NIM : 202125007 KELAS :A MATKUL : KOMUNIKASI BUDAYA KEPULAUAN (UAS)
Carilah semboyan atau moto 11 kabupaten-kota di maluku dan makna apa yang terkandung di dalamnya.
JAWABAN
1. Kabupaten Buru (Retemena Barasehe)
kata RETEMENA BARASEHE, artinya MAJU TERUS PANTANG MUNDUR yang bermakna keberanian keseriusan dan kesungguhan, bahwa masyarakat Buru tidak pantang mundur / menyerah dalam hidup dan kehidupannya, kesungguhan dan keseriusan membuat hidup mereka selalu dinamis dan optimis. Serta hidup makmur dan sejahtera, bahwa masyarakat Buru selalu ingin hidup dalam liputan suasana / nuansa kemakmuran dan kesejahteraan.
2. Kabupaten Buru Selatan (Lolik Lalen Fedak Fena)
Filosofi tugu itu merupakan satu spirit yang perlu dihidupi, spirit yang perludimaknai dalam konteks orang hidup basudara di kabupaten Buru Selatan. "Tugu kota Namrole ini dikenal sebagai Tugu Kai Wait. di tugu itu ada menggunakan bahasa "Kai Wait Ina Ama Walidawen Lolik Lalen Fedak Fena atau Satukan Hati Membangun Negeri ". Itu merupakan satu spirit yang perlu dihidupi, spirit yang perlu dimaknai dalam konteks orang hidup basudara di kabupaten Buru Selatan. "Sehingga siapapun yang ada di Buru Selatan ini,apakah dia etnis dari manapunkiranya memahami dan berinkulturasi dengan budaya di Buru Selatan," ujarnya. Jelasnya lagi,bahwa orang Buru Selatan itu adalah kai wait yang artinya adik-kakak. Ina ama adalah bapa-mama dan wali dawen itu ipar, sehingga ada nuansa kekeluargaan. Katong samua satu gandong, Katong orang basudara. Itu adalah spirit yangterbangun untuk katong orang Buru seperti itu.
3. Kabupaten Kepulauan Aru (Ursia Urlima)
Keindahan Pantai Batu Kora menyimpan cerita. Konon, pecahan batu itu merupakan tonggak sejarah penentuan kasta dalam kehidupan sosial masyarakat Aru. Itu bermula dari ”perang” antara dua saudara, Ursia dan Urlima, untuk membuktikan siapa menjadi yang sulung di antara mereka. Urlima menggunakan simbol ikan paus, sedangkan Ursia melambangkan dirinya dengan ikan hiu. Keduanya melakukan lomba mendayung perahu dari Fatujuring, sebuah desa di Aru bagian selatan, menuju tempat itu. Dalam perlombaan, Ursia tidak bisa mencapai garis akhir karena sampannya karam dihantam gelombang. Urlima berhasil mencapai tempat itu dan sampannya menabrak sebuah bongkahan batu hingga batu tersebut pecah menjadi tiga bagian. Hukum alam membuktikan, Urlima-lah menjadi yang sulung dalam strata sosial masyarakat Aru. Fasilitas menuju Aru makin bertambah baik.
4. Kabupaten Kepulauan Tanimbar (Duan Lolat, Kabupaten Kelautan)
Duan-Lolat diartikan oleh seluruh masyarakat Tanimbar sebagai suatu hubungan kekerabatan yang melibatkan pihak Ndrue dan Uranik. Duan sering dinamakan sebagai Ndrue, sedangkan Lolat dinamakan sebagai Uranak/Uranik. Arti secara Etimologis ini mau menggambarkan adanya keterlibatan yang memposisikan Duan sebagai pihak perempuan, sedangkan posisi Lolat sebagai pihak laki-laki. Duan-Lolat diartikan sebagai pihak pemberi anak dara dan penerima anak dara. Memberi dan menerima anak dara merupakan kebiasaan dalam masyarakat Tanimbar dalam aspek perkawinan. Hubungan keduanya merupakan hubungan kekerabatan yang berdasarkan tanggung jawab kedua belah pihak.
5. Kabupaten Maluku Barat Daya (Kalwedo)
Kata Kalwedo, sebagaimana akar kata-kata Kalyel atau kata Kale, hendak memastikan bahwa TIDAK perlu ada curiga atau prasangka tentang adanya racun, jimat, atau doti-doti atas minuman sopi yang disuguhkan atau TIDAK ADA rencana penganiayaan atau pembunuhan dengan kekerasan fisik atas sebuah perjumpaan kedatangan atau perpisahan, karena dengan minuman yang disertai dengan Kalwedo atau dengan pertemuan dan kedatangan yang disertai dengan Kalwedo maka kita dipersatukan oleh minuman adat sopi dalam sebuah ikatan janji persaudaraan, atau janji untuk hidup bae-bae tanpa saling menyusahkan, tanpa saling menyerang secara fisik dan psikis. Rupanya, itulah yang kemudian menjadi tradisi dan adat kebudayaan untuk menerima atau melepaskan sesama saudara, baik yang datang bertamu atau berjumpa maupun yang berpisah atau pergi meninggalkan kita. Sehingga hal itu, mentradisikan sebuah Kalwedo sebagai sebuah tradisi dan adat kehidupan.
6. Kabupaen Maluku Tengah (Pamahanunusa)
Lambang Daerah Kabupaten Maluku Tengah PAMAHANUNUSA yang berarti MEMBANGUN NUSA DAN BANGSA, yang bermakna kesucian didalam menunaikan tugas, cahaya, ketuguhan iman dan kebijaksanaan yang bercahaya yang gilang gemilan untuk suatu tujuan, gagah berani dalam menunaikan tugas. Dan ketenangan dalam menghadapi sesuatu apapun juga .
7. Kabupaten Maluku Tenggara (Larwul Ngabal)
Penduduk Kei berasal dari beberapa suku. Di Kei berlaku hukum tradisional yaitu Larvul Ngabal yang memuat aturan-aturan penting bagi penduduk Kei. Larvur Ngabal berasal dari dua kata Larvul dan Ngabal. Larvul artinya darah merah, yang berarti penyembelihan korban yang memiliki kekutan sakral. Ngabal sendiri berarti tombak Bali yang digunakan sebagai perisai diri. Orang Kei sendiri menyakini bahwa leluhiur mereka berasal dari Bali. Penjabaran hukum Larvul Ngabal dijelaskan dengan menggunakan bagian tubuh dengan arti dan makna sendiri. Misalnya kepala diartikan sebagai bagian yang penting karena pada kepala terdapat panca indera dan kekuatan berpikir, artinya seorang pemimpin harus dihormati, baik itu pemimpin desa atau pemimpin rumah tangga.
8. Kabupaten Seram Bagian Barat (Saka Mere Mura)
Moto SAKA MERE MURA mengandung pengertian yang sangat dalam. Sebuah semboyan yang sudah ada sejak zaman datuk-datuk, yaitu suatu himbauan dan dapat juga dikatakan panggilan kepada siapa saja yang berada dalam wilayah Kabupaten Seram Bagian Barat sebagai satu kesatuan teritorial pada Pulau Seram/Nusa Ina untuk menjaga dan memper- tahankan pulau ini sekuat-kuatnya dengan bertumpu pada kekuatan adat istiadat. SAKA MERE MURA artinya jaga dan pertahankan pulau ini
9. Kabupaten Seram Bagian Timur (Ita Wotu Nusa)
tulisan Moto Ita Wotu Nusa Artinya Kita Membangun Daerah yang bermakna nilai – nilai sosial budaya yang telah mengakar pada setiap dusun, desa, atau kecamatan di Kabupaten Seram Bagian Timur masih dipertahankan dan merupakan modal dasar bagi peningkatan persatuan dan kesatuan dalam mendukung pembangunan di Kabupaten Seram Bagian Timur. Walaupun masyarakat di kabupaten ini masih mencerminkan karakteristik masyarakat yang multikultur tetapi mempunyai nilai – nilai budaya sendiri - sendiri sebagai representasi kolektif. Sistem Pemerintahan Adat masih dipertahankan demikian pula Upacara Adat yang masih di gunakan pada ritual adat tertentu. Ikan asing di Kecamatan Seram Timur(Geser), Gurita Kering di Gorom, Sagu Kering di Werinama serta Umbi – umbian di Bula merupakan makanan khas unggulan daerah masing – masing
10. Kota Ambon (Bersatu Manggurebe Maju)
Motto : “Bersatu Manggurebe Maju” merupakan intisari dari keseluruhan arti lambang tersebut. Jumlah bungkal batu pada dinding benteng yang masing-masing terdiri dari 18 dan 17 bungkal melambangkan 1817 (melambangkan memuncak semangat patriotik rakyat Maluku di bawah pimpinan Kapitan Pattimura untuk menentang penjajahan). Buah kelapa yang baru mekar sebanyak 17 buah, burung talang sebanyak 8 ekor dan daun sagu sebanyak 45 helai melambangkan angka keramat 17–8-1945
11. Kota Tual (Maren)
Maren adalah padanan kata dari istilah kerja sama atau gotong royong dalam membangun sesuatu. Ciri Khas maren adalah kerja secara suka rela tanpa pamri. Maren tidak memerlukan biaya untuk sewa menyewa, hanya sekedar makan bersama dalam melaksanakan pekerjaan jika ada persediaan. Bagi yang berhajat bahkan terhadap keluarga, kerabat, tetangga, bahkan masyarakat secara sukarela datang berbondong-bondong datang membantu apa adany dan ikut bekerja hingga selesai. Itulah budaya maren yang secara turun temurun tidak pudar di hati masyarakat kei. Budaya maren juga saran mempersatukan antar sesama dalam menjalankan hubungan harmonis dan kasi sayang yang abadi.