Dosen Pengampu :
Zainal Amaluddin, MH
OLEH:
FAJAR HARISTA
NIM. 302.2019.011
Semester : V
Kelompok : 2
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunianya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas mata kuliah Hukum HAM program studi Hukum Teknologi
Informasi. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan Nabi
besar Muhammad SAW beserta sahabat, keluarga maupun para pengikutnya yang
setia hingga akhir zaman. Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini masih
banyak terdapat kelemahan dan kekurangan. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini menjadi
lebih baik lagi. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Zainal
Amaluddin, MH selaku dosen pengampu mata kuliah Hukum HAM yang telah
mempercayakan dan memberi penulis tugas makalah ini. Semoga makalah ini bisa
bermanfat bagi penulis dan pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman :
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.....................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Generasi Hak Asasi Manusia...............................................................2
1. Generasi Hak Pertama...................................................................2
2. Generasi Hak Kedua......................................................................3
3. Generasi Hak Ketiga......................................................................4
B. Hak Asasi Manusia Dalam Periodesasi Konstitusi Indonesia
Dan Perbandingannya Beberapa Negara.............................................4
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..........................................................................................7
B. Saran....................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................8
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan rejim hukum internasional yang
menjadi capaian paling penting dalam sejarah peradaban manusia modern.
Sebagai sebuah teori dan praktik, rejim HAM yang diakui secara
internasional saat ini tidak berdiri di ruang hampa. Alih-alih mewujud secara
langsung dan utuh seperti yang kita lihat sekarang, HAM merupakan wacana
yang terus mengalami evolusi pemikiran sesuai konteks ideologi, sosial,
politik, ekonomi, dan budaya dunia.
Rejim HAM internasional telah mendekonstruksi sifat tradisional dari
hukum internasional. Berbeda dengan hukum internasional yang hanya
mengakui hak-hak negara, rejim HAM internasional mengakui hak-hak
individu dan klaim individu atas hak-hak itu. Dalam hukum internasional
tradisional, suatu negara memegang sepenuhnya kebebasan bertindak dalam
hubungannya dengan warga dan wilayahnya, termasuk domain publik seperti
laut, atmosfir, dan angkasa luar (Mun’im 2006). Kebebasan semacam ini
dikoreksi rejim HAM internasional yang memungkinkan dilakukannya
intervensi oleh rejim HAM internasional terhadap negara pihak yang
melakukan pelanggaran HAM di wilayahnya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, dapat dirumuskan
permasalahannya sebagai berikut :
1. Apa yang termasuk dalam generasi hak ?
2. Bagaimana hak asasi manusia dalamperiodesasi konstitusi indonesia dan
perbandingannya beberapa negara ?
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Generasi Hak
Pemikiran tentang HAM terus berkembang mengikuti konteks sosial dunia
yang terus berubah. Perkembangan ini secara umum dapat diklasifikasikan ke
dalam kategorisasi hak yang terkenal sebagai tiga generasi hak. Kategorisasi
generasi ini seperti mengikuti slogan Revolusi Perancis yang terkenal, yaitu:
kebebasan, persamaan, dan persaudaraan. Semangat generasi hak pertama,
kebebasan, tercemin dalam hak-hak sipil dan politik (sipol). Adapun spirit
generasi hak kedua, persamaan, tercemin di dalam hak-hak ekonomi, sosial,
dan budaya. Sementara roh generasi hak ketiga, persaudaraan, layaknya
tampak pada hak-hak solidaritas dan kelompok. Bagian berikut menguraikan
watak dan perbedaan ketiga generasi hak tersebut.1
1. Generasi Hak Pertama
Hak-hak sipil dan politik (Sipol) disebut sebagai generasi hak
pertama. Hak-hak dalam generasi ini di antaranya hak hidup,
keutuhanjasmani, hak kebebasan bergerak, hak suaka dari penindasan,
perlindungan terhadap hak milik, kebebasan berpikir, beragama dan
berkeyakinan, kebebasan untuk berkumpul dan menyatakan pikiran, hak
bebas dari penahanan dan penangkapan sewenang-wenang, hak bebas
dari penyiksaan, hak bebas dari hukum yang berlaku surut, dan hak
mendapatkan proses peradilan yang adil. Rumpun hak ini disebut juga
hak negatif yang mensyaratkan tiadanya campur tangan negara di dalam
perwujudan hak. Negara justru lebih rentan melakukan pelanggaran
HAM jika bertindak aktif terkait hak-hak ini (Asplund 2008, Brown
2002).
Hak-hak Sipol berangkat dari pengalaman traumatik negara Barat
atas terampasnya hak dan kebebasan pada masa kegelapan abad
1
Arinanto, Satya, Hak Asasi Manusia Dalam Transisi Politik di Indonesia, Jakarta: Pusat
Studi Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2008
2
3
pertengahan dan tiga perang dunia abad 20. Namun demikian, konteks
Dunia Ketiga yang merupakan negara-negara korban kolonialisme juga
sangat mewarnai perumusan Kovenan Internasional tentang Hak Sipil
dan Politik (KIHSP). Hak untuk menentukan nasib sendiri, misalnya,
menjadi isu kontroversial pascaDUHAM. Negara-negara Asia, Afrika,
dan Arab gigih memperjuangkan isu ini dalam Konferensi Asia Afrika di
Bandung pada 1955. Mereka berpandangan bahwa hak untuk
menentukan nasib sendiri merupakan prakondisi fundamental bagi semua
pemenuhan HAM dan kolonialisme dianggap sebagai bentuk
pelanggaran HAM (Burke 2010: 36).
2. Generasi Hak Kedua
Hak-hak ekonomi, sosial, dan budaya (Ekosob) disebut sebagai
generasi hak kedua. Hak-hak Ekosob merupakan kontribusi dari
negaranegara sosialis yang menomorsatukan pemenuhan kesejahteraan
warganya (Ishay 2007).
Hak-hak yang termasuk dalam rumpun hak ini antara lain, hak
ataspekerjaan dan upah yang layak, hak atas jaminan sosial, hak atas
pendidikan,hak atas kesehatan, hak atas pangan, hak atas perumahan, hak
atas tanah, dan hak atas lingkungan yang sehat. Hak ini disebut pula
sebagai hak positif yang mensyaratkan peran aktif negara dalam
pemenuhannya. Oleh karena itulah, hak-hak generasi kedua ini
dirumuskan dalam bahasa yang positif: “hak atas” (“right to”), bukan
dalam bahasa negatif: “bebas dari” (“freedom from”). Pada dasarnya,
generasi hak kedua ini merupakan tuntutan akan persamaan sosial
(Asplund 2008, Brown 2002).2
Beberapa prinsip utama kewajiban negara dalam pemenuhan
hakhak ini, antara lain realisasi progresif, sumber daya maksimal yang
mungkin, nonretrogresi, kewajiban pokok minimal, nondiskriminasi,
2
Anwar, C. Teori dan Hukum Konstitusi, Malang: In-Trans Publishing, 2011 Asshiddiqie,
Jimly. Konstitusi dan dan Konstitusionalisme, Jakarta: Konstitusi Press, Jakarta, 2005
4
3
Atmadja, Dewa Gede, Hukum Konstitusi Problematika Konstitusi Indonesia Sesudah
Perubahan UUD 1945, Malang: Setara Press, 2010
5
4
El-Muhtaj, Majda Hak Asasi Manusia dalam Konstitusi Indonesia, Jakarta: Prenada
Media, 2005
6
5
Budiardjo, Miriam Dasar-dasar Ilmu Politik, Cetakan Keempat, Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama. 2010
6
Darmodihardjo, Dardji dan Santiaji, Pancasila, (Usaha Nasional, 1981)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, salah satu aspek penting
adalah keberadaan konstitusi. Hal ini bersifat fundamental karena konstitusi
memuat adanya pengaturan perlindungan HAM bagi warga negaranya. Salah
satu nya di Indonesia, yang dalam perjalanan sejarah terdapat empat fase
berlakunya konstitusi diantara, UUD 1945, UUD RIS 1949 dan UUDS 1950,
UUD 1945 dan UUD NRI 1945 Amandemen 1-4. Dalam lintasan sejarah
UUD RIS 1949 dan UUDS 1950 memiliki pengaturan HAM yang begitu
banyak perlindungan HAM. Hal ini salah satunya adanya faktor pasca
dideklarasinya DUHAM 1948. Pada masa berlakunya UUD 1945 sebelum
amandemen, muatan HAM hanya mengatur secara khusus pada satu pasal.
Perubahan signifikan terjadi ketika amandemen UUD 1945 ke 2, amandemen
tersebut juga mempengaruhi muatan HAM dalam UUD 1945, yaitu dengan
bertambahnya pengaturan HAM dan semakin luasnya pengaturannya.
Sehingga muatan HAM tidak hanya berdasarkan hak berserikat, berkumpul
dan mengeluarkan pendapat namun lebih luas dan spesifik. Muatan HAM
dalam UUD 1945 hasil amandemen hampir memuat segala pengaturan
DUHAM 1948.
B. Saran
Dalam penulisan makalah ini penulis yakin bahwa makalah ini jauh dari
kesempurnaan, sehingga mengharapkan kepada para pembaca untuk
memberikan kritik dan saran yang membangun agar penulis mendapatkan
membelajaran baru. Dan semoga makalah ini dapat menjadi tempat
mendapatkan ilmu pengetahuan baru.
7
DAFTAR PUSTAKA
Arinanto, Satya, Hak Asasi Manusia Dalam Transisi Politik di Indonesia, Jakarta:
Pusat Studi Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Indonesia,
2008
Anwar, C. Teori dan Hukum Konstitusi, Malang: In-Trans Publishing, 2011
Asshiddiqie, Jimly. Konstitusi dan dan Konstitusionalisme, Jakarta:
Konstitusi Press, Jakarta, 2005
Atmadja, Dewa Gede, Hukum Konstitusi Problematika Konstitusi Indonesia
Sesudah Perubahan UUD 1945, Malang: Setara Press, 2010
Budiardjo, Miriam Dasar-dasar Ilmu Politik, Cetakan Keempat, Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama. 2010
Darmodihardjo, Dardji dan Santiaji, Pancasila, (Usaha Nasional, 1981)
Effendi, A. Masyhur Perkembangan Dimensi Hak Asasi Manusia (HAM) dan
Proses Dinamika Penyusunan Hukum Hak Asasi Manusia (HAKHAM),
Ghalia Indonesia, Jakarta, 2005
El-Muhtaj, Majda Hak Asasi Manusia dalam Konstitusi Indonesia, Jakarta:
Prenada Media, 2005
Jacques Rousseau, Jean, Du Contract Social, Terjemah Nino Cicero, Perjanjian
Sosial, Cetakan Kedua Jakarta: Transmedia, 2009
K. Smith., Rhona et. Al, Hukum Hak Asasi Manusia, Yogyakarta: Pusat Studi
Hak Asasi Manusia Universitas Islam Indonesia, 2008