0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
50 tayangan5 halaman
Lembar kerja ini membahas pendekatan dan metode penafsiran Al-Quran. Terdapat tiga pendekatan utama yaitu tafsir bi al-ma'tsur yang mengutamakan riwayat, tafsir bi al-ra'y yang mengutamakan pendapat pribadi, dan tafsir bi al-isyarah yang mengutamakan isyarat dalam ayat. Ada juga empat metode penafsiran yakni tahlili, ijmali, muqaran, dan maudhu'i.
Lembar kerja ini membahas pendekatan dan metode penafsiran Al-Quran. Terdapat tiga pendekatan utama yaitu tafsir bi al-ma'tsur yang mengutamakan riwayat, tafsir bi al-ra'y yang mengutamakan pendapat pribadi, dan tafsir bi al-isyarah yang mengutamakan isyarat dalam ayat. Ada juga empat metode penafsiran yakni tahlili, ijmali, muqaran, dan maudhu'i.
Lembar kerja ini membahas pendekatan dan metode penafsiran Al-Quran. Terdapat tiga pendekatan utama yaitu tafsir bi al-ma'tsur yang mengutamakan riwayat, tafsir bi al-ra'y yang mengutamakan pendapat pribadi, dan tafsir bi al-isyarah yang mengutamakan isyarat dalam ayat. Ada juga empat metode penafsiran yakni tahlili, ijmali, muqaran, dan maudhu'i.
B. Kegiatan Belajar :PENDEKATAN DAN METODE PENAFSIRAN (KB 3)
C. Refleksi
NO BUTIR REFLEKSI RESPON/JAWABAN
1. PENDEKATAN DAN METODE PENAFSIRAN
Para ulama di bidang tafsir melakukan ijtihadnya masing- masing untuk melakukan penafsiran alquran . Adapun sumber informasi yang digunakan untuk menjelaskan ayat-ayat Alquran adalah riwayat-riwayat yang dianggap dapat dipercaya baik dari hadis Nabi Saw maupun atsar. Dalam melakukan ijtihadnya, sebagaian ulama menggunakan riwayat-riwayat tersebut sebagai sumber utama penafsirannya dan sebagaian ulama mufassir yang lain menggunakan riwayat-riwayat tersebut sebagai landasan berpikir yang kemudian dilakukan ijtihad sesuai dengan pendapatnya masing-masing. Karena itu ditinjau dari pendekatannya, penafsirannya dibagi menjadi tiga, yaitu tafsir bi al-ma’tsur , tafsir bi alra’y dan tafsir bi al-isyarah atau kemudian disebut tafsir isyari. Peta Konsep (Beberapa 1. Pendekatan Penafsiran Alquran 1 istilah dan definisi) di modul a. Tafsir bi al-Ma’tsur. bidang studi Tafsir bi al-Ma’tsur adalah pendekatan yang digunakan dalam menafsirkan Alquran yang didasarkan kepada penjelasan- penjelasan yang diperoleh melalui riwayat-riwayat pada sunnah, Oleh karena itu, tafsir bi al-ma’tsur disebut juga tafsir bi al- riwayah, pendekatan tafsir bi al-ma’tsur memiliki beberapa cara dalam menafsirkan ayat Alquran, yaitu; a. Penafsiran ayat dengan ayat Alquran yang lain. b. Penafsirat ayat Alquran dengan hadis Nabi Saw. c.penafsiran ayat alquran dengan keterangan sahabat nabi dan tabiin. Adapun mengenai kitab tafsir yang menggunakan pendekatan bi al-ma’tsur dalam penafsirannya di antaranya adalah Tafsir Jami’ al-Bayan fi Tafsir Alquran karya Ibnu Jarir at- Thabari dan Tafsir Alquran al-‘Azim karya Ibnu Katsir. Dua tafsir ini sangat popular dan menjadi rujukan yang otoritatif dalam kategori tafsir bi al-ma’tsur.. b. Tafsir bi al-Ra’y atau tafsir bi al-Dirayah Al-Ra’y berarti pikiran atau nalar, karena itu tafsir bi al-ra’y adalah penafsiran seorang mufassir yang diperoleh melalui hasil penalarannya atau ijtihadnya, di mana penalaran sebagai sumber utamanya pendekatan tafsir bi al-ra’y juga memiliki kelebihan dan kelemahan. kelebihan pendekatan ini adalah mempunyai ruang lingkup yang luas, dapat mengapresiasi berbagai ide dan melihat Alquran secara lebih lebar sehingga dapat memahaminya secara komprehensif. Kelemahaman pendekatan tafsir bi al-ra’y bisa terjadi ketika terjebak atau secara tidak sadar mufassir mengungkap petunjuk berdasarkan ayat yang bersifat parsial, sehingga dapat memberikan kesan makna Alquran tidak utuh dan pernyataannya tidak konsisten Hal lain yang juga bisa menjadi kelemahan dari pendekatan tafsir bi al-ra’y ini adalah peluang masuknya cerita-cerita isra’iliyat karena kelemahan dalam membatasi pemikiran yang berkembang (al-Shabuni, 1999) Salah seorang mufassir yang menggunakan pendekatan bi al-ra’y dalam kitab tafsirnya adalah Abd al-Qasim Mahmud al- Zamakhsari.selain al-zamakhsari musaffir yang juga menggunakan pendekatan ini adalah fakhrudin al-razi dalam tafsirnya mafatih al-ghaib dan al-baidhawi dalam tafsir anwar at-tanzil wa-asrar at-ta’wil. Contoh yang tampak dari tafsir dengan pendekatan bi al- ra’y adalah penafsiran Sayyid Qutub dalam kitab tafsir Fi Zilal al- Qur’an pada saat menjelaskan Surat al Fatihah (SQ 1: 4) sebagai berikut:.. ِِ ِّ ( ا ِل٣ ِِدين يَ ْو ِِم َملِك Artinya: “Tuhan yang menguasai hari pembalasan.”
Ayat ini termasuk akidah pokok yang fundamental dalam
keyakinan umat Islam yakni mempercayai hari akhirat. Kepercayaan terhadap hari pembalasan dapat meletakkan pandangan dan hati manusia pada sebuah alam yang lain setelah tamatnya alam dunia penafsiran dengan pendekatan bi al ra’y di atas menjadi jelas bahwa para mufassir tidak meninggalkan riwayat dan bukan semata-mata menafsirkan Alquran dengan pendapatnya sendiri . Maka dari itu, faktor yang membedakan antara tafsir bi al-ra’y dan tafsir bi al-ma’tsur adalah aspek dominannya.
c. Tafsir bi al-Isyarah atau Tafsir Isyari
Tafsir Menurut bahasa kata isyari berasal dari kata asyara- yusyiru-isyaratan yang berarti memberi isyarat atau tanda dan berarti pula menunjukkan. Sedangkan menurut istilah tafsir isyari adalah suatu upaya untuk menjelaskan kandungan Alquran dengan menakwilkan ayat-ayat sesuai isyarat yang tersirat dengan tanpa mengingkari yang tersurat atau zahir ayat. Secara lebih spesifik M. Quraish Shihab menjelaskan bahwa dalam tafsir isyari terdapat upaya penarikan makna ayat yang didasarkan pada kesan yang ditimbulkan oleh lafaz ayat, di mana dalam benak para mufassir telah memiliki pencerahan batin atau hati dan pikiran. Hal itu dilakukan tanpa mengabaikan atau membatalkan makna secara lafazh (Shihab, 2013: 373). syarat- syarat diterimanya sebuah tafsir isyari sebagai berikut: 1. Tidak bertentangan dengan makna lahir (pengertian tekstual) Alquran. 2. Penafsirannya didukung atau diperkuat oleh dalil-dalil syara’ lainnya. 3. Penafsirannya tidak bertentangan dengan dalil syara‘ atau rasio. 4. Penafsirannya tidak menganggap bahwa hanya itu saja tafsiran yang dikehendaki Allah, bukan pengertian tekstual ayat terlebih dahulu. 5. Penafsirannya tidak terlalu jauh sehingga tidak ada hubungannya dengan lafadz.
2. Metode Penafsiran Alquran
a. Metode Tahlili (Analitis) Metode tahlili adalah suatu metode dalam menjelaskan ayat Alquran dengan cara menguraikan ayat demi ayat, surat demi surat, sesuai tata urutan dengan penjelasan yang cukup terperinci sesuai dengan kecenderungan masing-masing mufassir terhadap aspek-aspek yang ingin disampaikan. b. Metode Ijmali (Global) Metode ijmali adalah sebuah metode dalam menjelaskan ayat Alquran dengan cara mengemukakan makna yang bersifat global dengan Bahasa yang ringkas supaya mudah dipahami. Dalam penafsiran di atas tampak sekali disampaikan secara singkat dan global, misalnya kata al-rahman dan al-rahim dengan makna yang memiliki rahmat. Maksudnya yaitu yang berkehendak memberikan kebaikan kepada yang berhak mendapatkannya. Setelah itu, kemudian berganti kepada ayat berikutnya dan begitu seterusnya. Inilah tafsir dengan metode ijmali. c. Metode Muqaran (Komparatif) Metode muqaran adalah metode menjelaskan ayat-ayat Alquran dengan membandingkan dengan ayat lain yang memiliki kedekatan atau kemiripan tema namun redaksinya berbeda. Bisa juga berupa membandingkan antara satu kitab tafsir dengan kitab tafsir lainnya agar diketahui identitas corak kitab tafsir tersebut. d. Metode Maudhu’i (Tematik) Metode terakhir yang lazim digunakan dalam menafsirkan Alquran adalah metode maudhu’I atau metode tematik. Metode ini berupaya menjelaskan ayat-ayat Alquran dengan mengambil suatu tema tertentu. Kelebihan metode ini mampu menjawab kebutuhan zaman yang ditujukan untuk menyelesaikan suatu permasalahan, praktis dan sistematis serta dapat menghemat waktu, dinamis sesuai dengan kebutuhannya, Al-Farmawi (al-Farmawi: tth, 62) telah merinci langkah- langkah yang harus ditempuh oleh seorang mufassir ketika melakukan proses penafsiran menggunakan metode tematik, sebagai berikut: a. Menetapkan masalah yang akan dibahas. b. Menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan masalah tersebut. c. Menyusun runtutan ayat sesuai dengan masa turunnya, disertai pengetahuan tentang asbab nuzulnya dan ilmu-ilmu lain yang mendukungnya. d. Memahami korelasi ayat-ayat tersebut dalam suratnya masing-masing. Hal ini terkait erat dengan ilmu munasabat. e. Menyusun pembahasan dalam kerangka yang sempurna (membuat out line). f. Melengkapi pembahasan dengan hadis-hadis yang relevan dengan pokok bahasan. g. Mempelajari ayat-ayat tersebut secara keseluruhan dengan jalan menghimpun ayatayatnya yang mempunyai pengertian yang sama atau mengkompromikan antara yang ‘amm (umum) dengan yang khash (khusus), Adapun di antara karya-karya tafsir yang telah menggunakan metode ini adalah karya Abbas Mahmud al-Aqqad yang berjudul al-Insan fi al-Qur’an dan al-Mar’ah fi alQur’an; dan karya Abu al- A’la Al-Maududi berjudul al-Riba fi al-Qur’an; karya al-Jashshash, elaslah pendekatan dan metode penafsiran Alquran. Metode penafsiran Alquran dengan masing-masing kelebihan dan kelemahannya tetap merupakan upaya ilmiah besar dan mulia dalam menyuguhkan pemahaman Alquran. 1.menghafal metode yang berhubungan dengan penafsiran Daftar materi bidang studi yang terbagi beberapa hal dan uraiannya 2 yang sulit dipahami pada modul 2.memahami tentang penafsiran alquran
1.tafsir bi al-matsur,tafsir bi al-ra’y, dan tafsir al-Isyarah dan
penafsiran yang lain,juga perbedaan pendapat ulama Daftar materi yang sering 3 mengalami miskonsepsi dalam pembelajaran 2.membedakan penafsiran seperti metode analis, metode ijmali, metode muqaran dan metode maudhu’i