Anda di halaman 1dari 10

Provinsi Riau

Tarian Adat, Joged Lambak

Tari Joged Lambak juga merupakan tari adat Riau yang mendapatkan pengaruh kebudayaan
Melayu. Karena pengaruh Melayu yang begitu kental, tarian ini juga memiliki ciri khas
layaknya tarian-tarian melayu umumnya.
Ciri khas yang dimiliki Tari Joged Lambak ini adalah gerakannya yang lemah gemulai. Lagu-
lagu yang digunakan juga tergolong lagu-lagu berirama joget. Sedangkan alat musiknya adalah
alat-alat musik seperti gendang, gong atau tetawak.
Tarian Joged Lambak sudah ada sejak jaman kerajaan Riau Lingga. Pada jaman sekarang tari
ini banyak ditampilkan di acara-acara adat besar.
https://anvilmotion.com/tari-adat-riau/
Senjata Adat, Pedang Jenawi

Pedang jenawi merupakan senjata tradisional yang dimiliki oleh Riau. Senjata pada zaman
dahulu digunakan sebagai alat untuk melindungi diri dari ancaman lingkungannya, misalnya
saja untuk melawan binatang buas atau untuk kelengkapan berperang melawan suku
lain. Namun, dewasa ini senjata tradisional lebih digunakan sebagai kelengkapan pakaian adat.
Biasanya, pedang ini digunakan oleh panglima perang. Panjang pedang ini bisa mencapai satu
meter dan di ujung pegangannya ada tonjolan kecil.
Tidak sembarangan orang dapat memiliki senjata ini. Pemakai Pedang Jenawa pastilah orang
yang memiliki kekuasaan, orang yang dihormati, memiliki kecerdasan, sehingga menjadi
panutan, dan sebagainya. Pedang Jenawi memiliki ketajaman di tiga sisi, yakni bagian kanan,
kiri, dan depan. Pedang jenawi inilah yang dipakai oleh para mujahid Melayu di Riau sewaktu
agresi menentang Belanda dalam kurun waktu 1947-1949. Daerah pertempuran yang cukup
dahsyat antara lain adalah Cerenti dan Kuala Indragiri, di mana Pak Boyak (abang budayawan
Riau Idrus Tintin) gugur sebagai syuhada.
Keunggulan pedang jenawi adalah bisa ditebaskan ke kiri dan ke kanan, di samping dapat
menjadi tombak diarahkan ke depan. Dengan demikian pedang jenawi dapat memberikan
ancaman dari tiga arah.
https://kerisku.id/pedang-jenawi/
Rumah Adat, Selaso Jatuh Kembar

Rumah Selaso Jatuh Kembar atau disebut juga dengan nama Balai Selaso Jatuh adalah
bangunan adat yang fungsinya bukan untuk tempat tinggal, namun sebagai tempat untuk rapat
dan musyawarah adat. Jadi tidak heran jika masyarakat Riau menyebut rumah ini dengan
berbagai sebutan, seperti Balairung Sari, Balai Pengobatan, Balai Kerpatan tergantung fungsi
rumah adat tersebut digunakan.
Dulu, setiap desa di Riau memiliki satu buah rumah adat Selaso Jatuh Kembar, namun saat ini
kegiatan rapat dan musyawarah sudah tidak dilakukan di rumah adat, seperti kegiatan
musyawarah sekarang kerap dilakukan di rumah warga atau musyawarah dilakukan di masjid.
Ciri khas rumah adat Selaso Jatuh Kembar adalah bagian selasar rumah dibangun lebih rnedah
dibandingkan dengan ruang dalam (tengah). Di dalam rumah tidak ada ruangan atau kamar-
kamar seperti rumah pada umumnya, hanya ada sekat yang memisahkan ruang tengah dan
ruang telo. Ruang telo adalah ruangan untuk menyimpan makanan.
https://elizato.com/rumah-adat-riau/
Provinsi Kepulauan Riau
Tarian Adat, Tari Tandak

Ada banyak cara silaturahmi. Salah satunya lewat tarian. Di Kepulauan Riau, tari Tandak biasa
digunakan sebagai media silaturahmi bagi pemuda dan pemudi.
Tarian ini juga sering digunakan sebagai sarana menemukan jodoh. Tari Tandak awalnya
dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur atas panen yang berlimpah. Biasanya diadakan pada
Juli hingga Oktober. Waktu dibawakannya tarian ini ialah malam hari.
Secara berpasangan tarian ini ditampilkan oleh pria dan wanita. Biasanya tarian dibawakan
oleh empat pasang penari. Para penari mengenakan busana khas Melayu. Penari wanita
mengenakan kebaya dan kain panjang untuk bawahan. Sebagai pemanis para wanita juga
memakai aksesori berupa gelang, kalung, dan hiasan kepala. Penari pria terlihat lebih sederhana
dengan mengenakan peci di kepala dan memakai busana berlengan panjang dan celana
panjang.
Gerakan tangan dan kaki yang lincah mendominasi tarian ini. Kemudian ada sedikit gerakan
pencak silat juga pada tari Pandak. Dengan diiringi oleh alat musik tradisional seperti rebana
dan kordeon para penari begitu luwes melakukan setiap gerakan. Lantunan syair, lagu, dan
pantun irama melayu menghiasi pula iringan musik tarian ini.
Tari Tandak masih terjaga kelestariannya hingga saat ini. Tarian tersebut dapat ditemui dalam
berbagai acara adat di Kepulauan Riau.
https://merahputih.com/post/read/tari-tandak-tarian-sebagai-media-silaturahmi
Makanan Khas, Gonggong

Gonggong diambil dari nama jenis siput laut yang terdapat di sekitar Kepulauan Riau, banyak
terdapat di Desa Lobam, Tanjung Uban, Pulau Bintan, Kepulauan Riau. Kuliner sea food ini
banyak ditemui di pulau Bintan, namun nama gonggong juga menyebar sampai Pulau Batam.
Bentuk cangkang siput gonggong panjang dan spiral. Berbeda dengan siput sawah yang sering
ditemui di pasar-pasar. Sekilas, cangkak siput ini cukup cantik digunakan sebagai hiasan
rumah, bila daging sudah disantap tentunya.
Proses pembuatannya cukup sederhana. Direktur Eksekutif Badan Promosi Pariwisata
Kepulauan Riau, Sapril Sembiring menjelaskan, gonggong biasanya disajikan dengam cara
direbus.
“Setelah direbus, bisa langsung disantap dengan sambalnya. Bisa asam bisa pedas,” katanya
saat ditemui di Festival Kuliner Kepulauan Riau di Mall of Indonesia, Kelapa Gading, Jakarta
Pusat, belum lama ini.
Cara merebusnya, lanjut Sapril, gonggong direbus dengan garam dan irisan jahe untuk
menghilangkan bau amis. Mengenai rasa, jangan ditanya. Tekstur daging gonggong yang
cukup lembut dan kenyal akan menggoyang rongga mulut Anda. Ditambah dengan sambal
yang semakin memperkaya cita rasa lidah Anda.
Soal sambal, gonggong bisa disajikan dengan berbagai macam jenis. Ada yang memakai
sambal kacang, asam manis, pedas, dan sambal kecap.
Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya. Begitu juga soal selera makanan. Bagi
masyarakat Kepulauan Riau dan khususnya Batam, gonggong adalah makanan khas mereka.
Sehingga bagi mereka yang berkunjung ke Batam, belum lengkap rasanya bila belum makan
gonggong.
https://bisniswisata.co.id/gonggong-kuliner-khas-kepulauan-riau/

Rumah Adat, Belah Bubung

Rumah Belah Bubung adalah rumah adat dari kepulauan Riau yang berada
di Indonesia. Rumah Belah Bubung juga dikenal dengan nama rumah rabung atau rumah
bubung melayu. Konon, nama rumah ini diberikan oleh orang-orang asing yang datang ke
Indonesia seperti Tiongkok dan Belanda. Rumah Belah Bubung memiliki model rumah yang
sama dengan rumah panggung. Rumah ini memiliki tinggi 2 meter dari tanah dan ditopang oleh
beberapa tiang penyangga. Rumah ini memiliki atap yang berbentuk
seperti pelana kuda. Rumah induk terbagi menjadi 4 bagian yaitu selasar, ruang induk, ruang
penghubung dapur, dan dapur. Rumah Belah Bubung memiliki bahan dasar yaitu kayu. Proses
pembangunan rumah pun tidak sembarangan karena harus melalui beberapa tahap yang
dipercaya menghindari pemilik rumah dari kesialan. Ukuran rumah ini juga bergantung dari
kemampuan ekonomi dari sang pemilik rumah. Semakin besar ukuran rumah ini
memperlihatkan bahwa kemampuan ekonomi dari pemilik rumah adalah menengah ke atas,
tetapi semakin kecil rumah ini menunjukkan bahwa ekonomi pemilik rumah menengah ke
bawah.
https://id.wikipedia.org/wiki/Rumah_Belah_Bubung
Provinsi Jambi
Tarian Adat, Tauh

Tari Tauh Jambi merupakan tarian tradisional yang menggambarkan pergaulan atau hubungan
muda mudi. Tari Tauh Jambi ini sudah ada sejak zaman dahulu sampai sekarang, khususnya
didaerah Lekok 50 Tumbi Lepur, Kecamatan Gunung Raya, Kabupaten Bungo, Jambi.
Seperti halnya beberapa tari tradisional Jambi yang sudah kita kenal diatas, tari tauh ini
dibawakan oleh beberapa penari secara berpasangan (4 orang penari wanita dan 4 orang penari
pria) dengan menggunakan pakaian tradisi melayu.
Tari Tauh diiringi oleh musik tradisional Jambi yang dibunyikan dari alat musik kalintang
kayu, gong, gendang dan biola, dengan lagu pengiring krisnok dan pantun pantun anak muda.
Tari tauh ditampilkan pada acara-acara resmi yang diadakan pemerintah maupun masyarakat
pada umum pada acara pesta perkawinan.
https://www.tradisikita.my.id/2016/03/10-tari-tradisional-jambi.html
Alat Musik, Rebana Sike

Rebana Sike diyakini mengandung unsur 3 perpaduan seni yakni vokal, gerak, dan musik.
Dalam permainan musik tersebut memang pemain akan menyanyikan sebuah lagu yang
syairnya mengandung puji-pujian kepada Sang Pencipta serta sambil melakukan tarian kecil
yang anda lebih kenal dengan sebutan koreografi.
Rebana Sike memang hampir sama seperti rebana pada umumnya, alat musik ini terbuat dari
kayu dan kulit sebagai bagian yang diupul dan dimainkan secara grup. Musik rebana sangatlah
identik dengan ibu-ibu yang sedang melakukan pengajian atau mengisi acara pentas yang
memiliki unsur religi
Pada tahun 2015 silam, Masyarakat yang tinggal di daerah Kerinci melakukan latihan massal
dengan menggunakan alat musik ini dengan tujuan dari penggunaannya sebagai alat musik
penyambutan calon gubernur Jambi.
https://alatmusikindonesia.com/alat-musik-tradisional-jambi/
Rumah Adat , Merangin

Rumah adat Merangin yang disebut dengan rumoh tuo rantau panjang adalah salah satu dari
macam macam rumah adat Jambi lebih tepatnya Kabupaten Merangin yang menjadi tempat
tinggal suku Batin berbentuk rumah panggung. Rumah ini memiliki konstruksi unik yang
terbuat dari material kayu dan tidak menggunakan paku sama sekali.
Di desa Rantau Panjang memiliki 60 buah rumah yang masih berdiri dengan kokoh hingga saat
ini. Rumah adat Jambi ini terbuat dari material kayu yang disanggah dengan beberapa tiang.
Bangunan ini berbentuk memanjang ke arah samping dengan tangga, pintu masuk dan juga
beberapa buah jendela berukuran besar. Dulu, atap rumoh tuo rantau panjang ini terbuat dari
ijuk. Namun karena memperoleh ijuk cukup sulit, maka atap rumah adat ini diganti memakai
seng. Yang membuat rumah adat ini menarik adalah harus menunduk ketika ingin masuk lewat
pintu karena tingginya yang hanya 1 meter.
Bentuk rumah di desa ini sangat seragam dengan warna coklat terang dan dibagi menjadi tiga
ruangan. Pintu yang berukuran pendek tersebut merupakan lambang kesopanan dan juga tata
krama yang dilestarikan penduduk setempat. Seperti rumah adat lainnya, bangunan ini juga
terdiri dari beberapa ruangan, yakni:
Ruang pertemuan: Ruang pertemuan dengan lantai terbagi kembali menjadi tiga bagian yang
dipisahkan dengan sekat kayu berukuran 10 cm. Lantai yang agak tinggi disebut dengan Balai
Melintang untuk Ninik Mamak dan juga ulama. Sedangkan untuk lantai tengah digunakan
untuk keluarga dan lantai lorong menuju ke ruang kedua yang digunakan oleh para pekerja.
Hal menarik lain dari rumah adat Jambi ini adalah tahan terhadap gempa sebab memiliki kayu
sendi yang dipakai sebagai bantalan tiang penyangga. Selain kayu sendi, rumah ini juga awet
hingga ratusan tahun karena menggunakan getah pohon ipuh yang dioleskan pada kayu
sebanyak lima tahun sekali.
Selain digunakan sebagai tempat tinggal, rumah tuo rantau panjang ini juga dijadikan museum
dengan berbagai koleksi benda tradisional. Bagian dinding dihiasi dengan ukiran indah dan
juga pada bagian penyangga rumah. Ada juga beberapa hiasan lain yang digunakan seperti
tempat sirih, kepala kerbau, keramik kuno dan juga ambung yang dipakai warga untuk
membuat hasil pertanian.

Anda mungkin juga menyukai