Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

SEJARAH MASUKNYA ISLAM DI TANAH JAWA

Mata Kuliah : Islam dan Budaya Lokal

Dosen Pengampu : Ibu Zahrotur Rochmah, M.Ag.

Disusun Oleh:

Kelompok 2

1) Riva Nur Rokhmah 2230110009


2) Nabilla Ilmiyatus Shalihah 2230110019
3) Riska Rohmatul Himmah 2230110021
4) Eva Nor Halizah 2230110026

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................................. 2
BAB I ......................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 3
A. Latar Belakang .............................................................................................................. 3
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 3
C. Tujuan Penulisan .......................................................................................................... 3
BAB II ....................................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 4
A. Kepercayaan Masyarakat Jawa Pra-Islam ................................................................ 4
B. Sejarah Masuknya Islam di Tanah Jawa ................................................................... 5
C. Bukti dan Pengaruh Islamisasi di Jawa ...................................................................... 9
BAB III.................................................................................................................................... 12
PENUTUP ............................................................................................................................... 12
Simpulan ............................................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 13

2
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses penyebaran Islam ditanah Jawa sangat panjang dan melalui tahapan-tahapan
yang kompleks. Tidaklah mudah untuk mensyiarkan ajaran Islam kepada masyarakat Jawa asli
yang awalnya telah memiliki kepercayaan dari nenek moyang yaitu Animisme dan Dinamisme
yang menjadi Kepercayaan pertama Masyarakat Jawa Pra-Islam, serta datangnya kebudayaan
Hindu-Buddha yang melekat pada Masyarakat Jawa hingga menjadi kepercayaan tersendiri.
Hal tersebut menjadi tantangan masuknya Islam di Jawa.

Dalam proses islamisasi masyarakat Jawa hingga sekarang masih terdapat bukti-bukti
artefak yang bisa dijadikan sebagai landasan untuk menjadi dasar ilmiah proses masuknya
Islam di Jawa seperti ditemukannya makam Islam Gresik, yaitu Fatimah Binti Maimun yang
menunjuk pada tahun 1475H / 1082M. Kemudian pada abad ke-14, terdapat makam-makam
kuno berangka tahun 1368M di Triloyo dekat pusat kerajaan majapahit. Hal ini menunjukkan
bahwa Islam telah diperkenalkan di Jawa dalam waktu yang sudah cukup lama sampai akhirnya
Islam dapat diterima oleh Masyarakat Jawa karena terdapat kesamaan ajaran yang dibawa oleh
para wali pada saat itu dengan ajaran Kebudayaan Jawa yaitu menciptakan kemaslahatan
kehidupan dan keberadaban umat manusia. Meskipun demikian proses islamisasi Masyarakat
Jawa tetaplah bukan perkara yang mudah hingga sampai di hati Masyakat Jawa seperti
sekarang ini. Didasarkan hal ini penulis tertarik untuk membahas Sejarah masuknya islam di
Pulau Jawa dengan segala permasalahannya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kepercayaan masyarakat Jawa Pra-Islam?
2. Bagimana sejarah masuknya Islam di Jawa?
3. Apa saja bukti dan pengaruh Islamisasi di Jawa?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui kepercayaan masyarakat Jawa sebelum datangnya Islam.
2. Memahami sejarah masuknya Islam di Jawa.
3. Mengetahui bukti dan pengaruh Islamisasi di Tanah Jawa.

3
BAB II

PEMBAHASAN
A. Kepercayaan Masyarakat Jawa Pra-Islam
Masyarakat Jawa atau lebih tepatnya suku bangsa Jawa, secara antropologi budaya
adalah orang-orang yang dalam hidup kesehariannya menggunakan bahasa Jawa dengan
berbagai ragam dialeknya secara turun-temurun. Masyarakat Jawa adalah mereka yang
bertempat tinggal di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur, serta mereka berasal dari kedua
daerah tersebut.1 Ciri masyarakat Jawa adalah berkeTuhanan. Suku bangsa Jawa sejak masa
prasejarah telah memiliki kepercayaan animisme dan dinamisme. Animisme yaitu suatu
kepercayaan tentang adanya roh atau jiwa pada benda-benda, tumbuh-tumbuhan, hewan dan
juga pada manusia sendiri. Dinamisme yaitu kepercayaan bahwa apa yang telah mereka bangun
adalah hasil dari adaptasi pergulatan dengan alam. Kekuatan alam disadari merupakan
penentuan dari kehidupan seluruhnya. Sebelum mengenal Tuhan, orang Jawa juga memahami
dunia kasar (wadhag) dan dunia halus. Ketika orang meninggal, diyakini rohnya itu memiliki
kekuatan. Roh tersebut dapat membantu dan juga mengganggu hidupnya. Agama roh tersebut
di sebut “animisme”. Sejak jaman prasejarah, orang Jawa telah memiliki paham animisme,
yaitu suatu kepercayaan tentang adanya roh atau jiwa pada benda-benda, tumbuhan, hewan,
dan manusia itu sendiri. Kepercayaan seperti itu adalah agama mereka yang pertama.2
Masyarakat Jawa dalam Taraf keagamaan, mereka menerima pengaruh agama dan
kebudayaan dari Hindu-Budha. dengan cara melalui pemahaman dan pengolahan golongan
bangsawan serta para cendikiawan jawa. Dari pemahaman dan pengolahan para cendikiawan
inilah orang-orang awam menerima pengaruh Hindu-Budha. Para cendikiawan yang mengerti
bahasa sansekerta, akhirnya dapat pula mengolah huruf-huruf yang berasal dari Hindu-Budha,
untuk menulis bahasa Jawa. Menggunakan bahasa Jawa merupakan permulaan sejarah bagi
suku Jawa. Para pengamat dan peneliti telah membuktikan bahwa orang Jawa memang
memiliki kepercayaan yang beragam dan campur aduk. Praktik keagamaan orang islam banyak
dipengaruhi oleh keyakinan lama. Seperti animism, hindu, budha, maupun kepercayaan kepada
alam, Dinamisme.3
Pada akhir jaman Hindu-Budha, semangat menjawakan semakin Berjaya. Setelah
unsur-unsur berharga dari Hinduisme dan Budhisme ditampung, unsur-unsur itu dijadikan

1
Darori Amin, Islam Dan Kebudayaan Jawa, (Jogjakarta: Gema Media, 2002)
2
Suwardi Endraswara, Agama Jawa (Jakarta: Pt. Buku Seru, 2015),
3
Ahmad Khalil, Islam Jawa Sufisme Dalam Etika Dan Tradisi (Malang: Uin Malang Press, 2008), P. 46.

4
wahana bagi paham-paham Jawa asli seperti penghormatan kepada nenek moyang, pandangan-
pandangan tentang kematian dan penebusan atas kesalahan atau dosa, kepercayaan kepada
kekuasaan kosmis, dan mitos-mitos dari para pendahulunya. Dengan ungkapan lain, agama dan
kebudayaan impor diresapi oleh kebudayaan Jawa sampai menjadi ungkapan dan identitas
Jawa sendiri.4

B. Sejarah Masuknya Islam di Tanah Jawa


Dalam membahas atau mengkaji mengenai Penyebaran Islam di Tanah Jawa tidaklah
mudah, hal utama yang menjadi latar belakang yaitu: Pertama, terkait dengan minimnya data
dan bukti-bukti sejarah yang mampu menjelaskan secara meyakinkan tentang kapan dan siapa
orang yang pertama kali berjasa menyebarkan islam di wilayah Nusantara. Kedua, kesulitan
lain ketika hendak mengkaji sejarah penyebaran Islam di Tanah Jawa adalah karena tumpang
tindihnya data yang ada serta bercampurnya data-data tersebut dengan kisah-kisah atau cerita
masyarakat yang begitu melegenda.

Islam datang ke Indonesia pada permulaan abad pertama hijriyah yang tersiar secara
luas baru pada abad XIII Masehi. Tersiarnya Islam ke Indonesia, juga di benua-benua lain
adalah karena beberapa faktor: Sosial politik, ekonomi dan agama. Tetapi di antara sebab itu
yang paling menentukan dan merupakan factor paling dominan terhadap hasil yang sedemikian
besar itu adalah usaha-usaha keras para Da’i dan para mubaligh muslim yang menganggap
Nabi Muhammad saw sebagai standar utamanya (uswatun hasanah), karena telah berusaha
sekeras-kerasnya untuk menyampaikan ajaran islam kepada manusia.

Masyarakat di Pulau Jawa mengenal agama Islam pertama kali dari Malaka. Adapun
kapan waktu yang pasti sampai sekarang belum diketahui. Peninggalan sejarah tentang Agama
Islam di Pulau Jawa yang tertua berupa batu nisan Fatimah binti Maimun di daerah Gresik.
Prasasti tersebut menunjukkan angka tahun 1082 M. Tetapi, prasasti tersebut belum merupakan
bukti kuat bahwa Agama Islam sudah masuk di daerah Jawa Timur pada saat itu. Sebelum
Islam masuk dan berkembang, kerajaan terakhir yang besar pengaruhnya di Jawa adalah
Majapahit. Pada saat kerajaan tersebut mencapai puncak kebesarannya telah banyak orang-
orang yang beragama Islam. Kerajaan Majapahit mengalami masa kejayaan pada awal Abad
ke-15 M. dengan kemajuan itu, penyebaran Agama Islam semakin leluasa dan berpusat di
Kota-kota Pelabuhan seperti Tuban dan Gresik. Dari tuban dan Gresik ini agama Islam
menyebar luas sampai ke kota-kota Pelabuhan di wilayah Timur Indonesia lainnya, misalnya

4
Ahmad Khalil, Islam Jawa Sufisme Dalam Etika Dan Tradisi (Malang: Uin Malang Press, 2008)

5
Maluku. Demikian pula di Jawa Tengah, di kota Pelabuhan Demak pengaruh agama Islam
semakin berkembang dan menjadi daerah penyebaran Agama Islam yang utama. Berawal dari
Pelabuhan Demak akhirnya pengaruh Agama Islam menyebar luas ke daerah pesisir bagian
utara Jawa Barat yang tidak kalah ramainya sebagai daerah perdagangan. Selain melalui
perdagangan dan pelayaran, Islam juga berkembang melalui proses Pernikahan.

Daerah-daerah pesisir bagian utara Jawa Barat seperti Sunda Kelapa, Banten, dan
Cirebon adalah kota-kota Pelabuhan yang sangat potensial untuk memasarkan hasil bumi.
Potensi daerah ini dimanfaatkan oleh kerajaan Demak untuk tujuan politik dan
mengembangakan ekonominya.5

Secara garis besar, ada beberapa teori yang menjelaskan tentang periode masuknya
Islam di tanah Jawa.

1) Pertama, Islam masuk Tanah Jawa tahun 1082 Masehi. J.P. Moqouette berpendapat
bahwa Islam sudah masuk di Jawa tahun 1082, Dengan didasarkan adanya penemuan
berupa Prasasti batu nisan di Leran (Gresik). Batu nisan itu tertulis nama seorang
Wanita yaitu Fatimah binti Maimun pada tahun 475 H atau 1082 M.
2) Kedua, Islam masuk Jawa tahun 1368. Pendapat ini dikemukakan oleh L-Ch. Damais
dan beberapa peneliti lainnya. Pendapat ini didasarkan pada bukti ditemukannya
makam-makam kuno di Trowulan dan Tralaya dimana pada nisan-nisan makam
tersebut terdapat ukiran-ukiran Ayat suci Al-Qur’an. Di Trowulan sendiri terdapat
makam yang tertera pada tahun 1368 M. Sementara di Tralaya terdapat makam yang
tertera tahun 1376 M.

3) Ketiga, Islam masuk Jawa Tahun 1416 M. Tokoh yang berpendapat adalah
B.J.O.Schrieke, pendapat ini didasarkan oleh buku yang berjudul Peninjauan tentang
Pantai-Pantai Samudra (Ying-yai Sheng-lan) yang ditulis pada tahun 1456 oleh Ma-
Huan dan di dalamnya Ma Huan mengatakan bahwa di suatu daerah pesisir di Gresik
sudah terdapat komunitas masyarakat muslim yang hidup di sana yang di antaranya
berasal dari Arab, Persia, Gujarat atau India dan termasuk juga orang-orang Cina yang
Sebagian sudah menganut agama Islam.

5
Thamrin, Sejarah Kebudayaan Islam

6
Selain perbedaan terkait tahun masuknya Islam yang pertama kali di Jawa, para ahli juga
berbeda pendapat mengenai negara asal para penyebar Islam di Jawa. Perbedaan ini melahirkan
beberapa teori, teori-teori tersebut yaitu :

1) Pertama, teori india. Teori ini menyebutkan bahwa Islam datang ke Indonesia ,
khususnya Jawa, dibawa dari Gujarat atau India. Sejarawan yang berpedoman pada
teori ini adalah J.P. Moquette. Menurut Moquette, Islam di Nusantara, termasuk Jawa,
berasal dari Gujarat, India dikarenakan pada saat itu kekuasaan Baghdad (Dinasti
Abbasiyah) runtuh dan mengakibatkan kekacauan politik, sehingga tidak sedikit kaum
muslim Baghdad meninggalkan tanah kelahiran mereka. Landasan argument yang
digunakan J.P. Moquette adalah dengan ditemukannya bukti-bukti arkeologis berupa
batu nisan di Pasai yang berangka 17 Zulhijah 831 H/27 September 1428 M.
2) Teori yang Kedua yaitu Teori Coromandel dan Malabar. Meskipun sama-sama
mengatakan bahwa Islam yang masuk ke Nusantara khususnya Jawa berasal dari India,
tetapi dalam Teori Coromandel dan Malabar berpendapat bahwa Islam masuk ke Jawa
berasal dari daerah Coromandel dan Malabar bukan dari Gujarat. Pendapat tersebut
dikemukan oleh Morison dengan membantah pendapat Moquette yaitu Islam di Jawa
berasal dari Gujarat, hal tersebut didasarikan pada terjadinya Islamisasi di Samudera
Pasai. Pada saat Islamisasi, Samudera Pasai kehilangan raja pertamanya yang wafat
pada tahun 698 H / 1297 M. Sementara pada saat itu, Gujarat masih merupakan
Kerajaan Hindu dan masih satu tahun berikutnya ditaklukkan oleh muslim. Selain itu,
Morison juga mendukung pendapat Thomas W. Arnold yang berpendapat bahwa Islam
masuk dari Coromandel dan Malabar karena terdapat kesamaan mazhab yang dianut
mayoritas muslim Indonesia yaitu Imam Syafi’i.
3) Ketiga, yaitu Teori Arab. Teori Arab menyebutkan bahwa Islam di Jawa berasal dari
Arab. Teori ini dikemukakan pertama kali oleh Crawfurd. Teori ini juga didukung oelh
peneliti lain dari Indonesia dan Malaysia Bahkan pada tahun 1962 pada acara seminar
masuknya Islam di Indonesia, Hamka mengemukakaan bahwa Islam masuk di
Nusantara pada abad pertama Hijriyah atau abad ke-7 Masehi, bukan Abad ke-12 M
atau ke-13 M. Hal yang mendasari teori ini yaitu pada kontak hubungan dagang antara
orang-orang Arab dengan orang-orang Asia Timur dengan ditemukannya jalur
pelayaran internasional dan sudah dimulai jauh sebelum abad ke-13. Salah satunya

7
adalah jalur pelayaran melalui selat Malaka yang menghubungkan dengan Dinasti T’
ang di Cina Asia Timur, Sriwijaya di Asia Tenggara, dan Bani Umayyah di Asia Barat.6
4) Teori yang Keempat yaitu Islam masuk di Jawa berasal dari Persia. Teori Persia ini
menyebutkan bahwa Islam masuk di Jawa dan Indonesia berasal dari Persia (sekarang
Iran). Teori ini didasarkan pada ditemukannya unsur kebudayaan Persia yang juga ada
di Indonesia, khususnya unsur kebudayaan Syi’ah. Salah satu pendukung teori ini
adalah P.A. Hoesein Djajadiningrat yang mengatakan bahwa Islam di Indonesia
dipengaruhi oleh berkembangnya Sufisme di Persia. Hal ini dapat dilihat dari ajaran
Mistik Islam di Indonesia yang memiliki beberapa kesamaan dengan tradisi sufi di
Persia. Salah satu contoh yang paling nyata adalah tentang ajaran Manunggaling
Kawula Gusti-nya Syekh Siti Jenar. Menurut Sebagian peneliti, ajaran ini dipengaruhi
oleh ajaran Wahdah alWujud-nya al-Hallaj yang berasal dari Persia. Selain itu terdapat
tiga tradisi yang berada ditengah-tengah masyarakat yang mana memiliki kesamaan
dengan tradisi dari Persia. Pertama yaitu peringatan 10 Muharram atau Asyura, Kedua
yaitu penggunaan kata Syah pada raja-raja Islam di Nusantara, Ketiga Adanya
kesamaan kaligrafi yang terdapat di nisan makam Islam di Indonesia dengan makam-
makam di Persia.

Dari penyebaran Islam di Pulau Jawa erat kaitannya dengan WaliSongo sebagai tokoh
utama penyebaran Islam di Jawa. Dalam berbagai cacatan Historiografi di Jawa,
keberadaan tokoh-tokoh Wali Songo diasumsikan sebagai tokoh Waliyullah sekaligus
tokoh waliyul amri. Yaitu sebagai orang-orang yang dekat dengan Allah yang terpelihara
dari kemaksiatan (Waliyullah), dan juga sebagai orang-orang yang memegang kekuasaan
atas hukum kaum muslimin. Pemimpin masyarakat, yang berwenang menentukan dan
memutuskan urusan masyarakat baik dalam bidang keduniawian maupun urusan
keagamaan (Waliyul amri).7 Dengan caranya masing-masing untuk berdakwah yang ramah
sehingga dapat diterima oleh Masyarakat Jawa dengan Metode Akulturasi yaitu antara
budaya ajaran agama islam yang berintegrasi dengan budaya lokal / nilai-nilai kearifan
lokal sehingga dapat lebih mudah diterima oleh masyarakat pada saat itu. Salah satu cara
penyebaran agama Islam yang dilakukan oleh Wali ialah dengan cara mendakwah.
Penyebaran Islam melalui dakwah ini berjalan dengan cara mendatangi masyarakat

6
Kamil Hamid Baidawi, Sejarah Islam Di Jawa : Menelusuri Genealogi Islam Di Jawa
7
Agus Sunyono, ‘Atlas Walisongo’, 149.

8
(sebagai objek dakwah), dengan mengunakan pendekatan sosial budaya. Adapun uraian
secara singkat strategi WaliSongo yaitu sebagai berikut:

1) Sunan Gresik : Strategi Dakwahnya mulai dari perdagangan, yang dilanjutkan


dengan pendekatan politik.
2) Sunan Ampel : Strategi dakwahnya yaitu dengan mendidik para Da’i / juru dakwah,
kemudian menikahkan dengan putra-putri penguasa bawahan majapahit.
3) Sunan Kudus : Strategi dakwahnya mengajarkan pembuatan alat-alat pertukangan,
kerajinan emas, membuat keris pusaka, dll.
4) Sunan Giri : Strategi dakwahnya memanfaatkan kekuasaan, perniagaan, dan
Pendidikan. Sunan Gunung Jati : Strategi dakwahnya dengan menguatkan
kedudukan politik.
5) Sunan Kalijaga : Strategi dakwahnya melalui Kesenian dan Kebudayaan.
6) Sunan Muria : Strategi dakwahnya dengan melestarikan seni gamelan dan boneka.
7) Sunan Bonang : Strategi dakwahnya dengan pendekatan melalui Akulturasi budaya
daerah setempat.
8) Sunan Drajat : Strategi dakwahnya yaitu mengadakan pengajian secara langsung
dimasjid, menyelenggarakan Pendidikan di Pesantren, memberi fatwa, serta
kesenian tradisional.8

C. Bukti dan Pengaruh Islamisasi di Jawa


Bukti-bukti peninggalan sejarah yang tentunya dapat memudahkan kita melihat proses
pengungkapan tersebut sebagaimana yang sudah diteliti para ahli sejarah adalah berdasarkan
beberapa peninggalan sejarah sebagai berikut:9

1. Sumber data dari peninggalan makam Sumber-sumber penguatnya adalah adanya


makam-makam corak Islam yang menyisakan bilangan tahun, yaitu: a) Batu nisan
kuburan Fatimah binti Maemun di Leran Gresik yang berangka tahun 475 H. (1082 M);
b) Kuburan Malik Ibrahim di kampung Gapuro Gresik, yang bertuliskan riwayat
meninggalnya 12 Rabiul Awal 822 H. (8 April 1419 M); c) Rangkaian makam-makam
orang-orang muslim di Trowulan dan Troloyo, di dekat situs-situs istana Majapahit

8
Amelia Riskita, ‘Mengenal 9 WaliSongo’, 2022
9
Sartono Kartodirjo dkk, Sejarah Nasional Indonesia Jilid III, (Jakarta: Depdikbud, 1975), h. 89.

9
yang bertuliskan tahun Saka 1290 (1368-1369 M) dan sekitar 1298 – 1533 (1367-1611
M).10
2. Sumber-sumber bangunan masjid kuno.
Dari sini dapat di pastikan bahwa adanya masjid itu menunjukkan adanya komunitas
muslim di daerah tersebut. Ciri khas bangunannya pun sudah merupakan bentuk
adaptasi dengan budaya bangunan Jawa (peradaban sebelum Islam masuk). Contoh
seperti bangunan masjid Demak, masjid Sunan Ampel dan lainlain.
3. Peninggalan bentuk tata ruang kota rata-rata bentuk tata ruang kota yang bernuansa
peradaban Islam muncul di daerah pesisir utara pantai Jawa (Pantura). Dari sini dapat
di asumsikan bahwa awal masuknya Islam adalah melalui proses pelayaran/lautan
sehingga dimungkinkan berasal dari kegiatan kafilah perdagangan yang berpotensi ikut
menyebarkan Islam.

Masuknya Islam di Jawa menyebabkan terjadinya akulturasi antara Islam dengan budaya Jawa
yang telah ada, hal ini disebabkan oleh strategi dakwah yang digunakan oleh Walisongo dalam
menyebarkan agama Islam dengan tetap memperhatikan unsur kebudayaan masyarakat Jawa
sehingga mudah diterima. Sebagai contoh adalah strategi dakwah Sunan Kalijaga yang
menyebabkan beberapa akulturasi di beberapa bidang, diantaranya:

a) Tradisi dalam Masyarakat

Istilah Grebeg yang berarti “diiringi para pengikut” karena perjalanan Sultan keluar istana
dan diikuti banyak orang.11 Tradisi gerebeg mauled dipelopori oleh Sunan Kalijaga yang
awalnya berupa pengajian akbar yang diselenggarakan oleh para wali di Majid Demak
untuk memperingati Maulid Nabi.12 Tradisi Maulud Nabi gaya Jawa ini masih dilakukan
oleh keraton Yogyakarta dengan meng-arak lima gunugan, yaitu gunungan Lanang,
gunungan wadon, gunungan pawuhan, gunungan dharat, dan gunungan gepak menuju
Masjid Gedhe Kauman sebagai rasya syukur keraton Yogyakarta serta sebagai symbol
kemaslahatan antara raja dan rakyatnya atau antara masyarakat Yogyakarta dan
pemimpinnya.13 Keikutsertaan masyarakat yang banyak dalam acara grebeg ini mampu
menyatukan umat Islam hingga saat ini, dan bahkan dijadikan sebuah acara wisata yang

10
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998), h.197.
11
Imam Subqi, Sutrisno, Islam dan Budaya Jawa, 146.
12
Akbar, Syiar 9 Wali Di Pulau Jawa: 9 Kisah Seru Pejuang Islam, 22.
13
Pusat Data dan Analisa Tempo, Tradisi Keraton Yogyakarta Menyambut Maulid Nabi Muhammad (Jakarta:
Tempo Publishing, 2020), 53–55.

10
bukan hanya didatangi oleh masyarakat setempat tetapi juga wisatawan local dan
internasional.

b) Desain Corak Pakaian


Corak batik periode Demak, oleh sunan Kalijaga diberi motif “burung” sebagai gambar
ilustrasi. Gambar ini diilustrasikan sebagai sebuah pendidikan dan pengajaran budi pekerti.
Dalam bahasa Kawi burung itu disebut “Kukila”. Dan bila diterjemahkan dalam bahasa
Arab terdiri atas rangkaian kata “Qu” dan “Qilla” yang artinya “peliharalah ucapan
(mulut)mu”. Maksudnya adalah kain motif burung itu senantiasa memperingatkan atau
mendidik dan mengajarkanagar menjaga tutur kata.14 Pesan tersirat yang ada dalam motif
tersebut menunjukkan luhurnya ajaran Islam dalam upaya menciptakan interaksi yang baik
antar sesame, dan makna-makna tersirat ini digunakan oleh Sunan Kalijaga untuk
menyampaikan dakwah Islam kepada masyarakat Jawa.
c) Seni Kesusastraan

Dalam hal kesusastraan, Sunan Kalijaga menggunakan tembang-tembang Jawa (seperti lir-
ilir dan kidung rumekso ing wengi) guna mengajak masyarakat untuk lebih banyak belajar
mengenai agama Islam, lebih mendekatkan diri kepada Allah, serta berperilaku hidup yang
lebih baik lagi.15 Selain tembang di atas, tembang dandang gula dan gundul-gundul pacul
juga hasil karya Sunan Kalijaga. Selaian itu, terdapat falsafah-falsafah Sunan Kalijaga yang
hidup dalam masyarakat sampai saat ini, yakni :

Ojo Adigang, Adigung, Adiguno

“Jangan sok kuasa, sok besar, sok sakti”

Urip iku Urup

“Hidup itu nyala. Hidup itu hendaknyamemberi manfaat bagi oranglain di seitar kita.
Semakin besar manfaat yang bisa kita berikam, tentu akan lebih baik.”

d) Rancangan dan Lakon Wayang Kulit

Sunan Kalijaga terkenal akrab dengan seni dan pewayangan (punakawan). Punakawan
merupakan tokoh yang diciptakan oleh Sunan Kalijaga yang terdiri atas Semar, Gareng ,
Petruk dan Bagong. Melalui tokoh semar, Sunan Kalijogo menyampaikan tiga pesan: ojo

14
Djunaedi, Aliran Sunan Kalijaga tentang Hidup, 41.
15
Agus Sunyoto, Atlas Walisongo (Surabaya: Ilman dan Lesbumi PBNU, 2016), 268–273.

11
ngaku pinter yen durung biso nggoleki lupute awake dewe (Jangan mengaku pintar apabila
belum bisa mencari kesalahan diri sendiri), ojo ngaku unggul yen ijeh seneng ngasorake
wong liyo, (jangan mengaku unggul jika masih senang merendahkan orang lain), ojo ngaku
suci yen durung biso manunggal ing Gusti (jangan mengaku suci jika masih belum bisa
menyatu dengan Tuhan).16

Keempat karakter punakawan tersebut memiliki karakter-karakter keislaman yang kuat,


seperti: 1) karakter “semar”, yang diambil dalam bahasa Arab yaitu “shimar”yang artinya
paku, seorang muslim diharapkan memiliki iman yang kuat bagai paku yang tertancap; 2)
karakter “gareng” diambil dari bahasa Arab “Qarin” yang artinya teman, seorang muslim
selalu berusaha mencari teman sebanyak-banyaknya untuk diajak dalam kebaikan; 3)
karakter “petruk”,diambil dari bahasa Arab “fat-ruk” yang artinya “tinggalkan”, seorang
muslim meninggalkan segala penyembahan selain Allah atau fat-truk kullu man siwallahi;
4) karakter “bagong”, yang diambil dari bahasa Arab “baghaa” yang artinya “berontak”,
seorang muslim harus berontak ketika melihat kezaliman.

BAB III

PENUTUP
Simpulan
Masyarakat Jawa sebelum ajaran agama Islam menganut kepercayaan nenk moyang
yaitu Animisme dan Dinamisme khususnya bagi kaum lapisan bawah seperti petani,
sedangkan bagi penduduk istana lebih menganut ajaran Hindu-Buddha. Islam Jawa
memiliki karakter dan ekspresi keberagaman yang unik. Hal ini karena penyebaran Islam
di Jawa, lebih dominan mengambil bemtuk akulturasi, baik yang bersifat menyerap
maupun dialogis. Pola akulturasi Islam dan budaya Jawa, disamping bisa dilihat pada
ekspresi masyarakat Jawa juga didukung dengan kekuasaan politik kerajaan Islam Jawa.
Beberapa diantara starategi dakwah yang digunakan oleh Walisongo adalah dengan
menggunakan media pewayangan, hal ini ternyata cukup signifikan sehingga dapat
menarik masyarakat untuk memeluk agama islam. Hal ini diakrenakan berdakwah
menggunakan media kebudayaan dapat diterima oleh semua pihak sehingga Islam
berkembang pesat dan dapat disebarluaskan.

16
Djunaedi, Aliran Sunan Kalijaga Tentang Hidup, 74–75.

12
DAFTAR PUSTAKA
Agus Sunyono, ‘Atlas Walisongo’.
Akbar, Syiar 9 Wali Di Pulau Jawa: 9 Kisah Seru Pejuang Islam.
Amin, Darori. (2002). ‘Islam Dan Kebudayaan Jawa’
Djunaedi, Aliran Sunan Kalijaga Tentang Hidup.
Endraswara, S. (2015). Agama Jawa (Jakarta: Pt. Buku Seru)
Hamid Baidawi, K. Sejarah Islam Di Jawa : Menelusuri Genealogi Islam Di Jawa
Kartodirjo, S. dkk. (1975). Sejarah Nasional Indonesia Jilid III, (Jakarta: Depdikbud)
Khalil, A. (2008). Islam Jawa Sufisme Dalam Etika Dan Tradisi (Malang: Uin Malang
Press)
Pusat Data dan Analisa Tempo, Tradisi Keraton Yogyakarta Menyambut Maulid Nabi
Muhammad (Jakarta: Tempo Publishing, 2020)
Riskita, A. (2022). ‘Mengenal 9 WaliSongo’.
Subqi, I., Sutrisno, Islam dan Budaya Jawa.
Sunyoto, A. (2016). Atlas Walisongo (Surabaya: Ilman dan Lesbumi PBNU)
Thamrin, Sejarah Kebudayaan Islam
Yatim, B. (1998). Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada)

13

Anda mungkin juga menyukai