13
kekuatan yang mengontrol kehidupan manusia, maka merekapun harus ditakuti
dan dihormati. Demikianlah orang papua selalu melakukan berbagai cara untuk
menyatakan rasa takut dan hormatnya kepada mahkluk-mahkluk halus itu
melalui pemberian sesaji atau pelaksanaan ritus tertentu. Tindakan seperti ini
menyatakan pengakuan manusia terhadap kehadiran dan kekuasaan roh-roh
halus. Orang Papua mengharapkan perbuatan seperti ini menyebabkan
kekuatan-kekuatan alam berbaik hati terhadap kehidupannya. Atau dengan
perkataan lain kekuatan-kekuatan alam itu dibujuk untuk melindungi manusia
melalui upacara ritus atau pemberian sesaji. Juga menurut kepercayaan tradisi
itu, orang Papua percaya bahwa roh-roh dari orang yang telah mati mendapat
kekuatan dari dewa pencipta untuk menguasai manusia yang hidup. Itulah
sebabnya orang yang masih hidup harus menjalin hubungan baik dengan orang
yang telah mati agar mereka terlindung dari bermacam-macam malapetaka
yang dapat diakibatkan oleh roh-roh orang mati. Di sinilah letaknya
kepercayaan atau pemujaan patung korwar dan upacara mon di daerah
kebudayaan Biak-Numfor, ritus pembayaran tengkorak pada orang Meybrat
atau upacara mbis pada orang Asmat. Sistem-sistem kepercayaan tradisi ini
sudah tidak dilaksanakan secara intensif lagi sejak penduduk memeluk agama
Islam atau Kristen, namun dalam menghadapi persoalan-persoalan mendasar
yang menimpa kehidupan manusia seperti tertimpa kecelakaan, sakit dan mati,
masih banyak orang Irian mencoba mencari jawabannya melalui sistem
kepercayaan tradisi.
14
luas kepada penduduk, melainkan hanya dipeluk oleh golongan-golongan
tertentu saja dalam masyarakat ialah golongan penguasa terutama di kalangan
keluarga raja-raja dan pembantunya. Sejak masuknya agama Islam di daerah
Irian Jaya hingga sekarang tidak ada usaha penyebaran ajaran agama tersebut
kepada penduduk Irian sehingga pemeluknya tetap terbatas pada lingkungan
pemeluk agama tersebut speerti pada saat permulaan. Pada tahun-tahun
terakhir ini baru ada usaha penyebaran agama Islam di luar daerah-daerah
tersebut tadi, seperti misalnya upaya yang dilakukan oleh Yayasan Pendidikan
Islam (YAPIS) untuk mendirikan persekolahan umum dan pengajian bagi
orang-orang Dani di daerah Walesi, Lembah Baliem sejak tahun 1990-an.
Menurut Sensus Penduduk 1990, penduduk di Irian Jaya (penduduk asli dan
penduduk yang berasal dari daerah lainnuya di Indonesia) yang memeluk
agama Islam berjumlah 405.725 jiwa atau 20,5% dari total penduduk Irian
Jaya.
Agama besar lain yang datang dari luar adalah agama Kristen, Agama
Kristen masuk di Irian Jaya pada pertengahan abad ke 19, jadi kurang lebih
enam abad sesudah agama Islan dikenal oleh sebagian besar penduduk Papua.
Meskipun agama Nasrani masuk di Papua hampir setengah abad lalu, namun
penyebaran dan penerimaannya berbeda antara satu golongan etnik lainnya,
sebab ada golongan etnik yang menerima pada masa awal penyebarannya,
misalnya penduduk di Teluk Doreri, Manokwari, penduduk di sepanjang Teluk
Wandamen dan pulau-pulau yang terletak di Teluk Cenderawasih (Kamma
1953), tetapi ada juga yang baru menerimanya tidak lebih beberapa belas tahun
yang lalu, terutama di antara di antara penduduk yang berdiam di pegunungan
Tengah, misalnya orang Mek di Lembah Selah yang baru mengenal dan
menerima agama Nasrani pada tahun 1980 (Godschalk 1993:23). Para pekabar
injil Nasrani pertama yang membawa masuk agama Kristen di daerah Papua
adalah Ottow dan Geisler. Dua orang penginjil ini diutus oleh Pdt Gossner dari
Berlin, Jerman atas inisiatif Pdt. Heldring untuk pekabaran Injil di New Guinea
(Kamma 1953:96). Para pekabar injil, Ottow dan Geisler, tiba di Pulau
Mansinam, Teluk Doreri di Papua pada tanggal 5 Februari 1855. Penginjil
Ottow bekerja kurang lebih tujuh tahun lamanya
15
(1855-1962), meninggal dunia dan dikubur di Kwawi, Manokwari, sedangkan penginjil
Geisler bekerja lebih 14 tahun (1855 1870), kemudian kembali dan meninggal di negeri
asalnya, Jerman. Usaha pengkristenan yang dilakukan oleh Ottow dan Geisler, yang
pada mulanya kurang berkembang itu, kemudian dilanjutkan oleh pendeta-pendeta
Belanda yang diutus oleh badan pekabaran injil bernama Utrechtsche Zendings
Vereniging (UZV) yang tiba di Mansinam pada tahun 1862.