Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PENGURUSAN

JENAZAH

Nama Anggota Kelompok:


1. Aditya Hafidz Abdulaziz (03)
2. Ganda Pradikta (15)
3. M. Daffa Ardiansyah (19)
4. M. Dwi Kurniawan (20)
5. M. Fauzi Saputra (21)
6. Onansis (25)
7. Radhitya Narendra Pahlevi (26)
8. Restu Mukti Risafandi (27)
9. Valen Putra Setiawan (34)

SMA NEGERI 3 BLITAR


Jl. Bengawan Solo, Pakunden, Kec. Sukorejo, Kota Blitar, Jawa Timur 66122
Telepon : (0342) 807225
KATA PENGANTAR

ِ>‫بِس ِْم هَّللا ِ الرَّحْ َم ِن ال َّر ِح ْيم‬


‫اَ ْل َح ْم ُد هلِل ِ َربِّ ْال َعالَ ِم ْي‬

Puji syukur ke hadirat Allah, Tuhan Yang Maha Esa, atas Rahmat, Taufik,
Inayah dan Hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul "Pengurusan Jenazah" ini.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas dengan mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang
mengurus jenazah bagi para pembaca dan juga bagi kami selaku penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Fadila Tarowi, S.Pd.I
selaku guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada Bapak Rudi Pristiwa Naharin selaku narasumber, dan semua
pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu,
saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Blitar, 16 Maret 2022
Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................iii
BAB 1...................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................................1
1. Latar Belakang Masalah.............................................................................................................1
2. Rumusan Masalah.......................................................................................................................1
3. Tujuan..........................................................................................................................................1
BAB 2...................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN...................................................................................................................................2
1. Pengurusan Jenazah Menurut Hukum Adat.............................................................................2
2. Pengurusan Jenazah Menurut Syariat Islam............................................................................9
DOKUMENTASI................................................................................................................................iv
PENUTUP............................................................................................................................................v

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Semua makhluk yang bernyawa pasti akan mati, tak terkecuali manusia. Namun
hanya Allah Swt. yang tahu dengan pasti kapan seseorang meninggal, atau di mana seseorang
meninggal. Di dalam Islam, muslim yang sudah meninggal dunia masih sangat dihormati,
dan akan mendapatkan perlakuan khusus dari muslim lainnya.
Jika terdapat seorang muslim yang meninggal, maka hukumnya fardu kifayah bagi
keluarga, saudara, tetangga, maupun masyarakat muslim sekitar untuk menyelenggarakan
empat perkara, yaitu memandikan, mengkafani, menyalatkan, dan menguburkan.
Akan tetapi, karena manusia khususnya masyarakat Jawa memiliki budaya yang
berkembang sebagai perwujudan sebuah interaksi manusia yang memiliki rasa, karsa, dan
cipta. Maka terdapat beberapa tambahan di dalam pengurusan jenazah.
Tambahan-tambahan inilah yang menjadi perhatian khusus dalam topik pengurusan
jenazah ini. Karena tambahan itu tidak terdapat di dalam syariat Islam, maka perlu dikaji
lebih dalam lagi. Supaya tidak menyimpang dari ajaran agama, dan dapat ditemukan hukum
melakukannya.

2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang sudah dijelaskan, maka terdapat rumusan masalah
yang akan dibahas, sebagai berikut.
1. Bagaimana pengurusan jenazah menurut hukum adat atau budaya masyarakat Jawa,
khususnya di Blitar?
2. Bagaimana pengurusan jenazah menurut syariat Islam?
3. Bagaimana keterkaitan antara hukum adat dengan syariat Islam?

3. Tujuan
Tujuan dilakukannya wawancara dengan tokoh masyarakat (tokoh adat, dan tokoh
agama) dan dibuatnya makalah ini, yaitu untuk mengetahui pengurusan jenazah menurut
sudut pandang hukum adat, dan sudut pandang syariat Islam. Serta bagaimana keterkaitan
antara adat dan syariat.

1
BAB 2
PEMBAHASAN

1. Pengurusan Jenazah Menurut Hukum Adat.

Ada pelengkapan (ubo rampe) yang biasanya dipersiapkan terlebih


dahulu, sebelum jenazah dimandikan, yaitu sebagai berikut.
1. Jarik yang bersih untuk menutup jenazah.
2. Tiga lapis kain kafan berukuran 2 meter (total 6 meter)
3. 2 meter kain kafan untuk baju.
4. 2 meter kain kafan lagi untuk kerudung, tapih, dan ikat.
5. Kapuk dan cendana sejumlah 25, yang nantinya akan ditutupkan pada
babahan hawa sanga (sembilan lubang) dan persendian.

Hendaknya sebelum memandikan, alangkah baiknya untuk


menggunakan APD (Alat Perlindungan Diri), seperti masker, sarung tangan
karet, dan celemek.

Proses Memandikan.

Cara memandikan jenazah yang dalam keadaan normal, dilakukan


dengan cara dipangku oleh sanak keluarga sebagai etika yang baik. Untuk
memandikan jenazah, masyarakat menggunakan air suci dan mensucikan
yang dialirkan, sesuai dengan syariat Islam. Namun terdapat tambahan,
yaitu dengan diberi bunga dan juga daun kelor, yang bermakna bahwa
seseorang yang meninggal akan tetap harum.
Masyarakat setempat percaya bahwa jenazah itu membawa sawan
atau energi negatif, maka untuk menetralisirnya menggunakan daun kelor
untuk jenazah, dan singgul untuk orang yang melayat. Singgul ini terbuat
dari daun dlingo dan juga bawang.

2
Jenazah yang meninggalnya ketika hari sudah petang dan tidak
langsung dikuburkan.
Sebelum dimandikan, jenazah diposisikan setengah duduk kemudian
dikeluarkan kotorannya, atau diengkok menurut orang Jawa. Hal ini
dilakukan dengan terbatas, dan hati-hati, artinya tidak dilakukan dengan
berlebihan agar tidak melukai jenazah.

Proses Mengafani.

Sebelum jenazah dibungkus dengan kain kafan, kapuk dan cendana


yang sudah disiapkan tadi ditutupkan ke sembilan lubang, dan persendian.

3
Kemudian jenazah ditutup dari atas kebawah, dari ikat kepala,
selanjutnya baju jenazah, lalu sarung. Kemudian jenazah ditutup dengan tiga
lapisan kain kafan, lalu dipocong.
Menurut adat Jawa, untuk jenazah cenderung tiga-tiga, maksudnya
adalah tali pocongnya berjumlah tiga, tutupnya juga tiga. Bermakna bahwa
seseorang yang sudah meninggal itu sudah meninggalkan dunia kecuali tiga
perkara yaitu, ilmu yang bermanfaat, anak yang saleh/salehah, dan amal
jariyah.

Proses Disalatkan.

Setelah selesai dipocong, kemudian jenazah dimasukkan keranda


lalu disalatkan.

Proses Pemberangkatan.

Setelah disalatkan, kemudian diberi sekar roncen atau bunga yang


diikat-ikat. Sekar roncen, terdiri dari bunga mawar yang berarti winawar
atau diucapkan, melati berarti kedal ing lathi atau sudah keluar dari mulut,
kantil berarti kumantil kantil yang berarti kelihatan, maksudnya meskipun
orang sudah meninggal masih tetap dihormati jasa-jasanya, dan andong
puring yang berarti andonga den paringi yaitu selalu berdoa agar arwah
sampai dengan tujuan.

4
Ikrar, diberikan kesaksian bahwa jenazah itu bagus atau tidak. Jika
menurut adat Jawa seharusnya tetap bilang bagus atau sae walaupun orang
itu pernah berbuat kesalahan, karena manusia tidak tahu urusannya dengan
Allah Swt.
Brubusan, yaitu semua anggota keluarga yang ditinggalkan brobos
atau jalan melewati bawah keranda yang dijunjung tinggi sebanyak tiga kali.
Filosofinya adalah mikul dhuwur mendem jeru, menghormati yang tinggi
dan menguburnya dalam-dalam.
Jika jenazah belum menikah dan memiliki keturunan. Tidak
dilakukan brubusan. Menurut orang Jawa, jenazah tersebut membawa bala,
maka harus dibuatkan gagar mayang yang berjumlah dua. Artinya sebelum
memiliki keturunan sudah meninggal.
Ada orang yang berada di depan jenazah, membawa sapu lidi
kemudian menyapu sebanyak tiga kali, dan juga membawa lilin atau
ublik/lampu minyak tanah. Dengan makna, agar jenazah terang jalannya,
dan luas kuburnya.
Jika meninggalnya kurang wajar, akan ada prosesi memecah periuk,
atau kendi kosong, dengan doa sampar wangke, tali wangke, lepas parane,
jembar kubure, sing budhal selamet, sing keri selamet, anak putu nyuwun
wangsulan selamet kabeh.
Walaupun dimakamkan malam hari, atau dalam keadaan tidak terik,
tetap diberikan payung atau songsong sebagai simbol keluarga dan jenazah
tetap diberikan pengayoman dari Allah Swt.

5
Dalam perjalanan dipimpin tokoh setempat dengan membaca tauhid.
Dilakukan juga sawur, yaitu beras kuning, bunga andong dan puring dan
juga gantal. Gantal adalah daun sirih yang dilinting dan diikiat dengan
benang putih berjumlah dua puluh lima. Jika dilihat maka daun sirih bagian
dalam dan luar itu berbeda, namun jika digigit rasanya akan tetap sama. Jadi
maknanya, orang di dunia dan di akhirat itu tetap sama.
Di dalam sawur biasanya juga diberi uang yang akan ikut
ditaburkan, maknanya seseorang yang sudah meninggal dunia, dunianya
sudah ditinggalkan jadi tidak lagi memerlukan dunia, tidak lagi menikmati
harta bendanya.

6
Orang yang sudah meninggal biasanya tanggannya membuka,
artinya sudah melepaskan dunia. Sedangkan bayi yang baru lahir biasanya
menggenggam, artinya bayi itu masih akan mencari dunia.

Proses Pemakaman.

Untuk prosesi penggalian makam, dilakukan bedah bumi yaitu


membawa merang, menyan, bunga dan boreh. Untuk memohon izin atau
permisi terhadap bumi makam dan alam kubur, yang akan dijadikan tempat
peristirahatan jenazah, dan semoga dalam penggalian ini tidak ada kendala
suatu apa pun.
Setelah di makam, ada ahli waris keluarga yang turun di liang lahat
dengan tiga orang.
Jenazah dilepaskan dari keranda, kemudian diterima, dan
dimasukkan ke dalam liang lahat. Tali pocong harus dilepaskan, karena dulu
katanya akan ada suara yang mengganggu seperti “Cong culi din!” yaitu
poconge culana Pak Mudin! Artinya lepaskan tali pocongnya Pak Mudin.
Jenazah diberi bantalan/gendon yaitu tanah yang dibentuk bulat
sejumlah tujuh, karena dalam bahasa Jawa tujuh itu pitu yang berarti
pitulungan yaitu mengharap pertolongan dari Allah Swt.
Jika meninggalnya selasa kliwon, akan dijaga selama tujuh hari, dan
tali pocong dimasukkan agak ke dalam. Karena konon katanya tali
pocongnya bisa dimanfaatkan untuk kekuatan mistis, seperti menghilang,
yang masih menjadi tradisi.
Setelah jenazah dimiringkan kemudian diadzankan dan
diiqomahkan.

7
Kemudian ditutup dengan papan. Setelahnya dikesrik, yaitu
memasukkan tanah bagian paling atas, menggunakan cangkul dari arah
kanan ke kiri. Kemudian dikuburkan sampai padat. Setelahnya diberi batu
nisan dibagian atas dan bawah.
Setelah selesai, diberikan lagi bunga kiriman. Yaitu mawar, bunga
kenanga, dan boreh. Dengan artian bahwa bunga itu bagus, menyenangkan
supaya arwah di alam barunya senang dan terhibur.
Ada juga banyu kendhi, atau air di dalam kendi yang berfilosofi
bahwa air itu membawa kesejukkan dan kedamaian.
Ulung-ulung, yaitu dari rumah duka membawa ayam hidup yang
berukuran agak besar sekitar satu kepal tangan. Kemudian ayam diletakkan
di atas liang lahat, dan didoakan semoga lepas parenge lan padang dalane.
Telkin atau talkin, yaitu dituntun. Seorang Mudin akan memberikan
arahan bahwa arwah sebentar lagi akan didatangi malaikat yang akan datang
dan menanyakan pertanyaan. Disampaikan bahwa sebaiknya jangan takut,
dan terkejut.
Kemudian keluarga yang pulang tidak diperbolehkan langsung
masuk rumah, harus mencuci muka, tangan, dan kaki terlebih dahulu.
Sandal dan sepatu juga seharusnya dibersihkan dahulu dari tanah kuburan,
karena dipercaya dapat membawa aura negatif.
Selanjutnya dilaksanakan Selametan Bujung Pungkur yaitu
bermakna setelah seseorang meninggal, diungkurkan maksudnya yang
tinggal selamat, dan yang meninggalkan juga selamat.

8
2. Pengurusan Jenazah Menurut Syariat Islam.

Apabila ada seseorang meninggal maka diwajibkan bagi muslim untuk


mengurus jenazah. Hal tersebut hukumnya fardlu kifayah, apabila sudah
dilaksanakan sebagian muslim, maka tidak wajib bagi muslim lainnya.
Ada empat proses, yaitu sebagai berikut.
1. Memandikan.
2. Mengafani.
3. Menyalati.
4. Menguburkan.

A. Memandikan Jenazah.
Perlengkapan.
Air yang dianggap suci dan mensucikan serta mengalir atau dialirkan
Tempat Memandikan adalah tempat yang tertutup serta di beri
wewangian dan sepi dari orang yang tidak berkepentingan mengurus jenazah.
Orang yang Memandikan.
a) Orang yang amanah (tidak suka memberitakan berita buruk tentang
jenazah.)
b) Orang yang memandikan wajib satu jenis kelamin dengan jenazah
kecuali mahram.
c) Cara Memandikan.
 Tubuh jenazah dipakaikan kain.
 Jenazah diletakkan di atas tempat yang agak tinggi (di atas
bangku, dipan dan sejenisnya), dengan menghadap kiblat
kemudian bagian kepala agak ditinggikan supaya air basuhan
mudah turun dan tidak masuk kemulut jenazah. Atau dengan
cara dipangku oleh tiga atau empat orang, sementara kaki
kanan orang yang memangku bagian kepala diganjal dan
punggung jenazah disandarkan pada lutut kanan, sementara
posisi kaki orang yang memangku bagian tengah sejajar
dengan dubur jenazah direnggangkan agar kotoran jenazah
bisa keluar.
 Tangan kanan orang yang memandikan yang membantunya
diletakkan diantara kedua pundak jenazah, sedangkan ibu jari
berada di tengkuk, untuk menyangga kepala jenazah.
Sementara tangan kiri menekan dengan hati-hati perut mayit
berulang kali agar kotorannya bisa keluar, kemudian
dibersihkan.
 Kedua kemaluan jenazah dibersihkan dengan menggunakan
tangan kiri (jari telunjuk) yang dibungkus kain (pipih)
sebagaimana orang istinja’.

9
 Mewudlui jenazah, berikut niatnya:
 Untuk jenazah laki-laki: ‫ْت ْال ُوضُوْ َء لِ ٰه ِذ ِه ْال َميِّتِ ِة هّٰلِل ِ تَ َع>>الَى‬
ُ ‫نَ َوي‬
ُ ‫نَ َوي‬
‫ْت‬
 Untuk jenazah perempuan ‫ت هّٰلِل ِ تَ َعالَى‬ ِ ِّ‫ْال ُوضُوْ َء لِ ٰه َذا ْال َمي‬
 Mebasuh sisi tubuh bagian depan, sebelah kanan dengan air.
 Mebasuh sisi tubuh bagian depan, sebelah kanan dengan air.
 Membasuh sisi tubuh bagian depan, sebelah kiri sebagai
mana sisi kanan.
 Memiringkan tubuh jenazah ke arah kiri, lalu membasuh sisi
tubuh bagian belakang sebelah kanan dengan air.
 Memiringkan tubuh jenazah ke arah kanan lalu membasuh
sisi tubuh bagian belakang sebelah kiri seperti membasuh
bagian kanan.
 Tubuh jenazah dilentangkan kembali, kemudian disiram
dengan air bersih, mulai dari ujung rambut hingga ujung
kaki.
 Menyiramkan air yang dicampur sedikit kapur wangi (kapur
barus), juga mulai ujung rambut hingga ujung kaki. Dan
sunnah di beri niat. yaitu:
‫ هذه الميتة فرضا هلل تعالى‬/‫نويت عن أداء الغسل عن هذا الميت‬
 Jika sudah selesai diusap dengan kain kering/handuk.

B. Mengafani Jenazah

Perlengkapan : Meja atau sejenisnya, kapas, kapur wangi dan minyak


wangi, kain mori (untuk mayit laki-laki diperlukan tiga potong kain
kafan/mori serta juga bisa di tambah gamis (baju kurung) dan ‘imamah
(surban). Sementara, untuk mayit perempuan dan khuntsa (yang statusnya
laki-laki atau perempuannya belum jelas) diperlukan dua potong kain
kafan/mori, gamis, tapih dan kerudung) beberapa utas tali dari kain.
Cara Mengkafani
1. Kafan yang paling baik serta paling lebar dibeber dahulu di atas tali
pengikat. Setiap lapis kais kafan diperciki minyak wangi dan
ditaburi kapur barus yang telah ditumbuk.
2. Jenazah diletakkan terlentang di atas lapisan kain kafan dengan
bagian kafan yang berada diatas kepala lebih dibuat lebih panjang
daripada yang berada di bawah kaki, kemudian tubuhnya diperciki
minyak wangi dan ditaburi kapur barus.
3. Kedua tangan jenazah disedekapkan di antara dada dan pusar
dengan posisi tangan kanan menumpang tangan kiri.
4. Di antara kedua pantat jenazah diberi kapas yang sudah diperciki
minyak wangi dan ditaburi kapur barus (kapas jangan sampai masuk
pada lubang anus).
5. Menutup semua lubang yang ada pada tubuh mayit baik yang asal
maupun yang baru serta ketujuh anggota sujud dengan

10
menggunakan kapas yang sudah diperciki minyak wangi dan
ditaburi kapur barus.
6. Lapisan kafan yang paling atas yang sebelah kiri jenazah
diselimutkan ke tubuh jenazah sampai menutupi seluruh tubuhnya.
Kemudian lapisan kafan yang paling atas sebelah kanan jenazah
diselimutkan ke tubuh jenazah sampai menutupi seluruh tubuhnya,
begitu juga dengan kafan lapisan kedua dan ketiga.
7. Setelah selesai kemudian diikat di bagian atas kepala, perut, dan
bawah kaki agar kafan tidak terlepas saat jenazah diusung.

C. Menyalatkan Jenazah

Dalam mensholati mayit ada beberapa hal yang harus diperhatikan


diantaranya :
Syarat-syarat menyalati jenazah.
Sama dengan syarat-syarat sholat lain, hanya saja ditambah beberapa syarat
yaitu :
1. Jenazah yang hendak disalati telah disucikan (dimandikan) serta
perkara yang bersentuhan dengan si mayit juga harus suci.
2. Jenazah berada di depan orang yang menyalatkan.
3. Dilakukan di suatu tempat yang tidak ada penghalang antara musholi
dengan jenazah.
Sunah dalam melaksakan salat jenazah.
1. Salat jenazah dilaksanakan di masjid.
2. Shaf / barisan jama’ah minimal dijadikan 3 (tiga) baris.
3. Posisi kepala mayit laki-laki berada di selatan, sementara posisi imam
atau munfarid lurus kepala mayit. Bila jenazah perempuan, maka
posisi kepala mayit berada diutara, sedangkan posisi imam atau
munfarid sejajar dengan pantat jenazah.

Tata Cara Salat Jenazah


1. Berdiri bagi yang mampu sebagaimana sholat-sholat yang lain.
2. Niat bersamaan takbiratul ihram, lafadznya ialah :
‫هذه الميتة أربع تكبيرات فرض كفاية مستقبل القبلة مأموما هلل تعالى‬/‫أصلى على هذا الميت‬
3. Mengangkat tangan hingga sejajar telinga saat takbiratul ihram dan
takbir-takbir yang lain.
4. Meletakkan tangan di antara pusar dan dada.
5. Membaca ta`awudz dan surat al-Fatihah dengan pelan (sirri).
6. Jika ma`mum lebih dulu selesai dalam membaca fatihah, sebaiknya ia
berdo`a bagi mayit.
7. Takbir yang kedua.
8. Membaca shalwat nabi SAW, minimalnya ‫ص ِّل َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد‬ َ ‫ اللَّهُ َّم‬dan
yang lebih utama ialah dengan sholawat ibrahim yaitu :
َ ‫اللَّهُ َّم‬
‫ص ِّل َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد وعلى آل سيدنا محمد كما صليت على سيدنا إبراهيم وعلى آل‬
‫سيدن إبراهيم وبارك على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد كما باركت على سيدنا إبراهيم‬
‫وعلى آل سيدنا إبراهيم في العالمين إنك حميد مجيد‬

11
9. Takbir yang ketiga.
10. Berdo`a khusus bagi jenazah, minimalnya ‫ اللهم اغفرله‬dan yang lebih
utama:
‫ واغسله بالماء والثلج‬،‫ وأكرم نزوله ووسع مدخله‬،‫ وعافه واعف عنه‬،‫اللهم اغفرله وارحمه‬
،‫ وأبدله دارا خيرا من داره‬،‫ ونقه من الخطايا كما ينقى الثوب األبيض من الدنس‬،‫والبرد‬
‫ ومن عذاب‬،‫ وأعذه من عذاب القبر وفتنته‬،‫ وزوجا خيرا من زوجه‬،‫وأهال خيرا من أهله‬
‫ أللهم من‬.‫ اللهم إغفر لحيّنا وميّتنا وشاهدنا وغائبنا وصغيرنا وكبيرنا وذكرنا وأنثانا‬.‫النار‬
, ‫ الله ّم ال تحرمنا أجره‬.‫أحييته منّا فأحيه على اإلسالم ومن توفّيته منّا فتوفّه على اإليمان‬
‫وال تضلّنا بعده‬
11. Jika orang yang meninggal belum baligh, maka sebaiknya doanya
ditambah:
‫اللهم اجعله فرط ألبويه وسلفا وذخرا وعظة واعتبارا وشفيعا وثقّل به موازينهما وأفرغ‬
‫ وال تفتنهما بعده و التحرم هما أجره وال تفتنهما بعده واغفر لنا ولهما‬،‫الصبر على قلوبهما‬
‫…ولجميع المؤمنين‬.
12. Takbir kempat.
13. Membaca do`a :‫اللهم التحرمنا أجره وال تفتنّا بعده وغيره واغفر لنا وله‬
14. Salam, caranya sama dengan salam pada sholat lain.
D. Memakamkan Jenazah
Liang dengan ukuran sepanjang tubuh mayit di tambah dua jengkal dan
lebarnya sekitar 100 cm, serta dalamnya tidak kurang dari ±200 cm.

Proses Pemberangkatan Jenazah

1. Janazah diusung menggunakan keranda.


2. Ketika akan meletakkan janazah ke dalam keranda, hendaknya
membaca basmalah.
3. Sebelum diberangkatkan, jenazah dimintakan persaksian kepada
khalayak umum.
4. Dido`akan ampunan, rahmat serta ketetapan iman.
5. Pemberitahuann tentang pengalihan hutang-piutang kepada ahli waris.
6. Posisi kepala mayit berada di depan.
7. Hendaknya mengusungnya dengan cara sekira tidak merendahkan
martabat mayit, serta jalan kaki dan hendaknya yang mengusung
adalah orang laki-laki.
8. Disunahkan bagi pengiring jenazah untuk jalan kaki dan berada di
depan serta dekat keranda dan baru pulang saat jenazah telah selesai
dikuburkan.
9. Berdzikir.
10. Hindari membawa api atau sejenisnya kecuali untuk penerangan.
11. Bagi orang yang melihat jenazah yang di usung/diberangkatkan
disunahkan memuji kebesaran Allah SWT. dan berdo`a seperti:
‫سبحان الحي الذى ال يموت أو سبحان الملك الق ّدوس هللا أكبر صدق هللا ورسوله هذا ما‬
‫وعدنا هللا ورسوله الله ّم زدنا ايمانا و تسليما‬

Prosesi Pemakaman

12
1. Setelah sampai di pemakaman, keranda diletakkan di pinggir makam
bagian selatan dengan posisi membujur ke utara.
2. Jenazah dikeluarkan dari keranda diawali dari bagian kepala sambil
membaca do`a:
‫بسم هللا وعلى ملة رسول هللا ص>>لى هللا علي>>ه وس>>لّم اللهم افتح اب>>واب الس>>ماء لروح>>ه وأك>>رم‬
‫نزله ووسّع مدخله ووسّع له فى قبره‬
3. Kemudian diterima orang yang berada di dalam makam dengan
membaca do`a:
‫ اللهم اسلمه إلي>>ه االش>>حاء من ول>>ده‬،‫بسم هللا وعلي ملة (سنة) رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬
‫وأهله وقرابته واخوانه وفارقه من كان يحب قربه وخرج من س>>عة ال>>دنيا والحي>>اة إلى ظلم>>ة‬
‫ ونزل بك وأنت خير منزول به ان عاقبته فب>>ذنب وان عف>>وت فأه>>ل العف>>و انت‬،‫القبر وضيقه‬
‫ اللهم تقبّل حسنته واغفر سيئته وأعده من عذاب الق>>بر‬،‫غني عن عذابه وهو فقير إلي رحتمك‬
‫ اللهم واخلف>>ه فى تركت>>ه فى‬،‫واجمع له برحمتك األمن من عذابك واكفه ك ّل هول دون الجن>>ة‬
‫الغابرين وارفعه فى علّيّين وعد عليه بفضل رحمتك يا أرحم الراحمين‬..
4. Jenazah di letakkan miring pada sisi tubuh bagian kanan dengan
menghadap arah kiblat.
5. Wajah dan kedua kakinya di sandarkan pada dinding makam sehingga
seperti posisi orang yang hampir ruku`.
6. Punggungnya di ganjal dengan bantalan dari tanah agar tidak
terlentang.
7. Semua Ikatan tali bagian luar dilepas terutama bagian kepala mayit
agar kafan dapat disingkap, kemudian kepalanya dibantali dengan
tanah agar jenazah tidak terjungkal, dan pipinya ditempelkan pada
tanah.
8. Liang lahat di tutup dengan papan.
9. Makam ditimbun atau diurug dengan tanah.
10. Lalu dipasang nisan.
11. Bagi pengiring agar menburkan tanah ke makam tiga kali dengan
berdo`a:
12. Kemudian mentalqin jenazah, mendo`akan dan memintakan ampun
atas dosa-dosanya.
13. Bagi pengiring agar menaburkan tanah tiga kali ke makam, dengan
berdo’a:
 Untuk taburan pertama :
‫ اللهم لقّنه عند المسألة حجته‬،‫منها خلقناكم‬
 Untuk taburan kedua :
‫ اللهم افتح ابواب السما ء لروحه‬،‫وفيها نعيدكم‬
 Untuk taburan ketiga :
‫جاف األرض عن جنبيه‬ ّ ‫ اللهم‬،‫ومنها نخرجكم تارة أخرى‬
14. Kemudian mentalqin mayit, mendo`akan dan memintakan ampun atas
dosa-dosanya.
Contoh lafadz talqin:
ّ
‫وأن مح ّمدا‬ ‫يا عبد هللا ابن أ ّمة هللا أذكر ما خرجت عليه من دار الدنيا شهادة ان الإله إال هللا‬
ّ ،‫وأن الساعة أتية ال ريب فيها‬
‫وأن هللا يبعث من‬ ّ ،‫ق‬ ّ ‫وأن النار ح‬
ّ ،‫ق‬ ّ ‫وأن الجنّة ح‬
ّ ،‫رسول هللا‬

13
‫فى القبور‪ ،‬وأنّك رضيت باهلل ربّا‪ ،‬وباإلسالم دينا‪ ،‬وبمح ّمد صلّى هللا عليه وسلّم نبيّا‪،‬‬
‫وبالقرآن إماما‪ ،‬وبالكعبة قبلة‪ ،‬وبالمؤمنين إخوان‬

‫‪14‬‬
DOKUMENTASI

iv
PENUTUP

Jadi pengurusan antara budaya Jawa dan syariat Islam masih berkesinambungan,
karena mungkin sudah melewati proses akulturasi, dapat diketahui bahwa beberapa cara
yang digunakan sesuai dengan syariat Islam.
Memang ada banyak hal-hal yang tidak ada di dalam syariat, maka dari itu kita harus
mempelajarinya lebih dalam, sehingga dapat menentukan baik atau tidaknya suatu perkara.
Jika memang budaya bertentangan dengan syariat alangkah baiknya untuk perlahan-lahan
ditinggal. Akan tetapi jika masih bisa dihubungkan dengan syariat, maka tetap dilaksanakan
juga tidak apa-apa, sebagai perwujudan penghargaan terhadap budaya masyarakat.
Semuanya kembali kepada pribadi masing-masing.

Kami sadar bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, jadi mohon kritik serta
sarannya yang membangun, Agar kami dapat membuat makalah yang lebih baik lagi.
Atas perhatiannya kami sampaikan terima kasih.

‫وهللا أعلم بالصواب‬

Anda mungkin juga menyukai