Anda di halaman 1dari 10

FEMINISME DALAM PERSPEKTIF ISLAM

MAKALAH DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH


PENDEKATAN STUDI ISLAM

DOSEN : Dr. Desi Asmaret , M.Ag

Disusun oleh :

Kelompok III Lokal F

1. Endang Riadi Ningsih 21010114


2. Fondra Surya 21010105
3. Suparti 21010122
4. Maidarli 21010120
5. Azwir 21010107
6. Yessi Syafri 21010124
7. Andri, SP 21010104

PROGRAM PASCASARJANA
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA BARAT
2022
Abstract:

Feminisme sebagai gerakan sosial mempunyai tujuan kesetaraan gender. Gender


menjadi alat analisis yang penting untuk melihat posisi dalam struktur sosial di
masyarakat. Gender dalam hal ini mencakup ekspresi, identitas dan peran.
Mengapa analisis gender dalam gerakan sosial feminis begitu penting? Karena
identifikasi gender berguna untuk menentukan peran di masyarakat.

Sementara itu, patriarki muncul sebagai istilah untuk menjelaskan mengapa laki-
laki mendominasi peran-peran dan posisi penting dalam masyarakat mulai dari
institusi hukum, politik, ekonomi hingga sosial. Feminisme hadir untuk
mengubahnya, melawan patriarki untuk membuat perempuan diakui sebagai
manusia seutuhnya.

Hal yang harus diutamakan dalam feminisme adalah sifatnya yang non-kompetitif,
artinya bukan persaingan melainkan kolaborasi dalam sebuah masyarakat yang adil
Miskonsepsi yang sering dituduhkan terhadap feminisme adalah upaya untuk
membuat laki-laki sebagai musuh untuk dikalahkan. Feminisme tidak bekerja
dalam kerangka persaingan, karena yang menjadi tujuan feminisme adalah
perempuan, laki-laki, hidup berdampingan dengan adil dan setara.

Sementara Islam memandang laki-laki dan perempuan memiliki kedudukan yang


sama sebagai hamba yang memiliki hak dan kewajiban dalam beribadah kepada
Tuhannya.

Kata kunci: Feminisme, Gender dan Islam


PENDAHULUAN
Gerakan feminisme hadir dengan isu sentral kesetaraan gender dalam
dunia pemikiran Islam akhir-akhir ini telah menjadi persoalan kontemporer
dan terus menimbulkan kontroversi, khususnya di Indonesia. Hal ini terlihat
Ketika isu kesetaraan gender terus mengemuka bersamaan dengan berbagai
asumsi banyaknya masalah ketidakadilan yang dihadapi oleh kaum wanita.
Kaum feminis menganggap bahwa indikator ketidakadilan tersebut
dapat disaksikan dalam berbagai bentuk tindakan diskriminatif yang dialami
kaum wanita, dan indikator tersebut dijadikan senjata untuk mengangkat isu
tersebut di berbagai lini kehidupan dan dijadikan program sosial yang
didesain secara akademik serta disosialisasikan secara politis .1
Belum lama ini ada beberapa kelompok yang ingin UU No. 1 tahun 1974
tentang perkawinan untuk segera diamandemen. Mereka memaparkan adanya
berbagai masalah dalam UU perkawinan tersebut. Alasan mereka karena
adanya diskriminasi terhadap perempuan dan anak. Selain itu menurut mereka
pada pasal 31 dan 34 UU perkawinan telah membakukan peran gender laki-
laki dan perempuan yang berdampak merugikan perempuan, karena seolah-
olah kerja-kerja domestik atau kerumahtanggaan hanyalah urusan perempuan.
2

Benar sekali ketika dikatakan, bahwa tujuan yang hendak dicapai adalah
persamaan dan kebebasan status dan peran antara laki-laki dan perempuan di
segala hal kehidupan. 3
L. M. Gandhi Lapian mengatakan dalam bukunya “Disiplin Hukum
Yang Mewujudkan Kesetaraan dan keadilan Gender”, mengatakan ,

“ Dewasa ini masyarakat mulai menyadari bahwa ketidaksetaraan status


dan kedudukan laki-laki dan perempuan, serta ketidaksetaraan yang
merugikan perempuan dalam kebanyakan masyarakat hukum, merupakan

1 Hamid Fahmy Zarkasyi, Problema Kesetaraan Gender dalam Studi Islam, Islamia,
2
Vol ume III, No. 5, 2010, hlm. 3.
2 Asosiasi LBH APIK Indonesia, Mengapa UU No. 1 Tahun 1974 Tentang
Perkawinan Harus Diamandemen?.
3 Nasaruddin Umar, Argumen Kesetaraan Jender Perspektif Al-Quran, (Jakarta:
Paramadina, 2001), hlm. 68.
kenyataan yang bukan hanya ditentukan secara biologis atau kodrati, tetapi
lebih banyak secara sosial. Selain itu dia mengatakan bahwa ketidaksetaraan
yang terkondisi secara sosial itu harus dapat diubah baik dalam tingkat
individual maupun dalam tingkat sosial, kearah keadilan, kesebandingan atau
kepatutan dan kesetaraan serta kemitraan antara laki-laki dan perempuan.”4

4 L.
M. Gandhi Lapian, Disiplin Hukum Yang Mewujudkan Kesetaraan Dan Keadilan
Gender, (Jakarta: Pustaka Obor, 2012), hlm. 20.
PEMBAHASAN
A. Pemaknaan Konsep Gender dan Feminisme

Secara umum feminisme dan gender pada dasarnya adalah konsep


yang sederhana dimana perempuan hanya ingin memperoleh keadilan dalam
segala hal terutama pendidikan, bukan untuk melebihi pria dan kodratnya.
Karena itu kelompok feminis memberikan konsep gender berangkat dari
perbedaan laki-laki dan perempuan yang terjadi karena dibentuk oleh
perbedaan sosial bukan dinilai dari aspek kodrati. Karenanya kajian-kajian
perbedaan kodrati tidak pernah disinggung karena memang itu sudah di
setting oleh Tuhan, sementara perbedaan sosial menjadi term utama kajian-
kajian penting feminis atau penggiat gender hingga saat ini.
Gender secara umum digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan
laki-laki dan perempuan dari segi sosial budaya, maka sex secara umum
digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan dari
segi anatomi biologi. Istilah sex (dalam kamus bahasa Indonesia juga berarti
“jenis kelamin”) lebih banyak berkonsentrasi kepada aspek biologi
seseorang, meliputi perbedaan komposisi kimia dan hormon dalam tubuh,
anatomi fisik, reproduksi, dan ka rakteristik biologis lainnya. Sedangkan
gender lebih banyak berkonsentrasi kepada aspek sosial, budaya, psikologis,
dan aspek-aspek non biologis lainnya.
Studi gender lebih menekankan pada aspek maskulinitas
(masculinity) atau feminitas ( femininity) seseorang. Berbeda dengan studi
sex yang lebih menekankan kepada aspek anatomi biologi dan komposisi
kimia dalam tubuh laki-laki (maleness) dan perempuan (femaleness). Proses
pertumbuhan anak (child) menjadi seorang laki-laki (being a man) atau
menjadi seorang perempuan ( being a woman ), lebih banyak digunakan
istilah gender dari pada istilah sex. Istilah sex umumnya digunakan untuk
merujuk kepada persoalan reproduksi dan aktivitas seksual ( love-making
activities ), selebihnya digunakan istilah gender (Faisar Ara, Ananda, 2004:
2-4; Kamla Bhasin, dan Nighat Said Khan, 1994:12).
Refleksi sejarah diperlihatkan pula bahwa dari awal gerakan
perempuan ( first wave feminism) di dunia pada tahun 1800-an. Ketika itu
para perempuan menganggap ketertinggalan mereka disebabkan oleh
kebanyakan perempuan masih buta huruf, miskin dan tidak memiliki
keahlian. Diikuti setelahnya perempuan-perempuan kelas menengah abad
industrialisasi mulai menyadari kurangnya peran mereka di masyarakat.
Mereka mulai keluar rumah dan mengamati banyaknya ketimpangan sosial
dengan korban para perempuan. Sampai kemudian muncul Simone de
Beauvoir, seorang filsuf Perancis yang menghasilkan karya pertama
berjudul The Second Sex yang berisi rancang teori feminis. Dari buku
tersebut bermunculan pergerakan perempuan Barat (Second Wave feminism
)yang menggugat persoalan ketidakadilan seperti upah yang tidak adil, cuti
haid, aborsi hingga kekerasan mulai didiskusikan secara terbuka.
Tokoh yang terkenal Susan B. Anthony, Elizabeth Cady Stanton dan
Marry Wollstonecraft yang berjuang mengedepankan perubahan sistem
sosial dimana perempuan bisa ikut dalam pemilu ( D.W.Rossides, 1978:
130). Dalam perkembangan hingga kini , aktifitas feminisme maupun
penggiat gender berbeda antar negara dengan setting budaya masing-masing
dan sebuah isme dalam perjuangan gerakan feminis juga mengalami
interpretasi dan penekanan yang berbeda di beberapa tempat. Feminis di
Italia lebih mengarahkan kesamaan peran dalam menyupayakan pelayanan-
pelayanan sosial, dan hak-hak perempuan sebagai ibu, istri dan pekerja. Hal
yang sama digiatkan oleh feminist di Indonesia yang ditauladani dari
gerakan RA. Kartini, Dewi Sartika, Cut Nya’ Dien. Kaum penggiat gender
maupun feminist di Prancis menolak dijuluki sebagai feminis, namun lebih
memilih Mouvment de liberation des femmes yang berbasis psiko analisa
dan kritik sosial. Dari semua contoh pada akhirnya feminist maupun
penggiat gender selalu bercampur dengan tradisi politik yang dominan di
suatu masa.

B. Feminisme dalam Islam


Islam tidak mengenal istilah feminisme dengan berbagai bentuk
konsep dan implementasinya dalam melakukan gugatan atas nilai-nilai
subbordinasi kaum perempuan, karena dalam Islam tidak membedakan
kedudukan seseorang berdasarkan jenis kelamin dan tidak ada bias gender
dalam Islam. Islam mendudukkan laki-laki dan perempuan dalam posisi
yang sama dan kemuliaan yang sama ( Asghar Ali Engineer, 1990: 38;
Mansour Fakih, 1996 : 4).
Beberapa respon teologis dalam al-Qur’an yang menilai adanya
persamaan gender:
1. Kemanusian perempuan dan kesejajaran nya dengan laki-laki
( Q.S. al-Hujurat:13 ).

‫ٱّلل أَتْقَىك ْم‬ َ ‫ۚ َيَٰٓأ َ ُّي َها ٱلنَّاس ِإنَّا َخلَ ْقنَكم ِمن ذَكَر َوأنثَى َو َج َع ْلنَك ْم شعوبًا َوقَ َبا َٰٓ ِئ َل ِلتَ َع‬
ِ َّ ‫ارف َٰٓوا ۚ ِإ َّن أَ ْك َر َمك ْم ِعن َد‬
‫ع ِليم َخبِير‬ َّ ‫إِ َّن‬
َ َ‫ٱّلل‬

Artinya:

”Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki


dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang
yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa
diantarkamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”

2. Perempuan dan laki-laki diciptakan dari unsur tanah yang sama dan dari
jiwa yang satu
(Q.S.al-A’raf:189) :

ّٰ َ‫احدَة َّو َج َع َل ِم ْن َها زَ ْو َج َها ِل َيسْكنَ اِلَ ْي َه ۚا فَلَ َّما تَغ‬


‫شى َها‬ ِ ‫ي َخلَقَك ْم ِم ْن َّن ْفس َّو‬ ْ ‫ه َو الَّ ِذ‬
‫صا ِل ًحا لَّنَك ْون ََّن‬
َ ‫ّٰللا َربَّه َما لَ ِٕى ْن اتَ ْيتَنَا‬ َ َّ‫ت د‬
َ ّٰ ‫ع َوا‬ ْ َ‫ت ِب ٖه ۚفَلَ َّما َٰٓ ا َ ْثقَل‬
ْ ‫ت َح ْم ًًل َخ ِف ْيفًا فَ َم َّر‬ ْ َ‫َح َمل‬
َ‫ش ِك ِريْن‬ّٰ ‫ِمنَ ال‬

Artinya:

“Dialah Yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan dari padanya
Dia menciptakan isterinya, agar dia merasa senang kepadanya. Maka setelah
dicampurinya, isterinya itu mengandung kandungan yang ringan, dan
teruslah dia merasa ringan (beberapa waktu). Kemudian tatkala dia merasa
berat, keduanya (suami- isteri) bermohon kepada Allah, Tuhannya seraya
berkata: “Sesungguhnya jika Engkau memberi kami anak yang saleh,
tentulah kami terraasuk orang-orang yang bersyukur”.

3. Proses dan fase pembentukan janin laki-laki dan perempuan tidak berbeda
(Q.S. al-Qiyamah: 37-39)

‫ (فَ َج َع َل ِم ْنه‬٣٨ )‫س َّوى‬ َ َ‫علَقَةً فَ َخلَقَ ف‬ ْ ‫أَلَ ْم َيك ن‬


َ َ‫ (ث َّم َكان‬٣٧ )‫طفَةً ِم ْن َم ِني ي ْمنَى‬
٣٩ ‫الز ْو َجي ِْن الذَّ َك َر َواأل ْنثَى‬
َّ

Artinya :
“Bukankah dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam
rahim). kemudian mani itu menjadi segumpal darah, lalu Allah
menciptakannya, dan menyempurnakannya. lalu Allah menjadikan
daripadanya sepasang: laki-laki dan perempuan.”

4. Islam menjamin kebahagian di dunia dan akherat bagi perempuan bila


komitmen dengan iman dan menempuh jalan yang saleh, seperti halnya
dengan laki-laki
(Q.S. al-Nahl: 97).

‫ط ِي َب ۚةً َولَنَجْ ِز َي َّنه ْم‬


َ ً ‫صا ِل ًحا ِم ْن ذَ َكر ا َ ْو ا ْنثى َوه َو مؤْ ِمن فَلَنحْ ِي َي َّنهٗ َحيوة‬ َ ‫َم ْن‬
َ ‫ع ِم َل‬
َ‫س ِن َما َكان ْوا َي ْع َمل ْون‬ َ ْ‫اَجْ َره ْم ِباَح‬
Artinya :

”Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun


perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan
kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan
kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka
kerjakan. “
5. Perbuatan yang dilakukan perempuan setara dengan apa yang dilakukan
laki-laki, amal masing-masing dihargai Allah
(Q.S. Ali Imron: 195)

‫امل ِم ْنك ْم ِم ْن ذَ َكر ا َ ْو ا ْنثى ۚ َب ْعضك ْم‬ ِ ‫ع‬


َ ‫ع َم َل‬
َ ‫ضيْع‬ ِ ‫َل ا‬ َٰٓ َ ‫اب َله ْم َربُّه ْم ا َ ِن ْي‬
َ ‫فَا ْستَ َج‬
‫س ِب ْي ِل ْي َوقتَل ْوا َوق ِتل ْوا‬
َ ‫ار ِه ْم َوا ْوذ ْوا فِ ْي‬ ِ ‫ِم ْۢ ْن َب ْعض ۚ فَالَّ ِذيْنَ هَا َجر ْوا َوا ْخ ِرج ْوا ِم ْن ِد َي‬
‫ّٰللا‬ ِ ّٰ ‫ي ِم ْن تَحْ ِت َها ْاَلَ ْنه ۚر ثَ َوابًا ِم ْن ِع ْن ِد‬
ّٰ ‫ّٰللا ۗ َو‬ ْ ‫س ِيا ِت ِه ْم َو ََلد ِْخلَ َّنه ْم َجنّٰت تَجْ ِر‬ َ ‫ع ْنه ْم‬
َ ‫ََل َك ِف َر َّن‬
ِ ‫ِع ْندَ ٗه حسْن الثَّ َوا‬
‫ب‬

Artinya:

“Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan


berfirman): “Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang
yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena)
sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain. Maka orang-orang
yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada
jalan-Ku, yang berperang dan yang dibunuh, pastilah akan Ku- hapuskan
kesalahan-kesalahan mereka dan pastilah Aku masukkan mereka ke dalam
surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, sebagai pahala di sisi
Allah. Dan Allah pada sisi-Nya pahala yang baik.”

6. Islam tidak menilai perempuan adalah penghalang kemajuan


(Q.S. al-Ahzab: 35)

‫امل ِم ْنك ْم ِم ْن ذَ َكر ا َ ْو ا ْنثى‬ ِ ‫ع‬ َ ‫ع َم َل‬


َ ‫ضيْع‬ ِ ‫َل ا‬ َٰٓ َ ‫اب لَه ْم َربُّه ْم اَنِ ْي‬ َ ‫ۚفَا ْست َ َج‬
‫س ِب ْي ِل ْي‬
َ ‫ار ِه ْم َوا ْوذ ْوا فِ ْي‬ ِ َ‫بَ ْعضك ْم ِم ْۢ ْن بَ ْعض ۚ فَالَّ ِذيْنَ هَا َجر ْوا َوا ْخ ِرج ْوا ِم ْن ِدي‬
‫ي ِم ْن تَحْ تِ َها ْاَلَ ْنه ۚر ث َ َوابًا‬ ْ ‫س ِياتِ ِه ْم َو ََل ْد ِخلَنَّه ْم َجنّٰت تَجْ ِر‬
َ ‫ع ْنه ْم‬ َ ‫َوقت َل ْوا َوقتِل ْوا ََل َك ِف َر َّن‬
ِ ‫ّٰللا ِع ْندَ ٗه حسْن الث َّ َوا‬
‫ب‬ ِ ّٰ ‫ِم ْن ِع ْن ِد‬
ّٰ ‫ّٰللا ۗ َو‬

Artinya :
“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan
perempuan yang mukmin], laki-laki dan perempuan yang tetap dalam
ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan
yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan
yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan
perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang
banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka
ampunan dan pahala yang besar.”

Anda mungkin juga menyukai