67
Esuriun Orang Bati
Kondisi Geografis
Pulau Seram merupakan pulau terbesar di wilayah Kepulauan
Maluku. Pulau Seram terdiri dari wilayah pegunungan maupun dataran
rendah. Wilayah pegunungan yang cukup tinggi berada di wilayah
Seram Timur sampai dengan Seram Tengah bagian Selatan, sedangkan
di wilayah bagian Barat terdapat pegunungan yang tidak begitu tinggi
seperti di Seram bagian Timur maupun Seram Tengah. Sebutan
Seram! 1). Seperti itu adalah persepsi sebagian besar Orang Maluku (ter-
utama Orang yang mendiami negeri-negeri adat di Pulau Ambon,
Saparua, Haruku, dan Nusa Laut (Kepulauan Lease). Pulau Seram se-
bagai pulau terbesar di Kepulauan Maluku yang terletak di sebelah
utara Pulau Ambon, Pulau Tiga (Nusa Lain, Nuasa Hatala, Nusa Ela),
Kepulauan Lease (Saparua, Haruku, dan Nusa Laut), sebelah Timur dari
Pulau Buru, Manipa, Kelang, dan Buano, dan sebelah Barat dari Pulau
Geser, Gorom, Keving, Seram Laut, Varan dan Akad.
Secara geografis, bagian barat Pulau Seram dikelilingi oleh Laut
Seram dan Laut Buru. Di sebelah utara terdapat Laut Seram yang me-
nyambung dengan Samudera Pasifik. Di sebelah selatan dikelilingi oleh
Laut Banda yang menyambung dengan Samudera Hindia (Samudera
Indonesia), dan bagian timur dikelilingi oleh Laut Seram yang me-
nyambung dengan Laut Arafura dan Samudera Hindia (Samudera
Indonesia). Keadaan Pulau Seram di Kepulauan Maluku dapat dilihat
pada peta 1 berikut ini:
1)Katong taku pi ka sana (kami takut untuk datang ke sana). Ungkapan ini sering
muncul di kalangan Orang Ambon dan Orang Lease (Saparua, Haruku, dan Nusa Laut)
ketika berinteraksi. Makna dari ungkapan tersebut yaitu Seram dan Manusianya
menakutkan, menyeramkan. Melalui ungkapan seperti ini Orang Ambon dan Orang
Lease bisa melupakatan bahwa leluhur mereka berasal dari Pulau Seram atau Nusa Ina
(Pulau Ibu) yaitu tempat asal dari anak cucu keturunan Alifuru (Manusia Awal).
68
Eksistensi Berbagai Sukubangsa di Seram-Maluku
Peta 1
Pulau Seram
69
Esuriun Orang Bati
70
Eksistensi Berbagai Sukubangsa di Seram-Maluku
71
Esuriun Orang Bati
Uku
Perkembangan yang terus berlangsung dalam kehidupan ruma-
tau antara lain pertambahan anggota karena kelahiran sehingga jumlah
mereka makin banyak. Anggota-anggota keluarga yang berasal dari
rumatau yang jumlahnya besar kemudian mendirikan rumah disekitar
rumatau induk dan terus mengalami perkembangan sehingga menjadi
banyak sehingga terbentuk pesekutuan hidup yang lebih besar yang
dinamakan Uku atau Huku. Oleh Effendi (1987 : 28) bahwa uku atau
huku itu merupakan suatu persekutuan genealogis. Dalam per-
kembangannya, uku sebagai persekutuan genealogis berganti dengan
persekutuan teritorial atau teritorial genealogis. Namun yang terjadi
kemudian yaitu uku tersebut hanya tinggal nama saja. Riedel me-
nyamakan uku ini dengan soa.
72
Eksistensi Berbagai Sukubangsa di Seram-Maluku
Soa
Persekutuan dalam soa lebih luas. Suatu soa biasanya terdiri dari
mata rumah atau rumatau (lumatau). Artinya di dalam satu soa
terdapat marga-marga atau fam (family) yang berbeda-beda. Effendi
(1987 : 29) mengemukakan bahwa soa adalah suatu persekutuan
teritorial genealogis. Di dalam administrasi pemerintahan, sekarang ini
soa merupakan suatu wilayah yang menjadi bagian dari suatu petuanan
atau negeri. Dalam kenyataannya rumatau-rumatau dalam soa tidak
seketurunan. Mereka berasal dari keturunan yang berbeda, yang secara
kebetulan menempati wilayah yang sama. Unsur teritorial yang
menyebabkan mereka bergabung, dan bukan unsur genealogis.
Dalam suatu soa terdapat satu rumatau asli, tetapi dapat dijumpai
juga bahwa dalam satu soa terdapat beberapa rumatau, maupun marga-
marga pendatang. Pada umumnya pemimpin yang terdapat dalam satu
soa berasal dari rumatau asli yang dinamakan Kepala Soa, dan me-
miliki fungsi dan peran untuk mengkoordinir seluruh anggota yang
terdapat dalam soa tersebut. Nama soa yang terdapat dalam suatu
negeri berbeda-beda, serta jumlah soa pada setiap negeri tidak sama.
Anggota yang terdapat dalam soa tersebut dinamakan Anak Soa.
73
Esuriun Orang Bati
Negeri
Negeri merupakan penamaan yang saat ini umumnya digunakan
oleh Orang Maluku untuk mengidentifikasi tempat asal-usul, tanah ke-
lahiran, tampa putus pusa, dan lainnya yang identik dengan itu pada
seseorang. Menurut Effendi (1987 : 31) istilah negeri bukan berasal dari
bahasa asli daerah ini atau bahasa tanah. Suatu negeri adalah per-
sekutuan teritorial yang terdiri atas beberapa soa yang pada umumnya
berjumlah paling sedikit tiga. Kepala Negeri yang disebut Pamerentah
dan sehari-hari dipanggil Raja. Dalam Ordonansi S. 1824-19a disebut
regent. Sekarang ini susunan wilayah pemerintahan negeri adalah
wilayah yang membentuk negeri. Di bawahnya terdapat wilayah-
wilayah soa yang terbentuk dari beberapa rumatau sebagai per-
sekutuan genealogis.
74
Eksistensi Berbagai Sukubangsa di Seram-Maluku
75
Esuriun Orang Bati
2)Mengenai
makna sembilan dan lima dapat dilihat dalam bahasan pada Bab Empat
pada sub pokok bahasan tentang Kosmologi Alifuru Bati atau Orang Bati tentang Siwa-
Lima.
76
Eksistensi Berbagai Sukubangsa di Seram-Maluku
77
Esuriun Orang Bati
78
Eksistensi Berbagai Sukubangsa di Seram-Maluku
79
Esuriun Orang Bati
dikemukakan lebih lanjut oleh Colley (1961) terdapat data yang harus
diperhatikan dalam hubungan ini yaitu tentang pembagian kelompok
penduduk di Seram yang berasal dari zaman sebelum pengelompokan
Patasiwa dan Patalima itu diperkenalkan. Di Seram Barat sebelum abad
ke-15 terdapat dua golongan Suku Alifuru yaitu Pata Aloene (Halune)
dan Pata Wemale (Memale). Aloene menghuni daerah Sungai
Sapalewa, sedangkan Wemale menempati daerah selatan di sekitar
Sungai Tala dan terus ke arah timur. Wemale tampaknya terpencar
lebih luas ke daerah yang kemudian diduduki oleh Patalima. Ada per-
bedaan-perbedaan kebudayaan tertentu di antara kedua kelompok
suku ini akibat pengaruh Kerajaan Ternate dan Tidore yang menjadi
penyebab dari pengelompokan kembali Orang-Orang Seram yang lebih
besar akhirnya dinamakan Patasiwa dan Patalima.
Memasuki abad ke-17 keadaan berubah akibat tekanan-tekanan
Hongi yang dilancarkan Belanda menjelang tahun 1655 telah
mengosongkan penduduk daerah Hoamual, Seram Barat, yaitu daerah
milik kelompok Patasiwa. Mereka yang tidak gugur dalam serangan-
serangan itu melarikan diri ke Seram Selatan dan pasti banyak dari
antara mereka yang sampai ke Ambon-Lease. Melalui cara ini
pengaruh Patasiwa (dari Seram Barat) tertanam pada kebudayaan, ter-
utama pada adat Ambon-Lease, sementara pengaruh itu adalah ke-
budayaan yang telah diwarnai oleh kebudayaan dari utara. Perubahan-
perubahan yang terjadi menjelaskan adanya kenyataan bahwa pe-
ngetahuan tentang Patasiwa-Patalima pada saat ini hanya terdapat
garis-garis besar yang kabur sehingga pemahaman pengertiannya sudah
hampir hilang sama sekali.
Suku Alune atau Orang Alune di Seram-Maluku
Orang Alune atau Suku Alune merupakan salah satu suku ter-
besar di Pulau Seram-Maluku. Alune adalah sebutan dalam bahasa
Alune yang artinya Manusia Gunung. Maksud dari manusia gunung
yaitu, pada awalnya leluhur Orang Alune atau Suku Alune mendiami
wilayah pegunungan. Untuk itu kehidupan sebagai manusia gunung.
Proses migrasi yang dilakukan oleh leluhur Orang Alune atau Suku
Alune, baik dalam wilayah Pulau Seram maupun di luar wilayah Pulau
80
Eksistensi Berbagai Sukubangsa di Seram-Maluku
3)Saat ini sebutan Orang Seram telah digunakan oleh suku-suku pendatang maupun
suku asli di Pulau Seram. Tetapi dalam persepsi Orang Maluku yang dimaksud dengan
sebutan Orang Seram ditujukan pada penduduk asli, baik yang mendiami wilayah
pegunungan maupun pesisir pantai yang awalnya adalah Orang Gunung kemudian
melakukan migrasi ke luar dari tempat kediaman dan mendiami wilayah pesisir pantai.
81
Esuriun Orang Bati
Gambar 1
Profil Laki-laki Suku
Alune atau Orang Alune
di Seram
Sumber: Janse, doc,1948.
Gambar 2
Profil Perempuan Suku Alune
atau Orang Alune di Seram
Sumber: Jansen, doc, 1948.
82
Eksistensi Berbagai Sukubangsa di Seram-Maluku
83
Esuriun Orang Bati
Gambar 3
Profil Laki-Laki dan Perempuan Suku Wemale atau Orang Wemale di
Seram
Sumber: dari Jansen, doc,1948, kemudian dilukis ulang
84
Eksistensi Berbagai Sukubangsa di Seram-Maluku
hidup mereka pada wilayah hutan masih sangat kuat. Mereka tidak
dapat dikategorikan sebagai masyarakat nelayan yang profesional,
karena sebagian besar kehidupan mereka lebih mengandalkan per-
tanian atau membuat kebun.
Perspektif kehidupan yang sangat nyata dari keturunan Orang
Alune atau Suku Alune maupun Orang Wemale atau Suku Wemale
yaitu mengakui diri sebagai Keturunan Alifuru, yang dikenal oleh
Orang Maluku dengan sebutan keturunan Alifiru Ina kemudian men-
jadi sebutan yang digunakan sampai saat ini adalah Alifuru Seram.
Tradisi Alifuru pada kedua suku ini masih kuat dipertahankan sampai
saat ini seperti dijumpai dalam upacara adat Cakalele (tarian perang).
Menurut peneliti kedua kelompok sukubangsa ini pada awalnya
memiliki asal-usul leluhur yang sama.
Apabila Alifuru merupakan ciri khas yang dimiliki oleh kedua
suku tersebut, dapat dikatakan bahwa mereka berasal dari keturunan
Suku Alifuru. Untuk itu studi lebih mendalam mengenai asal-usul
Alifuru Seram perlu didalami sehingga dapat diungkapkan lebih riil
keterkaitan. Selama ini informasi mengenai suku Alifuru berupa
penuturan, sedangkan informasi ilmiah mengenai suku Alifuru sangat
terbatas melalui studi-studi ilmiah yang lebih mendasar.
Identifikasi Geografi
Geografis Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT) yang terdapat
dalam buku Seram Bagian Timur Dalam Angka 4), terdiri dari pulau-
pulau yang berjumlah 31 pulau. Pulau yang telah dihuni oleh pendu-
4)Data tentang identifikasi geografi, luas wilayah, batas wilayah, iklim dan curah hujan
terdapat dalam Seram Bagian Timur Dalam Angka Tahun 2007, Hal 3-44.
85
Esuriun Orang Bati
duk Seram Bagian Timur yaitu 17, sedangkan 14 pulau lainnya masih
kosong karena tidak berpenghuni. Ibu Kota Kabupaten Seram Bagian
Timur (SBT) adalah Bula yang terdapat di daratan Pulau Seram Bagian
Timur.
Luas Wilayah
Luas wilayah Seram Bagian Timur seluruhnya kurang lebih
15.887,92 km, yang terdiri dari luas wilayah laut yaitu 11.935,84 km,
dan luas wilayah daratan yaitu 3.952,08 km, dengan perincian sebagai
berikut: (1) Kecamatan Seram Timur yang beribukota di Geser (Pulau
Geser) memiliki luas 603,65 km; (2) Kecamatan Pulau-Pulau Gorom
memiliki luas 171,53 km; (3) Kecamatan Werinama memiliki luas
175,58 Kkm; (4) Kecamatan Bula memiliki luas 3001,32 km.
Batas Wilayah
Batas wilayah Kabupaten Seram Timur (SBT) yaitu: (1) Di sebe-
lah utara dengan Laut Seram; (2) Di sebelah selatan dengan Laut Banda;
(3) Di sebelah timur dengan Laut Arafura; (4) Di sebelah Barat dengan
Kabupaten Maluku Tengah.
86
Eksistensi Berbagai Sukubangsa di Seram-Maluku
Peta 2
Kabupaten Seram Bagian Timur
87
Esuriun Orang Bati
5)Data tentang identifikasi geografis Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT) ini
bersumber dari buku tentang Seram Bagian Timur Dalam Angka tahun 2007,
BAPPEDA dan BPS Seram Bagian Timur, No 1403.8107, halaman 3-44.
88
Eksistensi Berbagai Sukubangsa di Seram-Maluku
berada Tutuk Tolo yang terletak daratan Pulau Seram Bagian Timur,
atau dikenal dengan nama Daratan Hunimua.
Identifikasi Geografis
Tanah Bati terdapat di Kecamatan Seram Timur, Kabupaten
Seram Bagian Timur (SBT). Secara geografis Tanah Bati ini berada di
daratan Pulau Seram Bagian Timur yang terbentang dari wilayah
pesisir pantai sampai dengan wilayah pegunungan. Wilayah sekitar
pesisir pantai sudah terdapat jalan penghubung lingkungan yang ter-
buat dari tanah dengan lebar sekitar 3 m. Selain jalan darat dari tanah,
untuk mencapai desa-desa, dan kampung atau dusun (wanuya) yang
terdapat di Tanah Bati dapat ditempuh dari laut dengan menggunakan
perahu (wona) atau motor tempel (katinting), kecuali kampung atau
dusun-dusun yang terdapat lereng-lereng bukit dan pegunungan hanya
dapat ditempuh melalui jalan setapak dengan cara berjalan kaki. Jarak
antara satu kampung atau dusun dengan kampung atau dusun yang lain
tidak sama. Jarak untuk mencapai kampung atau dusun-dusun yang di-
tempati oleh Orang Bati (Bati Pantai) berjarak sekitar 4 sampai dengan
5 km, sedangkan jarak untuk mencapai kampung atau dusun-dusun
Bati (Bati Tengah dan Bati Dalam) yaitu sekitar 6 sampai dengan 7 Km.
Jarak tempuh melalui cara jalan kaki untuk mencapai Kampung atau
Dusun Bati Kilusi (Bati Awal) kurang lebih 13 sampai dengan 14 Km
dari pesisir pantai.
89
Esuriun Orang Bati
90
Eksistensi Berbagai Sukubangsa di Seram-Maluku
(Bati Awal) yang terletak di pegunungan pada pagi hari jam 06.00 WIT
yaitu 19,50 C, siang hari pada jam 12.00 WIT yaitu 220 C, dan malam
hari jam 19.00 WIT yaitu 180 C 6). Curah hujan tertinggi di Tana
(Tanah) Bati berlangsung pada bulan April sampai dengan bulan
Agustus setiap tahun. Pada bulan Mei, Juni, dan Juli hujan turun terus-
menerus. Orang Bati menyebutkan bahwa:
Puncak hari hujan terjadi pada bulan Mei, Juni, dan Juli. Artinya
pada bulan-bulan ini Orang Bati tidak dapat melakukan aktivitas
di luar rumah seperti ladang atau kebun secara leluasa. Orang
Bati beranggapan bahwa pada bulan-bulan ini merupakan masa
yang sangat sulit bagi mereka dalam memenuhi kebutuhan hidup
bagi rumah tangga 7).
Keadaan Penduduk
Pada saat dilakukan sensus kecil oleh peneliti di lokasi permu-
kiman Orang Bati tahun 2010-2011 berdasarkan hasil sensus kecil yang
dilakukan peneliti yaitu terdapat 8.004 jiwa yang terdiri dari penduduk
laki-laki 4.041 jiwa dan jumlah penduduk perempuan 3.963 jiwa.
Perincian penduduk yang mendiami kampung atau dusun-dusun di
Tana (Tanah) Bati dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini:
6)Data
tentang identifikasi geografi, iklim, dan suhu udara di Tana (Tanah) Bati
dilakukan sendiri oleh peneliti berdasarkan pengalaman studi selama 3 musim (musim
kemarau atau musim barat, musim penghujan atau musim timor, dan musim pancaroba
atau musim peralihan) dengan menggunakan peralatan pengukur suhu (termometer).
7)Wawancara dengan bapak AKil (68 Tahun) Kepala Kampung atau Dusun Bati Kilusi
91
Esuriun Orang Bati
Tabel 1
Keadaan Penduduk di Dusun-Dusun Bati Tahun 2011
No Nama Dusun Kelamin Jumlah Ket
L % P % L+P %
1 Kilusi 26 0,3 24 0,3 50 0,6 Awal
2 Rumbou 115 1,4 45 0,6 160 2 Tengah
3 Rumoga 74 0,9 83 1,0 157 1,9 Pantai
4 Seyei 50 0,6 34 0,4 84 1 Dalam
5 Kilaba 225 2,8 219 2,7 444 5,5 Pantai
6 Uta 80 1 58 0,7 138 1,7 Pantai
7 Kelsaur 21 0,2 13 0,1 34 0,3 Pantai
8 Aerweur 22 0,3 18 0,2 40 0,5 Dalam
9 Tokonakat 18 0,3 18 0,3 36 0,6 Dalam
10 Baru 29 0,4 30 0,4 59 0,8 Pantai
11 Lamdutu 14 0,2 16 0,3 30 0,5 Pantai
12 Kaididia 67 0,8 67 0,8 134 1,6 Pantai
13 Kilimoi 922 11,5 746 9,3 1.668 20,8 Pantai
14 Madak 101 1,3 119 1,5 220 2,8 Pantai
15 Teun Lu 49 0,6 59 0,7 108 1,3 Pantai
16 Sesar Darat 194 2,4 174 2,2 368 4,6 Pantai
17 Sesar Tengah 80 1 93 1,2 173 2,2 Pantai
18 Kufarbolowin 169 2,3 162 2,2 331 4,5 Pantai
19 Garigit 44 0,5 49 0,6 93 1,1 Pantai
20 Kian 216 2,6 221 2,7 437 5,4 Pantai
21 Aertafela 225 2,7 227 2,8 452 5,5 Pantai
22 Angar 118 1,5 159 2 277 3,5 Pantai
23 Watu-Watu 156 1,9 114 1,4 270 3,3 Pantai
24 Kilga Keliwou 157 2 241 3,0 398 5,0 Pantai
25 Kilga Watubau 372 4,5 442 5,4 814 9,9 Pantai
26 Rumfakar 254 3,3 256 3,3 510 6,6 Pantai
27 Keliser 243 3,1 271 3,4 514 6,5 Pantai
- Total 4.041 50,5 3.963 49,5 8.004 100,0 -
Sumber: Data Primer Hasil Sensus Kecil di Tana (Tanah) Bati.
92
Eksistensi Berbagai Sukubangsa di Seram-Maluku
8)Bahasa lokal yang digunakan Orang Gunung (Mancia Atayesu) di Tana (Tanah) Bati
93
Esuriun Orang Bati
diri mereka sendiri karena kehidupan yang dijalani tidak sesuai dengan
adat maupun keselarasannya dengan kosmos.
Orang Bati adalah penduduk yang mendiami Tana (Tanah) Bati
(Atamae Batu) di Pulau Seram Bagian Timur. Dalam interaksi sosial,
sebutan Orang Bati sangat jarang ditemukan. Pada umumnya mereka
menyebut diri yaitu Orang Gunung (Mancia Atayesu), untuk mem-
bedakan diri mereka dengan penduduk yang mendiami perkampungan
di daerah pantai atau Orang Pantai (Mancia Layena), yang termasuk
saudara (roina kakal) yang memiliki asal-usul yang sama tetapi ter-
masuk dalam kelompok Orang Bati Pantai. Dalam pergaulan hidup
sehari-hari Orang Bati menyebut diri (identitas) mereka dengan sapaan
orang dari Dara atau orang dari atas atas orang dari gunung untuk
membedakan mereka dengan Orang Dari Pantai atau Orang Dari Lau.
Maksud dari sebutan orang dari dara atau orang dari atas yaitu mereka
yang mendiami wilayah pegunungan di Seram Timur. Sebutan orang
dari dara atau orang dari atas tersebut berdasarkan bahasa lokal (bahasa
Minakyesu atau Minakesi) yang digunakan Orang Bati yaitu Silimaya
atau dalam adat-istiadat di Tana (Tanah) Bati dinamakan Esuriun
Orang Bati (Alifuru Bati atau Orang Bati dari dara yaitu hutan atau esu,
dan gunung atau ukar).
Untuk memahami tentang dunia Orang Bati, maka perlu diawali
dengan pandangan kosmologi Orang Seram, karena sesungguhnya
Orang Bati merupakan bagian dari kehidupan masyarakat Seram sejak
zaman dahulu maupun saat ini. Pandangan mereka tentang alam
semesta dan manusia (kosmos) dapat dianggap sebagai bentuk kearifan
lokal (local wisdom) yang dimiliki oleh leluhur kemudian dututurkan
kepada anak cucu keturunan Manusia Awal (Alifuru) berupa pe-
nuturan tentang perbuatan ajaib yang dilakukan oleh Penguasa Pen-
cipta Alam Semesta dan Manusia dan terpelihara secara baik sampai
saat ini. Pandang dan pemahaman Orang Seram atau Orang Bati dapat
dijelaskan lebih lanjut melalui mitologi Gunung Bati.
94
Eksistensi Berbagai Sukubangsa di Seram-Maluku
9)Wawancara dengan bapak SeSa (74 Tahun), Kepala Adat di Dusun Rumbou (Bati
Tengah), Negeri Kian Darat, pada tanggal 16 November 2009.
10)Wawancara dengan Oyang Suriti (73 tahun), Tokoh Adat, Maweng, di Dusun
Banggoi, pada 2 Januari 2009. Ia adalah seorang Kepala Adat dan Tuan Tanah di
Kampung Banggoi, Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT). Pesan ini disampaikan
kepada peneliti ketika sedang menjalani inisiasi untuk mempelajari bahasa, tradisi,
95
Esuriun Orang Bati
adat-istiadat, sikap, dan perilaku Orang Bati dalam pergaulan hidup. Pengalaman hidup
dari Oyang Suriti (73 Tahun) selama 15 tahun hidup bersama dengan Orang Bati di
Tana (Tanah) Bati ternyata berguna bagi peneliti pada saat mendalami Dunia Orang
Bati di Pulau Seram melalui inisiasi.
11)Wawancara dengan Oyang Suriti (73 Tahun) Kepala Adat, Maweng, Dusun Banggoi
96
Eksistensi Berbagai Sukubangsa di Seram-Maluku
Lihat dalam bahasan tentang Mitologi Penciptaan Alam Semesta dan Penciptaan
12)
Manusia Awal (Alifuru) telah dikemukakan bahwa Orang Bati memiliki hubungan
Orang Basudara dengan orang-orang dari mata-rumah Tihulu, Henilau, dan lainnya.
Mata-rumah yang mendiami Kepala Air Samal antar lain Laisamaulu. Kepala Air Samal
berada dekat Gunung Murkele Besar.
97
Esuriun Orang Bati
13)Wawancara dengan Oyang Suriti (74 Tahun), Tuan Tanah, Kepala Adat Dusun
jalan disekitar gunung ini Mawoti berliku-liku seperti huruf S, dan selain itu juga suhu
udara di sekitar Gunung Mawoti sangat dingin seperti es karena sering ditutupi kabut
tebal sepanjang waktu.
98
Eksistensi Berbagai Sukubangsa di Seram-Maluku
99
Esuriun Orang Bati
100
Eksistensi Berbagai Sukubangsa di Seram-Maluku
rakat menjadi hampa, dan berada di ruang yang kosong apabila hakikat
tentang nilai ini jauh dari mikrokosmos tersebut di atas. Untuk itu
jangan heran apabila Orang Bati tetap mengagung-agungkan nilai yang
melekat pada Manusia Batti karena merupakan sumber dan pancaran
hakikat hidup manusia tentang benar dan salah, baik dan buruk, langit
dan bumi, dingin dan panas, lautan dan daratan, gunung dan pantai,
dan seterusnya ketika mereka menanggapi lingkungannya setiap saat.
Berdasarkan pemahaman Orang Bati tentang makrokosmos yang
menempatkan leluhur atau Tata Nusu Si yaitu Manusia Batti bersifat
kesemestaan, dan mikrokosmos adalah Alifuru Bati atau Orang Bati.
Esuriun Orang Bati berfungsi dan berperan sebagai mezokosmos. Nilai-
nilai dasar yang terdapat dalam Esuriun Orang Bati meliputi falsafah,
sejarah, tradisi, adat-istiadat, budaya, dan sebagainya yang menjadi inti
kebudayaan Orang Bati di Seram Timur teraktualisasi melalui perilaku
hidup kesehariannya. Untuk itu dalam interaksi sosial, sebutan Anak
Esuriun merupakan implementasi nilai-nilai kultural yang menjadi
basis utama pembentukan identitas maupun perilaku Orang Bati se-
bagai manusia, sukubangsa untuk bertindak menanggapi lingkungan
atau kosmos di mana mereka berada.
Sampai saat ini di Tana (Tanah) Bati, basis nilai yang terdapat
dalam Esuriun Orang Bati menjadi bagian penting dari hakikat hidup
atau orientasi nilai budaya Orang Bati dengan lingkungan di mana
mereka berada, dan menjadi mata-rantai penghubung antara
makrokosmos dan mikrokosmos untuk mengintegrasikan struktur
sosial dalam kehidupan Orang Bati. Struktur ini fungsional dalam
sistem kehidupan socio-cultural di Tana (Tanah) Bati karena masing-
masing orang yang berada dalam marga maupun antar marga di Tana
(Tanah) Bati memahami eksistensi masing-masing untuk menciptakan
keseimbangan hidup dalam sistem sosial yang mereka anut.
Dikatakan bahwa Esuriun Orang Bati merupakan akar budaya
karena terdapat nilai, norma, dan lainnya sebagai pranata yang benar-
benar hidup dan terlembagakan dalam adat sehingga terus berperan
sebagai pembentuk maupun turut membentuk perilaku Orang Bati
secara individu maupun kelompok sosial dalam pergaulan hidup di-
101
Esuriun Orang Bati
antara sesama Orang Bati maupun antara Orang Bati dengan orang
luar. Menanggapi setiap lingkungan di mana mereka berada. Sampai
saat ini budaya Esuriun di Tana (Tanah) Bati senantiasa dilakukan
melalui ritus-ritus penting dalam hidup yang berkaitan dengan makna
kelangsungan hidup Orang Bati yang mendiami kawasan hutan hujan
di Pulau Seram Bagian Timur.
15)Lebih
mendalam tentang kedua hal ini dapat dilihat pada bab V tentang Bumi Seram
dan Manusia Batti, Halaman 125-168.
102
Eksistensi Berbagai Sukubangsa di Seram-Maluku
identitas Orang Bati adalah Suku Bati yang memiliki eksistensi sebagai
manusia maupun sukubangsa, dan bukan orang ilang-ilang (hilang-
hilang) adalah stigma (anggapan negatif) orang luar yang mencampur-
adukan konsep Bati dan Batti ketika melakukan interaksi sosial.
Dampaknya yaitu Orang Bati menjadi korban karena terjadi kesalahan
interpretasi terhadap konsep Bati dan Batti yang selama ini tidak
dimengerti maupun tidak dipahami oleh orang luar (Orang Maluku)
sehingga penamaan Orang Bati menjadi suatu konsep yang dianggap
misteri.
Proses integrasi sosial yang dicapai Orang Bati atau Suku Bati
dapat dikatakan final, karena secara kultural hal itu dilakukan secara
adat, dan seluruh anggota terlibat di dalam sehingga dinamakan adat
Esuriun. Adat Esuriun sangat mengikat kedua kelompok sosial (Siwa-
Lima) yang awalnya berbeda menjadi satu melalui Esuriun Orang Bati.
Model integrasi seperti dicapai Orang Bati atau Suku Bati adalah
integrasi kultural, karena kelompok sosial (Patasiwa dan Patalima)
tersebut pada awalnya berbeda dalam tradisi, adat-istiadat, budaya, dan
lainnya. Tipe integrasi kultural yang dicapai Orang Bati seperti ini
tidak dijumpai pada lingkungan masyarakat manapun di wilayah
Kepulauan Maluku.
Dasar dari integrasi kultural yang dicapai Orang Bati bersumber
dari faham roina kakal yang kuat, atau orang-orang yang memiliki
pertalian darah atau hubungan darah (genealogis) dalam perspektif
integrasi kultural dimaksudkan untuk mewujudkan integrasi
eksistensial sebagai tujuan akhir dari Orang Bati sebagai manusia
maupun sukubangsa sehingga Esuriun Orang Bati yang telah me-
nyatukan kelompok Patasiwa dan Patalima di Tana (Tanah) Bati
sebagai satu identitas memberikan penguatan pada ide peneliti untuk
mengemukakan bahwa Patasiwa dan Patalima adalah sistem
pengelompok asli dan khas dari Alifuru Seram.
Realitas yang dijumpai di Tana (Tanah) Bati ini cukup beralasan
karena sejak Orang Bati melaksanakan Esuriun Orang Bati pada masa
lampau ternyata kelompok Patasiwa dan Patalima sudah ada di Samos
maupun Soabareta. Peristiwa Esuriun Orang Bati dilakukan setelah
103
Esuriun Orang Bati
104
Eksistensi Berbagai Sukubangsa di Seram-Maluku
Gambar 4 a
Alam Terbuka yang Terdapat Dalam Kawasan Hutan (Esu)
Adalah Tempat Bermusyawarah bagi Orang Bati
Gambar 4 b
Bermusyawarah Diawali dengan Ritual Adat
105
Esuriun Orang Bati
106
Eksistensi Berbagai Sukubangsa di Seram-Maluku
16)Wawancara
dengan bapak Samaun Rumadaul (83 Tahun), anggota masyarakat
Negeri Kian Darat, pada tanggal 25 November 2009. Ia juga mengatakan bahwa ber-
dasarkan sejarah lisan (oral story) yang dituturkan oleh pendahulu mereka bahwa ada
juga leluhur Orang Bati yang datang dari Timur Tengah, dan bergabung di Samos.
Mereka datang pertama kali dengan menggunakan Kapal Kodrat tetapi tidak berhasil,
kemudian mereka kembali ke tempat asal. Setelah itu mereka datang lagi dengan Kapal
Safina Tun Najal, dan berhasil menemukan Samos di Pulau Seram Bagian Timur dan
bergabung dengan leluhur Orang Bati yang sudah ada di Samos.
Wawancara dengan bapak AKil (68 Tahun), Kepala Dusun Bati Kilusi (Bati Awal),
17)
107
Esuriun Orang Bati
dan ada juga penduduk keturunan Alifuru yang datang dari Tanjung
Sial di Pulau Seram Bagian Barat kemudian mendiami lokasi kediaman
di Soabareta (tanjung kering pertama yang dijumpai).
Perkembangan yang terjadi kemudian yaitu Orang Bati me-
nyatukan diri dan sepakat (mafakat sinabi) melalui Esuriun Orang Bati
yaitu Alifuru Bati turun dari hutan dan gunung (madudu atamae
ukara). Sejarah asal usul penduduk dari Gunung Bati menempatkan
posisi dari Kampung atau Dusun Bati Kilusi (Bati Awal) di Tana (Tanah
Bati) sangat penting bagi perkembangan kampung atau dusun lainnya
di Tana (Tanah) Bati. Leluhur Orang Bati dikenal sebagai manusia yang
baik hati, bersih, jujur, suci, dan lainnya yang identik dengan itu
adalah Oyang Kilusi yang menjadi Kapitan Esuriun Orang Bati pada
saat itu.
Sebutan terhadap manusia berhati bersih (batin yang bersih) ini
kemudian melahirkan nama Bati, sebagai salah satu suku-bangsa di
Pulau Seram atau Nusa Ina (Pulau Ibu) 18) adalah identitas setelah
kelompok sosial Patasiwa dan Patalima menyatu untuk melakukan
Esuriun Orang Bati pada masa lampau. Kisah Esuriun Orang Bati
menegaskan eksistensi dari keturunan kelompok Alifuru Seram yang
menyebut diri sebagai Alifuru Bati atau Orang Bati sebagai suku-
bangsa. Kelompok sosial Patasiwa dan Patalima merupakan struktur
dasar pembentukan identitas Orang Bati yang dikukuhkan melalui adat
Esuriun Orang Bati baru mereka melakukan aktivitas turun dari hutan
dan gunung (madudu atame ukara) untuk menjaga, melindungi seluruh
hak milik yang berharga seperti manusia, tanah, adat, budaya identitas
dan lainnya. Dalam pergaulan hidup sehari-hari, Orang Bati menyebut
Pulau Seram dengan nama Tanah Besar. Maknanya yaitu Pulau Seram
adalah pulau terbesar di Kepulauan Maluku dan merupakan tempat asal
dari keturunan Suku Alifuru atau Alifuru Ina.
Penegasan tentang nama Tanah Besar karena Pulau Seram me-
rupakan pulau terbesar di Kepulauan Maluku apabila dibandingkan
Lihat bahasan yang telah dikemukakan tentang Mitologi Seram yang membahas
18)
tentang Mitologi Penciptaan Alam Semesta dan Penciptaan Manusia Awal yang
terdapat pada bagian awal penulisan ini.
108
Eksistensi Berbagai Sukubangsa di Seram-Maluku
109
Esuriun Orang Bati
Seram atau Nusa Ina (Pulau Ibu) atau saat ini dinamakan Pulau Seram
atau Tanah Besar 19).
19)Wawancara
dengan bapak AWe (56 Tahun), Raja (Mata Lean) atau Jou Negeri Kian
Darat di Geser, pada tanggal 5 November 2010.
110
Eksistensi Berbagai Sukubangsa di Seram-Maluku
111
Esuriun Orang Bati
20)Wawancara
dengan bapak ASia (73 Tahun) Wakil Kepala Dusun Watu-Watu (Bati
Pantai), Negeri Kian Darat, pada tanggal 18 Juli 2009.
112
Eksistensi Berbagai Sukubangsa di Seram-Maluku
21)Wawancara dengan bapak AKil (68 Tahun) Kepala Dusun Bati Kilusi (Bati Awal),
Negeri Kian Darat, pada tanggal 10 Juli 2009 yaitu ikat kepala berwarna merah
(berang) merupakan tradisi asli Alifuru Seram. Cara mengikat kepala yang benar ada
pada Orang Bati di mana simpulnya berada pada bagian depan. Makna simpul berada di
depan karena ia selalu ingat daerah asalnya. Namun pada saat ini banyak suku-suku di
Pulau Seram ketika mengikat berang, simpulnya berada di belakang. Itu berarti mereka
tidak ingat pada daerah asalnya. Untuk itu dalam upacara adat Esuriun Orang Bati,
maka ikat kepala (berang) yang digunakan harus menempatkan simpulnya di bagian
depan.
113
Esuriun Orang Bati
22)Wawancara dengan bapak AKil (68 Tahun) Kepala Dusun Bati Kilusi (Bati Awal),
Negeri Kian Darat, pada tanggal 10 Juli 2009, ia mengatakan bahwa istilah Kapitan
(pemimpin perang) adalah istilah khas yang digunakan Alifuru Bati atau Orang Bati
sejak leluhur mereka melakukan Esuriun Orang Bati, jauh sebelum kedatangan orang
luar ke Maluku. Jadi tidak mungkin penggunaan istilah Kapitan Esuriun Orang Bati
diadopsi dari orang luar.
114
Eksistensi Berbagai Sukubangsa di Seram-Maluku
115
Esuriun Orang Bati
116
Eksistensi Berbagai Sukubangsa di Seram-Maluku
117
Esuriun Orang Bati
118
Eksistensi Berbagai Sukubangsa di Seram-Maluku
23)Wawancara dengan bapak SeSia (74 Tahun), Kepala Adat Dusun Rumbou (Bati
Tengah), Negeri Kian Darat, pada tanggal 15 Juli 2009.
119
Esuriun Orang Bati
120
Eksistensi Berbagai Sukubangsa di Seram-Maluku
121
Esuriun Orang Bati
122
Eksistensi Berbagai Sukubangsa di Seram-Maluku
123
Esuriun Orang Bati
Colley (1961 : 110) karena arwah para leluhur adalah pengamat yang
tidak kelihatan yang menjamin adat dilaksanakan. Fenomena seperti
ini dapat dimaknai sebagai pengetahuan lokal (local knowledge) yang
diperoleh dari leluhur Orang Bati untuk bertahan hidup (survive).
Semua pengetahuan yang diperoleh didasarkan pada adat-istiadat yang
berlaku di Tana (Tanah) Bati. Secara individu, kelompok, maupun
komunitas, Orang Bati senantiasa menjalani hidup berdasarkan adat-
istiadat yang telah dicanangkan oleh leluhur.
Bagi orang luar yang berkeinginan untuk datang di Tana
(Tanah) Bati harus mengetahui hal ini secara benar sehingga harus
tunduk, taat, dan menghormati adat-istiadat yang berlaku di Tana
(Tanah) Bati. Jika tidak taat dan menghormati adat Orang Bati jangan
heran kalau bencana seperti dikemukakan di atas dapat menimpa siapa
saja. Tana (Tanah) Bati itu sakral karena menurut kepercayaan Orang
Bati bahwa Tana (Tanah) Bati merupakan rute perjalanan Manusia
Batti yang selama ini dijaga dan dilindungi oleh generasi penerus
tradisi dan kebudayaan Bati untuk menganalisis data empirik yang
berkaitan dengan pemahaman Orang Bati tentang Bumi Seram dan
Manusia Batti.
124