Anda di halaman 1dari 2

Sejarah Munculnya Istilah Ahlussunnah Waljama’ah

Istilah Ahlussunnah Waljama’ah pertama kali dipakai pada masa


pemerintahan khalifah Abu Ja’far Al Mansur (137-159H/754-775M) dan khalifah
Harun Al Rasyid (170-194M/785-809M) keduanya dari dinasti ‘Abbasiyah (750-
1258). Istilah Ahlussunnah Waljamaah semakin tampak ke permukaan pada
zaman pemerintahan khalifah Al Ma’mun menjadikan mu’tazilah (aliran yang
mendasarkan ajaran islam pada al-Qur’an dan akal) sebagai madzhab resmi
negara, dan ia memaksa para pejabat dan tokoh – tokoh agama agar mengikuti
faham ini, terutama yang berkaitan dengan kemakhlukan Al- Qur’an. Untuk itu, ia
melakukan mihnah (inquisition), yaitu ujian aqidah terhadap pejabat dan ‘ulama .
materi pokok yang diujikan adalah masalah Al –Qur’an. Bagi Mu’tazilah, Al-
Qur’an adalah makhluk (diciptakan oleh Allah SWT), tidak Qadim (ada sejak
awal dari segala permulaan), sebab tidak ada yang qadim selain Allah SWT.
Orang yang berpendapat bahwa Al – Qur’an itu Qodim berarti syirik dan syirik
merupakan dosa besar yang tak terampuni. Untuk membebaskan manusia dari
syirik, al – Ma’mun melakukan mihnah. Ada beberapa ulama yang terkena
mihnah dari al ma’mun, diantaranya, Imam Ahmad Ibnu Hanbal (164-241H).
Namun Imam Ahmad memegang akidahnya yang meyakini bahwa Al Qur’an
adalah qodim, sehingga beliau sampai dipenjara dan disiksa oleh khalifah.

Penggunaan istilah Ahlussunnah Waljama’ah semakin populer setelah


munculnya Abu Hasan al- Asy’ari (260-324H)/873-935M) dan Abu Mansur Al
Maturidi (w. 944M), yang melahirkan aliran “Al-Asy’ariyah dan Maturidiyah “
dibidang teologi. Sebagai perlawanan terhadap aliran mu’tazilah yang menjadi
aliran resmi pemerintahan waktu itu. Teori Asy’ariyah lebih mendahulukan
naql(teks Al-Quran Al Hadits) dari pada aql (penalaran rasional). Dengan
demikian bila dikatakan Ahlussunnah Waljamaah pada waktu ini, maka yang
dimaksudkan adalah penganut faham asy’ariyah atau maturidiyah dibidang
teologi. Dalam hubungan ini Ahlusunnah Waljamaah dibedakan dari Mu’tazilah,
Qodariyah, Syi’ah, Khawarij, dan aliran – aliran lain. Dari aliran Ahlussunnah
Wal jama’ah atau disebut aliran Sunni dibidang teologi, kemudian juga
berkembang dalam bidang lain yang menjadi ciri khas aliran ini, yakni di bidang
fiqh dan tasawuf. Sehingga menjadi istilah, jika disebut akidah sunni,
(ahlussunnah waljamaah) yang dimaksud adalah pengikut asy’ariyah dan
maturidiyah atau fiqh sunni yaitu pengikut salah satu dari empat madzhab
(Hanafi, Maliki, Syafi’i, Hambali) yang menggunakan rujukan Al Quran, Al
Hadits, ijma’, Qiyas, atau juga tasawuf sunni yaitu pengikut metode tasawuf Abu
Qosim Abdul Karim Al Qusyairi , Imam Al Hawi, Imam Al Ghazali, dan Imam
Junaidi Al Baghdadi yang memadukan antara syari’at , hakikat, dan ma’rifat.

Anda mungkin juga menyukai