DisusunOleh:
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah...................................................................................... 1
B. Pembatasan Masalah ........................................................................................... 5
C. Rumusan Masalah ................................................................................................ 5
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................6
A. PERANAN KEPEMIMPINAN ........................................................................... 6
1. Definisi Kepemimpinan ...................................................................................6
2. Peran Kepemimpinan dalam Organisasi ........................................................7
B. KONFLIK ORGANISASI ................................................................................. 11
1. Hakikat Konflik ..............................................................................................11
2. Pandangan Terhadap Konflik .......................................................................13
3. Faktor Penyebab Konflik...............................................................................15
C. MACAM-MACAM KONFLIK DALAM ORGANISASI ............................... 17
D. PERAN PIMPINAN DALAM MENYELESAIKAN KONFLIK DI
ORGANISASI.................................................................................................... 19
E. STRATEGI KEPEMIMPINAN DALAM PEMECAHAN KONFLIK
ORGANISASI.................................................................................................... 22
1. Majemen Konflik............................................................................................22
2. Model Konseptual Manajemen Konflik Organisasi ....................................24
BAB III. PENUTUP ........................................................................................................28
1
BAB I
PENDAHULUAN
yang sangat dominan untuk memegang peranan penting dalam menentukan masa
depan organisasi.
Walaupun modal yang tersedia besar dan teknologi yang digunakan
canggih, organisasi tidak akan mampu berjalan dengan baik jika tidak ada
manusia yang berada di organisasi tersebut. Dan perlu di sadari bahwa
keberhasilan pengelolaan organisasi sangat ditentukan oleh sumber daya manusia
dengan didukung seorang pemimpin yang mampu memimpin suatu organisasi,
dituntut untuk mempunyai pemikiran terbuka, mau menerima ide-ide baru, rela
menerima kritikan dan mau belajar serta mendengarkan kebenaran yang
disampaikan oleh bawahnnya. Pemimpin dituntut untuk menciptakan hubungan
personal dengan orang lain dari pada kebutuhannya sendiri, dan harus berani
menerima kegagalan.
Setiap pemimpin perlu menyadari bahwa untuk mewujudkan hubungan
manusiawi yang efektif , perlu memilki kemampuan memperlakukan orang lain
sebagai subyek bukan objek, sebagaimana layaknya benda mati, yang dapat
diperlukan sekehendak hati. Istilah dalam kepemimpinan “Return On Individual”
yang artinya agar pemimpin menaruh perhatian pada setiap individu yang
dipimpinnya. Pemimpin adalah seorang pribadi yang memilki kecakapan dan
kelebihan sehingga mampu mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama
melakukan aktivitas tertentu, demi pencapaian satu atau beberapa tujuan.
Jadi, pemimpin ialah seorang yang memiliki satu atau beberapa kelebihan
sebagai predisposisi (bakat yang dibawa sejak lahir), dan merupakan kebutuhan
dari satu situasi/zaman, sehingga pemimpin mempunyai kekuasaan dan
kewibawaan untuk mengarahkan dan membimbing bawahan. Pemimpin juga
mendapatkan pengakuan serta dukungan dari bawahannya dan mampu
menggerakkan bawahan kearah tujuan tertentu. Tanda-tanda awal konflik terlihat
dalam peningkatan intensitas ketidak sepakatan diantara anggota-anggota.
Konflik dalam diri individu dinyatakan melalui keluh kesah, gerakan-
gerakan kegelisahan pada wajah, perilaku gagap, melamun, dan ucapan-ucapan
yang ketus. Sedangkan konflik antar individu maupun kelompok ditandai dengan
semakin menurunnya ketidak saling percayaan, ketidak saling terbukaan, dan
4
kerjasama kelompok diantara kedua belah pihak. Akibat adanya konflik yang
terjadi disuatu organisasi berakibat pada renggangnya hubungan antar individu di
organisasi tersebut.
Selain itu berakibat pula pada perkembangan organisasi itu sendiri.
Perkembangan organisasi adalah menghabiskan waktu atau energi yang
seharusnya dapat digunakan untuk kegiatan yang lebih bermanfaat dan kinerja
karyawan menjadi rendah sehingga sulit mencapai tujuan yang telah direncanakan
sebelumnya. Akibat konflik yang timbul tidak seluruhnya menghambat
perkembangan organisasi.
Ada konflik yang dapat menjamin kehidupan dan kemajuan organisasi,
dikatakan demikian karena adanya situasi-situasi konflik dapat meningkatkan
kesadaran organisasi akan masalah-masalah yang harus diatasi, mendorong
pencarian solusi-solusi secara lebih luas dan juga dapat memfasilitasi perubahan-
perubahan secara positif dan inovatif. Walaupun demikian konflik yang sudah
melampaui batas kewajaran yang dapat menghambat perkembangan organisasi
harus segera diatasi. Tidak mudah bagi pemimpin dalam menyelesaikan konflik
yang terjadi di suatu organisasi yang dipimpinnya, sehingga pimpinan mempunyai
hambatan dalam mengatasi konflik tersebut.
Hal itu disebabkan adanya ketidak terbukaan antara bawahan dan atasan.
Di dalam suatu organisasi memang terdapat sumber daya manusia yang terdiri
dari bermacam-macam individu atau pribadi. Setiap individu pasti memiliki
kepentingan yang berbeda-beda. Salah satu tugas atau peran pimpinan yaitu harus
dapat menyelesaikan konflik yang sifatnya merugikan untuk menciptakan suatu
organisasi yang sehat dan tertib dengan cara menggunakan metode pendekatan
penyelesaian yang tepat untuk menangani konflik sehingga setiap konflik itu
dapat diselesaikan dengan baik dan tidak ada yang merasa dirugikan. Dari latar
belakang tersebut, penulis akan membahas lebih lanjut mengenai konflik yang
dapat merugikann organisasi, maka penulis mengambil judul tentang “Peranan
Kepemimpinan Dalam Konflik Organisasi”.
5
B. Pembatasan Masalah
C. Rumusan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
A. PERANAN KEPEMIMPINAN
1. Definisi Kepemimpinan
Kata kepemimpinan memiliki akar kata pemimpin. Kemudian pemimpin
berasal dari kata pimpin yang berarti bimbing, tuntun. Pemimpin berarti orang
yang memimpin, membimbing, menuntun, menunjukkan jalan, melatih
(mendidik, mengajar) supaya akhirnya dapat mengerjakan sendiri
(Poerwadarminta, W. J.S., 1986). Paul Hersey dan Kenneth H. Blanchard dalam
bukunya Management of Oraganizational Behavior mendefinisikan
kepemimpinan sebagai proses yang mempengaruhi kegiatan individu atau
kelompok dalam usaha untuk mencapai suatu tujuan dalam situasi tertentu (Paul
H. & Kenneth H. Blanchard, 1982). Pengertian di atas menggambarkan bahwa
kepemimpinan adalah upaya-upaya seseorang untuk mempengaruhi prilaku orang
lain atau prilaku kelompok. Upaya mempengaruhi prilaku tersebut bertujuan agar
dapat mencapai target atau sasaran tertentu. Baik tujuan perorangan atau
kelompok.
Kepemimpinan, menurut Bashori, dipahami sebagai segala daya upaya
bersama untuk menggerakkan semua sumber dan alat (resources) yang tersedia
dalam suatu organisasi (Bashori, 2020). Menurut Robbins dalam Wahab dan
Umiarso, kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi kelompok ke arah
pencapaian tujuan. Owens mendefinisikan kepemimpinan sebagai suatu interaksi
antara satu pihak sebagai yang memimpin dengan pihak yang dipimpin.
Sedangkan James Lipham, seperti yang diikuti oleh M. Ngalim Purwanto,
mendefinisikan kepemimpinan adalah permulaan dari suatu struktur atau prosedur
baru untuk mencapai tujuantujuan dan sasaran organisasi atau untuk mengubah
tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran organisasi (Wahab, 2015).
Dari beberapa definisi kepemimpinan tersebut dapat disimpulkan bahwa
kepemimpinan adalah seni mempengaruhi orang lain agar orang tersebut mau
bekerjasama (mengkolaborasi dan mengelaborasi potensi nya) untuk mencapai
7
tujuan yang telah ditetapkan. Dari keterangan di atas juga dapat disimpulkan
bahwa kepemimpinan : a) Merupakan usaha mempengaruhi orang lain agar mau
melakukan sesuatu; b) Merupakan seni karena upaya yang dilakukan berbeda-
beda; c) Bersifat berkelanjutan; d) Bertujuan untuk memperoleh manfaat bersama.
Dengan demikian kepemimpinan mencakup distribusi kekuasaan yang tidak sama
diantara pemimpin dan anggotanya.
Pemimpin mempunyai wewenang untuk mengarahkan anggota dan juga
dapat memberikan pengaruh, dengan kata lain para pemimpin tidak hanya dapat
memerintah bawahan apa yang harus dilakukan, tetapi juga dapat mempengaruhi
bagaimana bawahan melaksanakan perintahnya (Bashori, 2019)
2. Peran Kepemimpinan dalam Organisasi
dan dipelajari, meskipun yang lain percaya bahwa bakat kepemimpinan tertentu
adalah bawaan sejak lahir (Muna & Zennie, 2010).
Mengelola suatu organisasi termasuk didalamnya mengelola sumber daya
manusia, memerlukan prinsip-prinsip manajemen termasuk prinsip dan teori
kepemimpinan. Seorang pemimpin harus mempunyai kemampuan dalam
memimpin organisasinya, terutama dalam hal manajemen sumber daya manusia.
Dengan demikian seorang pimpinan dalam suatu organisai merupakan faktor yang
menentukan atas keberhasilan organisasi yang dipimpinnya. Menurut Luther
Gulick sebagaimana dikutip oleh Sutarto (1993:28) tentang pengertian organisasi
dalam hubungannya dengan kepemimpinan mengatakan bahwa:
B. KONFLIK ORGANISASI
dan apabila sudah terjadi harus dipecahkan atau dibiarkan saja karena konflik
akan reda dengan sendirinya.
b. Pandangan Kontemporer
Bulton, R. menyatakan bahwa keberadaan konflik dapat berakibat merusak
(destruktif) dan atau manguntungkan (desruptif) bagi kelangsungan organisasi (R.
Bulton, 2000). Du Brin, A.J. menganggap konflik yang terlalu rendah dapat
menjadi disfungsional karena menimbulkan kelesuhan dan menghalangi
kreativitas dan produktivitas (A.J. Dubrin, 1984). Tosi H.L. et.all (1990)
menyatakan bahwa pandangan masa kini meyakini konflik sebagai peristiwa yang
tidak dapat dihindarkan apalagi dihapus, pada kondisi tertentu konflik diperlukan
untuk mengembangkan inovasi.
Pandangan kontemporer menyadari bahwa tidak semua konflik bersifat
fungsional dan berkeyakinan bahwa terdapat konflik yang menimbulkan pengaruh
negatif terhdap kelangsungan organisasi. Konflik dalam organisasi saat ini
dipandang sebagai hal yang tidak dapat dihindarkan karena individu dan
kelompok saling bergantung dalam mencapai tujuan. Namun demikian konflik
yang bersifat merusak dapat merugikan organisasi (Owens, 1991). Lebih jauh,
Owens menjelaskan bahwa manajemen konflik yang efektif apabila menghadapi
masalah berusaha untuk dipecahkan sehingga meningkatkan kesehatan organisasi.
Konflik fungsional adalah konfrontasi antara individu atau kelompok yang
menambah keuntungan kinerja organisasi, sedangkan konflik disfungsional adalah
setiap perbedaan atau interaksi diantara individu atau kelompok yang
menghalangi pencapaian tujuan organisasi (Gibson,et,at. 1996).
Pandangan kontemporer berpendapat bahwa konflik itu baik dan harus
didorong agar tetap muncul, menganggap konflik sebagai kompetisi untuk
mendapat penghargaaan, konflik sebagai peristiwa alami yang terjadi dalam
organisasi dan pada dasarnya manusia tidak selalu jelek, akan tetapi perlu
diarahkan agar dapat berprestasi dan mau bersaing. Du Brin, A.J. (1984)
mengemukakan dampak positif konflik adalah :
Menimbulkan perubahan secara konstruktif
15
Organisasi dengan skala besar maupun kecil yang pernah mengalami dan
menyelesaikan konflik-konfliknya, setidaknya membagi jenis konflik menjadi
4, (Sukanto, 1996), masing-masing sebagai berikut :
1. Konflik Konsesual
Konflik yang di dalamnya mengandung sifat-sifat yang memberikan
alternatif untuk pemecahannya melalui kesepakatan
2. Konflik Dissensual
18
Terdapat perbedaan yang tajam tentang apa yang diinginkan dan posisi-
posisi yang dikehendaki masing-masing pihak. Konflik semacam ini
bisa saja dirundingkan dan bisa saja tidak, tergantung kepada potensi
mereka untuk berkompromi
3. Konflik Latent
Konflik ini timbul karena adanya ketegangan yang selalu ada tapi tidak
diperhatikan sungguh-sungguh. Hubungan yang tegang dalam interaksi
antara individu maupun kelompok menimbulkan konflik yang seolah-
olah tidak kelihatan.
4. Konflik yang Emerging
Masing-masing pihak mengetahui bahwa terdapat konflik yang
berkembang dalam interaksinya. Faktor utama penyebab konflik
diketahui, isu-isu yang menimbulkan konflik dimengerti, akan tetapi
tidak ada proses pemecahan konflik yang mampu dilaksanakan.
5. Konflik yang Manifest
Mereka yang berselisih sudah mulai mengadakan perundingan tapi
belum menemukan kesepakatan atau jalan keluar.
6. Konflik Destruktif
Terdapat proses pertarungan menang-kalah, kompetisi yang tajam antara
individu dan antara kelompok, komunikasi tidak terpercaya, pemecahan
dicari untuk memberikan beban pada pihak lain.
7. Konflik Konstruktif
Ada pemecahan masalah secara kreatif dan usaha-usaha mencapai
pemecahan dengan cara saling memuaskan. Hasil yang dicapai bukan
menang atau kalah melainkan menang semua. Semua pihak merasa
kepentingan tidak dilanggar dan tujuannya tercapai tanpa merugikan
pihak lain.
8. Konflik Konstitusional
Memusatkan pada hak-hak yang dijamin secara legal, alamiah dan
tradisional dari individu-individu maupun organisasi. Penyelesaian
melalui hakim aatau wasit.
19
d. Memperhalus konflik
Memperhalus konflik itu berarti melicinkan jalan atau memperhalus
penyelesaian konflik dengan jalan:
1) Mengecilkan perbedaan-perbedaan sikap dan ide dari perorangan
dan kelompok yang tengah bertikai;
2) Dan memperbesar titik persamaan/ titik singgungdari tujuan atau
kepentingan bersama, yang harus dicapai dengan cara kooperatif.
Dengan memperhalus konflik dan melicinkan jalan penyelesaian orang
berusaha dengan sengaja dan sadar menyingkirkan perbedaan untuk lebih
menonjolkan persamaan serta kepentingan bersama, sehingga jalan damai
dapat ditempuh untuk memecahkan masalah yang dipertengkarkan.
e. Kompromi
Kompromi merupakan proses saling berjanjiantara kedua belah pihak
yang bersedia melepaskan sebagian dari tuntutannya. Dalam peristiwa
kompromi boleh dikatakan tidak ada pihak yang menang dan yang kalah
secara mutlak. Kedua belah pihak bersedia mengorbankan sedikit dari
pendirian dan tuntutanya sehingga tersapai satu keputusan bersama,
sekalipun keputusan itu tidak bisa disebut sebagai hasil yang optimal bagi
kedua belah pihak. Keputusan hasil kompromi itu merupakan produk
penalaran, saling mengalah, saling memberi dan menerima dimana kedua
belah pihak saling terpuaskan.
f. Tindakan yang otoriter
Dalam struktur organisasi formal dengan adanya relasi atasan-bawahan,
maka otoritas dan kewibawaan pemimpin yang berkedudukan paling
tinggi merupakan suara pemutus bagi konflik antar-individu dan antar-
kelompok. Kekuasaan formal merupakan bentuk arbitrage atau
perwasitan dan sebagai alat penentu. Kepemimpinan otoriter dengan
tindakan-tindakan yang tegas dan drastis itu disaat genting itu bisa
menegakkan orde, bisa menjadi alat koordinasi yang efektif.
g. Mengubah struktur individual dan struktur organisasi
22
Cara lain untuk mengurangi konflik yaitu dengan cara mengubah struktur
organisasi. Memindahkan dan mempertukarkan anggota-anggota
kelompok dan pemimpinnya, dengan semboyan “the right man in the
right place”, membentuk badan koordinasi, memperkenalkan sistem
konsultasi dan sistem apel, memperluas partisipasi aktif para anggota dan
anak buah.
BAB III
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA