Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN REKAYASA IDE

MK. PERKEMBANGAN
PESERTA DIDIK
PRODI S1 PGSD-FIP

MEMBANTU PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN MORAL


PESERTA DIDIK DALAM MENGATASI PEMASALAHAN BOLOS
SEKOLAH OLEH ANAK PESERTA DIDIK

NAMA MAHASISWA : BRYAN FERNANDO TURNIP

NIM : 1203111148

DOSEN PENGAMPU : WALIYUL MAULANA SIREGAR, S.Pd, M.Pd

MATA KULIAH : PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

NOVEMBER, 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, yang atas rahmat-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan Rekayasa Ide yang berjudul “Membantu
Pertumbuhan Dan Perkembangan Moral Peserta Didik Dalam Mengatasi Pemasalahan Bolos
Sekolah Oleh Anak Peserta Didik”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang
diberikan dalam mata kuliah Perkembangan Peserta didik di Universitas Negeri Medan.

Dalam Penulisan makalah ini saya merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang saya miliki. Untuk itu, kritik dan
saran dari semua pihak sangat saya harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya
kepada Dosen saya yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada saya, sehingga saya
dapat menyelesaikan tugas ini.

Medan, November 2020

Penulis

Bryan Fernando Turnip

1203111148
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 2


DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 4


1.1 Latar Belakang Masalah .............................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 4
1.3 Tujuan.......................................................................................................................... 5
1.4 Manfaat........................................................................................................................ 5

BAB II IDENTIFIKASI MASALAH ..................................................................................... 6

BAB III SOLUSI DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 9

BAB IV PENUTUP ................................................................................................................ 12


4.1 Kesimpulan................................................................................................................ 12
4.2 Saran .......................................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 13


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kenakalan siswa merupakan suatu bentuk perilaku siswa yang menyimpang dari aturan
sekolah. Kenakalan siswa banyak macamnya. Salah satunya ialah membolos atau masuk tidak
teratur. Membolos disebut kenakalan remaja karena membolos sudah merupakan perilaku yang
mencerminkan telah melanggar aturan sekolah.
Perilaku membolos sebenarnya bukan merupakan hal yang baru lagi bagi banyak
pelajar. Setidaknya bagi mereka yang pernah mengenyam pendidikan. Hal ini disebabkan
karena perilaku membolos itu sendiri telah ada sejak dulu. Tindakan membolos dikedepankan
sebagai sebuah jawaban atas kejenuhan yang sering dialami oleh banyak siswa terhadap
kurikulum sekolah. Tidak hanya di kota - kota besar saja siswa yang terlihat sering membolos,
bahkan sekolah yang letaknya di daerah - daerah pun perilaku membolos sudah menjadi
kegemaran.
Banyak siswa yang sering membolos bukan hanya di sekolah - sekolah tertentu saja
tetapi banyak sekolah mengalami hal yang sama. Hal ini juga sering kali membuat peserta didik
ikut serta terlibat pada hal - hal yang cenderung merugikan. Betapa seriusnya perilaku
membolos ini perlu mendapat perhatian penuh dari berbagai pihak. Bukan saja hanya perhatian
yang berasal dari pihak sekolah, melainkan juga perhatian yang berasal dari orang tua, teman
maupun pemerintah, Apabila hal ini terus menerus dibiarkan berlalu, maka yang bertanggung
jawab atas semua ini bukan saja dari siswa itu sendiri melainkan dari pihak sekolah ataupun
guru yang menjadi orang tua di sekolah juga akan ikut menangungnya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang akan dibahasialah :


1. Apa pengertian dari membolos ?
2. Apa saja faktor - faktor yang menjadi penyebab siswa membolos ?
3. Apakah akibat yang akan ditimbulkan oleh siswa yang suka membolos ?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari rekayasa ini adalah:
1. Untuk menjelaskan pengertian dari membolos.
2. Untuk mengetahui apa saja faktor - faktor yang menjadi penyebab siswa membolos.
3. Untuk mengetahui dampak atau akibat yang akan ditimbulkan pada siswa yang suka
membolos.
4. Untuk mengetahui bagaimana mengatasi siswa yang suka membolos.
5. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah perkembangan peserta didik.

1.4 Manfaat
1. Bagi pembaca, rekayasa ide ini dapat dimanfaatkan sebagai penambah ilmu
pengetahuan mengenai bagaimana mengatasi pemasalahan membolos pada
pelajar/siswa.
BAB II
IDENTIFIKASI MASALAH

➢ Faktor – Faktor Penyebab Siswa Membolos


Penyebab permasalahan siswa membolos dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Beberapa faktor - faktor penyebab siswa membolos dapat dikelompokkan menjadi 2 faktor,
yakni faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa bisa berupa karakter
siswa yang memang suka membolos, sekolah hanya dijadikan tempat mangkal dari rutinitas -
rutinitas yang membosankan di rumah.
Sementara itu, faktor eksternal adalah faktor yang dipengaruhi dari luar siswa, misalnya
kebijakan sekolah yg tidak berdamai dengan kepentingan siswa, guru yang tidak profesional,
fasilitas penunjang sekolah misal laboratorium dan perpustakaan yang tidak memadai, bisa
juga kurikulum yang kurang bersahabat sehingga mempengaruhi proses belajar di sekolah.
Selain faktor internal dan faktor eksternal, Faktor pendukung munculnya perilaku
membolos sekolah pada remaja juga dapat dikelompokkan sebagai berikut.

A. Faktor Keluarga
Mungkin kita pernah mendengar ada siswa yang tidak diperbolehkan masuk sekolah
oleh orang tuanya. Untuk suatu alasan tertentu mungkin hal ini dianggap paling efisien untuk
mengatasi krisis atau permasalahan dalam keluarganya. Misalkan kakaknya sakit, sementara
kedua orang tuanya harus pergi bekerja mencari nafkah. Untuk menemani kakaknya tersebut
maka adiknya terpaksa tidak masuk sekolah. Untuk alasan tersebut bolehlah sang adik tidak
masuk sekolah. Tapi yang menjadi masalah terkadang anak tersebut tidak membuat surat izin
kepada pihak sekolah, sehingga piha sekolah tidak tahu duduk permasalahannya. Yang mereka
tahu si A membolos. Sementara dampaknya bagi anak tersebut ialah ia harus kehilangan waktu
belajarnya. Jika hal ini menjadi kebiasaan (membolos), lambat laun siswa tersebut tidak peduli
lagi dengan peraturan.Ia akan berbuat seenaknya, terserah mau masuk atau tidak.

B. Kurangnya Kepercayaan Diri


Sering rasa kurang percaya diri menjadi penghambat segala aktifitas. Faktor utama
penghalang kesuksesan ialah kurangnya rasa percaya diri. Ia mematikan kreatifitas siswa.
Meskipun begitu banyak ide dan kecerdasan yang dimiliki siswa, tetapi jika tidak berani atau
merasa tidak mampu untuk melakukannya sama saja percuma. Perasaan diri tidak mampu dan
takut akan selalu gagal membuat siswa tidak percaya diri dengan segala yang dilakukannya.
Terkadang ia merasa tidak mampu dengan mata pelajaran matematika, tetapi ia mampu pada
mata pelajaran biologi. Pada mata pelajaran yang ia tidak suka, ia cenderung berusaha untuk
menghindarinya, sehingga ia akan pilih-pilih jika akan masuk sekolah. Sementara itu siswa
tidak menyadari bahwa dengan tidak masuk sekolah justru membuat dirinya ketinggalan materi
pelajaran.

C. Perasaan yang Termarginalkan


Perasaan tersisihkan tentu tidak diinginkan semua orang. Tetapi kadang rasa itu muncul
tanpa kita inginkan. Seringkali anak dibuat merasa bahwa ia tidak diinginkan atau diterima di
kelasnya. Perasaan ini bisa berasal dari teman sekelas atau mungkin gurunya sendiri dengan
sindiran atau ucapan. Siswa yang ditolak oleh teman-teman sekelasnya, akan merasa lebih
aman berada di rumah. Ada siswa yang tidak masuk sekolah karena takut oleh ancaman
temannya. Ada juga yang diacuhkan oleh teman-temannya, ia tidak diajak bermain, atau
mengobrol bersama. Penolakan siswa terhadap siswa lain dapat disebabkan oleh faktor tertentu,
misalnya faktor SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antar golongan).

D. Faktor yang Berasal dari Sekolah


Tanpa disadari, pihak sekolah bisa jadi menyebabkan perilaku membolos pada remaja,
karena sekolah kurang memiliki kepedulian terhadap apa yang terjadi pada siswa. Awalnya
barangkali siswa membolos karena faktor personal atau permasalahan dalam keluarganya.
Kemudian masalah muncul karena sekolah tidak memberikan tindakan yang konsisten, kadang
menghukum kadang menghiraukannya.
Selanjutnya, faktor lain yang perlu diperhatikan pihak sekolah adalah kegiatan belajar
mengajar yang berlangsung di sekolah. Dalam menghadapi siswa yang sering membolos,
pendekatan individual perlu dilakukan oleh pihak sekolah.
Jadi, dapat dikatakan bahwa faktor sekolah merupakan faktor yang berisiko
meningkatkan munculnya perilaku membolos pada remaja, yaitu antara lain kebijakan
mengenai pembolosan yang tidak konsisten, interaksi yang minim antara orang tua siswa
dengan pihak sekolah, guru-guru yang tidak suportif, atau tugas-tugas sekolah yang kurang
menantang bagi siswa.
➢ Akibat yang Ditimbulkan oleh Peserta Didik yang Membolos
Anak yang dapat ke sekolah tapi sering membolos, akan mengalami kegagalan dalam
pelajaran. Meskipun dalam teori guru harus bersedia membantu anak mengejar pelajaran yang
ketinggalan, tetapi dalam prakteknya hal ini sukar dilaksanakan. Kelas berjalan terus. Bahkan
meskipun ia hadir, ia tidak mengerti apa yang diajarkan oleh guru, karena ia tidak mempelajari
dasar - dasar dari mata pelajaran - mata pelajaran yang diperlukan untuk mengerti apa yang
diajarkan.
Selain mengalami kegagalan belajar, siswa tersebut juga akan mengalami marginalisasi
atau perasaan tersisihkan oleh teman-temannya. Hal ini kadang terjadi manakala siswa tersebut
sudah begitu “parah” keadaannya sehingga anggapan teman-temannya ia anak nakal dan perlu
menjaga jarak dengannya. Hal yang tidak mungkin terlewatkan ketika siswa membolos ialah
hilangnya rasa disiplin, ketaatan terhadap peraturan sekolah berkurang. Bila diteruskan, siswa
akan malas pada urusan sekolahnya. Dan yang lebih parah siswa dapat dikeluarkan dari
sekolah. Lalu karena tidak masuk, secara otomatis ia tidak mengikuti pelajaran yang
disampaikan guru. Akhirnya ia harus belajar sendiri untuk mengejar ketertinggalannya.
BAB III
SOLUSI DAN PEMBAHASAN

Membolos dapat diartikan tidak masuk sekolah tanpa keterangan, tidak masuk sekolah
beberapa hari, dari rumah berangkat tapi tidak sampai ke sekolah, dan meninggalkan sekolah
pada jam pelajaran. Membolos sekolah mungkin merupakan salah satu budaya dalam
pendidikan di Indonesia. Seringkali kita mendapati permasalahan yaitu anak-anak sekolah
yang masih berseragam berkeliaran di luar sekolah pada jam sekolah. Anehnya lagi pada zaman
sekarang bukan hanya anak laki-laki saja yang melestarikan kebudayaan membolos tetapi anak
perempuan juga sudah mulai terbiasa melakukan kegiatan membolos juga. Padahal membolos
merupakan salah satu bentuk dari kenakalan siswa, yang jika tidak segera diselesaikan atau
dicari solusinnya dapat menimbulkan dampak yang lebih parah. Oleh karena itu penanganan
masalah terhadap siswa yang suka membolos menjadi perhatian yang sangat serius.
Penanganan tidak saja dilakukan oleh sekolah, tetapi pihak keluarga juga perlu
dilibatkan. Malah terkadang penyebab utama siswa membolos lebih sering berasal dari dalam
keluarga itu sendiri. Jadi komunikasi antara pihak sekolah dengan pihak keluarga menjadi
sangat penting dalam pemecahan pemasalahan.

• Cara Mengatasi Siswa yang Suka Membolos


Bimbingan Konseling atau sering disebut sebagai BP dahulu sering kali menjadi
momok atau bahkan sesuatu yang dibenci oleh siswa karena lebih berfungsi sebagai pengadilan
siswa dari pada membimbing siswa. Jika ada siswa yang bermasalah melanggar aturan sekolah
maka langsung dipanggil guru BP untuk dilakukan pembinaan yang cenderung ke arah
penghakiman. Paradigma itu semestinya perlu sedikit diubah yaitu bahwa Bimbingan
Konseling (BK) tidak hanya mengurusi anak yang bermasalah melanggar aturan sekolah
namun juga harus bisa berfungsi sebagai teman bagi siswa dan pelajar hingga bisa menjadi
tempat curhat. Bimbingan konseling semestinya bisa memberikan rasa nyaman kepada siswa
dengan dapat memberikan banyak solusi terhadap masalah-masalah yang dihadapi siswa baik
stres masalah pelajaran, keluarga,pertemanan dan lain sebagainya. Perubahan paradigma ini
diharapkan kenakalan maupun stress dikalangan siswa bisa semakin dieliminir.
Kewajiban sekolah, selain mengajar (dalam arti hanya mengisi otak anak – anak dengan
berbagai ilmu pengetahuan), juga berusaha membentuk pribadi anak menjadi manusia yang
berwatak baik. Mengajar tidak sekedar transfer pengetahuan, tetapi lebih kepada usaha untuk
membentuk pribadi santun dan mampu berdiri sendiri. Sehingga jika terjadi suatu
permasalahan pada siswa, pendidik atau pihak sekolah juga turut memikirkannya, berusaha
mencarikan jalan keluar.
Dalam menghadapi anak tersebut peran BK sangatlah penting. Sebagai sarana untuk
mencari solusi, fungsi BK cukup efisien. Melalui pendekatan personal, harapannya siswa dapat
lebih terbuka dengan pemasalahannya, sehingga pembimbing dapat memahami dan mendapat
gambaran secara jelas apa yang sedang dihadapi siswa. Menghentikan sepenuhnya kebiasaan
membolos memang tidaklah mudah dan sangatlah minim kemungkinannya. Tetapi usaha untuk
meminimalisisir kebiasaan tidak baik tersebut tentu ada. Dan salah satu usaha dari pihak
sekolah ialah dengan program Bimbingan Konseling (BK). Kita mungkin pernah melihat atau
bahkan mengalami sendiri bagaimana rasanya dihukum karena membolos. Padahal
menghukum bukanlah satu-satunya jalan untuk membuat siswa jera dalam melakukan
perbuatannya. Bisa jadi hal tersebut malah menjadikan anak lebih bengal dan lebih susah
ditangani. Sebab siswa remaja merupakan masa kondisi emosi yang tidak labil, mudah
tersinggung dan mudah sekali marah. Ibaratnya tulang rusuk, jika dipaksakan untuk lurus maka
ia akan patah. Oleh karena itu, penanganannya harus hati – hati.

• Tindakan yang Dapat Dilakukan Untuk Menangani Peserta Didik yang Suka
Membolos
Tindakan yang dapat dilakukan untuk menangani masalah peserta didik yang suka
membolos adalah sebagai berikut:
1. Dengan Mengetahui Faktor - Faktor Penyebabnya
Dengan mengetahui faktor - faktor penyebabnya,gurupembimbing sedikit tahu
bagaimana kondisi permasalahan siswa. Langkah selanjutnya ialah melalui pendekatan supaya
siswa yang membolos mau menerima arahan dari guru pembimbing. Adapun jika siswa masih
bersikap tertutup, tidak mau menceritakan permasalahan mengapa ia membolos, maka
pembimbing menggunakan cara lain yaitu menanyakan pada teman dekatnya. Begitu semua
informasi yang diperlukan telah diperoleh, pembimbing langsung mengambil tindakan
preventif dan pengobatan.
Seperti yang telah dikemukakan di atas, pencegahan tidak harus melalui hukuman.
Memberi nasehat dan arahan yang baik akan lebih mengena dari pada membentak dan
memarahinya. Tidak teraturnya anak masuk sekolah tidak sepenuhnya terletak pada siswa.Ada
banyak sebab yang terletak di luar kekuasaan anak, atau yang kurang dikuasai anak.Jadi
kegiatan membolos siswa tidak sepenuhnya kesalahan siswa.Ada faktor dari luar yang juga
turut andil dalam pembolosan tersebut.
Oleh karena itu, tugas guru BK selain memberi arahan pada siswa juga mengkondisikan
lingkungan sekolahnya sebaik mungkin supaya siswa merasa betah berada di sekolah.Selain
itu guru juga selalu menjalin komunikasi dengan keluarga siswa ada kesepakatan dalam usaha
mengatasi masalah anak.
2. Menerapkan Gerakan Disiplin
Gerakan disiplin ini difokuskan untuk memantau para pelajar yang membolos atau
pergi pada waktu jam-jam sekolah.Biasanya mereka barada di tempat keramaian atau di tempat
hiburan.Pelajar yang membolos selain merugikan dirinya sendiri juga berpotensi untuk
menimbulkan keresahan di masyarakat karena biasanya pelajar yang suko membolos
mempunyai tingkat kenakalan yang tinggi dan justru sering medekati kriminal seperti
pengompasan pelajar yang lebih kecil atau dibawahnya sampai dengan tawuran dan pesta
miras.Sex bebas di kalangan pelajar juga muncul dari fenomena bolos sekolah dimana orang
tua sering kali tidak di rumah karena harus bekerja dimanfaatkan untuk berbuat
negatif.Fenomena bolos sekolah ini sebenarnya tidak bisa dianggap remeh karena dari sinilah
banyak hal tentang kerusakan moral pelajar dimulai.
3. Sosialisasi Kepada Pengelola Hiburan
Pihak Dinas Pendidikan dibantu oleh Kesbanglinmas dan Satpol PP serta berkoordinasi
dengan Kepolisian harus terus mensosialisasikan kepada para pengelola hiburan seperti Play
Station untuk tidak menerima konsumen Pelajar pada jam sekolah. Kebanyakan pelajar yang
bolos sekolah ”bersembunyi” di sana. Setelah sosialisasi dirasa cukup mungkin dengan
penempelan stiker atau poster tentang larangan pelajar bermain di waktu jam sekolah maka
ditingkatkan menjadi taraf pemantauan. Jika dari pihak pengelola masih membiarkan para
pelajar bolos bermain di situ maka dapat diberi peringatan ,jika peringatan tidak diindahkan
maka bisa dilakukan penyegelan sementara atau bahkan penutupan paksa disesuaikan dengan
aturan yang berlaku.
Sesungguhnya yang paling dominan dalam mempengaruhi siswa membolos adalah
keberadaan guru. Guru yang ideal harus berfungsi sebagai,Designer of Instruction. Sebagai
Designer, guru harus mampu membuat pembelajaran menarik dan tidak membosankan, tapi
seperti yang telah kita ketahui banyak guru yang tidak mampu sebagai peracik bahan - bahan
pengajaran yang kemudian dikemas dan di sajikan menarik kepada siswa, sehingga pada
gilirannya siswa merasa jenuh di kelas.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Membolos merupakan salah satu kenakalan siswa yang dalam penanganannya perlu
perhatian yang serius.Memang tidak sepenuhnya kegiatan membolos dapat dihilangkan, tetapi
usaha untuk meminimalisir tetap ada.Faktor - faktor yang menjadi penyebab siswa membolos
terbagi menjadi dua golongan, yaitu faktor internal dan eksternal. Selain itu, faktor – faktor
lain yang menjadi penyebab siswa membolos lainnya.
Akibat yang ditimbulkan oleh siswa yang membolos adalah selain mengalami
kegagalan belajar, siswa tersebut juga akan mengalami marginalisasi atau perasaan tersisihkan
oleh teman - temannya. Adapun peran Bimbingan dan Konseling (BK) dalam hal mengatasi
siswa yang suka membolos, yakni dengan mengetahui faktor - faktor penyebab siswa
membolos, menerapkan gerakan disiplin serta sosialisasi kepada pengelola hiburan.

4.2 Saran

1. Untuk Kepala Sekolah

a. Kepala sekolah diharapkan lebih meningkatkan lagi dalam pelaksanaan rapat guru dalam
kaitannya mengenai siswa membolos sekolah.

b. Lebih menekankan kepada para guru untuk bekerjasama dalam proses penanggulangan
perilaku membolos siswa.

2. Untuk Guru

a. Harus melihat situasi dan kondisi siswa serta lingkungannya ketika akan memberikan
suatu sanksi atas pelanggaran yang siswa lakukan, jangan sampai pemberian sanksi yang
pada hakikatnya bertujuan agar pelaku tidak melakukan perbuatannya dikemudian hari
malah membuat pelaku lebih berontak.
b. Guru selalu berkreasi, berinovasi agar suasana kelas tercipta ceria menyenangkan dan
hidup.
3. Untuk Siswa

a. Lebih pintar dalam memilih rekan sepermainan.

b. Bisa memilih mana yang baik dan mana yang buruk untuk dirinya, baik untuk dimasa
sekarang ataupun untuk masa yang akan datang dilihat dari dampaknya.

DAFTAR PUSTAKA

Kartono, Kartini.1991.Bimbingan bagi anak dan remaja yang bermasalah. Rajawali Pers:
Jakarta.

Purwanto, Ngalim.2006.Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis. Remaja Rosdakarya:


Bandung.

Soejatno, Agoes.1990.Bimbingan Kearah Belajar yang Sukses. Aksara Baru: Surabaya.

Indonesian.blogspot.com/id.wikipedia.com

http://gurukreatif.wordpress.com

Anda mungkin juga menyukai