Anda di halaman 1dari 12

PENDALAMAN MATERI PPG 2023

(Lembar Kerja Resume Modul)

A. Nama : Yanti Damayanti


B. Kelas : 2
C. Judul Modul :
D. Judul KB : Perkembangan Islam di Indonesia

NO BUTIR RESUME RESPON/JAWABAN

Peta konsep dalam


materi KB

1 Instruksi : Buatlah
peta konsep materi
yang anda resume
dengan lengkap

Masuknya Islam di Indonesia


Teori Gujarat (India) mengatakan bahwa Islam datang ke Indonesia
bukan langsung dari Arab tetapi melalui India yaitu pada abad ke-13.
Teori Gujarat (India) ini direvisi oleh Cristian Snouck Hurgronje, yang
Beberapa istilah
menurutnya bahwa Islam tersebar di Indonesia ini asalnya dari wilayah
dan definisi di KB
Malabar dan Coromandel (dua kota yang berada di India selatan) setelah
Islam berpijak kuat di wilayah tersebut.
Instruksi : Tulislah
Teori Arab/Mekkah adalah salah satu teori yang biasa dijelaskan dalam
beberapa istilah
2 penulisan sejarah. Teori Arab/Mekkah ini disebut juga dengan teori
definisi yang menurut
Timur Tengah yang pertama kali mempeloporinya adalah beberapa
anda sulit atau baru
sejarawan, di antaranya adalah Crawfurd, Keijzer, Naimann, de
dan lengkapi dengan
Hollander, dan juga ada beberapa sejarawan Indonesia seperti Hasjmi,
jawabannya sesuai
Al-Attas, Buya Hamka, Hoesein Djajadiningrat, dan Mukti Ali.
modul
Teori Persia mengatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia berasal dari
Persia, bukan dari India dan Arab. Yang menjadi dasar Teori Persia ini
adalah dengan adanya beberapa unsur kebudayaan Persia, khususnya
Syi’ah yang ada dalam kebudayaan Islam di Indonesia.
Adanya unsur kebudayaan China di beberapa kebudayaan Islam yang ada
di Indonesia menjadi pertimbangan peran orang-orang China dalam
Islamisasi di Indonesia, sehingga ”Teori China” dalam Islamisasi tidak
bisa diabaikan. H.J. de Graaf.

Stretegi Dakwah Islam Wali Songo


Situasi masyarakat Indonesia sebelum datangnya Islam dipengaruhi
dengan adanya sistem kasta dalam agama Hindu yang menjadikan
perbedaan golongan kelas dalam kehidupan.
Islam tersebar di Jawa banyak dilakukan oleh para wali. Wali di sini
disebut dengan Wali Allah atau Waliyullah. Waliyullah adalah orang suci
yang mula-mula menyebarkan agama Islam di tanah Jawa. Jadi, wali ini
adalah orang yang mengabdikan diri kepada Allah dengan cara
menyerahkan upaya lahiriah dan rohaniah untuk kepentingan agama
Islam yang disertai dengan kelebihan karomah, dimana orang biasa tidak
akan mungkin melakukannya.

Perkembangan Islam di Indonesia


Belanda telah kaya dengan pengalaman pahit dalam menghadapi
kekuatan Islam di Indonesia sampai pada akhir abad ke-19. Ketika
pertama kali datangnya Belanda ke Indonesia yaitu pada akhir abad ke-
16, Belanda harus menghadapi kenyataan bahwa Islam selalu menjadi
penghalang cita- citan mereka.

Resume materi Masuknya Islam di Indonesia


essensial 1. Teori Gujarat (India)
Islam pertama kali datang ke Indonesia bukan berasal dari Arab,
Instruksi : melainkan berasal dari India, terutama dari pantai barat, yaitu daerah
Tulislah materi Gujarat dan Malabar. Indonesia sebelum kedatangan Islam, banyak orang
3 essensial sesuai Arab yang bermazhab Syafi’i bermigrasi dan menetap di wilayah India.
dengan sub CP dan Kemudian dari India, maka Islam menyebar ke Indonesia. Menurut
pokok-pokok Snouck Hurgronje yang mengatakan bahwa abad ke 12 merupakan
materi dalam KB, periode yang paling mungkin sebagai awal penyebaran Islam di
beserta Nusantara.
penjelasannya Snouck Hurgronye sangat mendukung Teori Gujarat (India) dengan tiga
alasan, diantaranya adalah (1) Kurangnya bukti yang menjelaskan akan

dengan lengkap peranan bangsa Arab dalam menyebarkan agama Islam ke Indonesia, (2)
Hubungan dagang antara Indonesia dengan India sudah lama terjalin, dan
(3) Inskripsi tertua tentang Islam yang terdapat di Sumatera dapat
memberikan gambaran hubungan dagang antara Sumatera dengan
kebudayaan Islam di Indonesia. Di antara pendukung teori persia ini adalah
P.A. Hoesein Djajadiningrat.
Alasan yang kedua, dalam penggunaan istilah bahasa Persia yaitu sistem
mengeja huruf Arab, khususnya untuk tanda-tanda bunyi harakat dalam
pengajaran Al-Qur’an. Jabar (Arab-fathah) yaitu untuk menghasilkan
bunyi “a” (Arab; kasrah) yaitu untuk menghasilkan bunyi “i” dan “e”;
serta pees (Arab, dhammah) yaitu untuk menghasilkan bunyi “u” atau
“o”. Maka dengan demikian, ketika awal pelajaran membaca Al-Qur’an,
para santri harus menghafal alifjabar “a”, alifjer “i” dan alif pees “u”/”o”.
Alasan yang ketiga, yaitu dengan adanya peringatan Asyura atau 10
Muharram sebagai salah satu hari yang diperingati oleh kaum Syi’ah,
yaitu hari wafatnya Husain bin Abi Thalib di Padang Karbala. Di Jawa
dan di Aceh, ada peringatan Asyura ini ditandai dengan pembuatan
bubur Asyura. Di Minangkabau dan Aceh, pada bulan Muharram disebut
dengan bulan Hasan-Husain. Di Sumatera Tengah sebelah barat, adanya
upacara Tabut, yaitu mengarak ‘keranda Husain’ untuk dilemparkan ke
dalam sungai atau perairan lainnya. Keranda itu disebut dengan Tabut
yang berasal dari bahasa Arab.
Tetapi Hamka menolak teori Persia ini dengan alasan, bahwa apabila
Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-7 M, yang mana ketika itu
kekuasaan dipimpin Khalifah Umayyah (Arab), sedangkan Persia pada
waktu itumenurut Hamka belum menduduki kepemimpinan dunia Islam.
Selain itu, masuknya Islam dalam suatu wilayah pun merupakan identik
dengan langsung berdirinya sebuah kekuasaan politik Islam.

4. Teori Cina
Teori Cina ini menjelaskan bahwa etnis China Muslim memiliki peran
dalam proses penyebaran agama Islam di Indonesia. Seperti yang
dijelaskan pada teori Arab, bahwa hubungan Arab Muslim dan China
sudah terjadi sejak Abad pertama Hijriah. Maka dari itu, Islam datang
dari arah barat ke Indonesia dan ke China bersamaan dalam satu jalur
perdagangan.
Agama Islam masuk ke Indonesia tanpa ada paksaan dari mana pun.
Secara umum agama Islam masuk ke Indonesia melalui berbagai cara
(jalur), di
antaranya adalah:
a. Perdagangan, dengan adanya jalur kegiatan pelayaran antar negara
yang ramai membuat perdagangan semakin semarak dan meluas. Awal
masuknya agama Islam di Indonesia melalui perdagangan ini yaitu
pada abad ke 7 M sampai abad ke16 M.
b. Perkawinan, para pedagang yang menetap di Indonesia pada akhirnya
mereka menikahi wanita-wanita Indonesia yang mana katika akan
menikah putri pribumi terlebih dahulu harus membaca dua kalimat
syahadat.
c. Pendidikan yang dilaksanakan di pesantren-pesantren yang diampu
oleh para kyai yang mempunyai kharisma menjadi pengaruh bagi
masyarakat sehingga mengikuti ajaran kyai tersebut.
d. Tasawwuf, dengan tasawwuf bagi orang yang memiliki dasar
keTuhanan akan lebih mudah untuk memahami dan menerima ajaran
Islam. Pada waktu itu ajaran tasawwuf lebih banyak ditemukan dalam
hikayat masyarakat setempat.
e. Kesenian, adanya peninggalan dari hasil penyebaran agama Islam yang
melalui dunia seni ini banyak kita jumpai. Contohnya seperti
peninggalan seni pahat, seni musik, seni sastra, dan juga bangunan-
bangunan. Bangunan berupa tempat ibadah para kyai zaman dahulu,
seperti masjid kuno di Demak, di Cirebon, di Aceh, dan di Banten, itu
merupakan sebagian dari peninggalan penyebaran agama Islam melalui
seni.
f. Politik, contohnya yaitu ketika seorang raja memeluk agama Islam,
maka rakyat pun harus patuh dan mengikuti rajanya.

Strategi Dakwah Islam Wali Songo


Dengan datangnya Islam ke Indonesia dapat mengikis keadaan
masyarakat yang berkasta, yaitu merubah kehidupan masyarakat menjadi
lebih baik tanpa adanya penindasan atas perbedaan kasta. Perubahan pada
masyarakat ini tidak terlepas atas peran para wali. Pada abad ke-17
penyebar agama Islam di tanah Jawa dikenal dengan istilah Walisongo.
Era Walisongo ini menandai bahwa dominasi Hindu Budha dalam
budaya di Indonesia itu berakhir dan berubah menjadi kebudayaan Islam.
Peranan wali sangat besar dalam mendirikan kerajaan Islam dan
penyebaran ajaran
agama Islam di Jawa.

Beberapa pendapat mengenai arti dari Walisongo.


Pertama adalah wali yang sembilan, menandakan bahwa jumlah wali itu
ada sembilan, atau sanga dalam bahasa Jawa. Ada pendapat lain yang
menyebutkan bahwa kata songo/ sanga berasal dari kata tsana yang dalam
bahasa Arab artinya mulia. Kemudian pendapat lainnya lagi ada yang
menyebut kata sana berasal dari bahasa Jawa, yang artinya tempat.
Kedua ada yang mengatakan bahwa Walisongo ini adalah sebuah dewan
yang didirikan oleh Raden Rahmat (Sunan Ampel) pada tahun 1474.
Pada saat itu dewan Walisongo beranggotakan Raden Hasan (Pangeran
Bintara); Makhdum Ibrahim (Sunan Bonang, putra pertama dari Sunan
Ampel); Qasim (Sunan Drajad, putra kedua dari Sunan Ampel); Usman
Haji (Pangeran Ngudung, ayah dari Sunan Kudus); Raden Ainul Yaqin
(Sunan Giri, putra dari Maulana Ishaq); Syekh Suta Maharaja; Raden
Hamzah (Pangeran Tumapel) dan Raden Mahmud.
Sembilan nama dari anggota Walisongo itu diantaranya :
1. Maulana Malik Ibrahim, atau Makdum Ibrahim As-Samarkandy,beliau
lebih dikenal dengan Sunan Gresik lahir di Samarkand, Asia Tengah,
pada paruh awal abad ke-14. Maulana Malik Ibrahim juga disebut
sebagai Syekh Magribi. Aktifitas pertama yang dilakukan adalah
sebagai pedagang, selain itu beliau pun menjadi seorang tabib yang
mengobati masyarakat secara gratis. Maulana Malik Ibrahim wafat
pada tahun 1419 M, yang dimakamkan di Kampung Gapura, Gresik,
Jawa Timur.
2. Sunan Giri, ketika kecil Sunan Giri menuntut ilmu di pesantren
misannya, yaitu Sunan Ampel, tempat dimana Raden Patah juga
belajar tentang ilmu agama. Beliau pernah berkelana ke Malaka dan
Pasai. Setelah merasa cukup ilmunya,kemudian beliau membuka
pesantren di daerah perbukitan Desa Sidomukti, Selatan Gresik.
3. Sunan Bonang (Maulana Makhdum Ibrahim) yang terkenal dengan
ilmu kebatinannya. Ia pun mengembangkan ilmu (dzikir), menciptakan
gerakan fisik atau jurus yang diambil dari seni bentuk huruf Hijaiyyah.
Keilmuan yang ditekankan oleh Sunan Bonang adalah mengajak
murid- muridnya untuk bersujud atau Salat dan dzikir. Samapi
sekarang ilmu
yang diciptakan oleh Sunan Bonang ini masih dilestarikan di Indonesia
oleh generasinya dan diorganisasikan dengan nama Padepokan Ilmu
Sujud Tenaga dalam Silat Tauhid Indonesia.
4. Sunan Ampel (Raden Rahmat), menganut fikih mahzab Hanafi. Tetapi,
kepada para santrinya,beliau hanya memberikan pengajaran yang
menekankan pada penanaman akidah dan ibadah. Dia yang
mengenalkan istilah "Mo Limo" (moh main, moh ngombe, moh
maling, moh madat, moh madon). Yakni seruan supaya"tidak berjudi,
tidak minum minuman keras, tidak mencuri, tidak menggunakan
narkotik, dan tidak berzina."
5. Sunan Drajat (Syarifuddin), ditugaskan oleh ayahnya untuk berdakwah
ke pesisir Gresik, melalui laut. Sunan Drajat menyebarkan agama
Islam dengan cara kesenian, yaitu seni suluk. Beliau menggubah
sejumlah suluk, salah satunya adalah suluk petuah "berilah tongkat
pada si buta, beri makan pada yang lapar, beri pakaian pada yang
telanjang”.
6. Sunan Muria (Raden Umar Said), beliau seringkali dijadikan sebagai
penengah dalam konflik internal di Kesultanan Demak (1518-1530), Ia
pun terkenal sebagai pribadi yang mampu memecahkan berbagai
masalah meskipun masalah itu rumit. Solusi pemecahannya itu selalu
dapat diterima oleh semua pihak yang berseteru. Sunan Muria
berdakwah dari Jepara, Tayu, Juana sampai sekitar Kudus dan Pati.
Salah satu hasil dakwahnya lewat seni yaitu lagu Sinom dan Kinanti.
7. Sunan Gunung Djati (Syarif Hidayatullah ), merupakan satu-satunya
"wali songo" yang memimpin pemerintahan. Sunan Gunung Djati ini
memanfaatkan pengaruhnya sebagai salah seorang putra Raja Pajajaran
untuk menyebarkan Islam dari pesisir Cirebon khususnya ke
pedalaman Pasundan atau Priangan.
8. Sunan Kudus (Ja’far Sadiq), Strategi yang dilakukan Sunan Kudus ini
tampak unik yaitu dengan mengumpulkan masyarakat untuk melihat
lembu yang sudah dihias sedemikian rupa sehingga tampil seperti
pengantin, kemudian diikat di halaman masjid, sehingga masyarakat
yang ketika itu masih memeluk agama Hindu ikut datang berduyun-
duyun menyaksikan lembu yang diperlakukan sangat istimewa dan
aneh itu.
9. Sunan Kalijaga (Raden Mas Syahid), ajaran Islam disampaikan dengan
cara seni ukir, wayang, gamelan, dan seni suara suluk sebagai sarana
dakwah. Dia pun merupakanseorang pencipta baju takwa, perayaan
sekatenan, grebeg maulud, layang kalimasada, lakon wayang Petruk
menjadi Raja.

Perkembangan Islam di Indonesia


1. Perkembangan Islam Sebelum Kemerdekaan
Sejarah membuktikan selama abad ke-19, Kolonial Belanda sibuk
menghadapi pemberontakan yang dilancarkan sebagai “perang sabil” atas
nama Islam. Pemberontakan yang terkenal pada abad ke-19 ini antara
lain, Perang Paderi (1821-1837 M) terjadi di Sumatera Barat, Perang
Diponegoro (1825-1830 M) terjadi di Jawa Tengah dan yangpaling lama
adalah Perang Aceh mulai dari tahun 1871-1912 M.
Dengan usaha Belanda untuk menguasai medan jajahan tersebut,
menjadikan Islam dipelajari secara ilmiah di negeri Belanda. Dalam
menangani masalah Islam ini oleh kebijaksanaan Kolonial Belanda,
maka sering disebut dengan istilah “Islam Politiek”, yaitu kebijaksanaan
pemerintah Hindia Belanda dalam mengelola masalah Islam di Indonesia.
Sebagai peletak dasar pertamanya adalah Christian Snouck Hurgronje.
Sebelum datangnya Snouck di Indonesia, kebijaksanaan Kolonial
Belanda terhadap Islam di Indonesia tidak memiliki arah yang jelas. Hal
ini dikarenakan miskinnya pengetahuan Kolonial Belanda tentang Islam
dan Indonesia, atau mungkin bisa juga dikatakan “buta” sama sekali.
Pada waktu itu kebijaksanaan Kolonial Belanda terhadap Islam di
Indonesia, secara tradisional dibentuk adanya kombinasi yang
kontradiktif antara ketakutan dan pengharapan yang berlebihan.
Di satu pihak pemerintah Kolonial Belanda sangatlah takut kepada
muslim fanatik yang mereka mempunyai hubungan dengan dunia
internasional, termasuk bagaimana bahayanya dengan meminta bantuan
kepada negara Islam di luar negeri. Di lain pihak juga, Kolonial Belanda
sangat besar harapannya untuk menghilangkan pengaruh Islam dengan
cepat melalui proses Kristenisasi, karena dalam anggapan mereka bahwa
agama Kristen lebih unggul dibandingkan agama Islam; di samping itu,
karena banyaknya orang Islam Indonesia yang bersifat sinkretis, maka
dianggap akan dengan mudah untuk di-Kristen-kan, dalam hal ini
pemerintah Kolonial Belanda
pun berupaya untuk menyukseskan kerja para Missionaris Kristen di
Indonesia dengan cara memberikan subsidi dan kemudahan dalam
beroperasi.
2. Perkembangan Islam setelah Kemerdekaan
Dengan dikeluarkan maklumat tentang diperkenankannya mendirikan
partai partai politik, maka ada tiga kekuatan yang sebelumnya bertikai
kemudian muncul kembali, yaitu; Majelis Syuro Muslimin Indonesia
(Masyumi) lahir pada 7 November 1945 dengan tujuan sebagai wadah
aspirasi umat Islam, Partai Sosialis yang mengkristalkan falsafah hidup
Marxis berdiri pada 17 Desember 1945, dan Partai Nasional Indonesia
yang mewadahi cara hidup nasionalis “sekuler”berdiri pada 29 Januari
1946. Partai-partai yang berdiri pada saat itu dapat dikategorikan menjadi
tiga aliran utama ideologi yang ada tersebut.
Perkembangan Islam pada masa orde lama, (ketika berlakunya UUD
1945, Konstitusi RIS 1949 dan UUDS 1950) berada di tingkat
pengaktualisasian ajaran agama untuk dijadikan sebagai sebuah dasar
dalam bernegara. Sehingga pada pergolakan ideologi antara golongan
muslim dan golongan nasionalis saling tarik ulur untuk dapat
memperjuangkan berlakunya rumusan ideologi masing-masing.
Kemudian pada masa demokrasi terpimpin yaitu tahun 1959 – 1966 M
golongan Islam mendapatkan tekanan melalui dominasi peranan
golongan komunis yang membonceng kepada pemerintah. Maka
perkembangan Islam setelah kemerdekaan pada masa orde baru ini
sebagai era dimana kepemimpinan Soeharto sangat kuat dan militeristik.

Pemikiran Tokoh-tokoh Islam di Indonesia


1. K.H Hasyim Asy’ari
KH. Muhammad Hasyim Asy’ari merupakan pendiri dari pesantren Tebu
Ireng yang menjadi tokoh ulama pendiri organisasi NU. Beliau lahir di
Gedang desa Tambakrejo 2 km ke arah utara kota Jombang Jawa Timur
tepatnya pada hari Selasa kliwon, tanggal 24 Dzulqaidah 1287 H yang
bertepatan dengan tanggal 14 Februari 1871 M. P
K.H Hasyim Asy’ari adalah putra ketiga dari 11 bersaudara dari pasangan
Kiai Asy’ari dan Nyai Halimah. Kiai Asy’ari ani adalah seorang menantu
dari Kiai Utsman, pengasuh pesantren Gedang. Dari jalur ayahnya, nasab
kiai Hasyim bersambung sampai kepada Maulana Ishak hingga Imam

Ja’far Shadiq bin Muhammad Al-Baqir. Sedangkan, dari jalur ibu


nasabnya bersambung samapai kepada Raja Brawijaya VI (Lembu
Peteng), yang berputra Karebet atau Jaka Tingkir. Jaka Tingkir adalah
seorang raja Pajang yang pertama (1568 M) dengan gelarnya yaitu Sultan
Abdullah bin Yasin, yang didalamnya terdapat fatwa-fatwa Kiai
Hasyim dengan menggunakan bahasa Jawa.
2. Ahmad Dahlan
Ahmad Dahlan dilahirkan pada 1 Agustus 1868 tepatnya di desa
Kauman, kota Yogyakarta dan meninggal pada tanggal 23 Februari 1923.
Tempat kelahiran dan tempat Ahmad Dahlan dibesarkan yaitu Kauman
adalah sebuah kampung yang terkenal di Yogyakarta, karena letaknya
berdekatan dengan Masjid Agung Kesultanan Keraton.
Nama kecil Ahmad Dahlan adalah Muhammad Darwis. Beliau
merupakan anak keempat dari tujuh bersaudara, yaitu adalah Nyai Khatib
Arum, Nyai Muhsinah, Nyai Haji Soleh, Muhammad Darwis, Nyai
Abdurrahman, Nyai Haji Muhammad Faqih dan Muhammd Basir.
Darwis lahir dari keluarga yang terpandang dan taat beragama dan
terkenal di lingkungan kesultanan Yogyakarta. Ayah Ahmad Dahlan
bernama K.H Abu Bakar bin Sulaiman dan ibunya adalah seorang putri
dari Haji Ismail. Ayahnya merupakan seorang ulama dan khatib terkenal
di masjid besar kesultanan di Yogyakarta, dan ibunya adalah seorang
anak dari penghulu besar kesultanan di Yogyakarta.
Ahmad Dahlan merupakan seorang tokoh pendidikan yang tidak
meninggalkan karya berupa tulisan. Ahmad Dahlan bukan seorang
penulis seperti pemikir lainnya. Gagasan-gagasan pemikirannya yang
beliau sampaikan secara lisan dan karya nyata. Untuk itu beliau lebih
dikenal sebagai seorang pelaku dibanding dengan pemikir. Atau dikenal
dengan sebutan “Man of Action”. Amal usahanya yang begitu banyak
diantaranya yaitu dalam bidang pendidikan, kesehatan, dakwah dan panti
sosial.
Berdasarkan pendapat Ahmad Dahlan, tujuan pendidikan Islam diarahkan
kepada usaha untuk membentuk manusia yang beriman, berakhlak,
memahami ajaran agama Islam, memiliki pengetahuan yang luas dan
kapasitas intelektual yang dapat diperlukan dalam menjalani kehidupan
sehari-hari. Maka untuk mencapai tujuan tersebut, Ahmad Dahlan
mengeluarkan pendapat bahwa pendidikan Islam harus disertai dengan
integrasi ilmu dan amal, integrasi ilmu pengetahuan umum dan agama,
kebebasan berpikir dan pembentukan karakter, supaya peserta didik dapat
berkembang secara intelektualitas dan spritualitas.
3. Haji Abdul Malik Amrullah
Haji Abdul Malik Karim Amrullah (Hamka) dilahirkan di sungai Batang,
Maninjau (Sumatera Barat) tepatnya pada hari Minggu, 16 Februari 1908
M/13 Muharram 1326 H yang berasal dari kalangan keluarga yang taat
beragama. Nama ayahnya Haji Abdul Karim Amrullah yang dikenal
dengan sebutan Haji Rasul bin Syeikh Muhammad Amrullah (gelar
Tuanku Kisai) bin Tuanku Abdul Saleh.
Buku yang dikarang oleh Hamka lebih dari seratus buku, diantarnya :
sejarah, filsafat, novel dan masalah-masalah Islam. Karya-karya Hamka
itu diantaranya :
a. Kenang-Kenangan Hidup, Jilid I, II, III, IV, Cet. 4. Jakarta: Bulan
Bintang, 1979.
b. Ayahku; Riwayat Hidup Dr. H. Abdul Karim Amrullah dan
Perjuangannya. Jakarta: Pustaka Widjaja, 1958.
c. Falsafah Hidoep. Djakarta: Poestaka Pandji Masyarakat, 1950.
d. Lembaga Hidup, Jakarta: Djajajmurni, 1962.
e. Lembaga Budi, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983.
f. Tasawuf Modern, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983.
g. Adat Minangkabau Menghadapi Revolusi. Jakarta: Tekad, 1963.
Berdasarkan pandangan Hamka tentang pendidikan itu adalah bahwa
pendidikan sebagai sarana yang dapat menunjang dan menimbulkan serta
menjadi dasar bagi kemajuan dan kejayaan hidup manusia dalam
berbagai keilmuan. Dengan melalui pendidikan, eksistensi fitrah manusia
itu dapat dikembangkan sehingga akan tercapai tujuan budi. Hamka
memberikan penilaian bahwa proses pengajaran tidak akan berarti apabila
tidak disertai dengan proses pendidikan, begitu pun sebaliknya. Tujuan
pendidikan akan tercapai dengan melalui proses pengajaran.
4. Nurcholis Majid
Nurchoilsh Madjid lahir pada tanggal 17 Maret 1939 M (26 Muharram
1358 H) di sudut perkampungan kecil Desa Mojoanyar, Jombang, Jawa
Timur. Ayahnya bernama KH. Abdul Madjid, dikenal sebagai kyai
terpandang, sebagai alumnus Pesantren Tebuireng dan merupakan salah
seorang pemimpin Masyumi, partai berideologi Islam paling berpengaruh
pada saat itu.
Nurcholish Madjid mengakhiri studi doktornya (Ph.D) di Universitas
Chicago, Illinois, Amerika Serikat pada tahun 1984 dengan disertasi
tentang Filsafat dan Kalam Ibnu Taymiyyah (‘Ibn Taymiyya on Kalam
and Falsafah: A Problem of Reason and Revelation in Islam) dengan
predikat Summa Cum Laude yang diraihnya. Selain beliau banyak
berkecimpung di organisasi dan memangku di berbagai jabatan,
Nurcholis Madjid juga merupakan seorang penulis yang produktif. Di
antara karya tulis dari Nurcholis Majid antara lain:
1) Khasanah Intelektual Islam, (Jakarta, Bulan Bintang, 1984).
2) Islam Kemodernan dan Keindonesiaan, (Bandung, Mizan, 1987).
3) Islam Doktrin dan peradaban, Sebuah Telaah Kritis tentang
Masalah Keimanan, Kemanusiaan dan Kemodernan, (Jakarta,
Yayasan Wakaf Paramadina, 1992).
4) Kontekstualisasi Doktrin Islam dalam Sejarah, (Karya bersama para
pakar Indonesia lainnya), (Jakarta, Yayasan Wakaf Paramadina,
1995).
5) Pintu-pintu Menuju Tuhan, (Jakarta, Yayasan Wakaf Paramadina,
1997).
6) Masyarakat Religius, (Jakarta, Yayasan Wakaf Paramadina, 1995).
7) Kaki Langit Peradaban Islam, (Jakarta, Yayasan Wakaf Paramadina,
1997).
8) Tradisi Islam Peran dan fungsinya dalam pembangunan di
Indonesia, (Jakarta, Yayasan Wakaf Paramadina, 1997).
9) Dialog Keterbukaan Artikulasi Nilai Islam dalam Wacana Sosial
Politik Kontemporer, (Jakarta, Yayasan Wakaf Paramadina, 1998).
5 Abdurrahman Wahid
Kyai Haji Abdurrahman Wahid, biasa akrab dipanggil dengan Gus Dur,
dilahirkan di Jombang, Jawa Timur, 7 September 1940 dari pasangan
bernama Wahid Hasyim dan Solichah. Guru bangsa, reformis,
cendekiawan, pemikir, dan pemimpin politik yang menggantikan BJ.
Habibie sebagai Presiden RI setelah dipilih oleh MPR hasil Pemilu 1999.
Beliau menjabat Presiden RI dari 20 Oktober 1999 sampai Sidang
Istimewa MPR 2001. Beliau lahir dengan nama asli Abdurrahman ad-
Dakhil atau “Sang Penakluk”.

Anda mungkin juga menyukai