Jacob W. Ajawaila
(Universitas Pattimura)
Abstract
The Ambonese is a community that underwent changes from time to time as a result of the
influence of religion, governments policies and global culture. The changes have further
implications. A considerable in group solidarity of village as totality (supported by villagers
and their special rights, excluding the newcomers) became segregated because of religion.
Religion has taken over the traditional rites. The village as an entity of traditional laws based
upon genealogy has undergone changes into a public village. The village has become multi
profiled with its activities based on needs, e.g. the ceremonial needs for the benefits of tradi-
tions. Traditional institutions that strengthened social relations between villages have weak-
ened as a result of the governments policies, and so is the traditional institutions that fulfill
the needs of the traditional community.
Pendahuluan
bergelombang;
Orang Ambon merupakan kelompok kelompok Wakan yang datang dari
masyarakat penduduk asli yang mendiami Pulau Kepulauan Banda dan Kei;
Ambon, Pulau-Pulau Lease, wilayah Seram kelompok Moni, yang berasal dari
bagian Tengah dan wilayah Seram bagian Barat. Halmahera, Ternate dan Tidore; dan
Kelompok masyarakat ini menyatakan dirinya kelompok Mahu, yang berasal dari Jawa
sebagai pendukung kebudayaan Ambon yang khususnya dari wilayah sekitar Tuban
merupakan hasil akulturasi dari beberapa (Effendi 1987).
kebudayaan berasal dari luar seperti Melayu, Terdapat juga mitos yang menceriterakan
Polynesia dan Melanesia. Jansen bahwa penduduk asli Ambon berasal dari
menggolongkan Orang-orang Ambon ke dalam Nunusaku, sebuah gunung di Pulau Seram
4 kelompok yaitu: tempat tumbuh sebuah pohon beringin yang
kelompok Tuni yang bermigrasi ke Pulau mempunyai tiga dahan. Di tempat itu, hidup
Seram dan sekitarnya untuk kemudian tiga orang kakak beradik. Ketika air bah meluap,
melanjutkan migrasi ke Pulau Ambon mereka kemudian memencar sesuai arah tiga
dengan menggunakan perahu secara dahan pohon beringin dan mengikuti aliran
1
sungai: Eti, Tala dan Sapalewa. Kakak tertua
Tulisan ini merupakan revisi dari makalah yang
disajikan dalam Sesi tentang Kesukubangsaan dan menurunkan kelompok ulisiwa, adiknya
Negara dalam Seminar Menjelang Abad ke-21: menurunkan kelompok ulilima dan si bungsu
Antropologi Indonesia menghadapi Krisis Budaya, menurunkan kelompok uliasa (Duyvendak
6-8 Mei 1999, Pusat Studi Jepang, Kampus Universi-
tas Indonesia, Depok. 1926). Kepustakaan lain hanya mengenal dua
Kepustakaan
Chauvel, R.
1990 Nationalists, Soldiers and Separatists - The Ambonese Islands from Colonialism to Revolt
1880-1950. Leiden: KITLV Press.
Cooley, F.L.
1987 Mimbar dan Takta (terjemahan oleh Tim Satya Karya). Jakarta: Penerbit Pustaka Sinar
Harapan.
Duyvendak, J.P.
1926 Het Kakean Genootschap van Seran. Drukkerij, N.V. W Hilarius Wzn Almelo.
Effendi, Z.
1987 Hukum Adat Ambon Lease . Jakarta: Penerbit Pradnya Paramita.
Keuning, J.
1973 Sejarah Ambon sampai pada akhir abad ke 17 (terjemahan oleh S Gunawan). Jakarta:
Penerbit Bhratara.