Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PSIKOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Tentang

“Teori Kognitif Konstruktivisme dan Implementasinya Dalam Pembelajaran Bahasa Arab”

Oleh :
Kelompok 8

Anna Nurbaiti
2110202009

Dosen Pembimbing :

Dr. Widya Yul, M. Pd

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

KERINCI

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
‫الر ِحيْم‬
‫الرحْ َم ِن ه‬ ِ ‫ِبس ِْم ه‬
‫َّللا ه‬

Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini pada mata kuliah “Psikologi
Pembelajaran Bahasa Arab” yang berjudul “Teori Kognitif Konstruktivisme dan
Implementasinya Dalam Pembelajaran Bahasa Arab”.

Sholawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang telah
membimbing umat manusia dari kejahilan kepada kebenaran, dan semoga isi dan makna yang
terkandung dalam makalah ini dapat membantu proses perkuliahan kita pada mata kuliah ini.

Dan juga dalam menyelesaikan makalah ini, penulis ucapkan terima kasih kepada
dosen pembimbing atau dosen yang mengampu mata kuliah Psikologi Pembelajaran Bahasa
Arab, karena berkat bimbingan beliau lah penulis bisa menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “Teori Kognitif Konstruktivisme dan Implementasinya Dalam Pembelajaran Bahasa
Arab)”

Demikian lah yang dapat penulis sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Penulis juga menyadari bahwa makalah ini tidak luput dari segala kekurangan, untuk itu kritik
dan saran dari Dosen Pembimbing demi kesempurnaaan makalah ini dan menjadi pedoman
selanjutnya bagi penulis.

Kerinci, 2 September 2023

Penulis,

Kelompok 8

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... i


DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii
BAB I ................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan..................................................................................................... 2
BAB II.................................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN............................................................................................................... 3
A. Pengertian Kognitif Kontruktivisme ........................................................................ 3
B. Tokoh Kognitif Kontruktivisme .............................................................................. 5
C. Penerapan Teori Kognitif Kontruktivisme dalam Pembelajaran Bahasa Arab .......... 7
BAB III .............................................................................................................................. 10
PENUTUP ...................................................................................................................... 10
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 10
B. Kritik dan Saran .................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konstruktivisme adalah perspektif psikologis dan filosofis yang berpendapat
bahwa individu membentuk atau membangun banyak dari apa yang mereka pelajari dan
pahami. Pengaruh besar terhadap munculnya konstruktivisme adalah teori dan
penelitian dalam perkembangan manusia, khususnya teori Piaget dan Vygotsky. 1
Dalam beberapa tahun terakhir, konstruktivisme semakin banyak diterapkan
pada pembelajaran dan pengajaran. Sejarah teori belajar mengungkapkan pergeseran
dari pengaruh lingkungan dan menuju faktor manusia sebagai penjelasan untuk belajar.
Pergeseran ini dimulai dengan munculnya psikologi kognitif yang membantah klaim
behaviorisme bahwa rangsangan, tanggapan, dan konsekuensi cukup untuk
menjelaskan pembelajaran. Teori kognitif sangat menekankan pada pemrosesan
informasi pembelajar sebagai penyebab utama pembelajaran. Terlepas dari keanggunan
teori pembelajaran kognitif, beberapa peneliti percaya bahwa teori-teori ini gagal
menangkap kompleksitas pembelajaran manusia. Poin ini digarisbawahi oleh fakta
bahwa beberapa perspektif kognitif menggunakan terminology perilaku seperti
"otomatisitas" kinerja dan "membentuk koneksi" antara item dalam memori.
Daripada berbicara tentang bagaimana pengetahuan diperoleh, mereka
berbicara tentang bagaimana hal itu dibangun. Meskipun para peneliti memiliki
perbedaan dalam penekanan mereka pada faktor-faktor yang mempengaruhi
pembelajaran dan proses kognitif peserta didik, perspektif teoretis yang mereka dukung
dapat dikelompokkan secara longgar dan disebut sebagai konstruktivisme.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Teori Kognitif Konstruktivisme ?
2. Siapa saja tokoh yang mengedepankan Teori Kognitif Kosntruktivisme ?
3. Bagaimana implementasi Teori Kognitif Konstruktivisme dalam pembelajaran
Bahasa Arab ?

1
Ohr Benshlomo, ‘TEORI BELAJAR CONSTRUCTIVISM COGNITIVE DEVELOPMENT THEORY
PIAGET , Fak. Psikologi, UNJA. (2023), 88–100.

1
2

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui dan dapat memahami pengertian dari Teori Kognitif
Konstruktivisme
2. Untuk mengetahui tokoh yang melopori Teori Kognitif Konstruktivisme
3. Untuk mengetahui implementasi atau penerapan teori tersebut dalam pembelajaran
Bahasa Arab.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kognitif Kontruktivisme


Teori kognitif konstruktivisme adalah suatu kerangka kerja dalam psikologi
dan pendidikan yang menekankan peran aktif siswa dalam membangun pengetahuan
dan pemahaman mereka sendiri melalui pengalaman, refleksi, dan interaksi dengan
lingkungan mereka. Teori ini berpendapat bahwa pembelajaran adalah suatu proses
yang aktif dan dinamis di mana individu secara aktif mengonstruksi pengetahuan
mereka sendiri2.
Menurut Glaserfeld, ia menyeutkan bahwa seorang epistemolog dari Italia yang
menyatakan bahwa pengetahuan selalu menunjuk kepada struktur konsep yang
dibentuk, pengetahuan tidak lepas dari orang (subjek) yang tahu, dan pengetahuan
merupakan struktur konsep dari pengamat yang berlaku. Teori Belajar Piaget juga
mengemukakan bahwa proses pengamatan seseorang terhadap lingkungan atau
adaptasi terhadap lingkungan dilakukan melalui proses asimilasi dan proses
akomodasi3.
Konstruktivisme menurut Piaget memandang perkembangan kognitif sebagai
suatu proses di mana anak secara aktif membangun sistem makna dan pemahaman
realitas melalui pengalaman-pengalaman dan inetraksi mereka. Jadi, Belajar
konstruktivisme Jean Piaget adalah proses tumbuh dan berkembangnya pengetahuan
melalui pengalaman. Pada saat proses belajar berlangsung terjadi dua proses kegiatan,
yaitu (proses organisasi) proses menghubungkan informasi dengan pengetahuan yang
sudah terinternalisasi dalam otak dan (proses adaptasi) proses penggabungan
pengalaman baru yang telah diterima (asimilasi), dan pengubahan struktur pengetahuan
yang telah dimiliki dengan pengetahuan yang baru (akomodasi) 4.
Asimilasi dipandang sebagai suatu proses kognitif yang menempatkan dan
mengklasifikasikan kejadian atau rangsangan baru dalam skema yang telah ada. Proses
asimilasi ini berjalan terus. Asimilasi tidak akan menyebabkan perubahan/pergantian
skema melainkan perkembangan skema.

2
Jean Piaget. (1954), The Construction of Reality in the Child. APA SycNet
3
Trianto. (2019). Model Pembelajaran Terpadu (cetakan-9). Jakarta: Bumi Aksara.
4
Jeanne Ellis Ormrod, Cognitive-Developmental Perspectives, Human Learning, 2016.

3
4

Asimilasi adalah salah satu proses individu dalam mengadaptasikan dan


mengorganisasikan diri dengan lingkungan baru. Sedangkan akomodasi adalah
penyesuaian struktur kognitif terhadap situasi baru. Dalam perjumpaan individu dengan
lingkungan, akomodasi menyertai asimilasi. 5
Bagi Piaget adaptasi merupakan suatu kesetimbangan antara asimilasi dan
akomodasi. Bila dalam proses asimilasi seseorang tidak dapat mengadakan adaptasi
terhadap lingkungannya maka terjadilah ketidaksetimbangan (disequilibrium). Akibat
ketidaksetimbangan itu maka tercapailah akomodasi dan struktur kognitif yang ada
yang akan mengalami atau munculnya struktur yang baru. Pertumbuhan intelektual ini
merupakan proses terus menerus tentang keadaan ketidaksetimbangan dan keadaan
setimbang (disequilibrium-equilibrium).
Belajar menurut teori belajar konstruktivistik bukanlah sekadar menghafal,
akan tetapi proses mengkonstruksi pengetahuan melalui pengalaman. Pengetahuan
bukanlah hasil ”pemberian” dari orang lain seperti guru, akan tetapi hasil dari proses
mengkonstruksi yang dilakukan setiap individu. Pengetahuan hasil dari ”pemberian”
tidak akan bermakna. Adapun pengetahuan yang diperoleh melalui proses
mengkonstruksi pengetahuan itu oleh setiap individu akan memberikan makna
mendalam atau lebih dikuasai dan lebih lama tersimpan/diingat dalam setiap individu.
Karena menurut pendekatan kognitif konstruktivistik, pengetahuan bukanlah
kumpulan fakta dari suatu kenyataan yang sedang dipelajari, melainkan sebagai
konstruksi kognitif seseorang terhadap obyek, pengalaman, maupun lingkungannya.
Pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah ada dan tersedia dan sementara orang lain
tinggal menerimanya. Pengetahuan adalah sebagai suatu pembentukan yang terus
menerus oleh seseorang yang setiap saat mengalami reorganisasi karena adanya
pemahaman-pemahaman baru. 6
Pengetahuan bukanlah suatu barang yang dapat dipindahkan dari pikiran
seseorang yang telah mempunyai pengetahuan kepada pikiran orang lain yang belum
memiliki pengetahuan tersebut. Bila guru bermaksud untuk mentransfer konsep, ide,
dan pengetahuannya tentang sesuatu kepada siswa, pentransferan itu akan

5
Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), h. 56-57.
6
Margaret E. Bell Gredler, Buku Petunjuk Belajar dan Membelajarkan, (Jakarta: Depdiknas, 1988), h.
257.
5

diinterpretasikan dan dikonstruksikan oleh siswa sendiri melalui pengalaman dan


pengetahuan mereka sendiri.

B. Tokoh Kognitif Kontruktivisme


Teori belajar konstruktivisme kognitif disumbangkan oleh Jean Piaget, yang
merupakan salah seorang tokoh yang disebut-sebut sebagai pelopor konstruktivisme.
Yang mengatakan bahwa pengetahuan dibangun dalam pikiran anak. Pandangan-
pandangan Jean Piaget seorang psikolog kelahiran Swiss (1896-1980), percaya bahwa
belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif
peserta didik. Apa yang diungkapkan oleh PIaget tersebut kemudian disebut dengan
teori perkembangan kognitif, yang sering disebut pula teori perkembangan intelektual,
atau teori perkembangan mental. Teori ini berkenaan dengan kesiapan siswa untuk
belajar yang dikemas dalam tahap-tahap perkembangan intelektual.
Revolusi konstruktivisme mempunyai akar yang kuat dalam sejarah pendidikan,
dan perkembangan teorinya tidak lepas pula dari usaha Piaget dan Vygotsky. Kedua
tokoh Psikologi Pendidikan ini menekankan bahwa perubahan kognitif ke arah
perkembangan terjadi ketika konsep-konsep yang sebelumnya sudah ada mulai
bergeser karena ada sebuah informasi baru yang diterima melalui proses
ketidakseimbangan7.
1. Jean Piaget (1896-1980)
Jean Piaget adalah seorang pakar psikologi perkembangan yang paling menjadi
berpengaruh dalam sejarah psikologi. Itu di Swiss tahun 1896-1980. Setelah
memperoleh gelar doktornya dalam biologi, dia menjadi lebih tertarik pada
psikologi, dengan mendasarkan teori-teorinya yang paling awalpada pengamatan
yang seksama terhadap ketiga anaknya sendiri. 8
Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam lapangan psikologi
perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan, yang
bagi Piaget berarti kemampuan untuk lebih tepat merepresentasikan dunia dan
melakukan operasi logistik dalam representasi konsep yang berdasar pada
kenyataan.
Menurut Jean Piaget Pembentukan pengetahuan memandang subyek aktif
menciptakan struktur-struktur kognitif dalam interaksinya dengan lingkungan.

7
Baharuddin, & Wahyuni, E. N. (2015). Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar Ruzz Media.
8
Slavin Robert E., Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik (Jakarta : PT.Indeks, 2011)hal .42
6

Dengan bantuan struktur kognitifnya ini, subyek menyusun pengertian realitasnya.


Interaksi kognitif akan terjadi sejauh realitas tersebut disusun melalui struktur
kognitif yang diciptakan oleh subyek itu sendiri. Struktur kognitif senantiasa harus
diubah dan disesuaikan berdasarkan tuntutan lingkungan dan organisme yang
sedang berubah.
Proses penyesuaian diri terjadi secara terus menerus melalui proses
rekonstruksi. Karena sejak kecil anak sudah memiliki struktur kognitif yang
kemudian dinamakan skema. Skema terbentuk karena pengalaman. Dari
pengalaman itulah skema/struktur kognitif anak berkembang. Hal yang paling
mendasar dari penemuan Piaget ini adalah belajar pada siswa tidak harus terjadi
hanya karena seorang guru mengajarkan sesuatu padanya, Piaget percaya bahwa
belajar terjadi karena siswa memang mengkonstruksi pengetahuan secara aktif
darinya, dan ini diperkuat bila siswa mempunyai kontrol dan pilihan tentang hal
yang dipelajari.
Selain Jean Piaget, terdapat juga tokoh lain yang berpengaruh dalam
pengembangan teori konstruktivisme, seperti Lev Vygotsky.
2. Lev Vygotsky (1896-1934)
Lev Vygotsky adalah seorang psikolog asal Rusia yang dikenal atas
kontribusinya dalam teori perkembangan anak. Salah satu hasil kerjanya yang
dikenal di bidang psikologi anak adalah merumuskan konsep "zone of proximal
development".
Konsep ini menerangkan bahwa dalam proses pembelajaran seorang anak ada
sebuah area di mana anak tersebut harus diberikan bantuan eksternal untuk dapat
belajar hal yang baru sedangkan ada area lain di mana anak tersebut dapat belajar
mandiri tanpa dibantu. Vygotsky menekankan pentingnya kehadiran 'orang lain',
seperti guru, orangtua, atau teman, yang distilahkan sebagai orang yang lebih
berpengetahuan (the more knowledge able other).
Menurut Vigotsky, belajar merupakan proses dengan dua elemen penting.
Pertama-tama, belajar adalah proses biologis dan proses dasar. Kedua, belajar
adalah proses sosial, proses yang lebih tinggi, dan pada dasarnya berkaitan dengan
lingkungan sosial budaya, sehingga perilaku seseorang terjadi karena campur
tangan kedua faktor tersebut. Pengetahuan yang diperkenalkan sebagai hasil dari
proses dasar dasar ini akan dikembangkan lebih lanjut saat mereka berinteraksi
dengan lingkungan sosial dan budaya mereka. Karena itu, Vigotsky menekankan
7

peran interaksi sosial dalam mengembangkan proses belajarnya sendiri. Ia percaya


bahwa pembelajaran dimulai ketika anak berada pada zona perkembangan
proksimal, yaitu level yang dicapai oleh anak melalui partisipasi dalam perilaku
sosial.
Lev Vygotsky berkata ada dua konsep penting dalam teori Vygotsky, yaitu :9
1. Zone of Proximal Development (ZPD), Kemampuan pemecahan masalah di
bawah bimbingan orang dewasa atau melalui kerjasama dengan teman sejawat
yang lebih mampu; dan
2. Scaffolding, pemberian sejumlah bantuan kepada siswa selama tahap-tahap
awal pembelajaran, kemudian mengurangi bantuan dan memberikan
kesempatan untuk mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar setelah
ia dapat melakukannya.

C. Implementasi Teori Kognitif Kontruktivisme dalam Pembelajaran Bahasa Arab


Konstruktif merupakan cabang psikologi kognitif yang relatif baru yang
memiliki dampak signifikan pada pemikiran para perancang pada proses pembelajaran.
para ahli konstruktif memiliki pandangan yang beragam tentang masalah pembelajaran.
Konstruktif yaitu pembelajaran yang dibangun dari segi kemampuan dan pemahaman
dalam proses pembelajaran. Karena bersifat konstruktif, aktivitas peserta didik
diharapkan dapat meningkatkan kecerdasannya. Guru tidak dominan dalam kegiatan
pembelajaran. Pendidik hanya berperan sebagai fasilitator, motivator dan mediator
dalam proses pembelajaran.
Pandangan kognitif-konstruktivistik mengemukakan bahwa belajar merupakan
usaha pemberian makna oleh siswa kepada pengalamannya melalui asimilasi dan
akomodasi yang menuju kepada pembentukan struktur kognitifnya, memungkinkan
mengarah kepada tujuan tersebut.
Adapun implementasi teori konstruktivisme kognitif dalam pembelajaran
bahasa Arab sama seperti dalam pembelajaran bahasa lainnya sehingga dapat
membantu siswa mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam tentang bahasa
tersebut. Dengan menggunakan teori ini, siswa dapat mendalami dan memahami
pembelajaran Bahasa Arab secara individual.

9
Eko Kurtarto, ‘Journal Indonesian Language Education and Literature’, Journal Indonesian Language
Education and Literature, 1.2 (2017), 207–20
<http://www.syekhnurjati.ac.id/jurnal/index.php/jeill/%0APEMBELAJARAN>.
8

Aplikasi Teori Konstruktivisme Kognitif dalamPembelajaran :


1. Guru harus membangun karakteristik siswa dengan menggunakan Bahasa yang
harus dipahami oleh siswa itu sendiri.
2. Guru berperan secara aktif memahami jalan pikir siswa atau cara pandang siswa
dalam pembelajaran dan guru harus membantu siswa agar siswa dapat berinteraksi
dalam pembelajaran.

Berikut adalah beberapa contoh implementasi teori kognitif konstruktivisme


dalam pembelajaran Bahasa Arab :
1. Pembelajaran Berpusatkan Siswa10
Implementasikan model pembelajaran yang berpusat pada siswa, di
mana siswa memiliki peran aktif dalam mengembangkan keterampilan
berbicara, mendengarkan, membaca, dan menulis dalam bahasa Arab
seperti ; memberikan tugas-tugas yang mendorong siswa untuk berbicara,
menulis, mendengarkan, dan membaca dalam bahasa Arab, mendorong
siswa untuk menyusun kalimat dan cerita mereka sendiri dalam bahasa Arab
dan memotivasi siswa untuk mencari sumber daya bahasa Arab di luar kelas,
seperti media, buku, atau percakapan dengan penutur asli
2. Kolaborasi dan Interaksi: Fasilitasi kolaborasi antar siswa 11
Siswa dapat belajar dari satu sama lain melalui diskusi, permainan
bahasa, atau proyek kelompok. Ini dapat membantu mereka memahami
konteks penggunaan bahasa Arab dalam situasi nyata.
3. Konteks Relevan
Pastikan materi pembelajaran relevan dengan kehidupan sehari-hari
siswa. Ini akan membuat pembelajaran lebih bermakna dan memungkinkan
siswa untuk menerapkan pengetahuan mereka dalam situasi nyata.
Contohnya, bisa melibatkan topik seperti ; perjalanan, makanan, budaya,
atau topik yang relevan lainnya.

10
Suparlan Suparlan, ‘Teori Konstruktivisme Dalam Pembelajaran’, Islamika, 1.2 (2019), 79–88
<https://doi.org/10.36088/islamika.v1i2.208>.
11
Julie Grandgirard and others, ‘Costs of Secondary Parasitism in the Facultative Hyperparasitoid
Pachycrepoideus Dubius: Does Host Size Matter?’, Entomologia Experimentalis et Applicata, 103.3 (2002), 239–
48 <https://doi.org/10.1023/A>.
9

4. Pembelajaran Aktif12
Dorong siswa untuk memecahkan masalah bahasa Arab dengan cara
aktif. Ini dapat melibatkan pemecahan masalah pemahaman, tata bahasa,
atau bermain permainan bahasa yang membutuhkan pemikiran kreatif.
5. Refleksi
Mendorong siswa untuk memikirkan pembelajaran mereka. Hal ini
dapat dilakukan melalui jurnal pembelajaran di mana siswa mencatat
pengalaman mereka dalam belajar bahasa Arab, pencapaian, dan tantangan
yang mereka temui.
6. Umpan Balik Konstruktif
Memberikan umpan balik yang membantu siswa memahami kesalahan
mereka dan cara untuk memperbaiki. Hal ini dapat dilakukan melalui
koreksi tugas, evaluasi rekan, atau konferensi individu dengan siswa.

7. Penggunaan Teknologi
Memanfaatkan teknologi, seperti aplikasi seluler atau platform
pembelajaran berani, yang mendukung pembelajaran bahasa Arab.
Teknologi dapat menyediakan sumber daya tambahan dan interaksi dalam
bahasa Arab.

8. Pengalaman Kultural
Selain pembelajaran bahasa, eksplorasi budaya Arab juga penting.
Siswa dapat belajar tentang adat istiadat, nilai-nilai, dan tradisi Arab untuk
memahami konteks budaya yang mendalam.

Sebagai contoh, seorang anak yang merasa sakit karena terpercik api.
Berdasarkan pengalamannya terbentuk skema kognitif pada diri anak tentang ”api”,
bahwa api adalah sesuatu yang membahayakan oleh karena itu harus dihindari. Dengan
demikian ketika ia melihat api, secara refleks ia akan menghindar. Semakin dewasa,
pengalaman anak tentang api bertambah pula. Ketika anak melihat ibunya memasak
dengan menggunakan api, atau ketika ayahnya merokok; maka skema kognitif tersebut
akan disempurnakan, bahwa api tidak harus dihindari akan tetapi dimanfaatkan. Ketika

12
Uli Agustina Gultom, ‘Strategi Pengajaran Dalam Pemerolehan Dan Pemelajaran Bahasa Kedua’,
Seminar Nasional Pemebelajaran Bahasa Dan Sastra (SELASAR) 4, May, 2020, 287–97.
10

anak melihat banyak pabrik atau industri memerlukan api, kendaraan memerlukan api,
maka skema kognitif anak semakin berkembang/sempurna menjadi api sangat
dibutuhkan untuk kehidupan manusia.

Dari Penjelasan di atas, menunjukkan penekanan Piaget terhadap pemahaman


yang dibentuk oleh seseorang, sesuatu yang berhubungan dengan logika dan konstruksi
pengetahuan universal yang tidak dapat dipelajari secara langsung dari lingkungan.
Pengetahuan seperti itu berasal dari hasil refleksi dan koordinasi kemampuan kognitif
dan berpikir serta bukan berasal dari pemetaan realitas lingkungan eksternalnya.
Dengan ini, piaget menjelaskan pentingnya berbagai faktor internal seseorang seperti
tingkat kematangan berpikir, pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya, konsep diri,
dan keyakinan dalam proses belajar. Berbagai faktor internal tersebut mengindikasikan
kehidupan psikologis seseorang, serta bagaimana dia mengembangkan struktur dan
strategi kognitif, dan emosinya 13.

Hal yang paling mendasar dari penemuan Piaget ini adalah belajar pada siswa
tidak harus terjadi hanya karena seorang guru mengajarkan sesuatu padanya, Piaget
percaya bahwa belajar terjadi karena siswa memang mengkonstruksi pengetahuan
secara aktif darinya, dan ini diperkuat bila siswa mempunyai kontrol dan pilihan tentang
hal yang dipelajari. Hal ini tidaklah meniadakan faktor guru dalam proses
pembelajaran, justru sebaliknya lah yang terjadi. Pengajaran oleh guru yang mengajak
siswa untuk bereksplorasi, melakukan manipulasi, baik dalam bentuk fisik atau secara
simbolik, bertanya dan mencari jawaban, membandingkan jawaban dari siswa lain akan
lebih membantu siswa dalam belajar dan memahami sesuatu.

Perbedaa antara ketiga teori tersebut, yaitu:

1. Teori konstruktivisme adalah bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit


demi sedikit, yang hasilnya diperoleh melalui konteks yang terbatas dan tidak
sekaligus. Pengetahuan bukanlah kumpulan fakta-fakta,konsep, atau kaidah yang
siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan
memberi makna melalui pengalaman nyata.

13
Jean Piaget and Pandangan-pandangan Jean Piaget, ‘Teori Belajar Konstruktivisme Dari Jean Piaget’,
2007, 1–4.
11

2. Teori kognitif adalah potensi intelektual yang terdiri dari tahapan pengetahuan,
pemahaman,penerapan,penganalisa,sintetis,evaluasi. Kognitif berarti masalah yang
mengangkat kemampuan untuk mengembangkan kemampuan rasional (akal). Teori
belajar kognitif merupakan sebuah teori yang menjelaskan tentang proses berpikir
dan berbagai proses mental yang dipengaruhi oleh fakto--faktor yang berasal dari
internal dan eksternal untuk menghasilkan pembelajaran secara individu.
3. Aplikasi kedua teori tersebut lebih memberikan tekanan kepada bagaimana siswa
itu aktif untuk membangun pengetahuannya sendiri, guru hanya sebagai motivator
dan fasilitator untuk siswa. Karena siswa sudah memiliki skema kognitif dalam
dirinya sehingga dapat dikontruksikan memlalui pengalamannya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Teori kognitif konstruktivisme adalah suatu kerangka kerja dalam psikologi dan
pendidikan yang menekankan peran aktif siswa dalam membangun pengetahuan dan
pemahaman mereka sendiri melalui pengalaman, refleksi, dan interaksi dengan
lingkungan mereka. Menurut pendekatan kognitif konstruktivistik, pengetahuan
bukanlah kumpulan fakta dari suatu kenyataan yang sedang dipelajari, melainkan
sebagai konstruksi kognitif seseorang terhadap obyek, pengalaman, maupun
lingkungannya.
Teori belajar konstruktivisme kognitif disumbangkan oleh Jean Piaget, yang
merupakan salah seorang tokoh yang disebut-sebut sebagai pelopor konstruktivisme.
Selain Jean Piaget, terdapat juga tokoh lain yang berpengaruh dalam pengembangan
teori konstruktivisme, seperti Lev Vygotsky dan Jerome Bruner.
Adapun implementasi teori konstruktivisme kognitif dalam pembelajaran
bahasa Arab sama seperti dalam pembelajaran bahasa lainnya sehingga dapat
membantu siswa mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam tentang bahasa
tersebut. Dengan menggunakan teori ini, siswa dapat mendalami dan memahami
pembelajaran Bahasa Arab secara individual.

B. Kritik dan Saran


Semoga makalah sederhana ini dapat dijadikan sebagai refrensi untuk bagi para
pembaca. Untuk itu penulis sangat mengharapkan masukan dan saran yang sangat
membantu penyempurnaan makalah ini. Akhirnya, semoga makalah ini dapat berguna
bagi kita semua bagi pembaca terutama bagi mahasiswa.

10
DAFTAR PUSTAKA

Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), h. 56-57.

Baharuddin, & Wahyuni, E. N. (2015). Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar Ruzz
Media.

Benshlomo, Ohr, ‘TEORI BELAJAR CONSTRUCTIVISM COGNITIVE DEVELOPMENT THEORY


PIAGET , Fak. Psikologi, UNJA. (2023), 88–100

Grandgirard, Julie, Denis Poinsot, Liliane Krespi, Jean Pierre Nénon, and Anne Marie
Cortesero, ‘Costs of Secondary Parasitism in the Facultative Hyperparasitoid
Pachycrepoideus Dubius: Does Host Size Matter?’, Entomologia Experimentalis et
Applicata, 103.3 (2002), 239–48 <https://doi.org/10.1023/A>

Gultom, Uli Agustina, ‘Strategi Pengajaran Dalam Pemerolehan Dan Pemelajaran Bahasa
Kedua’, Seminar Nasional Pemebelajaran Bahasa Dan Sastra (SELASAR) 4, May, 2020,
287–97

Kurtarto, Eko, ‘Journal Indonesian Language Education and Literature’, Journal Indonesian
Language Education and Literature, 1.2 (2017), 207–20
<http://www.syekhnurjati.ac.id/jurnal/index.php/jeill/%0APEMBELAJARAN>

Margaret E. Bell Gredler, Buku Petunjuk Belajar dan Membelajarkan, (Jakarta: Depdiknas,
1988), h. 257.

Ormrod, Jeanne Ellis, Cognitive-Developmental Perspectives, Human Learning, 2016

Piaget, Jean, and Pandangan-pandangan Jean Piaget, ‘Teori Belajar Konstruktivisme Dari Jean
Piaget’, 2007, 1–4

Piaget, Jean. (1954), The Construction of Reality in the Child. APA SycNet

Slavin Robert E., Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik (Jakarta : PT.Indeks, 2011)hal .42

Suparlan, Suparlan, ‘Teori Konstruktivisme Dalam Pembelajaran’, Islamika, 1.2 (2019), 79–
88 <https://doi.org/10.36088/islamika.v1i2.208>

Trianto. (2019). Model Pembelajaran Terpadu (cetakan-9). Jakarta: Bumi Aksara.

11
12

Anda mungkin juga menyukai