Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK DAN IMPLEMENTASI


DALAM PEMBELAJARAN

Dosen Pengampu : Era Dewi Kartika, S.Si, S.Pd, M.Pd

KELOMPOK 3
KELAS B PENDIDIKAN MATEMATIKA 2020

1. SITI KHALIMATUS SA’DIYAH 2201000210009


2. MUCHAMMAD MASLIKHAN 2201000210018
3. LUTFI AFIFAH 2201000210062

IKIP BUDI UTOMO MALANG


FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU EKSAKTA DAN KEOLAHRAGAAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami ucapkan kepada Allah SWT, yang telah membantu kami
untuk menyelesaikan makalah dengan judul “Teori Behavioristik dan implementasi dalam
pembelajaran” sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas kelompok Belajar dan
Pembelajaran jurusan Pendidikan Matematika pada Fakultas Pendidikan Ilmu Eksakta dan
Keolahragaan IKIP Budi Utomo Malang.

Dengan selesainya karya ilmiah ini penulis mengucapan banyak terima kasih kepada:

1. Orang tua yang selalu memberi semangat dan do’a untuk bisa menyelesaikan karya ilmiah
ini.
2. Ibu Era Dewi Kartika, S.Si, S.Pd, M.Pd selaku dosen mata kuliah Belajar dan
Pembelajaran
3. Teman – teman yang telah memotivasi penulis dalam menyelesaikan makalah ini.

Penulis berharap semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca.
Meski demikian, dalam makalah ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan. Untuk itu, penulis
berharap kritik dan saran dari pembaca sebagai perbaikan makalah ini.

Malang, 20 Oktober 2021

Kelompok 3

iii i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................


DAFTAR ISI ..............................................................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...............................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................................
1.3 Tujuan Makalah..............................................................................................................
BAB II. PEMBAHASAN
2.1 Konsep Belajar dan Pembalajaran..................................................................................
2.2 Pengertian dari Teori Belajar Behaviorisme ………………...…………………….......
2.3 Prinsip-prinsip teori pembelajaran Behaviorisme...…....................................................
2.4 Tujuan pembelajaran Behaviorisme ………...................................................................
2.5 Apklikasi teori behaviorisme terhadap pembelajaran.....................................................
2.6 Kelebihan dan kekurangan dalam teori pembelajaran Behavioristik..............................
BAB III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................
3.2 Saran................................................................................................................................

iiii i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Teori belajar Behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner
tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini kemudian
berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan
teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik.
Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.
Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang
yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan
metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila
diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Metode behavioristik ini sangat cocok untuk perolehan kemampuan yang membutuhkan
praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti : Kecepatan, spontanitas,
kelenturan, reflek, daya tahan dan sebagainya, contohnya: percakapan bahasa asing,
mengetik, menari, menggunakan komputer, berenang, olahraga dan sebagainya. Teori ini
juga cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominasi peran
orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan
bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi permen atau puji.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Rumusan masalah sebagai berikut :
Apa pengertian dari Teori Belajar Behaviorisme?
Apa prinsip-prinsip teori pembelajaran Behaviorisme?
Apa tujuan pembelajaran Behaviorisme?
Bagaimana apklikasi teori behaviorisme terhadap pembelajaran siswa?
 Apa kelebihan dan kekurangan dalam teori pembelajaran Behavioristik?

4i i
1.3 TUJUAN
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk:
 Untuk mengetahui pengertian dari teori belajar behaviorisme
 Untuk mengetahui prinsip-prinsip pembelajaran Behaviorisme
 Untuk menjelaskan tujuan pembelajaran Behaviorisme
 Untuk mengetahui dan menjelaskan apklikasi teori behaviorisme terhadap pembelajaran
siswa
 Untuk mengetahui dan menjelaskan kelebihan dan kekurangan dalam teori pembelajaran
Behavioristik

5i i
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Belajar dan Pembelajaran


Belajar secara sederhana dapat diartikan dengan membaca buku, menyelesaikan pekerjaan
rumah (PR), mengeja tulisan, sebagaimana yang sering kita dengar dari ungkapan orang tua
kepada anaknya . Dalam kondisi seperti apa dan sejauh mana anak bisa mendapatkan tambahan
informasi dan pengetahuan, inilah yang diharapkan terjadi dalam aktivitas belajar. Dalam
konteks ini, cukup penting untuk mencermati terjadinya perubahan pada diri siswa, dan penting
juga untuk mengetahui dari mana informasi serta pengetahuan itu diperoleh.
Konsep belajar, secara umum, dapat dilihat dari tiga perspektif aliran, yaitu: nativisme,
empirisme dan organismik. Paham nativisme lebih memandang bahwa belajar adalah suatu
aktivitas berupa melatih daya ingat atau otak (interaksi anak dengan objek belajar, misalnya
buku, majalah) agar menjadi tajam, sehingga mampu memecahkan persoalan atau masalah yang
akan dihadapi dalam kehidupan. Paham ini lebih beranggapan bahwa anak dapat dikatakan telah
belajar jika pada gilirannya dia mampu menerapkan atau mengaplikasikan konsep-konsep
pengetahuan yang didapat dalam berbagai bidang kehidupan. Hal ini berarti apa yang telah
didapat oleh siswa tersebut dapat ditransfer atau dipindah dalam sektor atau masalah yang lain.
Dengan demikian, belajar dalam kacamata nativisme dapat dimaknai sebagai terjadinya
perubahan struktural pada diri anak. Tegasnya adalah perubahan cara berpikir dan menganalisis
persoalan yang ada di sekitarnya. Dengan sendirinya, paham nativisme lebih mementingkan olah
pikir otak atau kecerdasan otak dalam proses belajar.
Berbeda dengan paham nativisme, paham empirisme memaknai belajar sebagai suatu
aktivitas menambah informasi atau pengetahuan dan atau pengayaan adanya bentuk pola-pola
respons baru yang mengarah pada perubahan tingkah laku siswa. Dengan demikian, kegiatan
belajar guru lebih banyak menekankan arti pentingnya siswa, misalnya berupa kegiatan
menghapal materi/rumus. Jika hal ini yang menjadi titik tekan, maka munculnya perubahan
tingkah laku dalam pembelajaran lebih banyak diharapkan adanya. Sebab, hal inilah yang dapat
diamati dan diukur sebagai hasil dari respons terhadap objek belajar baik secara kognitif, afektif
maupun psikomotorik.
Paham organismik memandang bahwa belajar adalah terjadinya perubahan perilaku dan
pribadi siswa secara keseluruhan. Sehingga, belajar di sini bukan saja merupakan bentuk respons
secara mekanistik belaka, melainkan merupakan perubahan yang sifatnya komprehensif-simultan
di antara beberapa unsur atau komponen yang ada dalam diri anak, yang mengarah pada suatu
tujuan tertentu. Segala hal yang dihasilkan dari aktivitas siswa; apakah dari membaca,
mendengar, memperhatikan, atau mencermati, akan dapat membawa pada munculnya perubahan
pada diri anak. Dengan kata lain, anak telah mengalami proses belajar.
Menurut Abin Syamsuddin Makmun (1983), belajar dapat diartikan sebagai terjadinya
perubahan pada diri individu yang belajar, dan yang dimaksudkan dengan perubahan dalam
konteks belajar itu dapat bersifat fungsional atau struktural, material dan perilaku serta
keseluruhan pribadi yang bersifat multi dimensi. Perubahan tingkah laku ini, menurut Oemar
Hamalik (1978: 42), mengandung perubahan segi jasmani (struktural) dan rohani (fungsional),
yang keduanya saling berinterkasi. Pola tingkah laku yang semacam ini terdiri atas aspek
pengetahuan, pengertian, sikap, keterampilan, kebiasaan, emosi, budi pekerti, apresiasi, jasmani,
hubungan sosial, dan lain-lain.
Walaupun ketiga paham atau aliran di atas memiliki pandangan dan pendapat yang berbeda,
namun ketiganya mempunyai inti makna substantif yang sama, yaitu bahwa belajar dapat
dimaknai dengan suatu aktivitas individu baik secara fisik, psikis baik berupa membaca,
mengamati, mendengar dan melihat segala macam objek belajar yang ada di sekitarnya sehingga
membawa pengaruh pada dirinya dalam bersikap, bertingkah laku, dan berbuat dalam kehidupan
sehari-hari.

2.2 Pengertian Teori Belajar Behavioristik


Teori behavioristik adalah teori beraliran behaviorisme yang merupakan salah satu aliran
psikologi. Teori belajar behavioristik ini dikenal dengan sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage
dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.
Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya
interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain belajar merupakan bentuk perubahan yang
dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai
hasil interaksi antara stimulus dan respon.
Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubahan tingkah
lakunya. Misalnya; siswa belum dapat dikatakan berhasil dalam belajar Ilmu Pengetahuan Sosial
jika dia belum bisa/tidak mau melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan sosial seperti;
kerja bakti, ronda dll.
Menurut teori ini yang terpenting adalah :
1. Masukan atau input yang berupa stimulus dan keluaran atau output yang berupa respons.
Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa misalnya alat perkalian, alat
peraga, pedoman kerja atau cara-cara tertentu untuk membantu belajar siswa, sedangkan respon
adalah reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan guru tersebut.
Teori ini juga mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal yang
penting untuk melihat terjadi tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
2. Penguatan (reinforcement)
Penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulnya respon. Misalnya, ketika peserta
didik diberi tugas oleh guru, ketika tugasnya ditambahkan maka ia akan semakin giat belajarnya,
maka penambahan tugas tersebut merupakan penguatan positif dalam belajar, begitu juga
sebaliknya.
Prinsip-prinsip behaviorisme adalah :
1. Objek psikologi adalah tingkah laku
2. Semua bentuk tingkah laku dikemalikan kepada reflek
3. Mementingkan terbentuknya kebiasaan.

2.3 Prinsip-prinsip teori Pembelajaran Behavioristik


Dalam pembelajaran behaviorisme pembelajaran merupakan penguasan respons (Acquisition
of responses) dari lingkungan yang dikondisikan. Peserta didik haruslah melihat situasi dan
kondisi apa yang yang menjadi bahan pembelajaran.
Berikut ini adalah prinsip-prinsip pembelajaran behavioristik menekankan pada pengaruh
lingkungan terhadap perubahan perilaku :
1. Mengunakan prinsip penguatan, yaitu untuk mengidentifikasikan aspek paling diperlukan
dalam pembelajaran untuk mengarahkan kondisi agar peserta didik dapat mencapai
peningkatan yang diharapkan dalam tujuan pembelajaran.
2. Mengidentifikasikan karakteristik peserta didik, untuk menetapkan pencapaian tujuan
pembelajaran.
3. Lebih menekankan pada hasil belajar daripada proses pembelajaran.

2.4 Tujuan Pembelajaran Behavioristik


Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan pengetahuan,
sedangkan belajar sebagai aktivitas mimetic, yang menuntut pembelajar untuk mengungkapkan
kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes. Penyajian isi
atau materi pelajaran menekankan pada keterampilan yang terisolasi atau akumulasi fakta
mengikuti urutan dari bagian ke keseluruhan.
1. Berkomunikasi atau transfer perilaku adalah penggambaran pengetahuan dan
kecakapan peserta didik (tidak mempertimbangkan proses mental)
2. Pengajaran adalah untuk memperoleh keinginan respon dari peserta didik yang
dimunculkan dari stimulus
3. Peserta didik harus mengenali bagaimana mendapatkan respon sebaik mungkin pada
kondisi respon diciptakan.
Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum secara ketat, sehingga aktivitas belajar lebih
banyak didasarkan pada buku teks/buku wajib dengan penekanan pada keterampilan
mengungkapkan kembali isi buku teks/buku wajib tersebut. Pembelajaran dan evaluasi
menekankan pada hasil belajar.
Evaluasi menekankan pada respon pasif, keterampilan secara terpisah, dan biasanya
menggunakan tes kertas dan pensil. Evaluasi hasil belajar menuntut jawaban yang benar.
Maksudnya bila pelajar menjawab secara benar sesuai dengan keinginan guru, hal ini
menunjukkan bahwa pelajar telah menyelesaikan tugas belajarnya. Evaluasi belajar dipandang
sebagai bagian yang terpisah dari kegiatan pembelajaran, dan biasanya dilakukan setelah selesai
kegiatan pembelajaran. Teori ini menekankan evaluasi pada kemampuan pelajar secara
individual.

2.5 Aplikasi teori Behavioristik terhadap pembelajaran Siswa


Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran yaitu karena memandang
pengetahuan adalah objektif, pasti, tetap dan tidak berubah pengetahuan disusun dengan rapi
sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan
pengetahuan (transfer of knowladge) kepada orang yang belajar. Fungsi pikiran adalah untuk
menjiplak struktur pengetahuan yang sudah ada melalui proses berfikir yang dapat dianalisis
dan dipilih, sehingga makna yang dihasilkan dari proses berfikir seperti ini ditentukan oleh
karakteristik struktur pengetahuan tersebut. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara
stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan
perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa
stimulus dan output yang berupa respon.
Ciri – ciri kuat yang mendasari penerapan teori behavioristik :
1. Mementingkan pengaruh lingkungan
2. Mementingkan bagian – bagian (elementalistik)
3. Mementingkan peranan reaksi
4. Mementingkan peranan kemampuan yang sudah terbentuk sebelumnya
5. Mementingkan pembentukan kebiasaan melalui latihan dan pengulangan
6. Mengutaman mekanime terbentuknya hasil belajar melalui prosedur stimulus respon
7. Hasil belajar yang dicapai adalah munculnya perilaku yang diinginkan
Secara umum langkah-langkah pembelajaran yang berpijak pada teori behavioristik yang
dikemukakan oleh Sociati dan Prasetya Irawan (2001) dapat digunakan dalam merancang
pembelajaran, langkah-langkah pembelajara tersebut antara lain :
1. Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran
2. Menganalisis lingkungan kelas yang ada saat ini termasuk mengidentifikasi
pengetahuan awal siswa
3. Menentukan materi pembelajaran
4. Memecah materi pembelajaran menjadi bagian kecil-kecil, meliputi pokok bahasan sub
pokok bahasan, topik dsb
5. Menyajikan materi pembelajaran
6. Memberikan stimulus, dapat berupa, pertanyaan baik lisan maupu tertulis, tes atau
kuis, latihan atau tugas-tugas
7. Mengamati dan mengkaji respon yang diberikan siswa
8. Memberikan penguatan atau reinforcement (mungkin penguatan positif ataupun
penguatan negatif), ataupun hukuman
9. Memberikan stimulus baru
10. Memberikan penguatan lanjutan atau hukuman
11. Evaluasi belajar
Demikian halnya dalam pembelajaran, pelajar dianggap sebagai objek pasif yang selalu
membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik. Oleh karena itu, para pendidik
mengembangkan kurikulum yang terstruktur dengan menggunakan standar-standar tertentu
dalam proses pembelajaran yang harus dicapai oleh para pebelajar. Begitu juga dalam proses
evaluasi belajar pebelajar diukur hanya pada hal-hal yang nyata dan dapat diamati sehingga
hal-hal yang bersifat tidak teramati kurang dijangkau dalam proses evaluasi.
Pembiasaan dan disiplin menjadi sangat esensial dalam belajar, sehingga pembelajaran
lebih banyak dikaitkan dengan penegakan disiplin. Kegagalan atau ketidakmampuan dalam
penambahan pengetahuan dikategorikan sebagai kesalahan yang perlu dihukum dan keberhasilan
belajar atau kemampuan dikategorikan sebagai bentuk perilaku yang pantas diberi hadiah.
Demikian juga, ketaatan pada aturan dipandang sebagai penentu keberhasilan belajar. Pelajar
atau peserta didik adalah objek yang berperilaku sesuai dengan aturan, sehingga kontrol belajar
harus dipegang oleh sistem yang berada di luar diri pelajar.

2.6 Kelebihan dan Kekurangan teori Pembelajaran Behavioristik


Sesuai dengan teori ini, guru dapat menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap
sehingga tujuan pembelajaran yang harus dikuasai siswa disampaikan secara utuh oleh guru.
Guru tidak banyak memberikan ceramah, tetapi intruksi singkat yang diikuti contoh-contoh baik
dilakukan sendiri maupun melalui simulasi. Bahan pelajaran disusun secara hirarki dari yang
sederhana sampai pada yang kompleks.
Tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian-bagian kecil yang ditandai dengan pencapaian
suatu ketrampilan tertentu. Pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati.
Kesalahan harus segera diperbaiki. Pengulangan dan latihan digunakan supaya perilaku yang
diinginkan dapat menjadi kebiasaan.

a. Kelebihan :
Dalam teknik pembelajaran yang merujuk ke teori behavioristik terdapat beberapa kelebihan
diantaranya :
1) Membiasakan guru untuk bersikap jeli dan peka pada situasi dan kondisi belajar.
2) Metode behavioristik ini sangat cocok untuk memperoleh kemampuan yang
menbutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti: kecepatan,
spontanitas, kelenturan, refleksi, daya tahan, dan sebagainya.
3) Guru tidak banyak memberikan ceramah sehingga murid dibiasakan belajar mandiri.
Jika menemukan kesulitan baru ditanyakan kepada guru yang bersangkutan
4) Teori ini cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan
dominansi peran orang dewasa , suka mengulangi dan harus dibiasakan , suka meniru dan
senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian.

b. Kekurangan :
1. Memandang belajar merupakan asosiasi belaka antara stimulus dan respon
2. Mengabaikan pengertian belajar sebagai unsur pokok
3. Proses belajar berlangsung secara teori
Selain teorinya, beberapa kekurangan perlu dicermati guru dalam menentukan teknik
pembelajaran yang mengacu ke teori ini, antara lain:
a) Sebuah konsekuensi bagi guru, untuk menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah
siap
b) Tidak setiap mata pelajaran bisa menggunakan metode ini
c) Penerapan teori behavioristik yang salah dalam suatu situasi pembelajaran juga
mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran yang sangat tidak menyenangkan bagi siswa
yaitu guru sebagai sentral, bersikap otoriter, komunikasi berlangsung satu arah, guru melatih dan
menentukan apa yang harus dipelajari murid
d) Murid berperan sebagai pendengar dalam proses pembelajaran dan menghafalkan apa yang
didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif
e) Penggunaan hukuman yang sangat dihindari oleh para tokoh behavioristik justru dianggap
metode yang paling efektif untuk menertibkan siswa
f) Murid dipandang pasif, perlu motivasi dari luar dan sangat dipengaruhi oleh penguatan
yang diberikan guru.
BAB 3
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan masalah yang kita bahas, dapat diambil kesimpulan:
1. Teori behavioristik merupakan teori belajar yang lebih menekankan pada perubahan
tingkah laku serta sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon.
2. Teori behaviristik terdiri dari dari 4 landasan: koneksionisme, pengkondisian, penguatan,
dan Operant conditioning.
3. Menurut teori belajar behavioristik, belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah
laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah
belajar apabila ia bisa menunjukkan perubahan tingkah lakunya.
4. Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal
seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik pebelajar, media dan
fasilitas pembelajaran yang tersedia. .
5. Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan
pengetahuan, sedangkan belajar sebagai aktivitas mimetic, yang menuntut pembelajar
untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan,
kuis, atau tes.

3.2 SARAN

Kita sebagai calon guru harusnya mampu mendidik para peserta didik kita dengan baik,
dengan metode serta teori yang tepat sehingga proses belajar mengajar berjalan dengan baik.
Oleh karena itu pelajarilah teori-teori pembelajaran yang ada agar kita mampu menemukan
kecocokan dalam metode mengajar yang tepat. melihat bagaimana pengaruh hasil cipta
budaya dalam pembelajaran matematika.

Anda mungkin juga menyukai