
Artinya: “Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al kitab
(Taurat) dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? Tiadalah Balasan
bagi orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan
dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan
kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu
perbuat (Q.S. Al- Bagarah Ayat 85)”.
14
Artinya: :“Tiadalah Kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab (Al-
Quran), kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan”(Q.S. Al-
An’am: 38)
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ingkar sunnah dapat diartikan sebagai paham yang timbul dalam
masyarakat Islam yang menolak hadis atau sunnah sebagai sumber ajaran
agama Islam kedua setelah Al-Qur’an atau suatu paham yang timbul pada
sebagian minoritas umat Islam yang menolak dasar hukum Islam dari sunnah
shahih, baik sunnah praktis atau yang secara formal dikodifikasikan para
ulama, baik secara totalitas mutawatir maupun ahad atau sebagian saja, tanpa
ada alasan yang dapat diterima.
Mencermati keberadaan kelompok inkar al-sunnah tersebut serta
beberapa argumantasi yang mereka kemukakan, baik naqly maupun aqly,
para tokoh-tokoh hadis terkemuka merasa terpanggil untuk meluruskan
kembali pendirian mereka yang dinilai sudah menyimpang. Di antara
tokohtokoh hadis tersebut adalah Ibn Hazm, al-Baihaqi, dan al- Syafi’i.
B. Saran
Demikianlah makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas mata kuliah
Studi Al-Quran dan Hadis dan sekaligus untuk menambah wawasan kita
dalam mengenai ingkar sunnah dan semoga dapat bermanfaat bagi
pembaca. Dalam hal ini kami menyadari bahwa makalah yang kami susun
ini masih banyak terdapat kesalahan didalamnya untuk itu kritik dan saran
dari pembaca sagat kami harapkan demi peningkatan dalam pembuatan
makalah selanjutnya.
16
DAFTAR PUSTAKA
As-Syaukani. 1999. Irsyad al-Fuhul ila tahaqiq al-Haq min ‘Ilmi al- Ushul.
Beirut :Daar Asy-Sya’ab al-Ilmiyyah
Majid, Abdul. 2000. Pemikiran Ingkar Sunnah. Cet. I; Jakarta: Bulan Bintang
Nor Ichwan, Mohammad. 2007. Studi Ilmu Hadis. Cet. I; Semarang: Rasail
17