Anda di halaman 1dari 4

“Mengenal Suku Ambon”

Suku Ambon di kalangan suku-suku lainnya yang ada di Maluku, tergolong sebagai
suku terbesar dan paling berpengaruh. Dikarenakan pengaruhnya yang besar
tersebut, tidak jarang orang Maluku disalahpahami sebagai orang Ambon, padahal
keduanya sebenarnya tidak dari suku yang sama.

I. Sejarah Penamaan Suku Ambon

Sumber: id.wikipedia.org

Suku Ambon merupakan suku campuran Austronesia-Papua yang diketahui berasal


dari Kepulauan Lease serta diduga berasal dari bagian barat Pulau Seram.
Mengenai sejarah penamannya, nama suku Ambon sebenarnya tidak bisa
dipastikan secara jelas manakah sumber yang lebih kredibel.

Menurut masyarakat suku tersebut, Ambon diambil dari kata ‘ombong’ yang dalam
bahasa masyarakat Ambon diartikan sebagai embun. Nama embun tersebut diambil
karena puncak-puncak gunung yang ada di wilayah Ambon sering tertutup oleh
embun.

Sementara itu, terdapat pendapat lain yang mengatakan jika penggunaan istilah
orang Ambon (Ambonezen) digunakan oleh Belanda saat menyebut orang mestizo
yang asalnya dari Ambon. Akan tetapi, lama kelamaan istilah itu dipakai untuk
menyebut orang-orang yang asalnya dari Pulau Seram atau Kepulauan Lease.
Sehingga cukup berhubungan dengan sejarah asal-usulnya yang konon berasal dari
wilayah tersebut.
II. Kepercayaan Suku Ambon

Sumber: id.wikipedia.org

Jauh sebelum dua agama tersebut masuk ke suku Ambon, masyarakat menganut
kepercayaan terhadap kekuatan gaib dan makhluk-makhluk halus. Kepercayaan
terhadap makhluk gaib tersebut terwujud pada benda-benda pusaka, tumbuhan, dan
hewan.

Kemudian, terdapat dua makhluk halus yang dipercayai oleh masyarakat suku
Ambon yakni makhluk halus baik (upu ama) dan makhluk halus jahat. Selain itu,
mereka juga mempunyai sebutan tersendiri untuk Sang Maha Pencipta dunia yaitu
upu lanite dan upu datu. Bagi masyarakat, roh leluhur dipercaya akan melindungi
setiap warga yang mau melaksanakan adat dan memberikan hukuman bila tidak
melaksanakannya.

Pada tahun 1512, Portugis yang mulai masuk ke wilayah suku Ambon mulai
menyebarkan agama Kristen. Sebenarnya, agama Islam sudah masuk satu abad
yang lalu, namun kondisi masyarakat suku Ambon saat itu memang masih
mempertahankan kepercayaan asli mereka. Lambat laun, penyebaran agama
Kristen cukup pesat. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya pusat penginjilan
dan di tahun 1522, banyak penginjil yang mulai berdatangan ke wilayah Ambon
sehingga membuat penyebaran Kristen di Ambon jadi lebih cepat.
III. Kebudayaan Suku Ambon

Sumber: ambon.go.id

Masyarakat Ambon termasuk dalam masyarakat yang cukup menjunjung tinggi


kebudayaan dan tidak serta merta meninggalkan kebudayaan tersebut di tengah
zaman modern ini.

 Upacara Adat

Salah satu bentuk kebudayaan yang masih dilestarikan oleh masyarakat suku
Ambon adalah upacara cuci negeri (nae baileu). Dalam upacara ini, negeri suku
Ambon harus dibersihkan mulai dari rumah-rumah, pekarangan, baileo, kemudian
dilanjutkan dengan acara makan-makan dan minum bersama.

Menurut kepercayaan masyarakat suku setempat, bencana dan malapetaka akan


mudah datang bila upacara ini tidak dilakukan. Begitu juga dengan hasil panen akan
gagal bila upacara ini sengaja tidak dilaksanakan. Sehingga, masyarakat pun secara
rutin menggelar upacara ini untuk menghindarkan dari segala malapetaka serta
untuk mendekatkan diri pada Sang Pencipta dan leluhur mereka.

 Bahasa

Dalam berkomunikasi sehari-hari, masyarakat menggunakan bahasa Ambon. Selain


dituturkan di kalangan masyarakat Ambon, bahasa Ambon juga digunakan di hampir
seluruh wilayah Maluku, Kepulauan Lease, Pulau Seram, dan bahkan digunakan
sebagai bahasa perdagangan di wilayah Kei.
IV. Mata Pencaharian Suku Ambon

Sumber: cnnindonesia.com

Ada 2 jenis mata pencaharian yang umumnya dilakukan oleh masyarakat. Mata
pencaharian pertama adalah berkebun. Hampir seluruh masyarakat menanam
berbagai sayuran, buah-buahan, rempah-rempah sebagai pemenuhan kebutuhan
sehari-hari. Disamping itu, masyarakat juga menanam sagu sebagai salah satu
makanan pokok mereka.

Kemudian, mata pencaharian kedua dari masyarakat suku Ambon tidak lain adalah
nelayan. Masyarakat bahkan mempunyai ritual khusus untuk menjaga supaya
kegiatan berlayar berjalan dengan lancar dan nelayan bisa kembali dengan selamat.
Upacara tersebut dijuluki dengan turun perahu baru dan turun jaring baru.

Kedua ritual itu dilakukan di tempat yang berbeda, yang mana upacara turun perahu
dilakukan di atas perahu, sementara turun jaring baru dilakukan di rumah pemilik
jaring. Meskipun berbeda dalam hal lokasi, keduanya sama-sama dipimpin oleh
ketua adat.

Anda mungkin juga menyukai