Anda di halaman 1dari 3

Nama : Nukrkhafifah Jaelani

NIM : 200107501029
Kelas : Pendidikan Biologi A 2020
TUGAS 3
PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVIS
1. Gambaran umum mengenai pembelajaran konstruktivis dan teorinya
Pembelajaran konstruktivis digambarkan sebagai pembelajaran yang
menekankan pada proses siswa dalam membangun pengetahuannya sendiri
melalui arahan atau bimbingan guru. Siswa membangun pemahaman dan
pengetahuan mereka sendiri melalui melalui hal-hal dan merefleksikan
pengalaman-pengalaman itu. Saat menerima informasi baru, kita harus
menyesuaikannya dengan pengetahuan sebelumnya atau tidak menerima
informasi baru itu karena tidak relevan dengan pengetahuan kita sebelumnya.
Dalam melakukan hal tersebut, kita harus memperbanyak mengeksplorasi,
bertanya, dan menganalisis informasi baru yang telah diterima. Dalam
pembelajaran konstruktivis, guru sebagai fasilitator memberikan teknik agar
mendorong siswa secara aktif terlibat dalam membangun pengetahuannya
sendiri melalui suatu pemecahan masalah, eksperimen dan semacamnya agar
siswa mampu merenungkan sendiri, bagaimana siswa mampu menyampaikan
apa yang telah ia dapatkan, dan bagaimana pemahaman siswa dapat berubah.
Kemudian guru akan membantu memastikan kelurusan pemehaman siswa
dengan pengetahuan sebelumnya, membimbing kegiatan untuk meggatasinya,
dan kemudian membangun pengetahuannya (Oliver, 2000 dalam Sugrah, 2019).
Menurut Coburn & Derry sebagaimana dikutip oleh Isjoni, menyatakan
bahwa kostruktivisme adalah cabang dari teori kognitivisme. Bila ditelusuri
lebih jauh, teori kognitivisme tersebut didasarkan atas teori Jean Piaget dan Lev
Vygotsky. Keduanya dalam teori belajar dikenal sebagai mazhab
konstruktivisme (Saputro & Pakpahan, 2021).
Menurut Lamijan (2015) dalam Ummi & Mulyaningsih (2016) beberapa
definisi teori konstruktivisme dari beberapa ahli, yaitu:
a. Jean Piaget menyatakan bahwa pengetahuan yang diperoleh seorang anak
merupakan hasil dari konstruksi pengetahuan awal yang telah dimiliki dengan
pengetahuan yang baru diperolehnya.
b. Lev Vygotsky berkata ada dua konsep penting dalam teori Vygotsky yaitu; (1)
Zone of Proximal Development (ZPD), Kemampuan pemecahan masalah di
bawah bimbingan orang dewasa atau melalui kerjasama dengan teman sejawat
yang lebih mampu; dan (2) Scaffolding, pemberian sejumlah bantuan kepada
siswa selama tahap-tahap awal pembelajaran, kemudian mengurangi bantuan
dan memberikan kesempatan untuk mengambil alih tanggung jawab yang
semakin besar setelah ia dapat melakukannya.
c. John Dewey bahwa belajar bergantung pada pengalaman dan minat siswa sendiri
dan topik dalam kurikulum harus saling terintegrasi bukan terpisah atau tidak
mempunyai kaitan satu sama lain. Belajar harus bersifat aktif, langsung terlibat,
berpusat pada siswa (SCL= Student Centered Learning) dalam konteks
pengalaman sosial.

2. Prinsip pembelajaran konstruktivis


Secara garis besar, ciri-ciri pembelajaran konstruktivisme dapat dilihat dari
prinsip-prinsip berikut:
a. Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri, baik secara personal maupun
secara sosial.
b. Pengetahuan tidak dipindahkan dari guru ke siswa, kecuali dengan keaktivan
siswa sendiri untuk bernalar.
c. Siswa aktif mengkontruksi secara terus menerus, sehingga terjadi perubahan
konsep menuju ke konsep yang lebih rinci, lengkap dan sesuai dengan
konsep ilmiah.
d. Guru berperan membantu menyediakan sarana dan situasi agar konstruksi
siswa dapat berjalan. Dengan kata peran guru adalah sebagai fasilitator.
Ada banyak variasi dari prinsip-prinsip pembelajaran konstruktivisme tetapi
berikut ini adalah simpulan dari prinsip-prinsip pembelajaran konstruktivis.
Menurut Suprianto (2019) menyimpulkan ada tiga prinsip penting tentang ilmu,
menurut konstruktivisme:
a. Pengetahuan adalah konstruksi manusia
Pengetahuan merupakan hasil konstruksi manusia dan bukan sepenuhnya
representasi suatu fenomena atau benda. Pengetahuan bukanlah representasi
objektif fenomena alam akan tetapi pengetahuan merupakan konstruksi
manusia. Fenomena atau obyek memang bersifat obyektif, namun observasi
dan interpretasi terhadap suatu fenomena dipengaruhi subjektivitas pengamat
(von Glasersfeld, 1998).
b. Pengetahuan merupakan konstruksi sosial
Pengetahuan merupakan hasil konstruksi sosial Pengetahuan terbentuk
dalam suatu konteks sosial tertentu. Oleh karena itu pengetahuan
terpengaruh kekuatan sosial (ideologi, agama, politik, kepentingan suatu
kelompok, dsb) dimana pengetahuan itu terbentuk
c. Pengetahuan bersifat tentatif.
Pengetahuan bersifat tentatif Sebagai konstruksi manusia, kebenaran
pengetahuan tidaklah mutlak tetapi bersifat tentatif dan senantiasa berubah.
Sejarah IPA telah membuktikan bahwa sesuatu yang diyakini “benar” pada
suatu masa ternyata “salah” di masa selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Saputro, M. N. A. & Pakpahan, P. L. 2021. Mengukur Keefektifan Teori


Konstruktivisme dalam Pembelajaran. JOEAI (Journal of Education and
Instruction), Vol. 4, No. 1.
https://journal.ipm2kpe.or.id/index.php/JOEAI/article/view/2151
Sugrah, N. 2019. Implementasi Teori Belajar Konstruktivisme dalam Pembelajaran
Sains. Humanika, Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum, Vol, 19. No. 2.
https://journal.uny.ac.id/index.php/humanika/article/view/29274/0
Suprianto, A. H. 2019. Konstruktivisme dan Pembelajaran IPA. Jurnal Pendidikan
Modern, Vol. 04, No. 02.
http://ejournal.stkipmodernngawi.ac.id/index.php/jpm/article/view/20
Ummi, H. U. & Mulyaningsih, I. 2016. Penerapan Teori Konstruktivistik pada
Pembelajaran Bahasa Arab di IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Journal Indonesian
Language Education and Literature, Vol. 1, No. 2.
https://www.syekhnurjati.ac.id/jurnal/index.php/jeill/article/view/600

Anda mungkin juga menyukai