Anda di halaman 1dari 27

Gejala Membolos dalam Kalangan Pelajar

IPS Kelas X Tahun Pelajaran 2021/2022

Disusun oleh :
X IPS 1
1. Aditya Hafidz Abdulazis (03)
2. Nabila One Zida Putri (22)
3. Radhitya Narendra Pahlevi (26)
4. Restu Mukti Risafandi (27)

SMA NEGERI 3 BLITAR 2021/2022


Alamat : Jl. Begawan Solo, Pakunden, Kec. Sukorejo, Kota Blitar, Jawa Timur
67122, Telepon : (0342) 807225
i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan Rahmat,
Inayah, Taufik dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah yang berjudul “Gejala Membolos dalam Kalangan Pelajar
IPS Kelas X Tahun Pelajaran 2021/2022” ini.

Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini. Dan juga pentingnya sumber bacaan dan
referensi dari internet yang telah membantu dalam menyusun makalah ini.

Kami juga menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan arahan serta bimbingannya sehingga penyusunan makalah dapat
dibuat dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari masih banyaknya kekurangan
dalam makalah ini sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi penyempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman


bagi para pembaca, dan kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini
sehingga ke depannya dapat lebih baik.

Blitar, 23 Mei 2022

ii
DAFTAR ISI
Daftar Isi
Gejala Membolos dalam Kalangan Pelajar IPS Kelas X Tahun
Pelajaran 2021/2022......................................................................................i
KATA PENGANTAR..................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
1.1. Latar Belakang Masalah....................................................................1
1.2. Rumusan Masalah..............................................................................2
1.3. Tujuan..................................................................................................2
1.4. Manfaat Penelitian..............................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................4
A. Pengertian Perilaku Membolos.............................................................4
B. Penyebab Kalangan Pelajar IPS Kelas X Tahun Pelajaran
2021/2022 Membolos....................................................................................6
a. Faktor Dari Dalam (Internal)...............................................................6
b. Faktor Dari Luar (Eksternal)...............................................................8
C. Dampak Membolos yang Dialami Kalangan Pelajar IPS Kelas X
Tahun Pelajaran 2021/2022.......................................................................12
D. Cara Mengatasi Gejala Membolos Dalam Kalangan Pelajar IPS
Kelas X tahun pelajaran 2021/2022..........................................................15
BAB III PENUTUP....................................................................................22
Kesimpulan.................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................23

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Akhir-akhir ini cukup marak fenomena membolos yang dilakukan
kalangan pelajar terutama pelajar IPS kelas X tahun pelajaran 2021/2022.
Fenomena ini mungkin masih berhubungan dengan kondisi pendidikan di
tengah pandemi covid-19 yang terjadi. Di mana pada tahun sebelumnya
pendidikan tidak dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Jadi di saat
siswa kemudian masuk di lingkungan sekolah baru, dan dituntut untuk
mengikuti perubahan yang berlangsung cukup cepat, siswa kesulitan
dalam beradaptasi sehingga melakukan pelanggaran aturan, salah satunya
membolos ini.

Perilaku membolos sebenarnya bukan merupakan hal yang baru


lagi. Tindakan membolos merupakan salah satu tindakan siswa untuk
melampiaskan perasaan mereka. Akhirnya memang akan menjadi
fenomena yang mencoreng lembaga pendidikan dan siswa itu sendiri.
Tidak hanya di kota-kota besar saja siswa banyak ditemukan membolos,
bahkan juga di daerah-daerah.

Banyak siswa yang sering membolos bukan hanya di sekolah ini


saja tetapi banyak sekolah mengalami hal yang sama. Semua itu
disebabkan oleh faktor-faktor internal dan eksternal dari anak itu sendiri.
Mereka yang tidak dapat beradaptasi dengan situasi pendewasaan akan
mencari penyelesaian lain, salah satunya dengan cara membolos.
Walaupun begitu membolos sebenarnya bukan jawaban yang utama
untuk melampiaskan keadaan.

Membolos juga hal yang dapat melatar belakangi timbul masalah


masalah lain. Siswa yang suka membolos sering kali melakukan dengan
hal-hal yang cenderung merugikan diri sendiri maupun orang lain, seperti
merokok, meminum minuman keras, menggunakan obat-obatan terlarang,
tawuran, dan pergaulan bebas.

Kesalahan prilaku membolos sebagian besar dibebankan kepada


anak didik yang terlibat membolos. Ketika kasus demi kasus membolos
dapat terungkap siswa lah yang menjadi beban kesalahan. Ini adalah sikap
yang tidak mendukung potensi mereka justru akan menambah masalah

1
bagi mereka. Sikap humanis dan saling introspeksi diri adalah hal yang
seharusnya diusahakan untuk menyelesaikan masalah prilaku membolos.

Siswa adalah aset bangsa, merekalah generasi-generasi penerus


yang akan mengenggam kayu estafet kemajuan bangsa. Untuk itu
seharusnya para guru melakukan sebuah refleksi tentang fenomena
membolos tersebut. Dan untuk itulah program bimbingan dan konseling
diperlukan. Hampir disetiap sekolah kita bisa menjumpai program
Bimbingan dan Konseling. Penting adanya bimbingan dan konseling ini
sebagai upaya memfasilitasi siswa agar mampu mengembangkan potensi
dirinya. Namun program ini belum dapat dilaksanakan dengan maksimal,
bahkan citra bimbingan dan konseling di beberapa kalangan siswa masih
buruk.

Dari penjelasan di atas maka kami tertarik untuk membahas gejala


membolos di kalangan pelajar IPS kelas X tahun 2021/2022 ini, untuk
memahami apa saja penyebabnya, dampaknya, dan berusaha untuk
mengatasi permasalahan ini.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang menjadi penyebab kalangan pelajar IPS kelas X tahun pelajaran
2021/2022 membolos?
2. Apa saja dampak yang dialami ketika kalangan pelajar IPS kelas X tahun
pelajaran 2021/2022 melakukan pembolosan?
3. Bagaimana cara mengatasi gejala membolos dalam kalangan pelajar IPS
kelas X tahun pelajaran 2021/2022?

1.3. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah memahami berbagai penyebab
para pelajar dalam melakukan pembolosan, dan mengidentifikasi
dampaknya, serta mengetahui bagaimana cara mengatasi gejala
pembolosan di kalangan pelajar IPS kelas X tahun pelajaran 2021/2022.

Tujuan penulisan makalah penelitian ini adalah untuk


menyelesaikan tugas akhir dengan mata pelajaran Sosiologi kelas X tahun
pelajaran 2021/2022.

1.4. Manfaat Penelitian.

a) Bagi Penulis

2
1. Dapat menambah pengetauan penulis mengenai perilaku
membolos.
2. Meningkatkan kerja sama dan hubungan baik antar teman.
3. Terpenuhinya tugas akhir keterampilan mata pelajaran
Sosiologi.

b) Bagi Pembaca
1. Sebagai wawasan tambahan mengenai gejala membolos.
2. Dapat memahami teman sebaya yang mengalami permasalahan
serupa.
3. Mengerti hal apa yang dapat diusahakan untuk mengatasi
permasalahan serupa.

c) Bagi Lembaga SMA Negeri 3 Blitar


1. Sebagai bahan pertimbangan terhadap peningkatan kinerja guru
pengajar dan guru bimbingan konseling.
2. Sebagai upaya peningkatan kualitas proses belajar mengajar.
3. Sebagai sumber bacaan dan referensi di perpusatakaan.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Perilaku Membolos.

Berikut ini adalah definisi dari beberapa ahli terkait dengan


perilaku membolos. Kartono (1985:77) mendefinisikan
membolos adalah ketidakhadiran 18 anak didik tanpa alasan
yang tepat, meninggalkan sekolah atau pelajaran tertentu
sebelum waktunya dan selalu datang terlambat.

Selanjutnya menurut Simandjutak (1984:264)


mengemukakan membolos ialah keadaan dimana anak absen dari
sekolah tanpa diketahui orang tua ataupun guru. Anak pembolos
selalu berusaha mengelabuhi orang tua agar tingkah lakunya
tidak diketahui dengan cara berangkat dari rumah dan pulang ke
rumah serupa dengan anak rajin ke sekolah. Tipe membolos
merupakan akibat dari lingkungan yang tidak simpatik, kurang
memberi stimulus. Faktor lingkungan yang dapat menyebabkan
antara lain tekanan pendidikan yang terlalu berat bagi anak
(bodoh) atau membosankan anak yang cerdas, orang tua yang
kurang memegang disiplin. Sependapat dengan Gunarsa
(1981:78) yang menyatakan bahwa membolos adalah pergi
meninggalkan sekolah tanpa sepengetahuan pihak sekolah.

Kemudian definisi tentang membolos juga di kemukakan


oleh Lask (1991:122) anak yang membolos sering mengatakan
ke sekolah, tetapi tidak muncul di sekolah, atau pergi ke sekolah
hanya untuk mengisi absen dan kemudian pergi. Ia lebih senang
pergi dengan teman-temannya walaupun tanpa tujuan apa-apa,
dan tidak jarang membuat onar sehingga menempatkannya
sendiri pada kesulitan.

Menurut Indayani (dalam Muin, 2015 : 96) membolos


dapat diartikan sebagai perilaku siswa yang tidak masuk sekolah
tanpa keterangan yang jelas.

4
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, membolos
merupakan tidak masuk sekolah, sebenarnya tidak libur tetapi
banyak siswa yang meliburkan diri atau melarikan diri (2003 :
170).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa


perilaku membolos adalah bentuk perilaku ketidak disiplinan
anak untuk tidak hadir ke sekolah, tanpa sepengetahuan dari
orang tua maupun guru dan tanpa keterangan serta alasan yang
jelas.

5
B. Penyebab Kalangan Pelajar IPS Kelas X Tahun Pelajaran
2021/2022 Membolos.

Tentu saja ada banyak sekali penyebab membolos, terdapat


faktor dari dalam, dan juga faktor yang berasal dari luar.

a. Faktor Dari Dalam (Internal)


Secara internal, gejala membolos bersumber dari dalam diri siswa
yang antara lain berkaitan erat dengan faktor kecakapan potensial maupun
aktual, kematangan perkembangan emosional, sikap, kebiasaan, dan
kestabilan emosional, pengalaman, kemandirian, motivasi berprestasi,
kualitas kepribadian dan sebagainya.

a) Motivasi Belajar Siswa yang Rendah.

Siswa tidak memiliki tujuan yang jelas kenapa dia


harus belajar dan menuntut pendidikan sampai dengan tuntas,
tidak tahu harus ke mana, dan berfokus pada bidang apa.

Kemungkinan lain, siswa sudah memiliki pekerjaan


yang cukup untuk memenuhi taraf hidupnya saat ini.
Pandangan realistis menurut kondisi yang dialaminya saat ini
karena dengan bekerja mereka bisa mendapatkan yang
mereka inginkan, sedangkan menurutnya sekolah hanya akan
sia-sia karena apa yang mereka inginkan susah untuk
didapatkan. Siswa tidak memiliki bayangan beberapa tahun
ke depan akan nasibnya, tentang pekerjaannya saat ini,
padahal sekarang zaman sangat cepat berubah.

Bagi siswa yang merasa kurang mampu dalam


mengikuti pembelajaran, sekolah terasa berat. Sedangkan
bagi mereka yang merasa sangat mampu dalam
pembelajaran, sekolah terasa membosankan dan kurang
menantang, jika siswa tidak tertarik pada bidang yang
dipelajarinya, meskipun siswa bisa, siswa akan cenderung
meremehkan sehingga tidak adanya motivasi dalam belajar,
belajar dianggap sebagai formalitas belaka.

6
b) Kurangnya Percaya Diri.

Rasa ini dapat tumbuh karena merasa kemampuannya


yang tidak sebanding dengan siswa lainnya, biasanya siswa
akan cenderung berkumpul dan membentuk kelompok
dengan yang dirasa cocok dengannya.

Kondisi fisik, mental, dan keluarganya juga sangat


memengaruhi kepercayaan diri siswa. Karena sejatinya
manusia akan membuat penilaian dan membandingkannya
dengan yang lain sehingga ada yang dirasa lebih rendah dan
lebih tinggi.

Juga kemampuan ekonomi dan gaya hidup yang


berbeda di lingkungan sekolah yang tentunya banyak sekali
keragaman. Terutama pada jenjang SMA sederajat, siswa
sudah mulai mengenal kafe atau coffee shop dan restoran.
Dan di jenjang ini pula siswa banyak yang mulai berumur 17
tahun sehingga mereka sudah dapat membuat KTP dan SIM
sehingga diperbolehkan untuk berkendara. Mereka yang tidak
diajak dan tidak bisa ikut karena kondisinya, baik kondisi
mental, fisik, ekonomi maupun keluarganya akan merasa
kurang percaya diri jika di sekolah bersama temannya yang
sering berkumpul, makan dan minum di tempat-tempat yang
cukup mahal.

Hal-hal tersebut memengaruhi rasa percaya diri siswa,


yang dapat menyebabkan munculnya rasa minder dengan
teman sebayanya yang akhirnya memengaruhi kehadirannya
di sekolah.

c) Rasa Ketidak Mampuan dalam Pembelajaran.

Merasa dirinya tidak mampu dan tidak pantas


mendapatkan nilai yang baik. Tidak mampu dengan standar
yang dibuat. Jadi siswa merasa sudah sampai pada batasnya
dalam belajar dan memengaruhi semangatnya, sehingga tidak
lagi berusaha. Hal ini membuat siswa malas untuk datang ke
sekolah dan berujung membolos.

d) Malas.

e) Mengantuk.

7
Mengantuk ini dapat mengakibatkan tertidur saat pagi
hari sehingga tidak dapat pergi ke sekolah.

Mengantuk dapat terjadi karena saat malam


sebelumnya siswa terjaga, tidak bisa tidur dengan mudah,
faktornya bermacam-macam, ada yang memang karena sudah
kebiasaan, atau sedang memiliki permasalahan sehingga sulit
tertidur, hingga memiliki penyakit susah tidur.

b. Faktor Dari Luar (Eksternal)

Secara eksternal faktor membolos berasal dari luar


diri siswa, dapat berasal dari lingkungan tempat tinggal,
lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, pertemanan dan
pergaulan, peran orang tua, serta peran guru pengajar
maupun guru bimbingan konseling.

a) Lingkungan Tempat Tinggal yang Tidak Kondusif.


Lingkungan tempat tinggal yang tidak mendukung
pendidikan, adanya orang dewasa yang justru mengajak menuju
hal-hal yang negatif contohnya “Untuk apa berusaha keras untuk
belajar, lebih baik sekarang menikmati masa muda.” Dan justru
mengajak merokok, dan minum-minuman keras.

Selain itu, ada tetangga yang mematahkan semangat


belajar, dengan membandingkan prestasi yang dimiliki siswa
dengan siswa lainnya.

Adanya pola pikir di masyarakat bahwa tidak perlu untuk


menempuh pendidikan yang tinggi, karena ujungnya setelah
menikah hanya akan menjadi ibu rumah tangga.

Masih adanya perjodohan dan pernikahan diri yang


membuat siswa membolos dan akhirnya putus sekolah.

8
b) Lingkungan Keluarga.
Membandingkan prestasi anak lain dengan siswa,
meskipun kadang tidak sederajat, hal ini sangat memengaruhi
mental siswa dan cenderung menjadi lebih malas dalam belajar
karena merasa dia sudah berusaha sekeras mungkin tetapi masih
saja tidak dihargai dan hanya hasil akhirnya saja yang
diperhatikan.

c) Lingkungan Sekolah.
Dikucilkan hingga pembulian di lingkungan sekolah yang
sangat merugikan siswa.

Sekolah yang kurang memerhatikan siswanya, tidak


mengurus masalah dengan baik, sehingga siswa malas untuk
bersekolah.

Stigma buruk sekolah yang memengaruhi siswa dalam


kegiatan pelajaran, terutama di kalangan IPS, banyaknya
pandangan buruk terhadap siswa jurusan IPS yang membuat
kalangan pelajar IPS dibanding-bandingkan dengan kalangan
pelajar IPA, mungkin tujuan utamanya untuk memotivasi namun
tanpa disadari hal itu justru mematikan api semangat yang
membara dalam diri siswa.

Pembelajaran juga berpengaruh pada gejala membolos ini,


jika siswa tidak menyukai, merasa kesulitan, banyak tugas yang
diberikan, dan banyak ketertinggalan terhadap suatu mata
pelajaran siswa akan cenderung menghindari pertemuan, namun
tentunya masalah bukannya tuntas justru meluas.

d) Pertemanan dan Pergaulan.


Pergaulan yang negatif memengaruhi siswa dalam
kegiatan belajar, terkadang juga mengajak untuk membolos.

Dan jika ada permasalahan dengan teman, terlebih jika


tidak hanya dengan satu teman namun sekelompok teman, siswa
akan malas untuk masuk sekolah karena takut akan terjadi hal
yang tidak diinginkan.

9
e) Peran Orang tua.
Beberapa orang tua mendukung anaknya untuk membolos,
dengan mengajaknya pergi jika terdapat kepentingan mendesak
dan enggan membuatkan surat perizinan.

Ketika anaknya sakit orang tua tidak tanggap untuk segera


memeriksakannya dan tidak membuatkan surat perizinan kepada
pihak sekolah, sehingga anak dianggap membolos.

Orang tua yang tidak memerhatikan anak, mungkin karena


sibuk bekerja, jadi waktu yang diluangkan untuk anak jadi
terbatas. Saat anak merasa ingin ditemani dan sedang dalam
kesulitan dalam belajar, namun orang tua tidak berada di sisinya.
Karena sibuk bekerja orang tua juga sering meinggalkan anak,
sehingga tidak memantau dan mendukung anak untuk
bersekolah.

Kurangnya perhatian orang tua terhadap perilaku anak,


kadang anak membolos untuk mendapatkan perhatian orang
tuanya, karena dengan seringnya siswa melakukan pembolosan
kemudian orang tua akan dipanggil pihak sekolah, dan dengan
ini siswa bisa merasa masih dipedulikan dan diperhatikan
meskipun kadang dengan cara yang tidak baik.

Terdapat pula orang tua yang mematahkan semangat


belajar anaknya, bisa dengan memaksanya untuk mengambil
jurusan yang tidak diinginkan siswa, memaksa untuk jadi apa
yang orang tua inginkan, dengan memaksa memperoleh nilai
sempurna, kurangnya menghargai usaha siswa, membandingkan
siswa dengan prestasi saudaranya, dan tidak dipenuhinya
fasilitas belajar.

f) Peran Guru.
Guru sangat berpengaruh terhadap kegiatan belajar, bukan
hanya pengaruh positif namun juga negatif. Banyak sekali siswa
yang membolos dan berujung berhenti sekolah.

Guru sering ingin memberi motivasi bagi siswa tapi tanpa


disadari motivasi yang diberikan bukan menambah semangat
belajarnya, justru mematikan mimpi-mimpinya.

10
Tanpa guru sadari, niat mereka ingin memotivasi
siswanya, tapi caranya salah. Contohnya membandingkan satu
siswa dengan siswa lain atau suatu kelas dengan kelas yang
lainnya, padahal tentunya kemampuan setiap siswa itu berbeda,
apalagi jika itu menyangkut banyak siswa.

Di mana mereka yang memiliki nilai tinggi dianggap


sebagai orang yang kelak akan sukses, sementara mereka yang
cukup bermasalah langsung dicap sebagai orang yang nantinya
akan gagal.

Guru juga sering tidak mengintrospeksi diri, mereka


menuangkan seluruh kesalahan pada siswa, padahal belum tentu
siswalah yang bersalah dalam suatu masalah. Dan cenderung
tidak mau disalahkan, dan melakukan pembelaan hingga
berbalik menyalahkan siswa.

Beberapa guru enggan mengetahui masalah yang sedang


dialami siswanya dan langsung menyalahkan jika terjadi sesuatu
dengan prestasinya.

Jika siswa tidak menyukai guru pengajar, siswa dapat


melakukan pembolosan, baik membolos satu hari penuh atau
hanya saat jam pembelajaran guru tersebut.

g) Peran Bimbingan dan Konseling.


Yang seharusnya menjadi tempat di mana siswa dapat
membicarakan masalahnya dan mencari jawaban atas
permasalahannya justru masih sering tidak peduli dengan apa
yang dialami siswa.

Jika terjadi permasalahan, pihak bimbingan konseling juga


sering mencari cara termudah untuk menyelesaikan masalah,
namun sebenarnya masalah tidak kunjung menemukan
penyelesaian dan hanya lari dari permasalahan dan
menganggapnya tidak pernah terjadi.

Faktor-faktor yang sudah diuraikan di atas banyak


memengaruhi gejala membolos di kalangan pelajar IPS
kelas X tahun pelajaran 2021/2022

11
12
C. Dampak Membolos yang Dialami Kalangan Pelajar IPS
Kelas X Tahun Pelajaran 2021/2022.

Tentu saja membolos membawa banyak dampak yang


buruk. Mulai dari ketinggalan pembelajaran yang
mengakibatkan menurunnya prestasi belajar siswa, dampak bagi
pembelajaran dan dampak di lingkungan masyarakat.

Menurut Priyatno dan Erman Amti (1999) jika siswa tidak


masuk sekolah dalam 1 (satu) hari saja sudah mempunyai
banyak kerugian yang dialami diantaranya ;

1. Tidak mendengarkan penjelasan guru selama proses kegiatan


belajar mengajar (KBM)

2. Tidak dapat mengerjakan tugas atau pekerjaan rumah (PR)


oleh guru

3. Jika ada test atau ulangan harian siswa tersebut tidak dapat
mengikuti test sehingga tidak memperoleh nilai

4. Jika sedang diadakan pelayanan remidial siswa tersebut tidak


dapat mengikuti remidi

Menurut Priyatno dan Erman Amti (1999) dampak


psikologis yang lain diantaranya adalah

1. Jika siswa masuk pada hari berikutnya siswa akan merasa


malu dengan teman-temannya.

2. Siswa akan diejek oleh teman-temannya.

3. Jika masuk hari berikutnya siswa akan takut jika ditegur oleh
guru mata pelajaran atau wali kelas atau guru Bimbingan dan
Konseling (BK).

Namun hal yang sangat berdampak buruk membolos yaitu


siswa sudah melakukan salah satu tindakan korupsi yaitu
korupsi waktu yang harus dicegah secepatnya.

13
a) Menurunnya prestasi siswa.

Tertinggalnya tugas dan ujian-ujian, jika siswa tidak


segera menghubungi guru yang bersangkutan, hal ini akan
menumpuk dan menjadi beban pada akhir semester. Di saat
semester akan segera berakhir guru akan menagih kekurangan
tugas-tugas siswa, dan jika hal ini terjadi pada banyak mata
pelajaran, siswa tentunya akan kesulitan dalam melengkapinya.
Jika tugas-tugas tersebut tidak dapat terpenuhi maka guru
mengalami kendala dalam penulisan nilai di rapor.

Pada akhirnya nilai di rapor hanya dapat ditulis apa adanya


sehingga siswa dapat tidak naik kelas, hingga akhirnya keluar
dari sekolah.

Daftar kehadiran juga diperhitungkan dalam rapat


kenaikan kelas sehingga siswa yang sering membolos bisa saja
tinggal di kelas, atau tidak naik kelas.

b) Dampak bagi pembelajaran.

Jika terdapat siswa yang membolos, terkadang guru akan


meluangkan waktu untuk menasihati siswa, memberikan
hukuman dan memberikan motivasi, hal ini dapat menghambat
pemberian materi sehingga siswa lain yang seharusnya
mendapatkan materi justru hanya mendengarkan guru yang
menasihati.

Belum tentu juga bahwa motivasi dan nasihat ini baik


untuk siswa, hal ini juga berkemungkinan menyinggung
perasaan siswa lain dan justru dapat mengakibatkan kesalah
pahaman dan kegagalan dalam bersosialisasi, sehingga dapat
menimbulkan penyimpangan sosial.

c) Dampak dalam masyarakat.

14
Membolos juga berdampak bagi masyarakat, dengan
membolos siswa terkadang melakukan penyimpangan di
lingkungan masyarakat dan berpotensi salah dalam pergaulan
dan berujung melakukan tindak kejahatan.

15
D. Cara Mengatasi Gejala Membolos Dalam Kalangan
Pelajar IPS Kelas X tahun pelajaran 2021/2022.
Agar membolos ini tidak menjadi suatu kebiasaan, maka
sebagai teman, orang tua, dan guru, dapat melakukan upaya
mengatasi perilaku membolos.

a) Peran Orang Tua.


1. Redam kemarahan.

Sebagai orang tua, Anda tentu merasa kecewa bila


dibohongi anak Anda sendiri. Akan tetapi kata-kata keras dan
hukuman berdampak buruk bagi anak-anak. Untuk itu, apabila
Anda mendapati anak berbohong karena membolos, ada
baiknya Anda mengajak anak bicara baik-baik, dan
menanyakan dengan lembut alasan mengapa ia membolos. Bila
anak tidak mau bicara atau menangis, Anda bisa
mendiamkannya sebentar, dan menanyakan kepadanya setelah
ia tenang.

2. Berpikiran terbuka.

Sebagai orang dewasa, beberapa hal yang ditakuti oleh


anak-anak mungkin tidak lagi Anda pandang sebagai masalah
besar. Namun bagi anak-anak, hal-hal yang terlihat remeh
tersebut dapat menimbulkan stres bagi mereka. Jadi, bagi orang
tua, jangan pernah menganggap enteng masalah anak Anda di
sekolah. Posisikan diri Anda sebagai mereka.

3. Tegaslah kepada anak.

Jika setiap kali Anda memaafkan anak Anda setiap kali


mereka membolos, padahal Anda tahu pembolosanya tanpa
alasan. Maka hal ini sama artinya dengan Anda mengatakan
pada mereka bahwa tidak apa-apa bolos sekolah. Selain itu,
jika Anda tidak memedulikan laporan kehadiran anak
disekolah, hal ini juga sama halnya dengan Anda memberikan
peluang anak untuk membolos.

Sebagai orang tua, Anda adalah orang yang paling


berpengaruh dalam kehidupan anak Anda. Sementara peran
teman-teman sebayanya mungkin memiliki peran lebih besar

16
terhadap anak Anda sewaktu mereka tumbuh dewasa. Orang
tua adalah tempat anak berpaling untuk persetujuan dalam
tindakan mereka. Apabila Anda tidak membuat anak Anda
menyadari akan pentingnya kehadiran bersekolah maka mereka
akan cenderung tidak menghargainya.

4. Kenali masalah anak.

Sebagaimana dijelaskan di atas, ada banyak faktor yang


membuat anak bolos sekolah di antaranya karena anak tidak
menyukai guru yang mengajar atau keterbatasannya dalam
salah satu pelajaran di kelasnya. Nah, dalam kondisi seperti
inilah peran Anda sebagai orang tua amat dibutuhkan. Jika
Anda menyadari terjadi masalah dalam belajar anak. Maka
pertimbangkan untuk memberikan pelajaran tambahan yang
menyenangkan agar dapat mengasah kemampuan anak dalam
belajarnya sehingga kesukaran dalam pelajaran yang tidak ia
sukai dapat teratasi.

5. Jalin komunikasi yang baik.

Kegagalan berkomunikasi atau komunikasi yang tidak


terjalin dengan baik bisa menjadi salah satu alasan anak
melakukan hal-hal yang tidak tercela, bahkan menyimpang dari
moralnya. untuk itu, mulai ciptakan rasa saling mempercayai
satu sama lain dan jalin komunikasi lebih baik dengan sang
anak. Jika Anda memperhatikan anak terus menerus membolos,
jalur komunikasi ini memungkinkan Anda untuk berinteraksi
dengan mereka, dan bertanya mengenai alasan mereka tidak
menghadiri kelas, setelah itu barulah cari jalan keluar dengan
menciptakan rencana untuk berubah.

6. Cari solusi bersama-sama.

Setelah memahami masalah yang dialami anak, carilah


solusi yang bijak dan dapat menyenangkan anak Anda. Salah
satu contohnya apabila anak merasa kesulitan dengan cara
belajar di sekolah atau membenci mata pelajaran tertentu, Anda
bisa mengajarkannya di rumah dengan cara yang
menyenangkan, dengan gambar lucu, pensil warna, atau media
seperti cokelat, permen, dan makanan lain.

Bila anak bermasalah dengan temannya, Anda dapat


memberikannya nasehat dan cara untuk menyelesaikan masalah
17
tersebut. Namun, jika masalah yang dihadapi tidak dapat
diselesaikan sendiri, Anda dapat membicarakan masalah
tersebut dengan guru di sekolah.

7. Beri pemahaman sederhana tentang masa depan.

Bagaimana bila anak Anda membolos hanya karena


merasa malas? Setiap anak pasti memiliki cita-cita, meskipun
cita-citanya kurang logis dan tidak detail, seperti menjadi peri,
pilot, dokter, bahkan Superman. Bila anak Anda malas sekolah,
ingatkan anak dengan cita-cita tersebut, misalnya dengan
berkata pada anak bahwa untuk bisa menjadi pilot, dokter, atau
bahkan Superman, harus bersekolah terlebih dahulu. Kalau
perlu, Anda juga bisa menempelkan foto atau poster dari figur
idola anak Anda di kamar sebagai penyemangat.

8. Jalin hubungan yang baik dengan guru.

Anda bisa menjalin hubungan yang baik dengan guru.


Komunikasikan setiap perkembangan anak, baik di rumah
ataupun di sekolah khususnya yang menyangkut kegiatan
belajar.

Bila hubungan Anda dengan guru terjalin baik, maka saat


anak membolos karena terlibat masalah, Anda bisa
memecahkannya bersama-sama. Guru adalah partner  Anda
dalam mendidik anak. oleh karena itu pastikan menjalin
hubungan yang baik. Agar bila terjadi masalah dengan anak di
sekolah, termasuk perilaku membolos bisa diselesaikan secara
bersama.

b) Peran Teman
Sebagai teman, sebaiknya kita membantu mereka.

Jika memang ada teman yang membolos karena menghindari


pelajaran atau guru tertentu karena kekurangan tugas, sebaiknya kita
membantu mereka menyelesaikan tugas, menjelaskan yang tidak
dipahaminya.

Berkomunikasi dengan siswa yang membolos apa


permasalahan mereka, mungkin saja kita bisa mendengarkan
ceritanya, dan sedikit mengurangi bebannya, akan lebih baik lagi jika
kita membantu menemukan penyelesaiannya.

18
Menemani, menyemangati dan memberikan motivasi tanpa
merendahkan, serta menjaga perasaannya.

c) Peran Guru dan Bimbingan Konseling.

1. Lembut tapi Tegas.

Jika seorang siswa kedapatan bolos sekolah sebaiknya sebagai


seorang guru harus bersikap lebih tegas agar siswa tidak mengulangi
lagi, misalnya dengan memberikan teguran atau hukuman sesuai
dengan peraturan yang sudah di tetapkan oleh sekolah.

Dengan begitu siswa akan merasa jera dan tidak akan


mengulanginya lagi. Namun jika siswa masih saja bolos, sebagai
seorang guru yang sekaligus orang tua siswa di sekolah harus
mencarikan solusi agar siswa tersebut tidak bolos lagi.

2. Lakukan Pendekatan kepada Siswa yang Suka Bolos.

Hal yang harus di lakukan oleh guru adalah pendekatan dengan


siswa yang terlibat agar bisa mengetahui apa saja yang menjadi
pemicu sehingga ia bolos sekolah. Dengan melakukan pendekatan
lebih sering guru akan menjadi lebih tahu karakteristik siswa tersebut.

Seorang guru bisa menggunakan pendekatan remedial dimana


bertujuan membantu memperbaiki kekurangan atau masalah yang
sedang di hadapi siswa agar ke depannya siswa tersebut bisa
mengatasi masalah melalui bimbingan guru.

3. Mengenali Teman atau Siswa Lain

Bagi seorang guru tidak cukuplah jika hanya mengenali


seorang teman saja, meskipun tidak semua minimal mengenal teman-
teman sekelasnya. Dengan begitu akan menambah informasi tentang
siswa yang bolos tadi. Mungkin beberapa aktivitasnya saat sedang
berada dalam lingkungan sekolah atau di luar sekolah bisa di
tanyakan kepada teman-teman sekelasnya.

4. Bertanya Kepada Siswa

Jika sudah melakukan pendekatan ajukan beberapa pertanyaan


kepada siswa. Misalnya seperti apa alasan ia bolos sekolah, tanyakan

19
kesehariannya, dengan siapa saja ia bergaul baik di lingkungan
sekolah maupun lingkungan masyarakat dan yang paling penting
adalah kondisi atau keadaan dalam lingkungan keluarganya. Karena
hal-hal tersebut bisa saja menjadi pemicu mengapa ia bolos sekolah.

5. Bangun Komunikasi 

Sebisa mungkin untuk membangun komunikasi yang baik


antara guru dan siswa, dengan begitu seiring berjalannya waktu ia
akan mulai merasa nyaman dengan guru dan menjadi lebih terbuka
kepada guru. Dalam membangun komunikasi tidak lupa guru harus
menyelipkan rasa empati kepada siswanya, karena seorang guru di
tuntut harus mampu menjadi pendengar dan mengerti apa yang
dirasakan oleh siswanya.

6. Saling Percaya 

Selanjutnya adalah saling percaya, mulailah dengan


membangun rasa saling percaya antara guru dan siswa demi
kelancaran selama dalam proses penyelesaian masalah siswa. Jika
rasa percaya siswa mulai tumbuh kepada sang guru maka dia akan
dengan leluasa dan tidak canggung bahkan takut untuk menceritakan
kepada guru tentang mengapa ia bolos sekolah.

7. Menjadi Pendengar yang Baik. 

Seorang guru harus bisa menjadi pendengar yang baik


khususnya guru BK karena akan selalu berhadapan dengan siswa
yang memiliki masalah sehingga mau tidak mau ia harus
mendengarkan setiap permasalahan yang di alami siswanya.

Sebelum menjadi pembicara yang baik alangkah lebih


bagusnya untuk menjadi pendengar yang baik dahulu dengan begitu
guru lebih memahami apa yang sedang di sampaikan oleh siswanya
dan membuat mereka lebih nyaman ketika berbicara dengan guru.

8. Menghubungi Orang Tua/Wali 

Setelah melakukan pendekatan dengan siswa, guru atau pihak


sekolah harus menghubungi orang tua/wali siswa melalui surat atau
sarana komunikasi lain. Berikan penjelasan kepada orang tua/wali
siswa dan beberapa pertanyaan misalnya bagaimana mereka mendidik
anak di rumah karena didikkan orang tua sangatlah berpengaruh.

20
9. Kerja Sama dengan semua Stackholder

Guru maupun pihak sekolah harus bekerja sama dengan orang


tua/wali siswa, kerja sama semua pihak bertujuan untuk
mengantisipasi adanya siswa yang bolos sekolah. Kerja sama tidak
hanya dengan orang tua/wali siswa tetapi masyarakat sekitar juga, jika
melihat siswa yang berpakaian seragam sekolah berada di kantin atau
keliling di luar sekolah pada saat jam belajar harus di tegur.

10.Adakan Sosialisasi 

Saat ini kerap di temukan siswa yang di amankan Satpol PP


pada saat razia karena kedapatan berkeliaran dengan seragam sekolah
pada saat jam belajar berlangsung. Namun sosialisasi tentang
kedisiplinan tidak hanya di lakukan dalam lingkungan sekolah tetapi
dalam lingkungan masyarakat juga agar masyarakat paham tentang
pentingnya disiplin.

Dengan begitu masyarakat bisa bekerja sama dengan pihak


sekolah. Kedisiplinan merupakan faktor penting yang harus di penuhi
dalam dunia pendidikan, tanpa adanya kedisiplinan maka proses
belajar mengajar tidak akan berjalan dengan baik.

11.Berikan Pemahaman tentang Manfaat Belajar 

Agar lebih semangat dalam mengikuti proses belajar maka guru


harus memberikan pemahaman kepada siswanya tentang manfaat
belajar. Adapun manfaat belajar yaitu menambah pengetahuan/
wawasan, belajar adalah dari hal yang tidak di ketahui akan menjadi
tahu, mengasa kemampuan otak, membiasakan siswa dengan
kompetensi, bisa bersosialisa dan berkomunikasi dengan orang lain,
dan masih banyak lagi. Dengan begitu siswa akan lebih paham
pentingnya akan pendidikan.

12.Memberikan Motivasi Kepada Siswa

Memberikan motivasi kepada siswa bisa melalui masukan


dengan kalimat positif, atau memberikan dorongan kepada siswa agar
lebih semangat dalam mengikuti proses belajar. Sehingga mengurangi
niat atau kegiatan bolos sekolah.

Memotivasi juga tidak hanya melalui suatu kalimat atau kata-


kata tetapi dengan menggunakan metode dan kegiatan yang beragam,
jadikan siswa lebih aktif, menciptakan suasana yang kondusif, lebih

21
melibatkan diri anda untuk membantu siswa dalam mencapai hasil
yang di inginkan dan memberikan petunjuk pada siswa agar sukses
dalam belajar.

Jika usaha-usaha tersebut dapat terlaksana dengan baik,


mungkin dapat mengurangi perilaku membolos, dan mengefektifkan
pembelajaran.

22
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Gejala membolos di kalangan pelajar IPS kelas X tahun


pelajaran 2021/2022 terjadi karena beberapa faktor, yakni faktor
internal yang berkaitan dengan pribadi siswa dan faktor eksternal
yang berhubungan dengan lingkungan sekitar, maupun orang yang
berpengaruh disekitarnya. Membolos membawa dampak yang negatif
baik bagi siswa, pembelajaran maupun masyarakat sekitar. Sedangkan
upaya mengatasinya dapat diusahakan oleh orang tua, temannya,
maupun guru yang mengajarnya dan guru bimbingan konseling.

23
DAFTAR PUSTAKA

1) http://digilib.uinsby.ac.id/7260/4/Bab%201.pdf

2) http://www.jejakpendidikan.com/2017/04/faktor-faktor-penyebab-
membolos.html

3) https://repository.usm.ac.id/files/skripsi/F11A/2015/F.111.15.0015/
F.111.15.0015-05-BAB-II-20190306021151.pdf

4) http://www.pendidikanekonomi.com/2013/04/akibat-perilaku-
membolos.html

5) https://www.smkn1airgegas.sch.id/

6) https://www.rijal09.com/2019/07/cara-menangani-siswa-yang-sering-
bolos-sekolah.html

24

Anda mungkin juga menyukai