Anda di halaman 1dari 19

TUGAS INDIVIDU

TEORI BELAJAR MENURUT KONKRAT TITUSTIK

NAMA DOSEN : REVISIKA M,PD

DISUSUN OLEH :

1. TRIVENA YUNITA LENI TUMIWA NIM : (143278 420521 011)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH

MANOKWARI (STKIP.MM) TAHUN 2022


DAFTAR ISI

Daftar isi……………………………………………………………………………………….
Kata Pengantar…………………………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………
1.1 LatarBelakang…………………………………………………………………
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………………
1.3 Tujuan Penulisan Makalah………………………….........................................
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………………
A. Teori belajar konstruktivistik…………………………………………………………..
B. Konstruktivistik psikologi/kognitif piaget……………………………………………..
C. Teori konstruktivistik social Vigotsky…………………………………………………
D. Pandagan-pandagan tokoh lain…………………………………………………………

BAB III PENUTUP………………………………………………………………………….

1.4 Kesimpulan……………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………….
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat-Nya
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang kami beri judul "Teori
Belajar Kognitivistik". tentang Makalah ini disusun sebagai Mata Kuliah BELAJAR DAN
PEMBELAJARAN’’ dalam kesempatan ini kami mengucapkan Terima kasih yang
Sedalam-dalamnya kepada Yth :
1. Ibu REVISIKA M,PD
2. Orang tua yang telah Membantu Baik moral dan material
Semoga makalah yang kami susun ini, membantu teman-teman dalam Memahami materi
Pada Teori belajar Kongnitivistik” Pada Mata Kuliah BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Constructivistic atau constructivism berasal dari kata kerja Inggris “to construct”.
Kata ini merupakan serapan dari bahasa latin “con struere” yang berarti menyusun atau
membuat struktur. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta, konsep atau kaidah yang siap
untuk diambil dan diangkat tetapi manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan
memberi makna melalui pengalaman nyata.

Konsep inti konstruktivistik adalah proses penstrukturan atau pengorganisasian.Secara


istilah, konstruktivistik merupakan suatu aliran filsafat ilmu, psikologi dan teori belajar
mengajar yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan kita
sendiri (Sukiman, 2008). Konstruktivistik sebenarnya bertitik tolak dari pandangan
kognitivistik, dimana pengetahuan dibina secara aktif oleh individu yang berfikir. Teori
belajar konstruktivistik merupakan teori belajar yang menekankan pada pengalaman belajar,
tidak semata pengalaman kognitif.

RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu teori belajar konstruktivistik?
2. Bagaimana konstriktivistik psikologi/kognitif piaget?
3. Bagaimana teori konstruktivistik social meurut Vigotsky?
4. Bagaimana teori konstruktivistik menurut pandangan-pandangan tokoh lain?

1.3 TUJUAN PENULISAN MAKALAH


1. Menjelaskan teori belajar konstruktivistik.
2. Menjelaskan konstriktivistik psikologi/kognitif piaget.
3. Menjelaskan teori konstruktivistik social meurut Vigotsky.
4. Menjelaskan teori konstruktivistik menurut pandangan-pandangan tokoh lain.
BAB II PEMBAHASAN

A. Teori Belajar Konstruktivistik


Constructivistic atau constructivism berasal dari kata
kerja Inggris “to construct”.kata ini merupakan serapan dari
bahasa latin “con struere” yang berarti menyusun atau membuat
s t r u k t u r . P e n g e t a h u a n bukanlah seperangkat fakta, konsep atau kaidah yang siap
untuk diambil dan diangkat tetapi manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan
memberi makna melalui pengalaman nyata.

Konsep inti konstruktivistik adalah proses penstrukturan atau pengorganisasian.


Secara istilah, konstruktivistik merupakan suatu aliran filsafat ilmu, psikologi dan teori
belajar mengajar yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan)
kita sendiri (Sukiman, 2008). Konstruktivistik sebenarnya bertitik tolak dari pandangan
kognitivistik, dimana pengetahuan dibina secara aktif oleh individu yang berfikir. Teori
belajar konstruktivistik merupakan teori belajar yang menekankan padan pengalaman
belajar, tidak semata pengalaman kognitif.

1. Pandangan tentang Belajar


Konsep belajar menurut teori belajar konstruktivistik, yaitu pengetahuan baru dikonstruksi
sendiri oleh siswa secara aktif berdasarkan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya.
Pendekatan konstruktivistik dalam proses pembelajaran didasari oleh kenyataan bahwa tiap
individu memiliki kemampuan untuk mengonstruksi kembali pengalaman atau pengetahuan
yang telah dimilikinya.
Tekanan utama konstruktivistik adalah lebih memberikan tempat kepada siswa
dalam proses pembelajaran dari para guru. Teori ini berpandangan bahwa siswa yang
berinteraksi dengan berbagai obyek dan peristiwa sehingga mereka memperoleh dan
memahami pola-pola penanganan terhadap obyek dan peristiwa tersebut.
Berkenaan dengan proses pembelajaran, aliran konstruktivistik memberikan
keleluasaan kepada siswa untuk aktif membangun kebermaknaan sesuai dengan pemahaman
yang telah dimiliki, memerlukan serangkaian kesadaran akan makna bahwa pengetahuan
tidak bersifat stabil atau Obyektif.
2. Ciri dan Prinsip Belajar menurut Konstuktivistik
Menurut Suparno (2012) proses belajar menurut konstruktivistik antara lain
Sebagai berikut :

a. Belajar berarti membentuk makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa yang
mereka lihat, dengar, rasakan, dan alami.
b. Konstruksi arti itu adalah proses yang terus menerus.
c. Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, melainkan lebih suatu
pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian yang baru.
d. proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skema seseorang dalam keraguan
yang merangsang pemikiran lebih lanjut.
e. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman pelajar dengan dunia fisik dan
lingkungannya
f. Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui pelajar.

Siswa harus punya pengalaman dengan membuat hipotesis, menguji hipotesis, memanipulasi
objek, memecahkan persoalan, mencari jawaban, menggambarkan, meniliti, berdialog,
mengadakan refleksi, mengungkapkan pertanyaan, mengekspresikan gagasan, dan lain-lain
untuk membentuk konstruksi yang baru.
Aunurrahman (2009) memberikan penekanan tentang 3 hal mendasar berkaitan dengan
pemahaman terhadap gagasan konstruktivistik, yaitu :

a. Pengetahuan bukanlah merupakan gambaran dunia kenyataan belaka, tetapi selalu


melupakan konstruksi kenyataan melalui kegiatan subjek.

b. Subjek membentuk kognitif, kategori, konsep, dan struktur yang perlu untuk
pengetahuan.

c. Pengetahuan dibentuk dalam struktur konsepsi seseorang yang membentuk


pengetahuan, dan konsepsi itu berlaku bila berhadapan dengan pengalaman-
pengalaman seseorang.

Dapat disimpulkan bahwa guru hanya bertindak sebagai motivator dan fasilitator,
sedangkan siswa beperan aktif dalam pembelajaran dan dapat mengkonstruksi
pengetahuan yang didapat dari pembelajaran sebelumnya.
B. Konstruktif Psikologi/Kognitif Piaget
Salah satu teori ini adalah teori perkembangan mental Piaget yang disebut juga teori
perkembangan intelektual. teori ini berkenaan dengan kesiapan anak untuk belajar,
yang dikemas dalam tahap perkebangan intelektual dari lahir hinga dewasa.
Ada 3 dail poko :

1. Perkembangan intelektual terjadi melalui tahap beruntun yang selalu terjadi


dengaurutan yang sama.
2. Tahap-tahap tersebut didefinsikan sebagai sebagai suatu clouster dari operasi metal.
3. Gerak melalui tahap-tahap yang dilalui oleh keseimbangan (equilibration), proses
perkembangan yang menguraikan tentang interaksi antara pengalaman dan
stukturkognitif yang timbul.

Prespektif Intelegasi Piaget :


 Struktur (scheme, schemata/schemas)
Merupakan metal framework yang dibangun seseorang dengan mengambilinformasi dari
lingkungan dan mengiterpretasi, mereorgaisasi, serta meninformasikan. Ada hubungan
fungsional antara fisik, metal, dan perkembangan logis anak-anak. Operasi memiki 4 ciri:
1. Tindakan yang terinterlisasi, 2.bersifat revesibel, 3. Selalu tetap, 4. Operasi selalu
berhubungan dengan struktur.

 Isi (content)Pola perilaku anak yang khas, tercemin pada respon yang diberikan
terhadapberbagai masalah atau situasi yang dihadapinya.

 Fungsi (fungtion)Merupakan struktur kognitif yang dibangun. Semua oranisme


hidup yang berinterksi dengan lingkungan yang mempunyai fungsi melalui
proses organisasi/adaptasi. Adaptasi terjadi didalam 3 cara :

a. Memanipulasi dunia luar menjai sama dengan dirinya.b.

b. Seseorang memodifikasi dirinya sehingga menjadi lebih


menyukailingkungannya.

c. Keseinbangan antara asimilasi dan akomodasisehinggah seseorang


dapatmenyatukan peamata luar denga struktur didalamnya(equilibrasi)

Konflik kognitif terjadi saat ineteraksi anara konsepsi awal yang telah dimiliki siswa dengan
fonumena baru yang dapat di intergrasikan begitu saja, sehinggah diperlukan perubahan
struktur kognitif untuk mencapai keseimbangan.
Terjadinya proses modifikasi tersebut telah diuraikan dalam skema dibawah ini.

Konsep Proses Belajar Piaget


Proses belajar ini terdiri dari 3 tahapan :

 Asimilasi adalah proses penyatuhan asimilasi baru kestruktur kognitif yang sudah
ada dibenak siswa.

 Akomodasi adalah proses penyesuaian strutur kognitf dalam situasi baru.

 Ekulibrasi adalah proses penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan


akomodatif.

Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah :


 Bahasa dan cara berfikir anak berbeda degan orang dewasa, sehingga guru mengajar
dengan menggunakan bahasa yang sesuai degan cara berfikir anak.
 Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan yang baik
Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-
baiknya.
 Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
 Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangan.
 Anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-
temanya didalam kelas

C. Teory konstruktivistik sosial Vigotsky


Aliran ini lebih bersifat social artinya lebih menekankan kepada hubungan atauinteraksi
social dengan orang lain yang memiliki pengetahuan lebih baik. Teori ini disebut pendekatan
Co-Konstruktivisme, artinya perkembangan kognitif seseorang di samping ditentukan oleh
individu sendiri secara aktif, juga ditentukan oleh lingkungan social yang aktifpula.

1. Pandangan-pandangan vigostsky tentang belajar


Menurut Budiningsih (2012) terdapat 3 konsep penting dalam teori Vigotsky :
a. Hukum genetic tentang perkembangan
(genetic law of development)
kemampuan seseorang akan tumbuh dan berkembang melalui dua tataran,
 Pertama interpsikologis/ intermental (lingkungan sosial) artinya lingkungan social
merupakan factor primer dalam pembentukan pengetahuan dan perkembangan kognitif
seseorang.
 Kedua intrapsikologis/ intramental artinya derivasi atau keturunan yang tumbuh atau
terbentuk melalui penguasaan dan internalisasi terhadap proses-proses social tersebut.

b. Zona perkembangan proksimal (zone of proximal development)


Vigotsky membaginya ke dua tingkatan :
 pertama tingkat perkembangan actual yang tampak dari kemampuan seseorang dalam
menyelesaikan tugas-tugas atau memecahkan berbagai masalah secara mandiri (intramental).
 Kedua tingkat perkembangan potensial yang tampak dari kemampuan seseorang dalam
menyelesaikan masalah-masalah setelah ia mendapat bimbingan dari orang dewasa atau saat
berkolaborasi dengan temannya.

Zona perkembangan proksimal merupakan jarak antara tingakat perkembangan actual dan
tingkat perkembangan potensial artinya fungsi-fungsi atau kemampuan-kemampuan belum
matang yang masih berada dalam proses pematangan, siswa akan dihadapkan pada sejumlah
tugas yang memiliki tingkat kesulitan tertentu dan menantang anak untuk mengkontruksi
pengetahuan.

c. Mediasi Artinya semua perbuatan dimediasikan dengan alat-alat psikologis seperti bahas
a, tandadan lambing, atau semiotika.
Mediasi dibagi menjadi dua jenis, yaitu :
 mediasi metakognitif adalah penggunaan media semiotic untuk melakukan
self- regulation(self-planing, self-monitoring,self-checking, self-evaluating)
 mediasi kognitif adalah penggunaan alat-alat kognitif untuk memecahkan masalah
yang berkaitan dengan pengetahuan tertentu (subject-domain problem)

vigotsky menekankan pentingnya hubungan antara individu dan lingkungan social


merupakan factor terpenting yang dapat memicu perkembangan kognitif seseorang.

2. Prinsip pembelajaran vigotskya.

a. Pembelajaran social (social learning)


Artinya pembelajaran melalui interaksi bersama orang dewasa atau teman yang lebih cakap

b. ZPD (zone of proximal development)


Proses belajar dimana siswa tidak bias mengerjakan masalah sendiri sehingga
mendapatbantuan dari orang dewasa atau temannya, dengan tujuan supaya anak
mampumengerjakan tugas/soal yang lebih tinggi tingkat kerumitannya daripada
tingkatperkembangan kognitif anak.

c. Masa magang kognitif (cognitive apprenticeship)


Suatu proses dimana anak sedikit demi sedikit mendapat kecakapan intelektual
melaluiinteraksi dengan orang yang lebih ahli, orang dewasa, dan teman yang lebih pandai.
d. Pembelajaran termediasi (mediated learning)
Proses pembelajaran dimana siswa diberi masalah kompleks, sulit, dan realistic, dan
kemudian diberi bantuan secukupnya dalam memecahkan masalah sehingga anak dapat
mengerjakan soal sendiri.

Inti dari teori vigotsky adalah menekankan pada interaksi antara aspek internal dan
ekstrenal dari pembelajaran dan penekanannya pada lingkungan social pembelajaran.
Di juga menyatakan bahwa konsep dasar konstruktivistik pertama adalah
Scaffolding artinya Proses pembelajaran dimana siswa diberi masalah kompleks, sulit,
dan realistic, dan kemudian diberi bantuan secukupnya dalam memecahkan masalah
sehingga anak dapat mengerjakan soal sendiri. Kedua kooperatif artinya proses belajar
memungkinkan siswa dapat berinteraksi dengan yang lain, bertukar pengalaman dan
membantu mengecek pemahaman yang telah dimiliki sebelumnya.

D. Pandangan-Pandangan Tokoh Lain

1. Von Glasersfeld
Menurut Von Glasersfeld, pengetahuan bukanlah suatu barang yang dapatdipindahkan dari
pikiran seseorang yang memiliki pengetahuan (guru) ke pikiran orang yang belum memiliki
pengetahuan (siswa), bahkan apabila guru bermaksud menstranfer konsep,ide, atau
Pengertiannya kepada siswa, pemindahan tersebut harus diinterpretasikan dandikonstruksikan
oleh siswa sendiri dengan pengalaman mereka.
Von Claserfeld juga menyebutkan beberapa kemampuan yang diperlukan untuk proses
pembentukan pengetahuan, yaitu :

a. Kemampuan mengingat dan mengemukakan kembali pengalaman.


b. Kemampuan membandingkan dan mengambil keputusan akan kesamaan dan perbedaan.
c. Kemampuan untuk lebih menyukai suatu pengalaman yang satu dari pada yang lain.
Von Glasersfeld membedakan tiga level konstruktivisme dalam kaitan hubungan pengetahuan
dan kenyataan, yaitu :
a. Konstmktivisme Radikal, yaitu konstruktivisme yang mengesampingkan hubunganantara
pengetahuan dan kenyataan sebagai kriteria kebenaran. Menurut kaum radikalpengetahuan
adalah suatu pengaturan atau organisasi dari suatu obyek yangdibentuk oleh seseorang dan
kita hanya tahu apa yang djkonstruksi oleh pikiran kita.
b. Realisme Hipotesis, memandang bahwa pengetahuan sebagai suatu hipotesis darisuatu
struktur kenyataan dan sedang berkembang menuju pengetahuan sejati yangdekat dengan
realitas.
c. Konstruktivisme Biasa, memandang pengetahuan sebagai suatu gambaran yangdibentuk
dari kenyataan suatu objek.

2. Tasker
Menurut Anggraini (2011) dan Karyawansyah (2011) Tasker Ini mengemukakan
3 penekanan dalam teori belajar konstmktivisme Sebagai berikut.

a. Peran aktif siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan secara bermakna.


b. Pentingnya membuat kaitan antara gagasan dalam pengkonstmksian secara bermakna.
c. Mengaitkan antara gagasan dengan informasi baru yang diterima.

3. Wheatley
Menurut Anggraini (2011) dan Karyawansyah (2011) Wheatley mendukung pendapat
Tasker dengan mengajukan dua prinsip utama dalam pembelajaran dengan teori belajar
konstrukltivisme; sebagai berikut.

a. Pengetahuan tidak dapat diperoleh secara pasif, tetapi secara aktif oleh struktur
kognitifsiswa.
b. Fungsi kognisi bersifat adaptif dan membantu Pengorganisasian melalui pengalaman
nyata yang dimiliki anak.
4. Hanbury
Menurut Anggraini (2011) dan Karyawansyah (2011) selain penekanan dan tahap-tahap
tertentu yang perlu diperhatikan dalam teori belajar konstruktivisme, Hanbury
mengemukakansejumlah aspek dalam kaitannya dengan pembelajaran, yaitu :
a. Siswa mengkonstruksi pengetahuan dengan cara mengintegrasikan ide yang mereka
miliki.
b. Pembelajaran menjadi lebih bermakna karena siswa mengerti.
c. Strategi siswa lebih benilai.
d. Siswa mempunyai kesempatan untuk berdiskusi dan saling bertukar pengalaman
danilmu pengetahuan dengan temannya.

5. Penerapan Teori Konstruktivistik

Menurut prinsip konstruktivis, seorang guru berperan sebagai mediator dan fasilitator
yang membantu agar proses belajar siswa berjalan dengan baik Tekanan ada pada siswa yang
belajar, bukan pada guru yang mengajar. Menurut Supamo (2012) fungsi mediator dan
fasilitator dapat dijabarkan dalam beberapa tugas sebagai berikut.

a. Menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan siswa bertanggung jawab


dalammembuat rancangan, proses, dan penelitian. Karena itu, memberi kuliah atau
ceramahbukanlah tugas utama seorang guru.

b. Menyediakan atau memberikan kegiatan-kegiatan yang memungkinkan


keingmtahuansiswa dan membantu mereka untuk mengekspresikan gagasan-
gagasannya danmengkomunikasikan ide ilmiah mereka.

c. Menyediakan sarana yang merangsang siswa berpikir secara produktif.

d. Menyediakan kesempatan dan pengalaman yang paling mendukung proses belajar


siswa.Guru harus menyemangati siswa. Guru perlu menyediakan pengalaman konflik.

e. Memonitor, mengevaluasi, dan menunjukkan apakah pemikiran si siswa jalan atau


tidak. Guru menunjukkan dan mempertanyakan apakah pengetahuan siswa itu berlaku
untukmenghadapi persoalan baru yang berkaitan. Guru membantu mengevaluasi
hipotesis dan kesimpulan siswa.

Menurut Pannen (2001) agar peran guru berjalan dengan optimal, maka :

a. Guru perlu banyak berinteraksi dengan siswa untuk lebih mengerti apa yang
sudahmereka ketahui dan pikirkan.
b. Guru perlu membicarakan tujuan dan apa yang akan dibuat di kelas bersama siswa.

c. Guru perlu mengerti pengalaman belajar mana yang lebih sesuai dengan
kebutuhansiswa. Ini dapat dilakukan dengan berpartisipasi sebagai pelajar di tengah
pelajar.

d. Guru perlu meningkatkan keterlibatan dengan siswa yang sedang berjuang


dankepercayaan terhadap siswa bahwa mereka dapat belajar.

e. Guru perlu mempunyai pemikiran yang fleksibel untuk dapat mengerti dan
menghargaipemikiran siswa, karena kadang siswa berpikir berdasarkan pengandaian
yang tidakditerima guru.

John Dewey menguatkan teori konstruktivistik ini dengan mengatakan bahwa


pendidik yang cakap harus melaksanakan pengajaran dan pembelajaran sebagai proses
menyusun atau membina pengalaman secara berkesinambungan. Beliau juga
menekankan kepentingan keikut sertaan siswa di dalam setiap aktivitas pengajaran
dan pembelajaran.MenurutNovitasari (2014) pada penerapannya, pendekatan
konstruktivistik memiliki kelebihan dan kekurangan, yaitu:

a. Kelebihan
1) Pembelajaran berdasarkan konstruktivistik memberikan kesempatan kepada siswa
untukmengungkapkan gagasan secara eksplisit dengan menggunakan bahasa siswa sendiri,
berbagigagasan dengan temannya, dan mendorong siswa memberikan penjelasan
tentanggagasannya.

2) Pembelajaran berdasarkan konstruktivistik memberi pengalaman yang berhubungan


dengangagasan yang telah dimiliki siswa atau rancangan kegiatan disesuaikan dengan
gagasan awalsiswa agar siswa memperluas pengetahuan mereka tentang fenomena dan
memilikikesempatan untuk merangkai fenomena, sehingga siswa terdorong untuk
membedakan danmemadukan gagasan tentang fenomena yang menantang siswa.

3)Pembelajaran konstruktivistik memberi siswa kesempatan untuk berpikir


tentangpengalamannya. Ini dapat mendorong siswa berpikir kreatif, imajinatif, mendorong
refleksitentang model dan teori, mengenalkan gagasan-gagasan pada saat yang tepat.

4) Pembelajaran berdasarkan konstruktivistik memberi kesempatarl kepada siswa


untukmencoba gagasan baru agar siswa terdorong untuk memperoleh kepercayaan diri
denganmenggunakan berbagai konteks, baik yang telah dikenal maupun yang baru dan
akhirnyamemotivasi siswa untuk menggunakan berbagai strategi belajar.

5) Pembelajaran konstruktivistik mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan


setelahmenyadari kemajuan mereka serta memberi kesempatan siswa untuk
mengidentifikasiPerubahan gagasan mereka.
6) Pembelajaran konstruktivistik memberikan lingkungan belajar yang kondusif yang
mendukungsiswa mengungkapkan gagasan, saling menyimak, dan menghindari kesan selalu
ada satu jawaban yang benar.

b. Kekurangan
1) Siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, tidak jarang bahwa basil konstruksi
siswatidak cocok dengan hasil konstruksi para ilmuan sehingga menyebabkan miskonsepsi.

2) Konstruktivistik menanamkan agar siswa membangun mengetahuannya sendiri, hal ini


pastimembutuhkan waktu yang lama dan setiap siswa memerlukan penanganan yang berbeda.

3) Situasi dan kondisi tiap sekolah tidak sama, karena tidak semua sekolah memiliki
saranaprasarana yang dapat membantu keaktifan dan kreatifitas siswa.

Dalam upaya mengimplementasikan teori belajar konstruktivistik, beberapa saran yang


berkaitandengan rancangan pembelajaran, sebagai berikut :

a. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan gagasannya denganbahasa


sendiri.
b. Memberi kesempatan kepada siswa untuk berpikir tentang pengalamannya
sehinggamenjadi lebih kreatif dan imajinatif
c. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru.
d. Memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa.
e. Mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan mereka.
f. Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif

Guru konstruktivistik memiliki ciri-ciri sebagai berikut:a.


a. Menghargai otonomi dan inisiatif siswa.
b. Menggunakan data primer dan bahan manipulatif dengan penekanan pada
ketrampilanberpikir.
c. Mengutamakan kinerja siswa berupa mengklasifikasi, menganalisis, memprediksi,
danmengkreasi dalam mengerjakan tugas.
d. Menyertakan respon siswa dalam pembelajaran dan mengubah model/ strategi
pembelajaransesuai dengan karakteristik materi pelajaran.
e. Menggali pemahaman siswa tentang konsep-konsep yang akandibelajarkan sebelum
sharingpemahamannya tentang konsep-konsep tersebut.
f. Menyediakan peluang kepada siswa untuk berdiskusi baik dengan dirinya maupun
dengansiswa yang lain.
g. Mendorong sikap inquiry siswa dengan pertanyaan terbuka yang menuntut mereka
untukberpikir kritis dan berdiskusi antar temannya.
h. Mengelaborasi respons awal siswa.
i. Menyertakan siswa dalam pengalaman-pengalaman yang dapat menimbulkan
kontradiksiterhadap hipotesis awal mereka dan kemudian mendorong diskusi.
j. Menyediakan kesempatan yang cukup kepada siswa dalam memikirkan dan mengerjakan
tugas-tugas.
k. Menumbuhkan sikap ingin tahu siswa melalui penggunaan model pembelajaran yang
beragam.

Menurut paradigma kontruktivistik, pembelajaran lebih mengutamakan penyelesaian


masalah,mengembangkan konsep, konstruksi sosial dan algoritma ketimbang menghapal
prosedur dan menggunakannya untuk memperoleh satu jawaban benar. Pembelajaran lebih
dicirikan oleh aktivitas eksperimentasi, pertanyaan-pertanyaan nvestigasi, hipotetis, dan
model yang dibangkitkan oleh siswa sendiri.Secara umum, terdapat 5 prinsip dasar yang
melandasi kelas konstruktivistik, yaitu :

a. Meletakkan permasalahan yang relevan dengan kebutuhan siswa.


Menyusunpembelajaran di sekitar konsep~konsep utama.
b. Menghargai pandangan siswa.
c. Materi pembelajaran menyesuaikan terhadap kebutuhan siswa.
d. Menilai pembelajaran secara kontekstual.

Terkait dengan penerapan konstruktivistik di kelas Abimanyu (2009 mengemukakan


secaragaris besar langkah-langkah penerapan pendekatan konstruktivistik di dalam
kelas adalah sebagai berikut.

a. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajat lebih bermakna dengan cara
becarasendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksikan sendiri pengalaman
danketerampilan barunya.
b. melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiri untuk semua topik.
c. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
d. Citpakan "Masyarakat Belajar" (belajar dalam kelompok-kelompok).
e. Hadirkan "Model” sebagai contoh pembelajaran.
f. Lakukan refleksi diakhir pertemuan.
g. Lakukan penilaian yang sebenamya dengan berbagai cara.

Dewasa ini, muncul kecenderungan penerapan teori konstruktivistik dalam


pendidikan/pembelajaran secara luas, terutama yang dikenal dengan nama student-
centered learning(Wahyu et al., 2007). Tujuannya adalah untuk mengembangkan
kemampuan berfikir siswa berdasarkan kemampuan yang dimilikinya. Mengapa teori
ini sedang trend diterapkan dalam proses pembelajaran, karena selama ini proses
pembelajaran cenderung bersifat pasif sehingga kemampuan berfikir kritis cenderung
diabaikan. Menurut Moehadjir (2004) konstruktivistik adalah tradisi berpikir para
genius seperti Al-Kindi, Al-Farabi, Einstein dan banyak tokoh lainnya.

Kuhn lebih lanjut mengatakan, konstruktivistik merupakan para digma


alternatif yang muncul sebagai dampak revolusi ilmiah yang terjadi dalam beberapa
dasawarsa terakhir. Seiring dengan hal tersebut, kemudian konstruktivistik menjadi
kata kunci dalam hampir setiap pembicaraan di berbagai kalangan (Sukirnan, 2008).
BAB III PENUTUP

Kesimpulan
Konsep inti konstruktivistik adalah proses penstrukturan atau pengorganisasian.
Secara istilah, konstruktivistik merupakan suatu aliran filsafat ilmu, psikologi dan teori
belajar mengajar yangmenekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita
sendiri (Sukiman, 2008).Konstruktivistik sebenarnya bertitik tolak dari pandangan
kognitivistik, dimana pengetahuan dibinasecara aktif oleh individu yang berfikir. Teori
belajar konstruktivistik merupakan teori belajar yang menekankan pada pengalaman belajar,
tidak semata pengalaman kognitif. Sehingga mengakibatkan siswa kreatif dan aktif.
DAFTAR PUSTAKA

Husaamah, Dkk. (2018). Belajar dan Pembelajaran. Malang. UMM Press

Anda mungkin juga menyukai