Anda di halaman 1dari 3

NAMA : ANDRI SAHLAN

NIM : 202125007
KELAS :A
MATKUL : KOMUNIKASI BUDAYA KEPULAUAN (UAS)

Carilah semboyan atau moto 11 kabupaten-kota di maluku dan makna apa yang terkandung
di dalamnya.

JAWABAN

1. Kabupaten Buru (Retemena Barasehe)


kata RETEMENA BARASEHE, artinya MAJU TERUS PANTANG MUNDUR yang
bermakna keberanian keseriusan dan kesungguhan, bahwa masyarakat Buru tidak pantang
mundur / menyerah dalam hidup dan kehidupannya, kesungguhan dan keseriusan membuat
hidup mereka selalu dinamis dan optimis. Serta hidup makmur dan sejahtera, bahwa
masyarakat Buru selalu ingin hidup dalam liputan suasana / nuansa kemakmuran dan
kesejahteraan.

2. Kabupaten Buru Selatan (Lolik Lalen Fedak Fena)


Filosofi tugu itu merupakan satu spirit yang perlu dihidupi, spirit yang perludimaknai dalam
konteks orang hidup basudara di kabupaten Buru Selatan. "Tugu kota Namrole ini dikenal
sebagai Tugu Kai Wait. di tugu itu ada menggunakan bahasa "Kai Wait Ina Ama Walidawen
Lolik Lalen Fedak Fena atau Satukan Hati Membangun Negeri ". Itu merupakan satu spirit
yang perlu dihidupi, spirit yang perlu dimaknai dalam konteks orang hidup basudara di
kabupaten Buru Selatan. "Sehingga siapapun yang ada di Buru Selatan ini,apakah dia etnis
dari manapunkiranya memahami dan berinkulturasi dengan budaya di Buru Selatan,"
ujarnya. Jelasnya lagi,bahwa orang Buru Selatan itu adalah kai wait yang artinya adik-kakak.
Ina ama adalah bapa-mama dan wali dawen itu ipar, sehingga ada nuansa kekeluargaan.
Katong samua satu gandong, Katong orang basudara. Itu adalah spirit yangterbangun untuk
katong orang Buru seperti itu.

3. Kabupaten Kepulauan Aru (Ursia Urlima)


Keindahan Pantai Batu Kora menyimpan cerita. Konon, pecahan batu itu merupakan
tonggak sejarah penentuan kasta dalam kehidupan sosial masyarakat Aru. Itu bermula dari
”perang” antara dua saudara, Ursia dan Urlima, untuk membuktikan siapa menjadi yang
sulung di antara mereka. Urlima menggunakan simbol ikan paus, sedangkan Ursia
melambangkan dirinya dengan ikan hiu. Keduanya melakukan lomba mendayung perahu
dari Fatujuring, sebuah desa di Aru bagian selatan, menuju tempat itu. Dalam perlombaan,
Ursia tidak bisa mencapai garis akhir karena sampannya karam dihantam gelombang. Urlima
berhasil mencapai tempat itu dan sampannya menabrak sebuah bongkahan batu hingga
batu tersebut pecah menjadi tiga bagian. Hukum alam membuktikan, Urlima-lah menjadi
yang sulung dalam strata sosial masyarakat Aru. Fasilitas menuju Aru makin bertambah
baik.

4. Kabupaten Kepulauan Tanimbar (Duan Lolat, Kabupaten Kelautan)


Duan-Lolat diartikan oleh seluruh masyarakat Tanimbar sebagai suatu hubungan
kekerabatan yang melibatkan pihak Ndrue dan Uranik. Duan sering dinamakan sebagai
Ndrue, sedangkan Lolat dinamakan sebagai Uranak/Uranik. Arti secara Etimologis ini mau
menggambarkan adanya keterlibatan yang memposisikan Duan sebagai pihak perempuan,
sedangkan posisi Lolat sebagai pihak laki-laki. Duan-Lolat diartikan sebagai pihak pemberi
anak dara dan penerima anak dara. Memberi dan menerima anak dara merupakan
kebiasaan dalam masyarakat Tanimbar dalam aspek perkawinan. Hubungan keduanya
merupakan hubungan kekerabatan yang berdasarkan tanggung jawab kedua belah pihak.

5. Kabupaten Maluku Barat Daya (Kalwedo)


Kata Kalwedo, sebagaimana akar kata-kata Kalyel atau kata Kale, hendak memastikan
bahwa TIDAK perlu ada curiga atau prasangka tentang adanya racun, jimat, atau doti-doti
atas minuman sopi yang disuguhkan atau TIDAK ADA rencana penganiayaan atau
pembunuhan dengan kekerasan fisik atas sebuah perjumpaan kedatangan atau perpisahan,
karena dengan minuman yang disertai dengan Kalwedo atau dengan pertemuan dan
kedatangan yang disertai dengan Kalwedo maka kita dipersatukan oleh minuman adat sopi
dalam sebuah ikatan janji persaudaraan, atau janji untuk hidup bae-bae tanpa saling
menyusahkan, tanpa saling menyerang secara fisik dan psikis. Rupanya, itulah yang
kemudian menjadi tradisi dan adat kebudayaan untuk menerima atau melepaskan sesama
saudara, baik yang datang bertamu atau berjumpa maupun yang berpisah atau pergi
meninggalkan kita. Sehingga hal itu, mentradisikan sebuah Kalwedo sebagai sebuah tradisi
dan adat kehidupan.

6. Kabupaen Maluku Tengah (Pamahanunusa)


Lambang Daerah Kabupaten Maluku Tengah PAMAHANUNUSA yang berarti
MEMBANGUN NUSA DAN BANGSA, yang bermakna kesucian didalam menunaikan tugas,
cahaya, ketuguhan iman dan kebijaksanaan yang bercahaya yang gilang gemilan untuk
suatu tujuan, gagah berani dalam menunaikan tugas. Dan ketenangan dalam menghadapi
sesuatu apapun juga .

7. Kabupaten Maluku Tenggara (Larwul Ngabal)


Penduduk Kei berasal dari beberapa suku. Di Kei berlaku hukum tradisional yaitu Larvul
Ngabal yang memuat aturan-aturan penting bagi penduduk Kei. Larvur Ngabal berasal dari
dua kata Larvul dan Ngabal. Larvul artinya darah merah, yang berarti penyembelihan korban
yang memiliki kekutan sakral. Ngabal sendiri berarti tombak Bali yang digunakan sebagai
perisai diri. Orang Kei sendiri menyakini bahwa leluhiur mereka berasal dari Bali. Penjabaran
hukum Larvul Ngabal dijelaskan dengan menggunakan bagian tubuh dengan arti dan makna
sendiri. Misalnya kepala diartikan sebagai bagian yang penting karena pada kepala terdapat
panca indera dan kekuatan berpikir, artinya seorang pemimpin harus dihormati, baik itu
pemimpin desa atau pemimpin rumah tangga.

8. Kabupaten Seram Bagian Barat (Saka Mere Mura)


Moto SAKA MERE MURA mengandung pengertian yang sangat dalam. Sebuah semboyan
yang sudah ada sejak zaman datuk-datuk, yaitu suatu himbauan dan dapat juga dikatakan
panggilan kepada siapa saja yang berada dalam wilayah Kabupaten Seram Bagian Barat
sebagai satu kesatuan teritorial pada Pulau Seram/Nusa Ina untuk menjaga dan memper-
tahankan pulau ini sekuat-kuatnya dengan bertumpu pada kekuatan adat istiadat. SAKA
MERE MURA artinya jaga dan pertahankan pulau ini

9. Kabupaten Seram Bagian Timur (Ita Wotu Nusa)


tulisan Moto Ita Wotu Nusa Artinya Kita Membangun Daerah yang bermakna nilai – nilai
sosial budaya yang telah mengakar pada setiap dusun, desa, atau kecamatan di Kabupaten
Seram Bagian Timur masih dipertahankan dan merupakan modal dasar bagi peningkatan
persatuan dan kesatuan dalam mendukung pembangunan di Kabupaten Seram Bagian
Timur. Walaupun masyarakat di kabupaten ini masih mencerminkan karakteristik masyarakat
yang multikultur tetapi mempunyai nilai – nilai budaya sendiri - sendiri sebagai representasi
kolektif. Sistem Pemerintahan Adat masih dipertahankan demikian pula Upacara Adat yang
masih di gunakan pada ritual adat tertentu. Ikan asing di Kecamatan Seram Timur(Geser),
Gurita Kering di Gorom, Sagu Kering di Werinama serta Umbi – umbian di Bula merupakan
makanan khas unggulan daerah masing – masing

10. Kota Ambon (Bersatu Manggurebe Maju)


Motto : “Bersatu Manggurebe Maju” merupakan intisari dari keseluruhan arti lambang
tersebut. Jumlah bungkal batu pada dinding benteng yang masing-masing terdiri dari 18 dan
17 bungkal melambangkan 1817 (melambangkan memuncak semangat patriotik rakyat
Maluku di bawah pimpinan Kapitan Pattimura untuk menentang penjajahan). Buah kelapa
yang baru mekar sebanyak 17 buah, burung talang sebanyak 8 ekor dan daun sagu
sebanyak 45 helai melambangkan angka keramat 17–8-1945

11. Kota Tual (Maren)


Maren adalah padanan kata dari istilah kerja sama atau gotong royong dalam membangun
sesuatu. Ciri Khas maren adalah kerja secara suka rela tanpa pamri. Maren tidak
memerlukan biaya untuk sewa menyewa, hanya sekedar makan bersama dalam
melaksanakan pekerjaan jika ada persediaan. Bagi yang berhajat bahkan terhadap keluarga,
kerabat, tetangga, bahkan masyarakat secara sukarela datang berbondong-bondong datang
membantu apa adany dan ikut bekerja hingga selesai. Itulah budaya maren yang secara
turun temurun tidak pudar di hati masyarakat kei. Budaya maren juga saran mempersatukan
antar sesama dalam menjalankan hubungan harmonis dan kasi sayang yang abadi.

Anda mungkin juga menyukai