Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

TEORI PEMBELAJARAN LEV VYGOTSKY


MODEL PEMBELAJARAN
PEMILIHAN MODEL PEMBELAJARAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Inovasi Pendidikan


Dosen Pengampu : Dr. Ristiana Dyah Purwandari, S.Si., M.Si

Oleh

UMAHATI FATMANINGRUM
2320110014

MAGISTER PENDIDIKAN DASAR PROGRAM PASCASARJANA


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2023

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

DAFTAR ISI ........................................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1


B. Pembatasan Masalah ................................................................................. 2
C. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
D. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 2
E. Manfaat Penelitian .................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Deskripsi Teori Pembelajaran Lev Vygostsky ......................................... 8
B. Konsep Teori Pembelajaran Lev Vygotsky .............................................. 6
C. Pengertian Model Pembelajaran ............................................................... 13
D. Kriteria Pemilihan Model Pembelajaran ................................................... 19
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................................. 21
B. Saran ............................................................................................................ 22
DAFTAR PUSTAKA

ii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Menurut Wheeler dalam Rohmalia (2016 : 35) mengatakan bahwa teori
adalah suatu prinsip atau rangkaian prinsip yang menerangkan sejumlah
hubungan antara fakta dan meramalkan hasil-hasil baru berdasarkan fakta-
fakta tersebut. Sedangkan teori belajar sebagai prinsip yang saling
berhubungan dan merupakan penjelasan atas sejumlah fakta atau penemuan
yang berkaitan dengan peristiwa belajar. Teori belajar pada dasarnya
menjelaskan tentang bagaimana proses belajar terjadi pada seorang individu.
Artinya, teori belajar akan membantu dalam memahami bagaimana proses
belajar terjadi pada individu sehingga dengan pemahaman tentang teori
belajar tersebut akan membantu guru untuk menyelenggarakan proses
pembelajaran dengan baik, efektif, dan efisien. Dengan kata lain, pemahaman
guru dalam mengorganisasikan proses pembelajaran dengan lebih baik
sehingga siswa dapat belajar dengan lebih optimal. Dengan demikian, teori
belajar dalam aplikasinya sering digunakan sebagai dasar pertimbangan untuk
membantu siswa mencapai tujuan-tujuan pembelajaran. Salah satu teori
pembelajaran yang sampai sekarang masih diterapkan dalam penerapan
Kurikulum Merdeka adalah Teori Pembelajaran Kosntruktivistik milik Lev
Vygostky.
Selain pentingnya Teori Pembelajaran dalam suatu pembelajaran, hal lao
adalah model pembelajatan. Menurut Handayani ( 2020 : 19) Model
pembelajaran diartikan sebagai prosedur sistematis dalam mengorganisasi-
kan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Jadi, sebenarnya
model pembela-jaran memiliki arti yang sama dengan pendekatan atau
strategi pembelajaran. Saat ini telah banyak dikembangkan berbagai macam
model pembelajaran, dari yang sederhana sampai model yang agak kompleks
dan rumit karena memerlukan banyak alat bantu dalam penerapannya. Jadi
2

penerapan teori pembelajaran dan model pembelajaran yang sesuai dapat


meningkatkan kualitas pembelajaran.
Oleh sebab itu, saya akan memaparkan materi mengenai teori
pembelajaran konstruktivistik Lev Vygotsky dan Model Pembelajaran.
B. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, maka maka makalah ini difokuskan
pada pembahasan mengenai Teori Pembelajaran Lev Vygotsky dan
pembahasan mengenai Pengertian Model Pembelajaran serta Kriteria
Pemilihan Model Pembelajaran yang sesuai.
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana isi teori pembelajaran konstrukstivistik Lev Vygotsky?
2. Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran dan bagaimana kriteria
pemilihan model pembelajaran agar sesuai dengan pembelajaran?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian dalam
penelitian pengembangan ini adalah :
1. Mengetahui Bagaimana isi teori pembelajaran konstrukstivistik Lev
Vygotsky.
2. Mengetahui model pembelajaran dan bagaimana kriteria pemilihan
model pembelajaran agar sesuai dengan pembelajaran.
3. Manfaat Penelitian
1. Bagi Guru
Dapat membantu guru dalam menerapkan teori pembelajaran dan model
pembelajaran.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Dapat menambah literatur mengenai teori pembelajaran dan model
pembelajaran.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Teori Pembelajaran Sosial Vygotsky


a) Pengertian Pembelajaran Sosial Vygotsky
Lev Semionovich Vygotsky (1896 – 1934) adalah seorang ahli
psikologi sosial berasal dari Rusia. Teori perkembangannya disebut
teori revolusi sosiokultural (sociocultural-revolution). Hasil risetnya
banyak digunakan dalam mengembangkan pendidikan bagi anak usia
dini. Seperti eksperimennya tentang eksplorasi pemikiran anak-anak,
sebagai beriku: “Disebuah eksperimen Vygotsky menginstruksikan
anak anak dan orang dewasa untuk merespons dengan cara yang
berbeda ketika mereka melihat warna yang berbeda, dia menyuruh
mereka mengangkat sebuah jari jika melihat warna merah, menekan
tombol jika melihat warna hijau, dan seterusnya untuk warna-warna
yang lain. Kadang-kadang dia membuat tugas yang sederhana,
terkadang membuatnya sulit dan dititik tertentu dia menawarkan
bantuan memori ini. Di dalam eksperimen-eksperimen tersebut anak-
anak yang paling muda, antara usia 4-8 tahun, bertindak seolah-olah
mereka bisa mengingat suatu hal. Entah tugas ini sederhana atau sulit,
mereka segera melakukannya setelah mendengar instruksi-instruksi
tersebut. ketika para peneliti menawari mereka gambar dan kartu
untuk membantu anda mengingat, biasanya mereka mengabaikan
bantuan-bantuan itu, atau menggunakannya secara tidak tepat, anak
kecil simpul Vygotsky”tidak tahu kapasitas dan keterbatasan
mereka’atau bagaimana mereka menggunakan stimuli eksternal untuk
membantu mereka mengingat sesuatu. Anak-anak yang lebih tua,
biasanya 9 -12 tahun, menggunakan gambar-gambar yang ditawarkan
Vygotsky dan bantuan-bantuan ini sungguh menyempurnakan
performa mereka. Yang menarik adalah tambahan bagi bantuan-

2
3

bantuan semacam itu tidak selalu memperbaiki ingatan orang dewasa.


Namun bukan berarti ini karena mereka telah kembali lagi menjadi
seperti anak kecil dan tidak lagi menggunakan alat-alat memory, lebih
tepatnya ini karena mereka sekarang melatih diri memahami instruksi-
instruksi dan membuat beberapa catatan mental bagi diri sendiri ke
dalam tanpa memerlukan lagi petunjuk-petunjuk eksternal. (Crain,
2007:347). Vygotsky menekankan pentingnya memanfaatkan
lingkungan dalam pembelajaran. Lingkungan sekitar siswa meliputi
orang-orang, kebudayaan, termasuk pengalaman dalam lingkungan
tersebut.
Vygotsky berpendapat bahwa menggunakan alat berfikir akan
menyebabkan terjadinya perkembangan kognitif dalam diri seseorang.
Yuliani (2005: 44) secara spesifik menyimpulkan bahwa kegunaan
alat berfikir menurut Vygotsky adalah :
1) Membantu memecahkan masalah
Alat berfikir mampu membuat seseorang untuk memecahkan
masalahnya. Kerangka berfikir yang terbentuklah yang mampu
menentukan keputusan yang diambil oleh seseorang untuk
menyelesaikan permasalahan hidupnya.
2) Memudahkan dalam melakukan tindakan
Vygotsky berpendapat bahwa alat berfikirlah yang mampu
membuat seseorang mampu memilih tindakan atau perbuatan yang
seefektif dan seefisien mungkin untuk mencapai tujuan.
3) Memperluas kemampuan
Melalui alat berfikir setiap individu mampu memperluas wawasan
berfikir dengan berbagai aktivitas untuk mencari dan menemukan
pengetahuan yang ada di sekitarnya.
4) Melakukan sesuatu sesuai dengan kapasitas alaminya.
Semakin banyak stimulus yang diperoleh maka seseorang akan
semakin intens menggunakan alat berfikirnya dan dia akan mampu
melakukan sesuatu sesuai dengan kapasitasnya.
4

Inti dari teori belajar sosiokultur ini adalah penggunaan alat


berfikir seseorang yang tidak dapat dilepaskan dari pengaruh
lingkungan sosial budayanya. Lingkungan sosial budaya akan
menyebabkan semakin kompleksnya kemampuan yang dimiliki oleh
setiap individu. Teori-teori yang menyatakan bahwa “siswa itu sendiri
yang harus secara pribadi menemukan dan menerapkan informasi
kompleks, mengecek informasi baru dibandingkan dengan aturan lama
dan memperbaiki aturan itu apabila tidak sesuai lagi”. Teori belajar
Sosiokultur ini menekankan bahwa perubahan kognitif hanya terjadi
jika konsepsi-konsepsi yang telah dipahami diolah melalui suatu
proses ketidakseimbangan dalam upaya memakai informasi-informasi
baru.
b) Prinsip Dasar Teori Vygotsky
Vigotsky mengatakan bahwa jalan pikiran seorang harus
mengerti dari latar sosial-budaya dan sejarahnya. Artinya, untuk
memahami pikiran seseorang bukan dengan cara menelusuri apa yang
ada di balik otaknya dan pada kedalaman jiwanya, melainkan dari asal
usul tindakan sadarnya dan dari interaksi sosial yang dilatari oleh
sejarah hidupnya (Goll & Greenberg, 1990). Peningkatan fungsi-
fungsi mental seseorang berasal dari kehidupan sosial atau
kelompoknya, dan bukan dari individu itu sendiri. Interaksi sosial
demikian antara lain berkaitan erat dengan aktivitas-aktivitas dan
bahasa yang dipergunakan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh
Blover (dalam asrori, 2003:159-160) bahwasanya di dalam proses
berfikir digunakan symbol-symbol yang memiliki makna atau arti
tertentu bagi masing-masing individu, manifestasi dari proses berfikir
manusia serta sekaligus menjadi karakteristik dari proses berfikir
manusia adalah bahasa. Kunci utama untuk memahami proses- proses
sosial dan psikologis manusia adalah tanda-tanda atau lambang yang
berfungsi sebagai mediator (Wertsch, 1990). Tanda –tanda atau
langkah-langkah tersebut merupakat produk dari lingkungan
5

sosiokultural dimana seorang berada. Vygotsky membuat empat


kerangka dasar yang menjadi prinsip dalam memahami aspek
psikologis pendidikan anak. Keempat prinsip yang dimaksud adalah:
1) Anak Membangun Berbagai Pengetahuan Vygotsky meyakini
bahwa anak-anak menyusun pengetahuan mereka sendiri secara
aktif dan tidak secara pasif menghasilkan berbagai pengetahuan
tersebut. Menurut Vigotsky, susunan kognitif selalu melibatkan
perantara lingkungan sosial yang dipengaruhi oleh pengalaman
interaksi sosial pada masa yang lampau.(Sujiono, 2009:4.9-4.10)
2) Perkembangan kognitif tidak dapat dipisahkan dari konteks sosial
Menurut Vygotsky konteks sosial mempengaruhi cara belajar
seseorang tentang sikap dan kepercayaan. Konteks sosial
menghasilkan proses kognitif yang juga merupakan bagian dari
proses perkembangan. Konteks sosial terdiri atas beberapa tingkat
sebagai berikut:
• Tingkatan interaksi perantara dimana setiap anak melakukan
interaksi pada saat-saat tertentu,
• Tindakan struktural yang mencakup struktur-struktur sosial
yang berpengaruh pada anak-anak seperti keluarga dan sekolah,
• Tingkatan sosial dan budaya secara umum yang mencakup ciri
ciri masyarakat seperti bahasa, sistem numerik dan penggunaan
teknologi. Menurut Vygotsky, perolehan pengetahuan dan
perkembangan kognitif seseorang seiring dengan teori
sociogenesis.
Dimensi kesadaran sosial bersifat primer, sedangkan dimensi
individualnya bersifat derivatif atau merupakan turunan dan
sifat sekunder (Palincsar, Wartsch dan Tulviste, dalam
Supraktiknya, 2002). Artinya bahwa pengetahuan dan
perkembangan kognitif individu berasal dari sumber-sumber
sosial di luar dirinya. Hal ini tidak berarti bahwa individu
bersikap pasif dalam perkembangan kognitifnya, tetapi
6

Vygotsky juga menekankan pentingnya peran aktif seseorang


dalam mengonstruksi pengetahuannya. Oleh karena itu,
teorinya lebih tepat disebut dengan pendekatan ko-
konstruktivisme. Maksudnya, perkembangan kognitif seseorang
di samping ditentukan oleh individu sendiri secara aktif juga
oleh lingkungan sosial yang aktif pula. (Sujiono, 2009: 4.10-
4.11)
C) Teori belajar sosiokultur
Teori belajar sosiokultur meliputi tiga konsep utama, yaitu :
1) Konsep Zona Perkembangan Proksimal (ZPD)
Zona perkembangan proksimal (ZPD) adalah istilah Vygotsky untuk
serangkaian tugas yang terlalu sulit dikuasai anak secara sendirian tetapi
dapat dipelajari dengan bantuan dari orang dewasa atau anak yang lebih
mampu, jadi batas bawah dari ZPD adalah tingkat problem yang dapat
dipecahkan oleh anak seorang diri. Batas atasnya adalah tingkat tanggung
jawab atau tugas tambahan yang dapat diterima anak dengan bantuan dari
instruktur yang mampu.
Penekanan Vygotsky pada ZPD menegaskan keyakinannya akan arti
penting dari pengaruh sosial, terutama pengaruh instruksi atau pengajaran
terhadap perkembangan kognitif anak. Vygotsky memberi contoh cara
menilai ZPD anak. Misalkan berdasarkan tes kecerdasan, usia mental dari
dua orang anak adalah 8 tahun, menurut Vygotsky kita tidak bisa berhenti
sampai disini saja. Kita harus menentukan bagaimana masing-masing
anak akan berusaha menyelesaikan problem yang dimaksud untuk anak
yang lebih tua. Kita membantu masing masing anak dengan
menunjukkan, mengajukan pertanyaan, dan mem perkenalkan elemen
dengan awal dari solusi. Dengan bantuan atau dengan kerjasama dengan
orang dewasa ini, salahs atu anak berhasil menyelesaikan persoalan yang
sesungguhnya untuk level anak yang berusia 12 tahun, sedangkan anak
yang satunya memecahkan problem untuk level anak 9 tahun. Perbedaan
antara usia mental dan tingkat kinerja yang mereka capai dengan
7

bekerjasama dengan orang dewasa akan mendefenisikan ZPD. Jadi, ZPD


melibatkan kemampuan konitif anak yang berbeda dalam proses
pendewasaan dan tingkat kinerja mereka dengan bantuan orang yang
lebih ahli. Vygotsky menyebut ini sebagai “kembang” perkembangan,
untuk membedakan dengan istilah “buah’ perkembangan, yang sudah
dicapai anak secara independen. Salah satu aplikasi konsep ZPD
Vygotsky adalah tuutoring tatap-muka yang diberikan guru di slandia
baru dalam program reading recovery. Tutring ini dimulai dengan tugas
membaca yang sudah dikenal baik, kemudian pelan-pelan
memperkenalkan strategi membaca yang belum dikenal dan kemudian
menyerahkan kontrol aktivitas keadaan si anak sendiri. (Santrock,
2007:62-63). Vygotsky mengemukakan ada empat tahapan ZPD yang
terjadi dalam perkembangan dan pembelajaran (Schunk, 1986), yaitu :
• Tahap 1 : Tindakan anak masih dipengaruhi atau dibantu orang lain.
• Tahap 2 : Tindakan anak yang didasarkan atas inisiatif sendiri.
• Tahap 3 : Tindakan anak berkembang spontan dan terinternalisasi.
• Tahap 4 : Tindakan anak spontan akan terus diulang-ulang hingga
anak siap untuk berfikir abstrak.

Pada empat tahapan ini dapat disimpulkan bahwa. Seseorang akan


dapat melakukan sesuatu yang sebelumnya tidak bisa dia lakukan dengan
bantuan yang diberikan oleh orang dewasa maupun teman sebayanya
yang lebih berkompeten terhadap hal tersebut Dijelaskan pula Dalam
Yuliani (2005: 45) Vygotsky mengemukakan empat tahapan ZPD yang
terjadi dalam perkembangan dan pembelajaran yang menyangkut ZPD,
yaitu :

• Tahap 1 : Seorang anak yang masih dibantu memakai baju, sepatu


dan kaos kakinya ketika akan berangkat ke sekolah ketergantungan
anak pada orang tua dan pengasuhnya begitu besar, tetapi ia suka
memperhatikan cara kerja yang ditunjukkan orang dewasa.
8

• Tahap 2 : Anak mulai berkeinginan untuk mencoba memakai baju,


sepatu dan kaos kakinya sendiri tetapi masih sering keliru memakai
sepatu antara kiri dan kanan. Memakai bajupun masih membutuhkan
waktu yang lama karena keliru memasangkan kancing.
• Tahap 3 : Anak mulai melakukan sesuatu tanpa adanya perintah dari
orang dewasa. Setiap pagi sebelum berangkat ia sudah mulai faham
tentang apa saja yang harus dilakukannya, misalnya memakai baju
kemudian kaos kaki dan sepatu.
• Tahap 4 : Terwujudnya perilaku yang otomatisasi, anak akan segera
dapat melakukan sesuatu tanpa contoh tetapi didasarkan pada
pengetahuannya dalam mengingat urutan suatu kegiatan. Bahkan ia
dapat menceritakan kembali apa yang dilakukannya saat ia hendak
berangkat ke sekolah.

Pada empat tahapan ini dapat disimpulkan bahwa. Seseorang


akan dapat melakukan sesuatu yang sebelumnya tidak bisa dia lakukan
dengan bantuan yang diberikan oleh orang dewasa maupun teman
sebayanya yang lebih berkompeten terhadap hal tersebut.

2) Konsep Scaffolding
Scaffolding erat kaitannya dengan gagasan zone of proximal
development (ZPD) adalah scaffolding. Sebuah teknik untuk mengubah
level dukungan. Selama sesi pengajaran orang yang lebih ahli (guru, atau
murid yang lebih mampu) menyesuaikan jumlah bimbingan dengan level
kinerja murid yang telah dicapai. Ketika tugas yang akan dipelajari si
murid adalah tugas yang baru, maka orang yang lebih ahli dapat
menggunakan teknik instruksi langsung. Saat kemampuan murid
meningkat maka semangkin sedikit bimbingan yang diberikan.
Dialog adalah alat penting dalam teknik ini di dalam ZPD. Vygotsky
menganggap anak punya konsep yang kaya tetapi tidak sistematis, tidak
teratur dan spontan. Anak akan bertemu dalam konsep yang lebih
sistematis, logis dan rasional yang dimiliki oleh orang yang lebih ahli
9

yang membantunya. Sebagai hasil dari pertemuan dan dialog antara anak
dengan penolongnya yang lebih ahli ini konsep anak akan menjadi lebih
sistematis, logis dan rasional. Kita akan membahas lebih banyak teknik
scaffolding dan aspek interaksi sosial lainnya. (Santrock, 2007:63)
3) Bahasa dan Pemikiran
Vygotsky bahwa anak-anak menggunakan bahasa bukan hanya untuk
komunikasi sosial, tetapi juga untuk merencanakan, memonitor perilaku
mereka dengan caranya sendiri. Penggunaan bahasa untuk mengatur diri
sendiri ini dinamakan “pembicaraan batin”(inner speech)
atau’pembicaraan privat”? (private speech). Menurut Piaget private
speech adalah alat penting bagi pemikiran selama masa kanak-kanak
(early childhood). Vygotsky percaya bahwa bahasa dan pikiran pada
mulanya berkembang sendiri-sendiri lalu kemudian bergabung. Dia
mengatakan bahwa semua fungsi mental punya asal usul eksternal atau
sosial. Anak-anak harus menggunakan bahasa untuk berkomuniaksi
dengan orang lain sebelum mereka bisa fokus ke dalam pemikirannya
sendiri. Anak-anak juga harus berkomunikasi ke luar menggunakan bahsa
selama periode yang agak lama sebelum transisi dari pembicaraan
eksternal kepembicaraan bathin (internal) terjadi. Periode transisi ini
terjadi antara usia tiga hingga tujuh tahun dan kadang mereka bicara
dengan diri sendiri. Setelah beberapa waktu kegiatan berbicara dengan
diri sendiri ini mulai jarang dan mereka bisa melakukannya tanpa harus
diungkapkan. Ketika ini terjadi, anak telah menginternalisasikan
pembicaraan egosentris mereka dalam bentuk inner speech, dan
pembicaraan batin ini lalu menjadi pemikiran mereka. Vygotsky percaya
bahwa anak yang banyak menggunakan private speech akan lebih
kompeten secara sosial ketimbang mereka yang tidak. Dia berpendapat
bahwa private speech merepresentasikan transisi awal untuk menjadi
lebih komunikatif secara sosial. Pandangan Vygotsky menentang gagasan
Piaget tentang bahasa dan pemikiran, Vygotsky mengatakan bahwa
bahasa bahkan dalam bentuk yangpaling awal sekalipun, berbasis sosial,
10

sedangkan Piaget lebih menganggap pembicaraan anak sebagai non sosial


dan egosentris. Menurut Vygotsky ketika anak kecil berbicara kepada
dirinya sendiri, mereka menggunakan bahasa untuk mengatur perilaku
mereka sendiri. Sedangkan Piaget percaya bahwa kegiatan bicara dengan
diri sendiri itu mencerminkan ketidak dewasaan (immaturity). (Santrock,
2007:63-64).
D) Penerapan teori Vygotsky dalam pengajaran
Teori pendidikan Vygotsky mempunyai dua implikasi utama, yaitu:
a) Pertama: ialah keinginan untuk menyusun rencana pembelajaran
kerjasama diantara kelompok-kelompok anak yang memepunyai tingkat-
tingkat kemampuan yang berbeda-beda, pengajaran pribadi oleh taman
yang lebih kompeten dapat berjalan efektif dalam meningkatkan
pertumbuhan dalam zona perkembangan proksimal.
b) Kedua: pendekatan Vygotsky terhadap pengajaran menekankan
perancahan, dengan anak yang mengambil mangkin banyak
tanggungjawab untuk pembelajaran mereka sendiri. Misalnya dalam
pengajaran timbal balik guru memimpin kelompok kelompok kecil anak
untuk mengajukan pertanyaan tetant bahan pelajaran dan secara bertahap
mengalihkan tanggungjawab untuk memimpin diskusi tersebut kepada
anak.

Berdasarkan teori Vygotsky Yuliani (2005: 46) menyimpulkan beberapa hal


yang perlu untuk diperhatikan dalam proses pembelajaran, yaitu :

• Dalam kegiatan pembelajaran hendaknya anak memperoleh kesempatan


yang luas untuk mengembangkan zona perkembangan proksimalnya atau
potensinya melalui belajar dan berkembang.
• Pembelajaran perlu dikaitkan dengan tingkat perkembangan potensialnya
dari pada perkembangan aktualnya.
• Pembelajaran lebih diarahkan pada penggunaan strategi untuk
mengembangkan kemampuan intermentalnya daripada kemampuan
intramentalnya.
11

• Anak diberikan kesempatan yang luas untuk mengintegrasikan


pengetahuan deklaratif yang telah dipelajarinya dengan pengetahuan
prosedural untuk melakukan tugas-tugas dan memecahkan masalah
• Proses Belajar dan pembelajaran tidak sekedar bersifat transferal tetapi
lebih merupakan ko-konstruksi
Dalam teori belajar sosiokultur ini, pengetahuan yang dimiliki seseorang
berasal dari sumber-sumber sosial yang terdapat di luar dirinya. Untuk
mengkonstruksi pengetahuan, diperlukan peranan aktif dari orang tersebut.
Karena pengetahuan dan kemampuan tidak datang dengan sendirinya,
namun harus diusahakan dan dipengaruhi oleh orang lain.

Dijelaskan pula Implikasi Teori Vygotsky Proses Pembelajaran


Implikasi teori Vygotsky dalam pembelajaran menurut Oakley (2004:48 50)
yaitu sebagai berikut:

a. Proses pembelajaran yang diberikan oleh guru harus sesuai dengan


tingkat perkembangan potensial siswa. Siswa seharusnya diberikan
tugas yang dapat membantu mereka untuk mencapai tingkat
perkembangan potensialnya.
b. Vygotsky mempromosikan penggunaan pembelajaran kolaboratif dan
kooperatif, dimana siswa dapat saling berinteraksi dan saling
memunculkan strategi strategi pemecahan masalah yang efektif dalam
masing-masing ZPD mereka. Menurut Ruseffendi (1992:34)
menjelaskan implikasi teori Vygotsky dalam pembelajaran
diantaranya adalah guru bertugas menyediakan atau mengatur
lingkungan belajar siswa dan mengatur tugas-tugas yang harus
dikerjakan siswa, serta memberikan dukungan dinamis, sedemikian
hingga setiap siswa bisa berkembang secara maksimal dalam zona
perkembangan proksimal.

Vygotsky, dalam teorinya menyatakan bahwa pembelajaran terjadi


apabila peaerta didik bekerja atau belajar menangani tugas tugas yang
belum dipelajari Namun tugas-tugas itu masih berada dalam jangkauan
12

kemampuan atau tugas itu berada dalam zone of proximal development


daerah terletak antara tingkat perkembangan anak saat ini yang
didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah dibawah
bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu (Nur dan
Wikandari, 2000).

Prinsip-prinsip utama teori belajar sosiokultur yang banyak digunakan


dalam pendidikan menurut Guruvalah :

a. Pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif


b. Tekanan proses belajar mengajar terletak pada Siswa
c. Mengajar adalah membantu siswa belajar
d. Tekanan dalam proses belajar lebih pada proses dan bukan pada
hasil belajar
e. Kurikulum menekankan pada partisipasi siswa
f. Guru adalah fasilitator

Vygotsky mengemukakan bahwa peserta didik belajar melalui


interaksi dengan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu.
Berdasarkan teori ini dikembangkanlah pembelajaran kooperatif, yaitu
peserta didik lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang
sulit jika mereka saling mendiskusikan masalah tersebut dengan temannya
(Trianto; 2009: 45) Berdasarkan hal tersebut, maka dalam tulisan ini, teori
belajar Vigotsky merupakan bagian kegiatan pembelajaran untuk
pembelajaran berbasis ryleac melalui bekerja kelompok kecil. Melalui
kelompok ini peserta didik saling berdiskusi memecahkan masalah yang
diberikan dengan saling bertukar ide dan temuan sehingga hasil diskusi yang
telah dilakukan dapat dirumuskan kesimpulan. Guru dalam proses ini hanya
membantu proses penemuan jawaban jika terjadi suatu kesulitan yang dialami
oleh peserta didik.
13

2. Model Pembelajaran
a) Pengertian Model Pembelajaran
Menurut Handayani ( 2020 : 19) Model pembelajaran
diartikan sebagai prosedur sistematis dalam mengorganisasi-kan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Jadi, sebenarnya
model pembela-jaran memiliki arti yang sama dengan pendekatan
atau strategi pembelajaran. Saat ini telah banyak dikembangkan
berbagai macam model pembelajaran, dari yang sederhana sampai
model yang agak kompleks dan rumit karena memerlukan banyak alat
bantu dalam penerapannya. Secara luas, Menurut Joyce dan Weil
dalam Hendracipta (2021 : 1 ) mengemukakan bahwa model
pembelajaran merupakan deskripsi dari lingkungan belajar yang
menggambarkan perencanaan kurikulum, kursus-kursus, rancangan
unit pembelajaran, perlengkapan belajar, buku-buku pelajaran,
program multi media, dan bantuan belajar melalui program komputer.
Hakikat mengajar menurut Joyce dan Weil adalah membantu belajar
(peserta didik) memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai-nilai,
cara berpikir, dan belajar bagaimana cara belajar. Selain daripada itu
Joyce dan Weill (2000) juga mengemukakan bahwa model
pembelajaran merupakan suatu pola yang digunakan sebagai pedoman
dalam perencanaan pembelajaran. Hal ini mengisyaratkan bahwa
model pembelajaran secara spesifik memuat tentang pola pola
pembelajaran yang dapat digunakan sebagai pedoman pembelajaran.
Menurut Syaiful Sagala dalam Hendracipta (2021 : 1 ) model
pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur
yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar peserta
didik untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai
pedoman bagi perancang pembelajaran dan guru dalam merencanakan
dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar (Syaiful Sagala, 2005).
Menurut Hendracipta (2021 : 2) model pembelajaran dapat
menggambarkan atau mendeskripsikan prosedur pembelajaran,
14

lingkungan belajar beserta penggunaan perangkat pembelajaran


lainnya yang tersusun secara sistematis sehingga dapat
menggambarkan sebuah kegiatan pembelajaran langkah demi
langkah. Model pembelajaran terbentuk apabila pendekatan, strategi
dan metode teknik bahkan taktik sudah terangkai menjadi satu
kesatuan utuh. Oleh karena itu konsep model pembelajaran lebih
umum dibandingkan dengan konsep metode pembelajaran, strategi
pembelajaran atupun pendekatan pembelajaran. Model pembelajaran
tidak hanya menggambarkan kegiatan pembelajaran secara teknis
tetapi dapat menggambarkan sebuah kegiatan pembelajaran secara
umum dan lengkap, termasuk faktor faktor pendukung pembelajaran.
Dalam sebuah model pembelajaran telah menggambarkan
penggunaan sebuah metode, strategi atau pendekatan. Sehingga dapat
juga dikatakan bahwa model pembelajaran merupakan konsep umum
sebuah kegiatan pembelajaran, atau sebuah model pembelajaran
merupakan bungkus dari penggunaan metode, strategi dan
pendekatan.
Trianto (2014) mengemukakan bahwa istilah model mencakup
pendekatan suatu model yang luas dan menyeluruh, hal ini
menunjukan bahwa model lebih umum dibandingkan dengan konsep
pendekatan. Berikut ini disajikan gambar yang menunjukan ruang
lingkup model, pendekatan, strategi dan metode :
15

Berdasarkan pada gambar di atas menunjukan bahwa model


pembelajaran merupakan bingkai dari penerapan pendekatan, strategi
dan model. Model pembelajaran selalu didasari oleh teori teori belajar,
teori belajar diimplementasikan dalam bentuk model pembelajaran.
Oleh karena itu setiap model pembelajaran menggambarkan secara
spesifik sebuah teori belajar teori belajar muncul dari filasafat belajar
(philosopy of learning).
Menurut Prihatmojo, Agung (2020 : 1) Model diartikan
pembelajaran sebagai semua rangkaian penyajian bahan ajar yang
mencakup semua aspek baik sebelum pembelajaran, saat pembelajaran
dan setelah pembelajaran yang laksanakan guru serta semua fasilitas
yang dipakai secara langsung maupun tidak langsung selama
pembelajaran. Peranan guru selama proses pembelajaran berperan
sangat penting dalam membimbing siswanya untuk memperoleh
pengetahuan serta menuangkan gagasannya. Model pembelajaran
memiliki fungsi sebagai panutan dalam merancang pembelajaran serta
perencanaan aktifitas pembelajaran.
Definisi Model Pembelajaran Model pembelajaran diartikan
sebagai prosedur sistematis dalam mengorganisasi-kan pengalaman
belajar untuk mencapai tujuan belajar. Jadi, sebenarnya model
pembela-jaran memiliki arti yang sama dengan pendekatan atau
strategi pembelajaran. Saat ini telah banyak dikembangkan berbagai
macam model pembelajaran, dari yang sederhana sampai model yang
agak kompleks dan rumit karena memerlukan banyak alat bantu dalam
penerapannya. Model pembelajaran (Teaching Models) atau (Models
of Teaching) memiliki makna lebih luas dari metode, strategi/
pendekatan dan prosedur. Istilah model pembelajaran adalah
pendekatan tertentu dalam pembelajaran yang tercakup dalam tujuan,
sintaks, lingkungan dan sistem manajemen (Arends, 1997:7)
Seorang guru diharapkan memiliki motivasi dan semangat
pembaharuan dalam proses pembelajaran yang dijalaninya. Menurut
16

Sardiman A. M. (2004 : 165), guru yang kompeten adalah guru yang


mampu mengelola program belajar mengajar. Mengelola di sini
memiliki arti yang luas yang menyangkut bagaimana seorang guru
mampu menguasai keterampilan dasar mengajar, seperti membuka
dan menutup pelajaran, menjelaskan, menvariasi media, bertanya,
memberi penguatan, dan sebagainya, juga bagaimana guru
menerapkan strategi, teori belajar dan pembelajaran, dan
melaksanakan pembelajaran yang kondusif. Setiap guru harus
memiliki kompetensi adaptif terhadap setiap perkembangan ilmu
pengetahuan dan kemajuan di bidang pendidikan, baik yang
menyangkut perbaikan kualitas pembelajaran maupun segala hal yang
berkaitan dengan peningkatan prestasi belajar peserta didiknya
Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual berupa
pola prosedur sistematik yang dikembangkan berdasarkan teori yang
digunakan dalam mengorganisasikan proses belajar mengajar untuk
mencapai tujuan belajar. Model pembelajaran terkait dengan
pemilihan strategi dan pembuatan struktur metode, keterampilan, dan
aktivitas peserta didik. Ciri utama sebuah model pembelajaran adalah
adanya tahapan atau sintaks pembelajaran. Namun, ada beberapa
prinsip yang harus dipenuhi agar skema tersebut dapat dikatakan
sebagai sebuah model pembelajaran (Sani, 2013: 89). Model
pembelajaran adalah kerangka konseptual yang digunakan sebagai
pedoman dalam melakukan pembelajaran yang disusun secara
sistematis untuk mencapai tujuan belajar yang menyangkut sintaksis,
sistem sosial, prinsip reaksi dan sistem pendukung (Joice&Wells).
Sedangkan menurut Arends dalam Trianto, mengatakan “model
pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di
kelas. Menurut Adi (dalam Suprihatiningrum, 2013: 142) memberikan
definisi model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang
menggambarkan prosedur dalam mengorganisasikan pengalaman
17

pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model


pembelajaran berfungsi sebagai pedoman guru dalam merencanakan
dan melaksanakan kegiatan pembelajaran. Winataputra (1993)
mengartikan model pembelajaran sebagai kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan
berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para
guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar
mengajar (Suyanto dan Jihad, 2013: 134). Model pembelajaran adalah
kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam
mengorganisasikan sistem belajar untuk mencapai tujuan belajar
tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran
dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas
pembelajaran (Saefuddin & Berdiati, 2014, hlm. 48). Model
pembelajaran merupakan suatu rancangan (desain) yang
menggambarkan proses rinci penciptaan situasi lingkungan yang
memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran agar terjadi
perubahan atau perkembangan diri peserta didik (Sukmadinata &
Syaodih, 2012, hlm. 151). Menurut Trianto (2010: 51-52) model
pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan
digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-
tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan
pengelolaan kelas. Fungsi model pembelajaran adalah sebagai
pedoman bagi perancang pengajaran dan para guru dalam
melaksanakan pembelajaran Beberapa definisi di atas dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan pola pilihan para
guru untuk merancang pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang diharapakan. Model pembelajaran
merupakan suatu prosedur dalam mengorganisasikan pengalaman
belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Berfungsi sebagi
18

pedoman bagi perancang pembelajaran dan para guru dalam


merancang dan melaksanakan proses belajar mengajar
b) Ciri – ciri dari model pembelajaran
Setiap model pembelajaran memiliki ciri-ciri dalam model
pembelajaran yang dapat mempengaruhi proses belajar yang didukung
oleh prilaku dan lingkungan belajar, adapun ciri-ciri model
pembelajaran adalah sebagai berikut : Menurut Karnadi dan Nur
dalam Trianto (2007,hlm.6) ciri-ciri model pembelajaran antara lain
sebagai berikut :
1) Rasional teoretik logis yang disusun oleh para pencipta atau
pengembangannya.
2) Landasan pemikiran tentang apa atau bagaimana siswa belajar
(tujuan pembelajaran yang akan dipakai)
3) Tingkah laku belajar yang diperlukan agar model tersebut dapat
dilaksanakan dengan berhasil.
4) Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran
itu dapat tercapai. Sedangkan menurut Hamiyah dan jauhar
(2014,hlm.58) mengemukakan adanya ciri-ciri model
pembelajaran yaitu :
1) Berdasarkan teori pendidikan daan teori belajar tertentu
2) Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu
3) Dapat dijadikan pedoma untuk perbaikan kegiatan
pembelajaran di kelas.
4) Memiliki perangkat bagian model
5) Memiliki dampak sebagai akibat penerapan model
pembelajaran baik langsung maupun tidak langsung. antara
lain:
(1) memiliki rasionalisasi teoritis,
(2) terkait dengan hasil pembelajaran,
(3) menurut perilaku guru,
(4) dan menuntut struktur kelas.
19

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa suatu


model pembelajaraan memiliki ciri-ciri yaitu memiliki
dasar/landasan teoritik, mengandung kegiatan belajar dan
pembelajaran dan lingkungan belajar yang mendukung demi
mencapai tujuan pembelajaran.
c) Karakteristik Model pembelajaran:
a. Adanya sintaks (urutan kegiatan pembelajaran).
b. Sistem sosial (peran guru dalam pembelajaran).
c. Prinsip reaksi (upaya guru dalam membimbing dan merespon
siswa).
d. Sistem pendukung (faktor-faktor yang harus diperhati kan, dan
dimiliki guru dalam menggunakan model), serta dampak
pembelajaran (langsung dan iringan). (Bruce Joyce, 1980)
3. Pemilihan Model Pembelajaran
Nurdyansyah (2021 : 21) Sebelum menentukan model pembelajaran yang
akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran, ada beberapa hal yang harus
dipertimbangkan guru dalam memilihnya, yaitu :
• Pertimbangan terhadap tujuan yang hendak dicapai. Pertanyaan
pertanyaan yang dapat diajukan adalah :
a) Apakah tujuan pembelajaran yang ingin dicapai berkenaan
dengan kompetensi akademik, kepribadian, sosial dan
kompetensi vokasional atau yang dulu diistilahkan dengan
domain kognitif, afektif atau psikomotor?
b) Bagaimana kompleksitas tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai?
c) Apakah untuk mencapai tujuan itu memerlukan keterampilan
akademik?
• Pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau materi
pembelajaran:
a) Apakah materi pelajaran itu berupa fakta, konsep, hukum atau
teori tertentu?
20

b) Apakah untuk mempelajari materi pembelajaran itu


memerlukan prasyarat atau tidak?
c) Apakah tersedia bahan atau sumber–sumber yang relevan
untuk mempelajari materi itu?
• Pertimbangan dari sudut peserta didik atau siswa:
a) Apakah model pembelajaran sesuai dengan tingkat
kematangan peserta didik?
b) Apakah model pembelajaran sesuai dengan minat, bakat, dan
kondisi peserta didik?
c) Apakah model pembelajaran itu sesuai dengan gaya belajar
peserta didik?
• Pertimbangan lainnya yang bersifat nonteknis:
a) Apakah untuk mencapai tujuan cukup dengan satu model saja?
b) Apakah model pembelajaran yang kita tetapkan dianggap
satu–satunya model yang dapat digunakan?
c) Apakah model pembelajaran itu memiliki nilai efektivitas atau
efisiensi?
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan diatas, maka teori pembelajaran Vygotsky

menyatakan bahwa pembelajaran terjadi apabila peserrta didik bekerja atau

belajar menangani tugas tugas yang belum dipelajari Namun tugas-tugas itu

masih berada dalam jangkauan kemampuan atau tugas itu berada dalam zone of

proximal development daerah terletak antara tingkat perkembangan anak saat ini

yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah dibawah bimbingan

orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu (Nur dan Wikandari, 2000).

Jadi bagi seorang pendidik perlu mengetahui ZPD peserta didik, agar dapat

memberikan bantuan (scaffolding) terhadap peserta didik.

Selain itu teori belajar diimplementasikan dalam bentuk model

pembelajaran. Oleh karena itu setiap model pembelajaran menggambarkan

secara spesifik sebuah teori belajar teori belajar muncul dari filasafat belajar

(philosopy of learning). Definisi Model Pembelajaran Model pembelajaran

diartikan sebagai prosedur sistematis dalam mengorganisasi-kan pengalaman

belajar untuk mencapai tujuan belajar. Menurut Nurdyansyah (2021 : 21)

Sebelum menentukan model pembelajaran yang akan digunakan dalam kegiatan

pembelajaran, seperti : pertimbangan terhadap tujuan yang hendak dicapai,

pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau materi pembelajan,

pertimbangan dari sudut peserta didik atau siswa, pertimbangan lainnya yang

bersifat nonteknis

21
22

B. Saran

Adapun saran yang disampaikan berkenaan dengan materi yang telah

dibahas, yaitu:

1. Bagi Guru

Pentingnya mengetahui Zona Perkemabngan Proximal peserta didik

agar guru dalam proses pembelajaran dapat membantu penemuan jawaban

jika terjadi suatu kesulitan yang dialami oleh peserta didik. Selain itu

pentingnya pemilihan model pembelajaran yang sesuai agar tujuan

pembelajaran dapat tercapai.

2. Bagi penelitian selanjutnya

Mengetahui penerapan dari teori pembelajaran dan model

pembelajaran yang lain yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran.


DAFTAR PUSTAKA

Abdjul, Tirtawaty. 2019. Buku Model Pembelajaran Ryleac. Gorontalo :


Politeknik Gorontalo
Handayani, dkk 2020. Buku Ajar Strategi Pembelajaran Ekonomi
“Model-model Pembelajaran Inovatif di Era Revolusi Industri
4.0”. Malang : PT. Literindo Berkah Jaya
Hendracipta, Nana. 2021. Model Model Pembelajaran SD. Bandung :
Multikreasi Press
Moll, Luis C. (1993). Vygotsky & Education Instructional Implications
and Applications of Sociohistorical Psychology. Australia :
Cambridge University Press.
Nurdyansyah, Eni Fariyatul Fahyuni. 2016. INOVASI MODEL
PEMBELAJARAN. Sidoarjo: Nizamia Learning Center
Oakley, L. (2004). Cognitive Development. London: Routledge-Taylor &
Francis Group
Prihatmojo, Agung dll .2020. PENGEMBANGAN MODEL
PEMBELAJARAN WHO AM I . Lampung : Universitas
Muhammadiyah Kotabumi
Rusefendi, dkk. 1992. Materi Pokok Pendidikan Matematika 3. Jakarta:
Debdikbud
Rohmalia Wahab. Psikologi Belajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016),
hal.35
Schunk, Dale. H. 2012. Learning Theories an Educational Perspective.
Edisi keenam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Thamrin, M. Fatimah, Yusuf. (2011). Teori Belajar Konstruktivisme
Vygotsky Dalam Pembelajaran Matematika. SIGMA,
Vol.3,Ed.1.2011,40-42.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif.
Jakarta: Prenada Media Group.
Yuliani Nurani Sujiono, dkk. III. (2005). Metode Pengembangan
Kognitif. Jakarta : Pusat Penerbitan Universitas Terbuka

99

Anda mungkin juga menyukai