Anda di halaman 1dari 16

MEMBUMIKAN ISLAM DI INDONESIA AGAR ISLAM DIRASAKAN

SEBAGAI KEBUTUHAN HIDUP

(Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Agama yang diampuh oleh Ibu
Prof. Dr. Novianty Djafri, S.Pd.I, M.Pd.I )

Disusun Oleh:

Sheila Flanela Lando (413423028)

PROGRAM STUDI STATISTIKA

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT Tuhan Yang Masa Esa
yang telah memberikan limpahan rahmat , taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Membumikan Islam di Indonesia agar
Islam dirasakan sebagai Kebutuhan Hidup” yang diberikan oleh Ibu Prof. Dr. Novianty
Djafri, S.Pd.I, M.Pd.I. Shalawat serta salam tak lupa kita curahkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah menunjukkan jalan kebaikan dan kebenaran di dunia dan
akhirat kepada umat manusia.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Agama dan juga untuk
khalayak ramai sebagai bahan penambah wawasan dan pengetahuan serta informasi
yang bermanfaat bagi para pembaca.

Dalam penyusunan makalah ini penulis mencurahkan segala kemampuan penulis


semaksimal mungkin. Namun penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini
masih banyak kesalahan serta kekurangan.

Gorontalo, 03 Februari 2024

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................i

DAFTAR ISI.................................................................................................................ii

BAB I.............................................................................................................................1

PENDAHULUAN.........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1

BAB II............................................................................................................................3

PEMBAHASAN...........................................................................................................3

2.1 Makna Kebahagian menurut Pandangan Islam........................................................3

2.2 Peran Islam dalam Mewujudkan Keselamatan Hidup di Dunia dan Akhirat pada

Konteks Moderen...........................................................................................................4

BAB III..........................................................................................................................6

PENUTUP.....................................................................................................................6

3.1 Kesimpulan...............................................................................................................6

3.2 Saran.........................................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Agama merupakan suatu hal yang harus di ketahui makna yang terkandung di
dalamnya,dan agama tersebut berpijak kepada suatu kodrat kejiwaan yang berupa
keyakinan, sehingga dengan demikian, kuat atau rapuhnya Agama bergantung kepada
sejauhmana keyakinan itu tertanam dalam jiawa (Asir, 2014).

Islam adalah agama untuk penyerahan diri semata-mata kepada Allah agama semua
nabi, agama yang sesuai dengan fitrah manusia, agama yang menjadi petunjuk manusia,
mengatur hubungan antara manusia dengan Rabbnya dan manusia dengan
lingkungannya. Agama rahmah bagi semesta alam, dan merupakan satu-satunya agama
yang diridhoi Allah, agama yang sempurna. Dengan beragama Islam, setiap Muslim
memiliki landasan tauhidullah, dan menjalankan peran dalam hidup berupa ibadah
(pengabdian vertical) dan khilafah (pengabdian horizontal) dan bertujuan meraih ridha
dan karunia Allah. Dibawa secara berantai (estafet) dari satu generasi kegenerasi
selanjutnya dari satu angkatan ke angkatan berikutnya.

Islam adalah agama allah yang diwahyuhkan kepada rasul-rasulnya untuk diajarkan
kepada manusia. Dibawah secara berantai dari satu generasi ke generasi selanjutnya dari
satu angkatan ke angkatan berikutnya. Islam adalah rahmat, hidayat dan petunjuk bagi
manusia dan merupukan manifestasi dari sifat rahman dan rahim Allah SWT. Mayoritas
manusia dibumi ini memeluk agama Islam. Banyak juga yang memilih menjadi mualaf
setelah mengetahui semua kebenaran ajaran Nabi Muhammad SAW. Ini yang tercantum
dalam Al-Quran.

Namun di masa kejayaan islam pada masa sekarang,semakin banyak pula


orangorang yang beragama islam, tapi tidak mengerti arti islam itu sendiri. Mereka
hanya menjalankan syari’ah atau ajaran-ajaran islam tanpa mengerti makna islam. Ada
juga orang yang islam KTP atau islam hanya sebagai menyempurnakan KTP dari pada
tak tercantum agamanya. Oleh karena itu di makalah ini akan dibahas mengenai
bagaimana membumikan islam di Indonesia. Perkembangan Islam di Nusantara ini
merasakan berbagai pengalaman, disebabkan adanya keberagaman budaya dan tradisi
pada setiap pulau tersebut. Bahkan dalam satu pulau saja bisa melahirkan berbagai
budaya dan tradisi. Perjumpaan Islam dengan budaya (tradisi) lokal itu seringkali
menimbulkan akulturasi budaya (Septia Putri Utarianti et al., 2023).

1.1 Rumusan Masalah


1. Bagaimana masuknya islam di indonesia?
2. Mengapa islam agama rahmatan lil’alamin?
3. Mengapa manusia membutuhkan agama?
4. Bagaimana membumikan islam di indonesia?
1.2 Tujuan
1. Mengetahui bagaimana masuknya islam di indonesia
2. Mengetahui mengapa islam agama rahmatan lil’alamin
3. Mengetahui mengapa manusia membutuhkan agama
4. Mengetahui bagaimana membumikan islam di indonesia
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Masukknya Islam Di Indonesia

Kedatangan Islam di berbagai daerah Indonesia tidaklah bersamaan. Demikian


pula kerajaan-kerajaan dan daerah-daerah yang didatanginya mempunyai situasi politik
dan sosial budaya yang berlainan. Proses masuknya Islam ke Indonesia memunculkan
beberapa pendapat. Para Tokoh yang mengemukakan pendapat itu diantaranya ada yang
langsung mengetahui tentang masuk dan tersebarnya budaya serta ajaran agama Islam
di Indonesia, ada pula yang melalui berbagai bentuk penelitian seperti yang dilakukan
oleh orang-orang barat (eropa) yang datang ke Indonesia karena tugas atau dipekerjakan
oleh pemerintahnya di Indonesia. Tokoh-tokoh itu diantaranya, Marcopolo, Muhammad
Ghor, Ibnu Bathuthah, Dego Lopez de Sequeira, Sir Richard Wainsted.

Sedangkan sumber-sumber pendukung Masuknya Islam di Indonesia diantaranya


adalah:

a. Berita dari Arab


Berita ini diketahui dari pedagang Arab yang melakukan aktivitas
perdagangan dengan bangsa Indonesia. Pedagang Arab Telah datang ke
Indonesia sejak masa kerajaan Sriwijaya (abad ke-7 M) yang menguasai jalur
pelayaran perdagangan di wilayah Indonesia bagian barat termasuk Selat Malaka
pada waktu itu. Hubungan pedagang Arab dengan kerajaan Sriwijaya terbukti
dengan adanya para pedagang Arab untuk kerajaan Sriwijaya dengan sebutan
Zabak, Zabay atau Sribusa. Pendapat ini dikemukakan oleh Crawfurd, Keyzer,
Nieman, de Hollander, Syeh Muhammad Naquib Al-Attas dalam bukunya yang
berjudul Islam dalam Sejarah Kebudayaan Melayu dan mayoritas tokoh-tokoh
Islam di Indonesia seperti Hamka dan Abdullah bin Nuh. Bahkan Hamka
menuduh bahwa teori yang mengatakan Islam datang dari India adalah sebagai
sebuah bentuk propaganda, bahwa Islam yang datang ke Asia Tenggara itu tidak
murni.
b. Berita Eopa
Berita ini datangnya dari Marcopolo tahun 1292 M. Ia adalah orang yang
pertama kali menginjakan kakinya di Indonesia, ketika ia kembali dari cina
menuju eropa melalui jalan laut. Ia dapat tugas dari kaisar Cina untuk
mengantarkan putrinya yang dipersembagkan kepada kaisar Romawi, dari
perjalannya itu ia singgah di Sumatera bagian utara. Di daerah ini ia menemukan
adanya kerajaan Islam, yaitu kerajaan Samudera dengan ibukotanya Pasai.
Diantara sejarawan yang menganut teori ini adalah C. Snouch Hurgronye, W.F.
Stutterheim,dan Bernard H.M. Vlekke.
c. Berita India
Berita ini menyebutkan bahwa para pedagang India dari Gujarat
mempunyai peranan penting dalam penyebaran agama dan kebudayaan Islam di
Indonesia. Karena disamping berdagang mereka aktif juga mengajarkan agama
dan kebudayaan Islam kepada setiap masyarakat yang dijumpainya, terutama
kepada masyarakat yang terletak di daerah pesisisr pantai. Teori ini lahir selepas
tahun 1883 M. Dibawa oleh C. Snouch Hurgronye. Pendukung teori ini,
diantaranya adalah Dr. Gonda, Van Ronkel, Marrison, R.A. Kern, dan C.A.O.
Van Nieuwinhuize.
d. Berita Cina
Berita ini diketahui melalui catatan dari Ma Huan, seorang penulis yang
mengikuti perjalanan Laksamana Cheng-Ho. Ia menyatakan melalui tulisannya
bahwa sejak kira-kira-kira tahun 1400 telah ada saudagar-saudagar Islam yang
bertempat tinggal di pantai utara Pulai Jawa. T.W. Arnol pun mengatakan para
pedagang Arab yang menyebarkan agama Islam di Nusantara, ketika mereka
mendominasi perdagangan Barat-Timur sejak abad-abad awal Hijrah atau abad
ke-7 dan ke-8 M. Dalam sumber-sumber Cina disebutkan bahwa pada abad ke-7
M seorang pedagang Arab menjadi pemimpin sebuah pemukiman Arab Muslim
di pesisir pantai Sumatera (disebut Ta’shih).
e. Sumber dalam Negeri
Terdapat sumber-sumber dari dalam negeri yang menerangkan
berkembangnya pengaruh Islam di Indonesia. Yakni Penemuan sebuah batu di
Leran (Gresik). Batu bersurat itu menggunakan huruf dan bahasa Arab, yang
sebagian tulisannya telah rusak. Batu itu memuat tentang meninggalnya seorang
perempuan yang bernama Fatimah Binti Maimun (1028). Kedua, Makam Sultan
Malikul Saleh di Sumatera Utara yang meninggal pada bulan Ramadhan tahun
676 H atau tahun 1297 M. Ketiga, makam Syekh Maulana Malik Ibrahim di
Gresik yang wafat tahun 1419 M. Jirat makan didatangkan dari Guzarat dan
berisi tulisan-tulisan Arab (Permana et al., 1996).

2.2 Islam Agama Rahmatan Lil’alamin

Ajaran Islam Rahmatan Lil’alamin sebenarnya bukan hal baru, basisnya sudah
kuat di dalam al-Qur’an dan al-Hadits, bahkan telah banyak diimplementasikan dalam
sejarah Islam, baik pada abad klasik maupun pada abad pertengahan. Secara etimologis,
Islam berarti “damai”, sedangkan rahmatan lil ‘alamin berarti “kasih sayang bagi
semesta alam”. Maka yang dimaksud dengan Islam Rahmatan lil’alamin adalah Islam
yang kehadirannya di tengah kehidupan masyarakat mampu mewujudkan kedamaian
dan kasih sayang bagi manusia maupun alam.
Rahmatan lil’alamin adalah istilah qur’ani dan istilah itu sudah terdapat dalam
Al-Qur’an, yaitu sebagaimana firman Allah dalam Surat al-Anbiya’ ayat 107: ”Dan
tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam
(rahmatan liralamin)”.
Ayat tersebut menegaskan bahwa kalau Islam dilakukan secara benar dengan
sendirinya akan mendatangkan rahmat, baik itu untuk orang Islam maupun untuk selu-
ruh alam. Rahmat adalah karunia yang dalam ajaran agama terbagi menjadi dua; rahmat
dalam konteks rahman dan rahmat dalam konteks rahim. Rahmat dalam konteks rahman
adalah bersifat amma kulla syak, meliputi segala hal, sehingga orang-orang nonmuslim
pun mempunyai hak kerahmanan.
Rahim adalah kerahmatan Allah yang hanya diberikan kepada orang Islam. Jadi
rahim itu adalah khoshshun lil muslimin. Apabila Islam dilakukan secara benar, maka
rahman dan rahim Allah akan turun semuanya. Dengan demikian berlaku hukum
sunnatullah, baik muslim maupun non-muslim kalau mereka melakukan hal-hal yang
diperlukan oleh kerahmanan, maka mereka akan mendapatkanya. Kendatipun mereka
orang Islam, tetapi tidak melakukan ikhtiar kerahmanan, maka mereka tidak akan
mendapatkan hasilnya. Dengan kata lain, kurnia rahman ini berlaku hukum kompetitif.
Misalnya, orang Islam yang tidak melakukan kegiatan ekonomi, maka mereka tidak bisa
dan tak akan menjadi makmur. Sementara orang yang melakukan ikhtiar kerahmanan
adalah non-muslim, maka mereka akan mendapatkan kemakmuran secara ekonomi.
Karena dalam hal ini mereka mendapat sifat kerahmanan Allah yang berlaku universal
(amma kulla syak).
Sedangkan hak atas syurga ada pada sifat rahimnya Allah Swt, maka yang
mendapat kerahiman ini adalah orang mukminin. Dengan demikian, dapat ditarik
kesimpulan bahwa rahmatan lil’alamin adalah bersatunya karunia Allah yang terlingkup
di dalam kerahiman dan kerahmanan Allah.
Dalam konteks Islam rahmatan lil’alamin, Islam telah mengatur tata hubungan
menyangkut aspek teologis, ritual, sosial, dan humanitas. Dalam segi teologis, Islam
memberi rumusan tegas yang harus diyakini oleh setiap pemeluknya, tetapi hal ini tidak
dapat dijadikan alasan untuk memaksa non-muslim memeluk agama Islam (Laa Ikrooha
Fiddiin). Begitu halnya dalam tataran ritual yang memang sudah ditentukan
operasionalnya dalam Al-Qur’an dan As-Sunah.

2.3 Manusia Membutuhkan Agama


Pada dasarnya manusia memiliki keterbatasan pengetahuan dalam banyak hal,
baik mengenai sesuatu yang tampak maupun yang gaib, dan juga keterbatasan dalam
memprediksi apa yang akan terjadi pada diri nya dan orang lain, dan sebagainya. Oleh
karena keterbatasan itulah maka manusia perlu memerlukan agama untuk membantu
dan memberikan pencerahan spiritual kepada diri nya. Manusia membutuhkan agama
tidak sekedar untuk kebaikan diri nya di hadapan Tuhan saja, melainkan juga untuk
membantu dirinya dalam menghadapi bermacam-macam problema yang kadang-kadang
tidak dapat dipahami nya. Di sinilah manusia diisyaratkan oleh diri dan alam nya bahwa
Zat yang lebih unggul dari diri nya, Yang Maha Segala-galanya, seperti yang dijelaskan
oleh para antropolog bahwa agama merupakan respons terhadap kebutuhan untuk
mengatasi kegagalan yang timbul akibat ketidakmampuan manusia untuk memahami
kejadian-kejadian atau peristiwwa-peristiwa yang ruparupa nya tidak dapat diketahui
dengan tepat.
Selain daripada itu agama juga memberi isyarat kepada manusia dan alam
bahwa ada Zat yang lebih unggul, Zat Yang Maha Segala-galanya, yang disitu manusia
perlu bersandar kepad Dia melalui medium agama. Dengan kata lain perlu bersandar
dan berpasrah (tawakal) kepada Dia melalui agama karena agama menjadi tempat bagi
kita untuk mengadu dan berkomunikasi dengan Tuhan. Kepasrahan kita kepada Tuhan
didasarkan pada suatu ajaran bahwa manusia hanya bisa berusaha, Tuhan yang
menentukan.

2.4 Membumikan Islam Di Indonesia


Islam hadir di Nusantara ini sebagai agama baru dan pendatang. Dikarenakan
kehadirannya lebih belakang dibandingkan dengan agama Hindu, Budha, Animisme dan
Dinamisme. Dinamakan agama pendatang karena agama ini hadir dari luar negeri.
Terlepas dari subtansi ajaran Islam, Islam bukan merupakan agama asli bagi bangsa
Indonesia, melainkan agama yang baru datang dari Arab. Sebagai agama baru dan
pendatang saat itu, Islam harus menempuh strategi dakwah tertentu, melakukan
berbagai adaptasi dan seleksi dalam menghadapi budaya dan tradisi yang berkembang
di Indonesia.
Perkembangan Islam di Nusantara ini merasakan berbagai pengalaman,
disebabkan adanya keberagaman budaya dan tradisi pada setiap pulau tersebut. Bahkan
dalam satu pulau saja bisa melahirkan berbagai budaya dan tradisi. Perjumpaan Islam
dengan budaya (tradisi) lokal itu seringkali menimbulkan akulturasi budaya. Kondisi ini
menyebabkan ekpresi Islam tampil beragam dan bervariasi sehingga kaya kreativitas
kultural-religius. Realitas ini merupakan risiko akulturasi budaya, tetapi akulturasi
budaya tidak bisa dibendung ketika Islam memasuki wilayah baru. Jika Islam bersikap
keras terhadap budaya atau tradisi lokal yang terjadi justru pertentangan terhadap Islam
itu sendiri bahkan peperangan dengan pemangku budaya, tradisi atau adat lokal seperti
perang Padri di Sumatera. Maka jalan yang terbaik adalah melakukan seleksi terhadap
budaya maupun tradisi yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam untuk diadaptasi
sehingga mengekpresikan Islam yang khas. Ekpresi Islam lokal ini cenderung
berkembang sehingga menimbulkan Islam yang beragam.
Dalam konteks sejarah penyebaran Islam di Nusantara tepatnya pada aba ke -15
dan khususnya di tanah Jawa, Walisongo mempunyai peran yang cukup besar dalam
proses akulturasi Islam dengan budaya. Budaya dijadikan sebagai media dalam
menyebarkan Islam dan mengenalkan nilai dan ajaran Islam kepada masyarakat secara
persuasif. Kemampuan memadukan kearifan local dan nilai-nilai Islam mempertegas
bahwa agama dan budaya lokal tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Secara
sosiologis, keberadaan Walisongo hampir semua berada di titik tempat pusat kekuatan
masyarakat, yaitu di Surabaya, Gresik, Demak, dan Cirebon. Bahkan kerabat mereka
pun memiliki peran yang signifikan juga dalam penyebaran Islam secara kultural.
Dalam konteks praktik keagamaan yang dijalankan masyarakat Indonesia yang
berhubungan dengan gerakan dakwah Walisongo dtampak sekali terdapat usaha
membumikan Islam. Fakta tentang pribumisasi Islam yang dilakukan Walisongo dalam
dakwahnya terlihat sampai saat ini. Sejumlah istilah local yang digunakan untuk
menggantikan istilah yang berbahasa Arab, contohnya Gusti Kang Murbeng (Allahu
Rabbul Alamin), Kanjeng Nabi, Kyai (al-Alim), Guru (Ustadz), bidadari (Hur),
sembahyang (shalat), dan lain-lain.
Sejak masa Wali Songo, Islam di Indonesia memiliki dua model di atas.
Kelompok formalis lebih mengutamakan aspek fikih dan politik kenegaraan, sedangkan
kelompok esensialis memprioritaskan aspek nilai dan kultur dalam berdakwah. Di era
kemerdekaan sampai dengan era pascareformasi, polemik antara kedua model
keberagamaan ini masih tetap ada. Dalam masyarakat yang pluralistik saat ini
diperlukan pengembangan kiat-kiat baru bagi para pendakwah dengan menyelaraskan
dengan kemajuan tekhnologi dan modernitas. Penggunaan media massa dan internet
dirasa sangat pas dalam menyebarkan dakwah yang lebih luas lagi. Artinya, metode
seperti ini juga menandakan sama dengan para Walisongo pada zaman dahulu
menggunakan media tradisional. Tuntutan modernitas dan globalisasi menuntut model
pemahaman agama yang saintifik, yang secara serius memperlihatkan berbagai
pendekatan, Pendekatan Islam monodisiplin tidak lagi memadai untuk menjawab
tantangan zaman yang dihadapi umat Islam di pelbagai tempat. Agar diperoleh
pemahaman Islam yang saintifik di atas diperlukan pembacaan teks-teks agama (Quran,
Al-Hadts, dan turats) secara integratif dan interkonektif dengan bidang-bidang dan
disiplin ilmu lainnya.
Di sisi lain, Islam yang telah menyebar ke seluruh penjuru dunia, mau tidak
mau, harus beradaptasi dengan nilai-nilai budaya lokal (kearifan lokal). Sebagai
substansi, Islam merupakan nilai-nilai universal yang dapat berinteraksi dengan nilai-
nilai lokal (local wisdom) untuk menghasilkan suatu norma dan budaya tertentu. Islam
sebagai ramatan lil amin terletak pada nilai-nilai dan prinsip-prinsip kemanusiaan
universal yang dibangun atas dasar kosmologi tauhid. Nilai-nilai tersebut selanjutnya
dimanifestasikan dalam sejarah umat manusia melalui lokalitas ekspresi penganutnya
masing-masing (Septia Putri Utarianti et al., 2023).
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Islam adalah agama yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW
sebagai nabi dan rasul terakhir untuk menjadi pedoman hidup seluruh manusia hingga
akhir zaman. Kewajiban sebagai umat islam untuk membumikan islam sudah tertera
dalam berbagai hadist dan surat di Al-quran. Banyak cara yang dapat ditempuh dalam
membumikan islam di indonesia. Kebangkitan atau kemajuan umat islam, baik sendiri-
sendiri maupun bersama-sama sungguh sangat bergantung pada sejauh mana mereka
berpedoman dan berpegang teguh pada petunjuk-petunjuk, ajaran-ajaran, aturan-aturan,
etika-etika, dan norma-norma yang mencakup segala aspek dan segi kehidupan manusia
dimanapun.

3.2 Saran

Menyadari bahwa saya masih jauh dari kata sempurna, kedepannya saya akan
lebih fokus dan detail dalam menjelaskan dalam makalah di atas dengan sumber-sumber
yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan. Untuk saran berisi
kritik atau saran kepada kami dapat bisa untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari
bahasan makalah yang telah di jelaskan.
DAFTAR PUSTAKA

Asir, A. (2014). Agama Dan Fungsinya Dalam Kehidupan Umat Manusia. Jurnal
Penelitian Dan Pemikiran Keislaman, 1(1), 57.
http://journal.uim.ac.id/index.php/alulum/article/view/234

Permana, O. R., Ag, S., Hum, M., Tah, T., & Ketiganya, I. (1996). SEJARAH
MASUKNYA ISLAM KE INDONESIA. 59, 1–27.

Septia Putri Utarianti, R., Hayati, I., & Nurlaili. (2023). SICEDU : Science and
Education Journal Membumikan Islam Di Indonesia. Science and Education
Journal, 2(2), 369–370.

mahikota.go.id/index.php/artikel/detail/874-memahami-konsep-islam-rahmatan-
lil’alamin

Anda mungkin juga menyukai