Anda di halaman 1dari 4

NAME: ACHMAD ZUHAIR ADNAN

KELAS: IX F

Jauh sebelum Islam masuk ke nusantara dan menjadi agama mayoritas,


masyarakat telah memiliki sistem kepercayaannya sendiri. Secara umum,
keyakinan tersebut disebut sebagai animisme dan dinamismeKemudian periode
Hindu-Buddha dimulai sekitar abad ke-3 dan pengaruhnya paling besar terdapat
di Pulau Jawa. Perkembangan keyakinan Bangsa Indonesia selalu dinamis.

Dan pada saat yang sama, unsur-unsur dari keyakinan masa lampau juga masih
memengaruhi kehidupan masyarakat hingga sekarang. Untuk lebih jelasnya,
berikut adalah penjelasan masing-masing keyakinan masyarakat sebelum periode
Islam:

• Animisme
Dikutip dari Agama dan Perubahan Sosial karya Amran Kasimin, animisme
mempercayai bahwa setiap benda di bumi seperti kawasan tertentu, goa, pohon,
batu besar, dan lain-lain mempunyai roh atau jiwa yang mesti dihormati agar tidak
mengganggu manusia. Mereka juga berharap agar roh-roh tersebut menjaga
mereka dari roh jahat dan membantu dalam kehidupan sehari-hari.

Karakteristik masyarakat yang menganut keyakinan ini di antaranya adalah


memohon perlindungan dan permintaan kepada roh untuk penyembuhan
penyakit, sukses dalam bercocok tanam, terhindar dari bencana alam, selamatan
ketika memasuki rumah baru, dan lain-lain. Sebagaimana dikutip dari
Encyclopaedia of Social Cultural Anthropology oleh Alan Barnard and Jonathan
SpencerOleh sebab itu, di Indonesia ditemukan beberapa monumen yang terbuat
dari batu-batu sebagai tempat pemujaan roh nenek moyang. Pemberian sesaji
pada roh yang berdiam di pohon-pohon besar, di tempat mata air, di kuburan tua,
tempat-tempat yang dianggap angker, serta upacara selamatan merupakan
beberapa perwujudan dari kepercayaan animisme.
• Dinamisme
Dinamisme adalah keyakinan terhadap kekuatan yang berada dalam suatu benda
dan diyakini mampu memberikan suatu manfaat dan marabahaya. Benda-benda
tersebut bisa berupa gunung, bebatuan, dan lain sebagainya.

Berbeda dengan animisme yang penekanannya berada pada kepercayaan


terhadap roh, dinamisme didasari oleh pola pikir bahwa kekuatan alam
menentukan kehidupan secara keseluruhan.

Untuk menambah kekuatan batin misalnya, seseorang akan menggunakan benda-


benda bertuah. Benda-benda ini dipercaya memiliki kekuatan, seperti keris atau
benda-benda lain yang dianggap keramat.
Periode Hindu-Buddha
Pengaruh Hindu Budha eksistensinya dengan mudah dapat dikenali dari
peninggalan batu bertulis serta candi. Masuknya kebudayaan Hindu juga
menjadikan masyarakat Indonesia mengenal kasta, meskipun tidak seketat India.

Kasta tersebut adalah Brahmana (kaum pendeta dan sarjana), Ksatria (para
prajurit, pejabat, dan bangsawan), Waisya (para pedagang, petani, pemilik tanah,
dan prajurit), serta Sudra (rakyat jelata dan pekerja kasar).

Agama Budha yang menekankan pada moral dan menuntun manusia untuk
berbuat baik terhadap sesama agar dapat mencapai Nirwana juga diterima secara
baik di nusantara. Ajaran ini jugalah yang memperlancar meresapnya agama
Islam, karena mengajarkan hal yang hampir serupa.
Sebelum islam datang, masyarakat Jawa menganut agama Budha dan Hindu.
Kepercayaan masyarakat pada saat sebelum datangnya islam ke Indonesia adalah
kepercayaan terhadap adanya dewa-dewa. Masyarakat nusantara sebelum
datangnya
islam, merupakan masyarakat majemuk. Kontak antara agama dengan agama dan
antara agama dengan kepercayaan yang telah ada sebelumnya mengakibatkan
terjadinya saling mempengaruhi bahkan terjadi pola sinkretisasi.
Diskursus mengenai kedatangan Islam di Nusantara sampai sekarang diwarnai
perdebatan panjang yang berpijak pada tiga hal persoalan penting yaitu tempat
asal
kedatangan Islam, para pembawa , dan waktu kedatangannya.1 Begitu pula
masuknya
Islam ke Jawa sampai sekarang masih belum bisa ditentukan dengan pasti. Ada
kemungkinan bahwa agama Islam masuk ke Jawa pada abad ke-11 M, hal tersebut
dapat dibuktikan melalui temuan batu nisan dari Leran Gresik yang bertuliskan
huruf
Arab, tertulis bahwa makam tersebut merupakan makam seorang wanita muslim
bernama Fatimah Binti Maimunah dengan tahun 475 H atau 1082 M.
Metamorfosa perkembangan Islam pada masa awal di Indonesia selalu
menarik untuk dikaji dan diteliti. Hal tersebut dikarenakan Islam yang hadir di

1) Abdul Karim, Sejarah Perkembangan dan Peradaban Islam (Yogyakarta :


Bagaskara, 2015)
perairan Nusantara ini mampu dengan cepat beradaptasi sehingga tidak
memunculkan
benturan budaya dengan adat istiadat dan tradisi lokal yang sudah ada
sebelumnya.
Hal tersebut merupakan usaha untuk memperluas agama Islam, karena
sebelumnya
masyarakat Indonesia menganut kepercayaan Hindu dan Budha. Setelah ada
kerajaan-kerajaan yang rajanya menganut agama Islam seperti di Demak dan
Mataram II, pada dasarnya yang memiliki peranan dalam menyebarkan agama
Islam
adalah para wali yang tergabung dalam wali sanga. Para wali benar-benar menjadi
penyebar agama Islam di Pulau Jawa. Karena pulau itu menjadi pusat
pemerintahan
dari keseluruhan kepulauan di Indonesia, maka ketika Mataram II menjadikan
agama
Islam sebagai agama kerajaan, dengan sendirinya penyebaran Islam itu secara
teratur
tersiar ke daerah-daerah di seluruh kepulauan.

2) Para wali memiliki peranan yang sangat penting dalam penyebaran Islam di
Nusantara, khususnya di Jawa. Kegiatan Islamisasi di Jawa sejak awal selalu
mengahadapi benturan dengan tradisi Jawa yang banyak dipengaruhi agama
Hindu,
sehingga selalu terjadi ketegangan dan dialog yang panjang.

Anda mungkin juga menyukai