Oleh :
Ahmad Rifai
Natasya
Nur Hazizah
KELAS B
PENDIDIKAN BAHASA ARAB
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Model Penafsiran Al –
Qur’an ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas Ahmad Riski Nugrahawan pada Ulumul Qur’an. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Tafsir Al-Qur’an bagi para pembaca dan
juga bagi penulis. Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak Ahmad Riski
Nugrahawan, selaku dosen pengampu program studi Ulumul Qur’an yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Saya menyadari, makalah
yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Jakarta, 10 Oktober 2022
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................................4
A. Latar Belakang Masalah................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah........................................................................................................................4
C. Tujuan Masalah............................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................................5
1. Pengertian Tafsir bil Ra’yi dan Tafsir Tematik................................................................................5
2. Karya-karya Tafsir Bil Ra’yi dan Tafsir Maudhu’i............................................................................6
3. Langkah-langkah Tafsir Qur’an dengan Metode Maudhu’i............................................................6
4. Kelebihan dan Kekurangan metodologi Tafsir bil rayi dan Tafsir Tematik.....................................7
BAB III PENUTUP..................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................11
3
BAB I
PENDAHULUAN
Al-Quran merupakan kalamullah yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi
Muhammad SAW melalui perantaraan malaikat Jibril, dan Nabi Muhammad SAW
menyampaikannya kepada umatnya. Oleh karena itu para sahabat yang hidup bersama Nabi
tidak kesulitan dalam memahami Al-Qur’an. Di samping karena Al-Qur’an menggunakan
bahasa mereka, juga karena mereka sering mendapatkan pengajaran dan penjelasan dari
Nabi. Sehingga usaha menafsirkan Al-Qur’an sudah dimulai semenjak zaman para sahabat
Nabi sendiri. Ali ibn Abi Thalib (w. 40 H), Abdullah ibn Abbas (w. 68 H), Abdullah Ibn
Mas’ud (w. 32 H) dan Ubay ibn Ka’ab (w. 32 H) adalah di antara para sahabat yang terkenal
banyak menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an dibandingkan dengan sahabat-sahabat yang lain.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian tafsir bil ra’yi dan tafsir tematik (maudhu’i) ?
2. Sebutkan karya kitab tafsir bil ra’yi dan tafsir tematik ?
3. Sebutkan Langkah-langkah dalam tafsir tematik ?
4. Apa kelebihan dan kekurangan metodologi tafsir bil ra’yi dan tafsir maudhu’i ?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian tafsir bil ra’yi dan tafsir tematik (maudhu’i)
2. Untuk mengetahui karya-karya kitab tafsir bil ra’yi dan tafsir tematik
3. Untuk mengetahui Langkah-langkah dalam tafsir tematik
4. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan tafsir bil ra’yi dan tafsir tematik
4
BAB II
PEMBAHASAN
Tafsir maudhu’i merupakan metode penafsiran Al-Qur ‘an yang dicetuskan oleh para
ulama untuk bisa memahami makna-makna dalam ayat-ayat Al-Qur’an. Pengertian tafsir
maudhu’i menurut beberapa ulama antara lain:
Tafsir Maudhu’i menurut Bakir Al-Shadr sebagai metode Al-taukhidy adalah metode
tafsir yang berusaha mencari jawaban Al-Qur ‘an dengan cara mengumpulkan ayat-ayat
Al-Qur ‘an yang mempunyai tujuan yang satu, yang bersama-sama membahas topik
tertentu dan menertibkannya sesuai dengan masa turunnya dan selaras dengan sebab-
sebab turunnya. Sehingga lebih mempermudah dan memperjelas masalah, karena Al-Qur
‘an banyak mengandung berbagai macam tema pembahasan yang perlu dibahas secara
5
maudhu’i, supaya pembahasannya bisa lebih tuntas dan lebih sempurna (ichwan, 2004:
121-122).
A’bas I’wadullah, menyebutkan di dalam buku Muhadarah Fii At-Tafsiir tafsir maudhui
adalah Mengumpulkan ayat-ayat al-quran yang berkenaan dengan satu tema dan
memiliki tujuan yang sama, dan menertibkannya sesuai masa turunnya (jika
memungkinkan), lalu di jelaskan dengan penjelasan yang terperinci, dikeluarkan hikmah,
hukum atau undang-undang yang terdapat didalamnya dengan dan menjadikannya
sebagai hujjah untuk musuh Islam.
Abdullah Al-Hayy Al-Farmawi menulis di dalam bukunya tafsir maudhu’i merupakan
istilah baru dari ulama zaman modern dengan pengertian” mengumpulkan ayat-ayat Al-
qur’an yang mempunyai maksud yang sama dalam arti sama sama mempersoalkan satu
topik masalah dan menyusunnya berdasarkan masa turunnya ayat serta sebab turunnya
ayat tersebut. Lalu para muffasir mulai memberikan penjelasan dan keterangan serta
mengambil kesimpulan.
Fahd Ar-Rumi menyebutkan dalam bukunya dimana tafsir maudhu’i adalah metode
dimana mufasir tidak menafsirkan ayat sesuai dengan tertib mushaf akan tetapi
mengumpulkan ayat-ayat Al-qur’an yang memiliki kesamaan dalam persoalan tema lalu
ditafsirkan dan mengambil kesimpulan dari hukum-hukum didalamnya.
Dari pemaparan beberapa ulama diatas dapat disimpulkan istilah atau definisi tafsir
maudhu’i mempunyai dua sudut pandang yaitu dari:
1) Pengertian tafsir maudhu’i dari segi Metode: bahwa tafsir maudhu’i adalah suatu metode
dalam menafsirkan Alqur’an dengan cara mengumpulkan ayat-ayat yang mempunyai tema
atau topik pembahasan dan juga tujuan yang sama lalu menafsirkannya dengan terperinci
seperti yang ada pada kaidah tafsir tahlili, menjelaskan maknanya dan mengistimbatkan
hukum-hukum didalamnya.
2) Pengertian Tafsir maudhu’i dari segi definisi: adalah suatu ilmu yang didalamnya
mencangkup atau membahas tema-tema tertentu yang tampak dan menjadikannya sebagai
dasar dalam menjelaskan metode penafsiran Alqur’an berdasarkan kaidah dan syarat-syarat
yang sesuai agar penafsiran tersebut selamat dan sampai kepada tujuannya yaitu menjadi
hidayah
6
2. Karya-karya Tafsir Bil Ra’yi dan Tafsir Maudhu’i.
Pada tahun 1977, Prof. Dr. Abd Al Hayy Farmawi, yang menjabat guru besar pada Fakultas
Usuluddin Al-azhar, menerbitkan buku yang berjudul Al-Bidayah Fi Al-Tafsir Al-Maudhu’i
dengan mengemukakan secara terperinci langkah-langkah yang harus ditempuh untuk
menerapkan metode maudhu’i. Langkah-langkah tersebut adalah (Al-Farmawy, 58):
a. Menetapkan masalah yang akan dibahas (topik).
b. Menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan masalah tersebut
c. Menyusun runtutan ayat sesuai dengan masa turunnya, disertai pengetahuan tentang
asbab al-nuzul-nya.
d. Memahami korelasi aya-ayat tersebut dalam surahnya masing-masing.
e. Menyusun pembahasan dalam kerangka yang sempurna (out line).
f. Melengkapi pembahasan dengan hadis-hadis yang relevan dengan pokok bahasan
g. Mempelajari ayat-ayat tersebut secara keseluruhan dengan jalan menghimpun ayat-
ayatnya yang mempunyai pengertian yang sama, atau mengompromikan antara yang ‘am
(umum) dan yang khas (khusus), mutlak dan muqayyad (terikat), atau yang pada lahirnya
bertentangan, sehingga ke semuanya bertemu dalam satu muara, tanpa perbedaan atau
pemaksaan (Shihab, 1994: 114-115).
7
h. Menyusun kesimpulan-kesimpulan yang menggambarkan jawaban al-Qur’an
terhadap masalah yang dibahas ( Depag RI, 1989).
Ada juga langkah-langkah lain yang dapat digunakan untuk menafsirkan Al-Qur;an dengan
metode Maudhu’i. Adapun langakah-langkah yang dapat ditempuh menurut Dr. H. M. Sa’ad
Ibrahim, M.A, adalah:
a. Merumuskan tema dan sup topik bahasan.
b. Menghimpun ayat-ayat yang setema dan relevan dengan tema.
c. Menghimpun Hadits Nabi SAW. yang setema dan relevan dengan tema.
d. Menghimpun tafsir ayat-ayat tersebut.
e. Menghimpun syarah (Penjelasan) Hadits.
f. Menghimpun teori-teori ilmiah.
g. Mengorganisir tema berdasarkan tema dan sub topik.
h. Mengolaborasikan dengan teori-teori ilmiah.
i. Menyimpulkan ajaran Al-Qur’an tentang tema sesuai dengan topik.
4. Kelebihan dan Kekurangan metodologi Tafsir bil rayi dan Tafsir Tematik.
8
a. Kelebihan dan Kekurangan Tafsir maudhui (tematik)
Kelebihan
1) Menjawab Tantangan Zaman Permasalahan dalam kehidupan selalu tumbuh dan
berkembang sesuai dengan perkembangan kehidupan itu sendiri. Semakin modern
kehidupan, permasalahan yang timbul semakin kompleks dan rumit, serta mempunyai
dampak yang luas. Hal ini dimungkinkan karena apa yang terjadi pada suatu tempat, pada
saat yang bersamaan, dapat disaksikan oleh orang lain di tempat yang lain pula, bahkan
peristiwa yang terjadi di ruang angkasa pun dapat dipantau dari bumi. Kondisi serupa inilah
yang membuat suatu permasalahan segera merebak ke seluruh masyarakat dalam waktu
yang relatif singkat. Untuk menghadapi masalah yang demikian, dilihat dari sudut tafsir Al-
Qur ‘an, tidak dapat ditangani dengan metode-metode selain tematik. Hal ini dikarenakan
kajian metode tematik ditunjuk untuk menyelesaikan permasalahan. Itulah sebabnya metode
ini mengkaji semua ayat Al-Qur’an yang berbicara tentang kasus yang sedang di bahas
secara tuntas dari berbagai aspeknya.
2) Praktis dan sistematis Tafsir dengan metode ini disusun secara praktis dan sistematis
dalam memecahkan permasalahan yang timbul. Kondisi semacam ini amat cocok dalam
kehidupan umat yang semakin modern dengan mobilitas yang tinggi sehingga mereka
seakan-akan tidak punya waktu untuk membaca kitab-kitab tafsir yang besar, padahal untuk
mendapatkan petunjuk Al-Qur’an mereka harus membacanya. Dengan adanya tafsir tematik,
mereka akan mendapatkan petunjuk Al-Qur’an secara praktis dan sistematis serta dapat
lebih menghemat waktu, efektif dan efisien.
3) Dinamis Metode tematik membuat tafsir Al-Qur’an selalu dinamis sesuai dengan
tuntutan zaman sehingga menimbulkan image di dalam benak pembaca dan pendengarnya
bahwa Al-Qur’an senantiasa Moh. Tulus Yamani - Memahami al-Qur’an dengan Metode
Tafsir Maudhu’i 286 J-PAI, Vol. 1 No.2 Januari-Juni 2015 mengayomi dan membimbing
kehidupan di muka bumi ini pada semua lapisan dan strata sosial.
9
tematik ini dapat diandalkan untuk pemecahan suatu permasalahan secara lebih baik dan
tuntas, sebagaimana telah dicontohkan dalam pembahasan di atas.
Kekurangan
1) Memenggal Ayat Al-Qur’an Memenggal ayat Al-Qur’an yang dimaksudkan di sini
ialah mengambil satu kasus yang terdapat di dalam satu ayat atau lebih yang mengandung
banyak permasalahan yang berbeda. Misalnya, petunjuk tentang Shalat dan zakat. Biasanya
kedua ibadah itu diungkapkan bersamaan dalam satu ayat. Apabila ingin membahas kajian
tentang zakat, misalnya, maka mau tidak mau ayat tentang Shalat harus di tinggalkan ketika
menukilkannya dari mushaf agar tidak mengganggu pada waktu melakukan analisis.
2) Membatasi Pemahaman Ayat Dengan ditetapkannya judul penafsiran, maka
pemahaman suatu ayat menjadi terbatas pada permasalahan yang dibahas tersebut.
Akibatnya, mufasir terikat oleh judul itu (Baidan, 2001: 165-168).
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
tafsir maudhu’i adalah suatu metode dalam menafsirkan Alqur’an dengan cara
mengumpulkan ayat-ayat yang mempunyai tema atau topik pembahasan dan juga tujuan
yang sama lalu menafsirkannya dengan terperinci seperti yang ada pada kaidah tafsir tahlili,
menjelaskan maknanya dan mengistimbatkan hukum-hukum didalamnya.
Tafsir bi al-Ra'yi adalah upaya untuk memahami nas al-Qur'an atas dasar ijtihad seorang
ahli tafsir (mufassir ) yang memahami betul bahasa Arab dari segala sisinya, mengerti betul
lafaz-lafaznya dan dalalahnya, mengerti syair Arab sebagai dasar pemaknaan, mengetahui
betul ashab nuzul, mengerti nasikh dan mansukh di dalam al-Qur'an, dan menguasai juga
ilmu-ilmu lain yang dibutuhkan seorang mufasir.
Tafsir bil ra'yi bukanlah sekedar berdasarkan pendapat atau ide semata, atau hanya
sekedar gagasan yang terlintas dalam pikiran seseorang, apalagi hanya semaunya saja. Jika
menafsirkan al-Qur'an dengan ra'yu (rasio) dan ijtihad semata tanpa ada dasar yang sahih
adalah haram, tidak boleh dilakukan, oleh karena itu para ulama’ berbeda pendapat tentang
penggunaan tafsir bil ra’yi ada yang menerima dan ada yang menolak.
11
DAFTAR PUSTAKA
Saamir Abdurrahman Risywani, Manhaju At-Tafsir Al-Maudhu’iy Lil Qur’an, (Suriah: Dar Al-Multaqy,
2009), cet. 1, hlm. 43.
Basir, A. (2019). Quran, Kaidah Tafsir Dalam Ulumul. Jurnal Al Jami, 15(29), 1–14.
Fitra Yana, R., Syawaluddin, F. A., & Siagian, T. N. (2020). Tafsir Bil Ra’yi. Pena Cendikia, 2(1), 1–6.
https://ejurnal.univalabuhanbatu.ac.id/index.php/pena/article/view/141
Julmi, R. (2021). Tafsir Bi Matsur dan Bi Al-Ray. In Prodi Ilmu Hadits Fakultas Ushuludin dan Adab UIN
Sultan Maulana Hasanudin (hal. 1–10).
Maliki, M. (2018). Tafsir Ibn Katsir: Metode Dan Bentuk Penafsirannya. el-’Umdah, 1(1), 74–86.
https://doi.org/10.20414/el-umdah.v1i1.410
Nazhifah, D., & Karimah, F. I. (2021). Hakikat Tafsir Maudhu’i dalam al-Qur’an. Jurnal Iman dan
Spiritualitas, 1(3), 368–376. https://doi.org/10.15575/jis.v1i3.13033
Thalib, M. D. (2015). Takdir Dan Sunnatullah (Suatu Kajian Tafsir Maudhu’i). AL-ISHLAH: Jurnal
Pendidikan Islam, 13(1), 28–38. http://ejurnal.iainpare.ac.id/index.php/alislah/article/view/486
Yasif Maladi, W. (2021). Makna dan Manfaat Tafsir Maudhu ’ i. In Makna dan Manfaat Tafsir
Maudhui (Nomor July).
12