JENAZAH
Puji syukur ke hadirat Allah, Tuhan Yang Maha Esa, atas Rahmat, Taufik,
Inayah dan Hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul "Pengurusan Jenazah" ini.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas dengan mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang
mengurus jenazah bagi para pembaca dan juga bagi kami selaku penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Fadila Tarowi, S.Pd.I
selaku guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada Bapak Rudi Pristiwa Naharin selaku narasumber, dan semua
pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu,
saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Blitar, 16 Maret 2022
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................iii
BAB 1...................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................................1
1. Latar Belakang Masalah.............................................................................................................1
2. Rumusan Masalah.......................................................................................................................1
3. Tujuan..........................................................................................................................................1
BAB 2...................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN...................................................................................................................................2
1. Pengurusan Jenazah Menurut Hukum Adat.............................................................................2
2. Pengurusan Jenazah Menurut Syariat Islam............................................................................9
DOKUMENTASI................................................................................................................................iv
PENUTUP............................................................................................................................................v
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
Semua makhluk yang bernyawa pasti akan mati, tak terkecuali manusia. Namun
hanya Allah Swt. yang tahu dengan pasti kapan seseorang meninggal, atau di mana seseorang
meninggal. Di dalam Islam, muslim yang sudah meninggal dunia masih sangat dihormati,
dan akan mendapatkan perlakuan khusus dari muslim lainnya.
Jika terdapat seorang muslim yang meninggal, maka hukumnya fardu kifayah bagi
keluarga, saudara, tetangga, maupun masyarakat muslim sekitar untuk menyelenggarakan
empat perkara, yaitu memandikan, mengkafani, menyalatkan, dan menguburkan.
Akan tetapi, karena manusia khususnya masyarakat Jawa memiliki budaya yang
berkembang sebagai perwujudan sebuah interaksi manusia yang memiliki rasa, karsa, dan
cipta. Maka terdapat beberapa tambahan di dalam pengurusan jenazah.
Tambahan-tambahan inilah yang menjadi perhatian khusus dalam topik pengurusan
jenazah ini. Karena tambahan itu tidak terdapat di dalam syariat Islam, maka perlu dikaji
lebih dalam lagi. Supaya tidak menyimpang dari ajaran agama, dan dapat ditemukan hukum
melakukannya.
2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang sudah dijelaskan, maka terdapat rumusan masalah
yang akan dibahas, sebagai berikut.
1. Bagaimana pengurusan jenazah menurut hukum adat atau budaya masyarakat Jawa,
khususnya di Blitar?
2. Bagaimana pengurusan jenazah menurut syariat Islam?
3. Bagaimana keterkaitan antara hukum adat dengan syariat Islam?
3. Tujuan
Tujuan dilakukannya wawancara dengan tokoh masyarakat (tokoh adat, dan tokoh
agama) dan dibuatnya makalah ini, yaitu untuk mengetahui pengurusan jenazah menurut
sudut pandang hukum adat, dan sudut pandang syariat Islam. Serta bagaimana keterkaitan
antara adat dan syariat.
1
BAB 2
PEMBAHASAN
Proses Memandikan.
2
Jenazah yang meninggalnya ketika hari sudah petang dan tidak
langsung dikuburkan.
Sebelum dimandikan, jenazah diposisikan setengah duduk kemudian
dikeluarkan kotorannya, atau diengkok menurut orang Jawa. Hal ini
dilakukan dengan terbatas, dan hati-hati, artinya tidak dilakukan dengan
berlebihan agar tidak melukai jenazah.
Proses Mengafani.
3
Kemudian jenazah ditutup dari atas kebawah, dari ikat kepala,
selanjutnya baju jenazah, lalu sarung. Kemudian jenazah ditutup dengan tiga
lapisan kain kafan, lalu dipocong.
Menurut adat Jawa, untuk jenazah cenderung tiga-tiga, maksudnya
adalah tali pocongnya berjumlah tiga, tutupnya juga tiga. Bermakna bahwa
seseorang yang sudah meninggal itu sudah meninggalkan dunia kecuali tiga
perkara yaitu, ilmu yang bermanfaat, anak yang saleh/salehah, dan amal
jariyah.
Proses Disalatkan.
Proses Pemberangkatan.
4
Ikrar, diberikan kesaksian bahwa jenazah itu bagus atau tidak. Jika
menurut adat Jawa seharusnya tetap bilang bagus atau sae walaupun orang
itu pernah berbuat kesalahan, karena manusia tidak tahu urusannya dengan
Allah Swt.
Brubusan, yaitu semua anggota keluarga yang ditinggalkan brobos
atau jalan melewati bawah keranda yang dijunjung tinggi sebanyak tiga kali.
Filosofinya adalah mikul dhuwur mendem jeru, menghormati yang tinggi
dan menguburnya dalam-dalam.
Jika jenazah belum menikah dan memiliki keturunan. Tidak
dilakukan brubusan. Menurut orang Jawa, jenazah tersebut membawa bala,
maka harus dibuatkan gagar mayang yang berjumlah dua. Artinya sebelum
memiliki keturunan sudah meninggal.
Ada orang yang berada di depan jenazah, membawa sapu lidi
kemudian menyapu sebanyak tiga kali, dan juga membawa lilin atau
ublik/lampu minyak tanah. Dengan makna, agar jenazah terang jalannya,
dan luas kuburnya.
Jika meninggalnya kurang wajar, akan ada prosesi memecah periuk,
atau kendi kosong, dengan doa sampar wangke, tali wangke, lepas parane,
jembar kubure, sing budhal selamet, sing keri selamet, anak putu nyuwun
wangsulan selamet kabeh.
Walaupun dimakamkan malam hari, atau dalam keadaan tidak terik,
tetap diberikan payung atau songsong sebagai simbol keluarga dan jenazah
tetap diberikan pengayoman dari Allah Swt.
5
Dalam perjalanan dipimpin tokoh setempat dengan membaca tauhid.
Dilakukan juga sawur, yaitu beras kuning, bunga andong dan puring dan
juga gantal. Gantal adalah daun sirih yang dilinting dan diikiat dengan
benang putih berjumlah dua puluh lima. Jika dilihat maka daun sirih bagian
dalam dan luar itu berbeda, namun jika digigit rasanya akan tetap sama. Jadi
maknanya, orang di dunia dan di akhirat itu tetap sama.
Di dalam sawur biasanya juga diberi uang yang akan ikut
ditaburkan, maknanya seseorang yang sudah meninggal dunia, dunianya
sudah ditinggalkan jadi tidak lagi memerlukan dunia, tidak lagi menikmati
harta bendanya.
6
Orang yang sudah meninggal biasanya tanggannya membuka,
artinya sudah melepaskan dunia. Sedangkan bayi yang baru lahir biasanya
menggenggam, artinya bayi itu masih akan mencari dunia.
Proses Pemakaman.
7
Kemudian ditutup dengan papan. Setelahnya dikesrik, yaitu
memasukkan tanah bagian paling atas, menggunakan cangkul dari arah
kanan ke kiri. Kemudian dikuburkan sampai padat. Setelahnya diberi batu
nisan dibagian atas dan bawah.
Setelah selesai, diberikan lagi bunga kiriman. Yaitu mawar, bunga
kenanga, dan boreh. Dengan artian bahwa bunga itu bagus, menyenangkan
supaya arwah di alam barunya senang dan terhibur.
Ada juga banyu kendhi, atau air di dalam kendi yang berfilosofi
bahwa air itu membawa kesejukkan dan kedamaian.
Ulung-ulung, yaitu dari rumah duka membawa ayam hidup yang
berukuran agak besar sekitar satu kepal tangan. Kemudian ayam diletakkan
di atas liang lahat, dan didoakan semoga lepas parenge lan padang dalane.
Telkin atau talkin, yaitu dituntun. Seorang Mudin akan memberikan
arahan bahwa arwah sebentar lagi akan didatangi malaikat yang akan datang
dan menanyakan pertanyaan. Disampaikan bahwa sebaiknya jangan takut,
dan terkejut.
Kemudian keluarga yang pulang tidak diperbolehkan langsung
masuk rumah, harus mencuci muka, tangan, dan kaki terlebih dahulu.
Sandal dan sepatu juga seharusnya dibersihkan dahulu dari tanah kuburan,
karena dipercaya dapat membawa aura negatif.
Selanjutnya dilaksanakan Selametan Bujung Pungkur yaitu
bermakna setelah seseorang meninggal, diungkurkan maksudnya yang
tinggal selamat, dan yang meninggalkan juga selamat.
8
2. Pengurusan Jenazah Menurut Syariat Islam.
A. Memandikan Jenazah.
Perlengkapan.
Air yang dianggap suci dan mensucikan serta mengalir atau dialirkan
Tempat Memandikan adalah tempat yang tertutup serta di beri
wewangian dan sepi dari orang yang tidak berkepentingan mengurus jenazah.
Orang yang Memandikan.
a) Orang yang amanah (tidak suka memberitakan berita buruk tentang
jenazah.)
b) Orang yang memandikan wajib satu jenis kelamin dengan jenazah
kecuali mahram.
c) Cara Memandikan.
Tubuh jenazah dipakaikan kain.
Jenazah diletakkan di atas tempat yang agak tinggi (di atas
bangku, dipan dan sejenisnya), dengan menghadap kiblat
kemudian bagian kepala agak ditinggikan supaya air basuhan
mudah turun dan tidak masuk kemulut jenazah. Atau dengan
cara dipangku oleh tiga atau empat orang, sementara kaki
kanan orang yang memangku bagian kepala diganjal dan
punggung jenazah disandarkan pada lutut kanan, sementara
posisi kaki orang yang memangku bagian tengah sejajar
dengan dubur jenazah direnggangkan agar kotoran jenazah
bisa keluar.
Tangan kanan orang yang memandikan yang membantunya
diletakkan diantara kedua pundak jenazah, sedangkan ibu jari
berada di tengkuk, untuk menyangga kepala jenazah.
Sementara tangan kiri menekan dengan hati-hati perut mayit
berulang kali agar kotorannya bisa keluar, kemudian
dibersihkan.
Kedua kemaluan jenazah dibersihkan dengan menggunakan
tangan kiri (jari telunjuk) yang dibungkus kain (pipih)
sebagaimana orang istinja’.
9
Mewudlui jenazah, berikut niatnya:
Untuk jenazah laki-laki: ْت ْال ُوضُوْ َء لِ ٰه ِذ ِه ْال َميِّتِ ِة هّٰلِل ِ تَ َع>>الَى
ُ نَ َوي
ُ نَ َوي
ْت
Untuk jenazah perempuan ت هّٰلِل ِ تَ َعالَى ِ ِّْال ُوضُوْ َء لِ ٰه َذا ْال َمي
Mebasuh sisi tubuh bagian depan, sebelah kanan dengan air.
Mebasuh sisi tubuh bagian depan, sebelah kanan dengan air.
Membasuh sisi tubuh bagian depan, sebelah kiri sebagai
mana sisi kanan.
Memiringkan tubuh jenazah ke arah kiri, lalu membasuh sisi
tubuh bagian belakang sebelah kanan dengan air.
Memiringkan tubuh jenazah ke arah kanan lalu membasuh
sisi tubuh bagian belakang sebelah kiri seperti membasuh
bagian kanan.
Tubuh jenazah dilentangkan kembali, kemudian disiram
dengan air bersih, mulai dari ujung rambut hingga ujung
kaki.
Menyiramkan air yang dicampur sedikit kapur wangi (kapur
barus), juga mulai ujung rambut hingga ujung kaki. Dan
sunnah di beri niat. yaitu:
هذه الميتة فرضا هلل تعالى/نويت عن أداء الغسل عن هذا الميت
Jika sudah selesai diusap dengan kain kering/handuk.
B. Mengafani Jenazah
10
menggunakan kapas yang sudah diperciki minyak wangi dan
ditaburi kapur barus.
6. Lapisan kafan yang paling atas yang sebelah kiri jenazah
diselimutkan ke tubuh jenazah sampai menutupi seluruh tubuhnya.
Kemudian lapisan kafan yang paling atas sebelah kanan jenazah
diselimutkan ke tubuh jenazah sampai menutupi seluruh tubuhnya,
begitu juga dengan kafan lapisan kedua dan ketiga.
7. Setelah selesai kemudian diikat di bagian atas kepala, perut, dan
bawah kaki agar kafan tidak terlepas saat jenazah diusung.
C. Menyalatkan Jenazah
11
9. Takbir yang ketiga.
10. Berdo`a khusus bagi jenazah, minimalnya اللهم اغفرلهdan yang lebih
utama:
واغسله بالماء والثلج، وأكرم نزوله ووسع مدخله، وعافه واعف عنه،اللهم اغفرله وارحمه
، وأبدله دارا خيرا من داره، ونقه من الخطايا كما ينقى الثوب األبيض من الدنس،والبرد
ومن عذاب، وأعذه من عذاب القبر وفتنته، وزوجا خيرا من زوجه،وأهال خيرا من أهله
أللهم من. اللهم إغفر لحيّنا وميّتنا وشاهدنا وغائبنا وصغيرنا وكبيرنا وذكرنا وأنثانا.النار
, الله ّم ال تحرمنا أجره.أحييته منّا فأحيه على اإلسالم ومن توفّيته منّا فتوفّه على اإليمان
وال تضلّنا بعده
11. Jika orang yang meninggal belum baligh, maka sebaiknya doanya
ditambah:
اللهم اجعله فرط ألبويه وسلفا وذخرا وعظة واعتبارا وشفيعا وثقّل به موازينهما وأفرغ
وال تفتنهما بعده و التحرم هما أجره وال تفتنهما بعده واغفر لنا ولهما،الصبر على قلوبهما
…ولجميع المؤمنين.
12. Takbir kempat.
13. Membaca do`a :اللهم التحرمنا أجره وال تفتنّا بعده وغيره واغفر لنا وله
14. Salam, caranya sama dengan salam pada sholat lain.
D. Memakamkan Jenazah
Liang dengan ukuran sepanjang tubuh mayit di tambah dua jengkal dan
lebarnya sekitar 100 cm, serta dalamnya tidak kurang dari ±200 cm.
Prosesi Pemakaman
12
1. Setelah sampai di pemakaman, keranda diletakkan di pinggir makam
bagian selatan dengan posisi membujur ke utara.
2. Jenazah dikeluarkan dari keranda diawali dari bagian kepala sambil
membaca do`a:
بسم هللا وعلى ملة رسول هللا ص>>لى هللا علي>>ه وس>>لّم اللهم افتح اب>>واب الس>>ماء لروح>>ه وأك>>رم
نزله ووسّع مدخله ووسّع له فى قبره
3. Kemudian diterima orang yang berada di dalam makam dengan
membaca do`a:
اللهم اسلمه إلي>>ه االش>>حاء من ول>>ده،بسم هللا وعلي ملة (سنة) رسول هللا صلى هللا عليه وسلم
وأهله وقرابته واخوانه وفارقه من كان يحب قربه وخرج من س>>عة ال>>دنيا والحي>>اة إلى ظلم>>ة
ونزل بك وأنت خير منزول به ان عاقبته فب>>ذنب وان عف>>وت فأه>>ل العف>>و انت،القبر وضيقه
اللهم تقبّل حسنته واغفر سيئته وأعده من عذاب الق>>بر،غني عن عذابه وهو فقير إلي رحتمك
اللهم واخلف>>ه فى تركت>>ه فى،واجمع له برحمتك األمن من عذابك واكفه ك ّل هول دون الجن>>ة
الغابرين وارفعه فى علّيّين وعد عليه بفضل رحمتك يا أرحم الراحمين..
4. Jenazah di letakkan miring pada sisi tubuh bagian kanan dengan
menghadap arah kiblat.
5. Wajah dan kedua kakinya di sandarkan pada dinding makam sehingga
seperti posisi orang yang hampir ruku`.
6. Punggungnya di ganjal dengan bantalan dari tanah agar tidak
terlentang.
7. Semua Ikatan tali bagian luar dilepas terutama bagian kepala mayit
agar kafan dapat disingkap, kemudian kepalanya dibantali dengan
tanah agar jenazah tidak terjungkal, dan pipinya ditempelkan pada
tanah.
8. Liang lahat di tutup dengan papan.
9. Makam ditimbun atau diurug dengan tanah.
10. Lalu dipasang nisan.
11. Bagi pengiring agar menburkan tanah ke makam tiga kali dengan
berdo`a:
12. Kemudian mentalqin jenazah, mendo`akan dan memintakan ampun
atas dosa-dosanya.
13. Bagi pengiring agar menaburkan tanah tiga kali ke makam, dengan
berdo’a:
Untuk taburan pertama :
اللهم لقّنه عند المسألة حجته،منها خلقناكم
Untuk taburan kedua :
اللهم افتح ابواب السما ء لروحه،وفيها نعيدكم
Untuk taburan ketiga :
جاف األرض عن جنبيه ّ اللهم،ومنها نخرجكم تارة أخرى
14. Kemudian mentalqin mayit, mendo`akan dan memintakan ampun atas
dosa-dosanya.
Contoh lafadz talqin:
ّ
وأن مح ّمدا يا عبد هللا ابن أ ّمة هللا أذكر ما خرجت عليه من دار الدنيا شهادة ان الإله إال هللا
ّ ،وأن الساعة أتية ال ريب فيها
وأن هللا يبعث من ّ ،ق ّ وأن النار ح
ّ ،ق ّ وأن الجنّة ح
ّ ،رسول هللا
13
فى القبور ،وأنّك رضيت باهلل ربّا ،وباإلسالم دينا ،وبمح ّمد صلّى هللا عليه وسلّم نبيّا،
وبالقرآن إماما ،وبالكعبة قبلة ،وبالمؤمنين إخوان
14
DOKUMENTASI
iv
PENUTUP
Jadi pengurusan antara budaya Jawa dan syariat Islam masih berkesinambungan,
karena mungkin sudah melewati proses akulturasi, dapat diketahui bahwa beberapa cara
yang digunakan sesuai dengan syariat Islam.
Memang ada banyak hal-hal yang tidak ada di dalam syariat, maka dari itu kita harus
mempelajarinya lebih dalam, sehingga dapat menentukan baik atau tidaknya suatu perkara.
Jika memang budaya bertentangan dengan syariat alangkah baiknya untuk perlahan-lahan
ditinggal. Akan tetapi jika masih bisa dihubungkan dengan syariat, maka tetap dilaksanakan
juga tidak apa-apa, sebagai perwujudan penghargaan terhadap budaya masyarakat.
Semuanya kembali kepada pribadi masing-masing.
Kami sadar bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, jadi mohon kritik serta
sarannya yang membangun, Agar kami dapat membuat makalah yang lebih baik lagi.
Atas perhatiannya kami sampaikan terima kasih.