Anda di halaman 1dari 13

METODE PENAFSIRAN

AL-QUR’AN
(Metodologi dalam mata kuliah tafsir tarbawi)
Dalam memahami al-Qur’an dibutuhkan pengetahuan terhadap
metodologi untuk dapat lebih mudah membumikan maksud-maksud
wahyu Illahi kepada manusia. Seiring perkembangan zaman yang pesat
dan semakin banyak problematika dan tuntutan kehidupan manusia,
sehingga dibutuhkan metode baru yang bersifat ilmiah dan menjawab
tantangan zaman dan problematika manusia. Diantara sekian banyak
metode, hadirlah metode mawdlu’I (tematik) kemudian memberikan
solusi terhadap tantangan tsb, sebuah metode yang secara
metodologis sejalan dengan penelitian ilmiah dan tidak berseberangan
dengan tujuan al-Qur’an serta risalah kenabian.
Metode/Corak penafsiran al-Quran berdasarkan
cara penguraian terbagi menjadi 4 macam:
A. TAFSIR TAHLILI/ANALISIS:

“Mengkaji ayat-ayat al-Qur’an dari segala segi dan maknanya sesuai


dengan urutan ayat dan surat dalam mushaf”.

- Ciri-ciri uraiannya mencakup kosa kata, unsur i’jaz, balaghah, hukum fiqh,
norma akhlak, aqidah, perintah, larangan, hakikat, majaz, kinayah dan lain
sebagainya.
KELEBIHANNYA:
a. Ruang lingkupnya luas, karena mufasir senantisa menjelaskan makna ayat secara
menyeluruh, baik bersumber kepada bil ma’tsur atau bil ra’yi.
b. Memuat berbagai ide atau gagasan, sehingga mufasir dapat leluasa mencurahkan
segala kemampuannya untuk menggali makna ayat.
KEKURANGANNYA:
a. Menjadikan petunjuk al-Qur’an terpecah-pecah (parsial), sehingga terkesan al-
Qur’an memberikan pedoman secara tidak konsisten.
b. Melahirkan penafsiran yang subyektif.
c. Banyak memuat kisah-kisah israiliyat, yakni yang bersumber dari tradisi
Yahudi/Kristen.
B. TAFSIR IJMALI/GLOBAL
“Menafsirkan al-Qur’an secara global, tanpa uraian panjang lebar
sesuai dengan urutan ayat dan surat dalam mushaf”.
Ciri-ciri uraiannya: menafsirkan dengan lafaz al-Qur’an sendiri, memilih
makna yang mudah dipahami, memuat asbabun nuzul, memuat hadis
dan hikmah.
Contoh kitabnya: Tafsir Jalalain, Tafsir al-Wasith, Tafsir al-Qur’an Fairuz
Zabadi.
KELEBIHANNYA:
a. Praktis dan mudah dipahami, karena penjelasannya yang ringkas dan tidak
berbelit.
b. Bebas dari kisah-kisah israiliyat.
c. Akrab dengan bahasa al-Qur’an, karena uraian nya yang singkat maka pembaca
merasa seperti membaca al-Qur’an.
KEKURANGANNYA:
a. Menjadikan petunjuk al-Qur’an bersifat parsial, sama seperti tafsir tahlil.
b. Tidak ada ruang untuk berimprovisasi atau berfikir secara luas dengan berbagai
macam analisis, karena sifatnya yang ringkas.
C. TAFSIR MUQARAN/KOMPARASI:
“Menafsirkan al-Qur’an dengan cara mengambil sejumlah ayat
al-Qur’an, kemudian mengemukakan penafsiran para ulama tafsir
(salaf dan khalaf)”.
Ciri2 uraiannya: memuat pandapat para mufasir, riwayat dari Nabi,
sahabat, tabi’in, membandingkan kecenderungan para mufasir.
Kemudian menjelaskan corak penafsirannya, kemudian
mengemukakan pendapatnya sendiri.
 KELEBIHANNYA:
a. Memberikan wawasan penafsiran yang relatif lebih luas, karena banyak mengutip pendapat
mufasir sebelumnya.
b. Lebih toleran terhadap pendapat orang lain.
c. Pembaca akan mendapatkan uraian yang lebih dari sekedar pendapat mufasir sendiri.

 KEKURANGNNYA;
a. Uraiannya tidak up to date, karena cenderung mengacu pada pendapat mufasir sebelumnya.
b. Tidak cocok bagi pembaca pemula.
c. Kurang dapat menjawab tantangan zaman.
D. TAFSIR MAUDHU’I/TEMATIK
“Menafsirkan al-Qur’an dengan cara Menghimpun seluruh ayat
al-Qur’an yang memiliki tujuan dan tema yang sama”.

Semua ayat yang berkaitan tentang suatu tema tersebut dikaji dan
dihimpun yang berkaitan. Pengkajiannya secara mendalam dan tuntas dari
berbagai aspek yang terkait dengannya seperti asbāb an-nuzūl, kosakata dan lain
sebagainya. Semua dijelaskan secara rinci dan tuntas serta didukung oleh dalil-
dalil atau fakta-fakta yang dapat dipertanggng jawabkan secara ilmiah, baik
argumen itu berasal dari al-Qur'an, hadits, maupun pemikiran rasional.
KELEBIHANNYA:
a. Dapat menjawab tantangan zaman.
b. Praktis dan sistematis, karena pembaca dapat mencari jawaban suatu persoalan
hanya dengan membaca satu kitab tafsir.
c. Dinamis, karena selalu disesuaikan dengan perkembangan zaman.
d. Hasil penafsiran lebih konperehensif, karena urainnya hanya difokuskan pada satu
tema.
KEKURANGNNYA:
a. Terjadinya pemotongan ayat, karena yang ditafsirkan hanya yang berhubungan
dengan tema.
b. Penafsiran ayat menjadi terbatas hanya sekedar yang berkaitan dengan tema.
Langkah Kerja dalam Metode Tafsir Maudhu’i
Metodologi yang paling baik untuk diikuti dalam mengkaji tafsir Tarbawi
ini menggunakan metode tematik (mawdlu'i) dengan alasan bahwa ide-
ide dasar al-Qur'an tentang pemikiran kependidikan ini terpencar
didalam 114 surat al-Qur'an. dengan metode ini diharapkan akan
memperoleh gambaran yang utuh dari ayat-ayat al-Qur'an yang
berimpilkasi kependidikan yang bisa digali dari padanya.
Langkah-langkah yang harus ditempuh oleh mufassir dalam menerapkan metoe tematik
ini adalah :
1. menetapkan topik masalah yang hendak dikaji.
2. Menghimpun ayat-ayat yang berkenaan dengan persoalan tsb.
3. Menyusun urutan ayat sesuai dengan urutan turunnya dengan memahami sebab
turunnya.
4. Melihat Munasabah ayat-ayat tsb dengan ayat sebelum dan sesuadahnya.
5. Membuat kerangka pembahasan yang utuh.
6. Mencari hadits-hadits yang dianggap relevan dengan persoalan yang dibahas.
7. Membahas ayat-ayat tsb secara seksama sehingga akan terpadu anatar ayat yang
bersifat'am dan khas, yang mutlak dan muqayyad yang mujmal dan yang mufasshal
sehingga persoalan yang diajukan akan digambarkan oleh al-Qur'an secara utuh.
Contoh tema pembahasan tafsir tarbawi
1. Manusia dalam Al-Qur'an :
a. Kejadian dan tugas manusia
b. Keunggulan manusia
2. Etos kerja dalam Al-Qur'an
3. Kewajiban belajar mengajar dalam Al-Quran
4. Strategi dan metode pembelajaran dalam Al-Qur'an.
5. dll.

Anda mungkin juga menyukai