Di susun Oleh:
DIAN WIDIANTI
(11632200619)
IQTA-A
Semester 3
FAKULTAS USHULUDDIN
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Proses Islamisasi dan
Peran Walisongo dalam Proses islamisasi di Pulau Jawa”
Penulisan tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Islam Asia
Tenggara semester tiga. Makalah ini diharapkan dapat membantu dalam penerapannya pada
kehidupan sehari-hari dan membantu dalam proses pembelajaran.
Dalam penulisan ini penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu, kritik dan saran sangat dibutuhkan untuk membangun menjadi lebih baik
kedepannya. Sekian dan terima kasih, semoga makalah ini bermanfaat bagi pembacanya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak zaman prasejarah penduduk Indonesia dikenal sebagai pelayar yang handal
yang sanggup mengarungi lautan lepas. Sejak awal abad Masehi sudah ada rute-rute
pelayaran dan perdagangan antara Indonesia dengan berbagai daerah di daratan Asia
Tenggara.
Wilayah barat Nusantara dan sekitar Malaka sejak masa kuno merupakan wilayah
yang menjadi titik perhatian, terutama karena hasil bumi yang dijual disana menarik bagi
para pedagang dan menjadi daerah lintasan penting antara Cina dan India.1
Pada abad ke-1 dan ke-7 M banyak pelabuhan penting di pulau Sumatra dan Jawa
yang sering disinggahi oleh para pedagang asing. Banyak juga pedagang muslim yang
sampai di kepulauan Indonesia pada abad ke-7, seperti muslim dari Arab, Persia dan
India. Dan pada abad ke-12, Islam sudah sampai di Pulau Jawa.
Maka dari itu, penulis tertarik untuk membahas tentang proses islamisasi di Pulau
Jawa dan peran Wali Songo terhadap proses tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses islamisasi di Pulau jawa?
2. Bagaimana peran Wali Songo dalam proses islamisasi di Pulau Jawa?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui dan memahami proses islamisasi di Pulau Jawa.
2. Mengetahui dan memahami peran Wali Songo dalam proses islamisasi di Pulau Jawa.
1
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Grafindo Persada, 2008), hlm. 191.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Sebelum tanah Jawa dimasuki oleh agama Islam, masyarakat Jawa pra-sejarah
telah memeluk keyakinan yang bercorak animisme dan dinamisme. Dan itu
merupakan ciri lain yang menonjol dari struktur masyarakat yang ada pada waktu itu
adalah didasarkan pada aturan-aturan hukum adat serta religinya. Paham ini
mempercayai adanya ruh dan daya aktif yang sangat bertentangan dengan ajaran ruh
dan daya aktif dalam ajaran Islam.3
Sejak awal, budaya Jawa yang dihasilkan pada masa Hindu-Budha bersifat
terbuka untuk menerima agama apapun dengan pemahaman bahwa semua agama itu
baik, maka sangatlah wajar jika kebudayaan Jawa bersifat sinkretis (bersifat momot
atau serba memuat).
2
Drs. H. Shodiq, M.ag, Potret Islam Jawa, (Semarang : PT. Pustaka Rizky Putra, 2013), hlm. 5.
3
Prof. Dr. Simuh, Islam dan Pergumulan Budaya Jawa, (Jakarta: Teraju, 2003), hlm. 41.
2
Ciri lain dari budaya Jawa pada saat itu adalah sangat bersifat teokratis.
Pengkultusan terhadap raja-raja sebagai titisan dewa adalah salah satu buktinya.
Dalam hal ini Onghokham menyatakan:
Di pulau Jawa terdapat tiga buah kerajaan masa Hindu Budha, kerajaan-
kerajaan itu adalah Taruma, Ho-Ling, dan Kanjuruhan. Di dalam perekonomian dan
industri salah satu aktivitas masyarakat adalah bertani dan berdagang dalam proses
integrasi bangsa. Dari aspek lain karya seni dan satra juga telah berkembang pesat
antara lain seni musik, seni tari, wayang, lawak, dan tari topeng. Semua itu sebagian
besar terdokumentasikan pada pahatan-pahatan relief dan candi-candi.4
Dalam kenyataanya masyarakat Jawa tempo dulu hanya dibagi menjadi tiga
bagian, yaitu raja (pangeran), bangsawan, dan petani.puncak feodalisme Jawa
bertepatan dengan pengaruh Belandayang telah merembes bukan saja dalam arti
geografis, melainkan juga merembes ke dalam struktur masarakat Jawa.5
Pada abad ke-1 dan ke-7 M banyak pelabuhan penting di pulau Sumatra dan
Jawa yang sering disinggahi oleh para pedagang asing. Banyak juga pedagang muslim
yang sampai di kepulauan Indonesia pada abad ke-7, seperti muslim dari Arab, Persia
dan India. Dan pada abad ke-12, Islam sudah sampai di tanah Jawa. Sejalan dengan itu,
abad ke-13 dalam sejarah Islam di Indonesia merupakan gelombang kedua dari
dakwah Islam yang telah pelopori sebelumnya pada pada abad ke-7 atau masa
Khulafaur Rasyidin.
Di Jawa, Islam masuk melalui pesisir utara Pulau Jawa ditandai dengan
ditemukannya makam Fatimah binti Maimun bin Hibatullah yang wafat pada tahun
475 Hijriah atau 1082 Masehi di Desa Leran, Kecamatan Manyar, Gresik. Dilihat dari
namanya, diperkirakan Fatimah adalah keturunan Hibatullah, salah satu dinasti di
4
https://bintangbinfa.wordpress.com/2013/12/13/sejarah-awal-agama-islam-masuk-ke-tanah-jawa/
diunduh tanggal 16 November 2017.
5
Zaini Muhtarom, Islam di Jawa dalam Perspektif Santri dan Abangan, (Jakarta: Salemba
Diniyah, 2002), hlm. 6.
3
Persia. Di samping itu, di Gresik juga ditemukan makam Maulana Malik Ibrahim dari
Kasyan (satu tempat di Persia) yang meninggal pada tahun 822 H atau 1419 M. Agak
ke pedalaman, di Mojokerto juga ditemukan ratusan kubur Islam kuno. Makam tertua
berangka tahun 1374 M. Diperkirakan makam-makam ini ialah makam keluarga istana
Majapahit.6
Ada beberapa pendapat mengenai arti Walisongo. Pertama adalah wali yang
sembilan, yang menandakan jumlah wali yang ada sembilan, atau sanga dalam
bahasa Jawa. Pendapat lain menyebutkan bahwa kata songo/sanga berasal dari kata
tsana yang dalam bahasa Arab berarti mulia. Pendapat lainnya lagi menyebut kata
sana berasal dari bahasa Jawa, yang berarti tempat.
6
Op. cit.
7
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Grafindo Persada, 2008), hlm. 198.
8
https://id.wikipedia.org/wiki/Walisongo diunduh tanggal 16 November 2017.
9
KH. Mohammad Dahlan, Haul Sunan Ampel Ke-555, (Surabaya: Penerbit Yayasan Makam
Sunan Ampel, 1979), hlm 1-2.
4
manifestasi peradaban baru masyarakat Jawa, mulai dari kesehatan, bercocok-tanam,
perniagaan, kebudayaan, kesenian, kemasyarakatan, hingga ke pemerintahan.10
2. Biografi Walisongo
1) Siti Fathimah binti Ali Nurul Alam Maulana Israil (Raja Champa Dinasti
Azmatkhan 1), memiliki 2 anak, bernama: Maulana Moqfaroh dan Syarifah
Sarah
2) Siti Maryam binti Syaikh Subakir, memiliki 4 anak, yaitu: Abdullah, Ibrahim,
Abdul Ghafur, dan Ahmad
3) Wan Jamilah binti Ibrahim Zainuddin Al-Akbar Asmaraqandi, memiliki 2
anak yaitu: Abbas dan Yusuf.
10
Op. cit.
5
Maulana Malik Ibrahim umumnya dianggap sebagai wali pertama yang
mendakwahkan Islam di Jawa. Ia mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam dan
banyak merangkul rakyat kebanyakan, yaitu golongan masyarakat Jawa yang
tersisihkan akhir kekuasaan Majapahit. Malik Ibrahim berusaha menarik hati
masyarakat, yang tengah dilanda krisis ekonomi dan perang saudara. Ia
membangun pondokan tempat belajar agama di Leran, Gresik. Ia juga
membangun masjid sebagai tempat peribadatan pertama di tanah Jawa, yang
sampai sekarang masjid tersebut menjadi masjid Jami' Gresik. Pada tahun 1419,
Malik Ibrahim wafat. Makamnya terdapat di desa Gapura Wetan, Gresik, Jawa
Timur.11
Sunan Ampel bernama asli Raden Rahmat, keturunan ke-19 dari Nabi
Muhammad, menurut riwayat ia adalah putra Ibrahim Zainuddin Al-Akbar dan
seorang putri Champa yang bernama Dewi Condro Wulan binti Raja Champa
Terakhir Dari Dinasti Ming. Nasab lengkapnya sebagai berikut: Sunan Ampel bin
Sayyid Ibrahim Zainuddin Al-Akbar bin Sayyid Jamaluddin Al-Husain bin Sayyid
Ahmad Jalaluddin bin Sayyid Abdullah bin Sayyid Abdul Malik Azmatkhan bin
Sayyid Alwi Ammil Faqih bin Sayyid Muhammad Shahib Mirbath bin Sayyid Ali
Khali’ Qasam bin Sayyid Alwi bin Sayyid Muhammad bin Sayyid Alwi bin
Sayyid Ubaidillah bin Sayyid Ahmad Al-Muhajir bin Sayyid Isa bin Sayyid
Muhammad bin Sayyid Ali Al-Uraidhi bin Imam Ja’far Shadiq bin Imam
Muhammad Al-Baqir bin Imam Ali Zainal Abidin bin Imam Al-Husain bin
Sayyidah Fathimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad Rasulullah. Sunan Ampel
umumnya dianggap sebagai sesepuh oleh para wali lainnya. Pesantrennya
bertempat di Ampel Denta, Surabaya, dan merupakan salah satu pusat penyebaran
agama Islam tertua di Jawa. Ia menikah dengan Dewi Condrowati yang bergelar
Nyai Ageng Manila, putri adipati Tuban bernama Arya Teja dan menikah juga
dengan Dewi Karimah binti Ki Kembang Kuning. Pernikahan Sunan Ampel
dengan Dewi Condrowati alias Nyai Ageng Manila binti Aryo Tejo, berputera:
Sunan Bonang,Siti Syari’ah,Sunan Derajat,Sunan Sedayu,Siti Muthmainnah dan
Siti Hafsah. Pernikahan Sunan Ampel dengan Dewi Karimah binti Ki Kembang
Kuning, berputera: Dewi Murtasiyah,Asyiqah,Raden Husamuddin (Sunan
Lamongan,Raden Zainal Abidin (Sunan Demak),Pangeran Tumapel dan Raden
Faqih (Sunan Ampel 2. Makam Sunan Ampel teletak di dekat Masjid Ampel,
Surabaya.12
Sunan Bonang adalah putra Sunan Ampel, dan merupakan keturunan ke-
23 dari Nabi Muhammad. Ia adalah putra Sunan Ampel dengan Nyai Ageng
Manila, putri adipati Tuban bernama Arya Teja. Sunan Bonang banyak
berdakwah melalui kesenian untuk menarik penduduk Jawa agar memeluk agama
11
https://id.wikipedia.org/wiki/Walisongo diunduh tanggal 16 November 2017.
12
Ibid.
6
Islam. Ia dikatakan sebagai penggubah suluk Wijil dan tembang Tombo Ati, yang
masih sering dinyanyikan orang. Pembaharuannya pada gamelan Jawa ialah
dengan memasukkan rebab dan bonang, yang sering dihubungkan dengan
namanya. Universitas Leiden menyimpan sebuah karya sastra bahasa Jawa
bernama Het Boek van Bonang atau Buku Bonang. Menurut G.W.J. Drewes, itu
bukan karya Sunan Bonang namun mungkin saja mengandung ajarannya. Sunan
Bonang diperkirakan wafat pada tahun 1525. Ia dimakamkan di daerah Tuban,
Jawa Timur.13
Raden Qosim atau yang dikenal sebagai Sunan Drajat merupakan saudara
seibu dari Sunan Bonang. Berdasarkan beberapa kisah yang ada beliau juga
terkenal dengan sebutan Raden Syaifudin. Beliau belajar ilmu agama dan berguru
pada Sunan Muria setelah wafatnya sang ayah. Kemudian kembali ke daerah
pesisir Banjarwati, Lamongan untuk berdakwah.
1. “Wenehono teken marang wong kang wuto” maksudnya berilah tongkat kepada
orang yang buta.
Serta masih banyak lagi suluk lain yang menjadi peninggalan Raden
Syaifudin, namun suluk yang terkenal adalah Suluk Petuah diatas. Suluk tersebut
sampai sekarang masih dipelajari di pondok-pondok Jawa kuno.14
13
Ibid.
14
https://masbidin.net/nama-nama-sunan/ diunduh tanggal 16 November 2017.
7
Sunan Kalijaga adalah salah satu diantara walisongo yang terkenal sekali
di tanah Jawa. Beliau adalah salah satu putra dari seorang bupati Tuban pada
waktu itu yaitu Arya Wilatika. Ayah dari Sunan Kalijaga sendiri adalah seorang
pemimpin pemberontakan Ronggolawe pada zaman Kerajaan Majapahit.
Ketika muda Raden Syahid telah mewarisi dari semangat ayahnya, beliau
pernah memprotes keras terhadap penarikan pajak yang tidak memiliki rasa
kemanusiaan pada pemerintahan Kerajaan Majapahit. Kemudian dibuatlah
susunan rencana perampokan kepada seluruh anggota pejabat pajak dan kemudian
untuk dibagikan keseluruh rakyat miskin.
Dalam peninggalan dari Sunan Kalijaga ada beberapa kesenian yang telah
menjadi seni khas yaitu wayang, gamelan, ukir dan juga ada beberapa lagu jawa
yang terkenal yaitu tembang lir ilir.15
Sunan Kudus atau dikenal dengan nama Ja’far Shadiq adalah salah satu
cucu dari Sunan Ampel. Selain itu Sunan Kudus juga salah satu keponakan dari
Sunan Drajat dan Sunan Bonang. Dari beberapa sumber, Sunan Kudus pernah
menuntut ilmu di Yerusalem Palestina yang langsung kepada ulama-ulama dari
Arab.
Sunan Muria adalah salah satu putra dari Sunan Kalijaga dengan istrinya
yang bernama Saroh. Selain itu Sunan Muria juga merupakan keponakan dari
Sunan Giri, karena Saroh merupakan adik dari Sunan Giri. Dalam dakwahnya
mengajarkan ajaran Islam, beliau menggunakan metode yang sama dengan
ayahnya.
Menurut sejarah Sunan Gunung Jati merupakan salah satu putra dari
kerajaan Pajajaran yang bernama Pangeran Walangsungsang dan adiknya yang
bernama Raja Santang. Beliau merupakan salah satu dari Walisongo yang
berdakwah di daerah Jawa Barat. Dalam dakwahnya beliau memilih untuk
menyebarkan ajaran Islam di daerah Cirebon.
16
Ibid.
17
Ibid.
9
tersebut bernama Syekh Kahfi dengan membawa dua puluh muridnya berdakwah
di tanah Jawa.
Selain itu Sunan Gunung Jati juga pernah dinobatkan sebagai Raja
Cirebon ke 2 pada tahun 1479 dengan gelar Maulana Jati. Selain di Cirebon beliau
juga berdakwah sampai ke Banten. Peninggalan sejarah Sunan Gunung Jati salah
satunya adalah Masjid Agung Banten.18
Nama Walisongo yang terakhir adalah Sunan Giri atau biasa dikenal
dengan Raden Paku. Beliau adalah putra dari Syekh Maulana Ishaq, seorang
ulama dari Gujarat yang pernah menetap di Pasai atau Aceh. Sementara ibunya
bernama Dewi Sekardadu yang menjadi putri Raja Hindu Blambangan Jawa
Timur.
Awal mula Sunan Giri menyebarkan ajaran Islam sejak beliau bertemu
dengan Sunan Ampel yang asih menjadi sepupunya. Setelah itu kemudian beliau
disarankan oleh Sunan Ampel untuk berdakwah di daerah Blambangan, sebelah
selatan Banyuwangi Jawa Timur. Saat itu masyarakat Blambangan sedang
tertimpa sebuah penyakit. Hingga putri Raja Blambangan pun juga terkena
penyakit tersebut. Akhirnya Sunan Giri pun dapat menyembuhkan putri tersebut
juga para masyarakat Blambangan.
18
Ibid.
19
Ibid.
10
Besarnya arti pendidikan, kepentingan Islamisasi mendorong umat Islam
melaksanakan pengajaran Islam kendati dalam system yang sederhana,
peengajaran diberikan dengan sistem halaqah yang dilakukan di tempat-tempat
ibadah semacam masjid, musallah bahkan juga di rumah-rumah ulama. Kebutuhan
terhadap pendidikan mendorong masyarakat Islam di Indonesia mengadopsi dan
mentransfer lembaga keagamaan dan sosial yang sudah ada (indigeneous religious
and social institution) ke dalam lembaga pendidikan Islam di Indonesia. Di Jawa,
umat Islam mentransfer lembaga keagamaan Hindu-Budha menjadi pesantren; di
Minangkabau mengambil Surau sebagai peninggalan adat masyarakat setempat
menjadi lembaga pendidikan Islam; demikian halnya di Aceh dengan mentransfer
lembaga meunasah sebagai lembaga pendidikan Islam.
Santri dalam arti guru mengaji, jika dilihat dari penomena santri. Santri
adalah orang yang memperdalam agama kemudian mengajarkannya kepada umat
Islam, mereka inilah yang dikenal sebagai “guru mangaji”. Santri dalam arti orang
yang tinggal di sebuah rumah miskin atau bangunan keagamaan, bisa diterima
karena rumusannya mengandung cirri-ciri yang berlaku bagi santri. Ketika
memperdalam ilmu agama, para santri tinggal di rumah miskin, ada benarnya.
Kehidupan santri dikenal sangat sederhana. Sampai Tahun 60-an, pesantren
dikenal dengan nama pondok, karena terbuat dari bambu.
Pada abad ke XV, pesantren telah didirikan oleh para penyebar agama
Islam, diantaranya Wali Songo. Wali Songo dalam menyebarkan agama Islam
mendirikan masjid dan asrama untuk santri-santri. Di Ampel Denta, Sunan Ampel
telah mendirikan lembaga pendidikan Islam sebagai tempat ngelmu atau ngaos
pemuda Islam. Sunan Giri telah ngelmu kepada Sunan Ampel mendirikan
lembaga pendidikan Islam di Giri. Dengan semakin banyaknya lembaga
pendidikan Islam pesantren didirikan, agama Islam semakin tersebar sehingga
dapat dikatakan bahwa lembaga-lembaga ini merupakan ujung tombak
penyebaran Islam di Jawa.
11
(ETIKA) melalui pengenalan dan praktek tasawuf, melainkan juga melebar
kepengajaran ilmu-ilmu syariat yang bekaitan dengan aturan atau tata pergaulan
kemasyarakatan.20
Interelasi Islam dan kebudayaan jawa di bidang pendidikan tidak lupa dari
perjuangan Walisongo dalam mengislamkan tanah jawa dan perkembangan
pendidikan pesantren di tanah Jawa. Secara historis, asal-usul pesantren tidak
dapat di pisahkan dari sejarah pengaruh Walisongo abad 15-16. pesantren
merupakan Lembaga pendidikan ini telah berkembang, khususnya di Jawa selama
berabad-abad dan merupakan lembaga pendidikan yang unik di Indonesia.
20
Masroer Ch., The History of Java; Sejarah Perjumpaan Agama-agama di Jawa, (Yogyakarta:
Ar-Ruzz, 2004), hal. 44.
21
Ibid, hal. 42.
22
Ibid.
12
pendidikan keagamaan yang merupakan kelanjutan dari lembaga pendidikan pra-
Islam, yang disebut mandala. Mandala telah ada sejak sebelum majapahit dan
berfungsi sebagai pusat pendidikan semacam sekolah dan keagamaan. Bangunan
mandala dibangun di tas tanah perdikan yang memperoleh kebebasan sangat luas
dari beban-beban penyerahan pajak, kerja rodi, dan campur tangan pihak kraton
serta pemilik tanah yang tidak berkaitan dengan keagamaan. Mandala adalah
tempat yang di anggap suci karena di situ tempat tinggal para pendeta atau par
pertapa yang memberikan kehidupan yang patut di contoh masyarakat sekitar
karena kesalehannya, dan lain-lain.23
Pada masa Sunan Giri ajaran tasawuf diadopsi menjadi norma yang harus
dipegang oleh masyarakat, diantara isi dari norma tersebut adalah Meper
Hardaning Pancadriya (kita harus selalu menekan gelora nafsu-nafsu) Heneng -
Hening -Henung (dalam keadaan diam kita akan memperoleh keheningan dan
dalam keadaan hening itulah kita akan mencapai cita -cita luhur). Mulyo guno
Panca Waktu (suatu kebahagiaan lahir batin hanya bisa kita capai dengan salat
lima waktu).
23
Sultoni, Nilai-Nilai Ajaran Tasawuf Walisongo, dan Perkembangannya di Nusantara,
(Tulungagung:Kabilah, Desember 2016), vol. 1, no. 2, hal. 370.
24
Ibid. hal. 374.
13
c. Mengakulturasi Kesenian dengan Ajaran Tasawuf
Para wali mengubah wayang kulit itu bukan sekedar untuk memberantas
kemusyrikan, tetapi juga lebih untuk mengenalkan agama Islam, sehingga orang
bersedia memeluk dan mengenalkan ajaran-ajarannya. Dalam setiap lakon dapat
diambil suri tauladan atau makna yang tersirat dan tersurat dalam setiap lakon
agar manusia dapat mengambil hikmahnya. Dengan demikian, peranan wayang
lebih sebagai dasar filosofi manusia Jawa. Disamping ajaran-ajaran yang
disampaikan oleh para pujangga Jawa dikatakan, sunan Kalijaga tokoh yang
paling mahir dalam mementaskan wayang. Dia mengarang lakon-lakon wayang
yang baru, dan menjadi dalang pagelaran wayang yang mementaskan “kalimat
syahadat” ia bersedia memainkan lakon wayang dengan syarat pihak
penyelenggara pagelaran sudi mengucapkan syahadat sebagai tanda kerelaan
memeluk Islam, dan dia juga tidak pernah meminta upah pertunjukan, tetapi ia
meminta para penonton juga untuk mengikutinya mengucapkan kalimat sahadat.
Wayang bisa dipakai sebagai sumber nilai hidup, didalam memuat nilai-
nilai keluhuran juga memuat nilai-nilai ketidak luhuran, nilai-nilai keluhuran
diharapkan untuk ditiru karena mencerminkan kebaikan. Disamping itu dalam
berbagai lakon maupun gambaran para tokohnya menunjukkan nilai-nilai etis,
misalnya nilai kebenaran sejati, kedudukan nilai kebenaran sejati dalam wayang
dibuktikan oleh kenyataan bahwa semua kesatria yang baik dalam wayang selalu
berusaha menjadi manusia kebenaran yang dilambangkan oleh tindakan mereka
untuk melenyapkan ketidak kebenaran (sura dira jaya ningrat lebur dening
pangastuti).
14
Ajaran tentang kebenaran dalam wayang merupakan ajaran pokok Resi
Wiyasa dalam lakon wahyu purba sejati mengajarkan kepada manusia untuk
percaya kepada enam hal. Yaitu: manembah (menyembah kepada Tuhan), menepi
(tidak boleh bertengkar), maguru (berguru), mengabdi kepada anak isteri, dan
makarya (bekerja) tanpa pamrih, maka perlahan-lahan ceritanya diarahkan kepada
cerita yang mengenalkan ajaran Islam. Para wali itulah yang mula-mula
memberikan pengaruh Islam kepada cerita-cerita mereka.
Semua itu apabila kita telaah dengan teliti adalah merupakan perjuangan
dan hasil kerja keras yang dilakukan oleh para walisongo untuk menyebarkan
agama Islam di pulau Jawa.25
25
Ibid. hal. 375.
15
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Sebelum tanah Jawa dimasuki oleh agama Islam, masyarakat Jawa pra-sejarah
telah memeluk keyakinan yang bercorak animisme dan dinamisme. Setelah itu masuk
pada zaman Hindu-Budha diperkenalkan konsep dewa-raja atau raja titising dewa. Ini
berarti bahwa rakyat harus tunduk pada kedudukan raja untuk mencapai keselamatan
dunia akhirat.
Perkembangan Islam di pulau Jawa bersamaan waktunya dengan melemahnya
posisi raja Majapahit. Hal itu menjadi peluang bagi raja-raja Islam di pesisir untuk
membangun pusat-pusat yang independen. Peran Walisongo lah yang berjuang
menyebarkan agama Islam di tanah Jawa.
Walisongo yaitu Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan
Bonang, Sunan Dradjad, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria, serta Sunan
Gunung Jati. Mereka tidak hidup pada saat yang persis bersamaan. Namun satu sama lain
mempunyai keterkaitan erat, bila tidak dalam ikatan darah juga dalam hubungan guru-
murid.
Peran Walisongo dalam proses islamisasi di Pulau Jawa diantaranya: berdakwah
dengan pendidikan, kelembagaan dan ilmu hikmah, menggunakan kebijaksanaan dan
melakukan akulturasi ajaran islam dengan kebudayaan setempat, mengakulturasi
kesenian dengan ajaran tasawuf, dan lain sebagainya.
16
DAFTAR PUSTAKA
Muhtarom, Zaini. 2002. Islam di Jawa dalam Perspektif Santri dan Abangan. Jakarta: Salemba
Diniyah.
Shodiq. 2013. Potret Islam Jawa. Semarang : PT. Pustaka Rizky Putra.
https://balubu.com/biografi-walisongo/
https://bintangbinfa.wordpress.com/2013/12/13/sejarah-awal-agama-islam-masuk-ke-tanah-jawa/
https://id.wikipedia.org/wiki/Walisongo
https://masbidin.net/nama-nama-sunan/
17