NIM : 1111420015
Aangkatan : 2020
Cacing tubifex sering disebut dengan cacing sutera, klasifikasi cacing sutra
menurut Gusrina (2008) adalah :
Filum : Annelida
Kelas : Oligochaeta
Ordo : Haplotaxida
Famili : Tubifisidae
Genus : Tubifex
Spesies: Tubifex sp.
Gambar 1. Morfologi Cacing rambut
Cacing ini memiliki bentuk dan ukuran yang kecil serta ramping dengan
panjangnya 1-2 cm, sepintas tampak seperti koloni merah yang melambai-lambai
karena warna tubuhnya kemerah-merahan, sehingga sering juga disebut dengan
cacing rambut. Cacing ini merupakan salah satu jenis benthos yang hidup di dasar
perairan tawar daerah tropis dan subtropis, tubuhnya beruas-ruas dan mempunyai
saluran pencernaan, termasuk kelompok Nematoda. Cacing sutera hidup
diperairan tawar yang jernih dan sedikit mengalir. Dasar perairan yang disukai
adalah berlumpur dan mengandung bahan organik. Makanan utamanya adalah
bagian-bagian organik yang telah terurai dan mengendap di dasar perairan
tersebut (Djarijah 1996).
Cacing sutera merupakan organisme hermaprodit yang memiliki dua alat kelamin
jantan dan betina sekaligus dalam satu tubuh. Berkembangbiak dengan bertelur,
proses peneluran terjadi di dalam kokon yaitu suatu segmen yang berbentuk bulat
telur yang terdiri dari kelenjaar epidermis dari salah satu segmen tubuhnya. Telur
tersebut mengalami pembelahan, kemudian berkembang membentuk segmen-
segmen. Setelah beberapa hari embrio dari cacing ini akan keluar dari kokon.
Cacing sutera ini mulai berkembangbiak setelah 7-11 hari (Lukito dan Surip
2007).
Induk yang dapat menghasilkan kokon dan mengeluarkan telur yang menetas
menjadi tubifex mempunyai usia sekitar 40-45 hari. Jumlah telur dalam setiap
kokon berkisar antara 4-5 butir. Waktu yang dibutuhkan untuk proses
perkembangbiakan telur di dalam kokon sampai menetas menjadi embrio tubifex
membutuhkan waktu sekitar 10-12 hari. Jadi daur hidup cacing sutera dari telur,
menetas hingga menjadi dewasa serta mengeluarkan kokon dibutuhkan waktu
sekitar 50-57 hari (Gusrina, 2008).
Khairuman dan Amri (2002), menyatakan cacing sutra (Tubifex sp) adalah
termasuk organisme hermaprodit. Pada satu individu organisme ini terdapat 2
(dua) alat kelamin dan berkembangbiak dengan cara bertelur dari betina yang
telah matang telur. Sedangkan menurut Chumaidi dan Suprapto (1986), telur
cacing sutra (Tubifex sp) terjadi di dalam kokon yaitu suatu bangunan
berbentuk bangunan bulat telur,
panjang 1 mm dan diameter 0,7 mm yang dihasilkan oleh kelenjar epidermis dari
salah satu segmen tubuh yang disebut kitelum. Panjang tubuh 1-2 cm, terdiri dari
30-60 segmen atau ruas. Telur yang ada di dalam tubuh mengalami pembelahan,
selanjutnya berkembang membentuk segmen-segmen. Setelah beberapa hari
embrio cacing sutra (Tubifex sp) akan keluar dari kokon. Induk yang dapat
menghasilkan kokon dan mengeluarkan telur yang menetas menjadi tubifex
mempunyai usia sekitar 40-45 hari. Jumlah telur dalam setiap kokon berkisar
antara 4-5 butir.
Brinkhurst et al., (2000) Cacing Tubifex sp umumnya ditemukan pada daerah air
perbatasan seperti daerah yang terjadi polusi zat organik secar berat, daerah
endapan sedimen dan perairan oligotropis. Ditambahkan bahwa spesies Cacing
Tubifex sp ini bisa mentolelir perairan dengan salinitas dengan 10 ppt. Kemudian
oleh Cartwright (2004), dikatakan bahwa dua faktor yang mendukung habitat
hidup Cacing Tubifex sp ialah endapan lumpur dan tumpukan bahan organik yang
banyak.
Cacing Tubifex banyak hidup di perairan tawar yang airnya jernih dan sedikit
mengalir. Dasar perairan yang disukai adalah berlumpur dan mengandung bahan
organik. Makanan utamanya adalah bahan-bahan organik yang telah terurai dan
mengendap di dasar perairan. Cacing ini akan membenamkan kepalanya masuk ke
dalam lumpur untuk mencari makanan. Sementara ujung ekornya akan
disembulkan di atas permukaan dasar untuk bernafas. Perairan yang banyak
dihuni oleh cacing ini sepintas tampak seperti koloni lumut merah yang
melambai-lambai.
Kebiasaan makan dan cara makan cacing rambut ialah memakan detritus, alga
benang, diatom atau sisa-sisa tanaman yang terlarut di lumpur dengan cara cacing
membuat lubang berupa tabung dan menyaring makanan atau mengumpulkan
partikel-partikel lumpur yang dapat dicerna di dalam ususnya. Cara makan Cacing
Sutera (Tubifex sp) golongan tubifidae yaitu permukaan atau di dalam sedimen
dengan membuat lubang berupa tabung dan menyaring makanan atau
mengumpulkan partikel halus dipermukaan. Makanan tersebut dapat berupa bahan
organik dan detritus.
Cacing Tubifex sp biasanya hidup disaluran air yang jernih dan sedikit mengalir
dengan dasar perairan mengandung banyak bahan organik yang dijadikan bahan
makanan. Cacing Tubifex sp hidupnya berkoloni, bagian ekornya berada di
permukaan dan berfungsi sebagai alat bernapas dengan cara difusi langsung dari
udara.
Oksigen terlarut merupaka parameter yang sangat penting dalam kehidupan setiap
organisme yang hidup. Setiap organisme hidup pasti membutuhkan oksigen untuk
respirasi yang selanjutnya akan digunakan dalam proses metabolisme suntuk
meombak bahan organik yang dimakan menjadi sari makanan yang dimanfaatkan
sebagai energi untuk tumbuh berkembang biak dan bergerak (Sedana et al., 2003).
Cacing Tubifex tumbuh optimal pada suhu 18 – 20 °C. Pada suhu di atas 35°C
cacing ini mati dan pada suhu dibawah 5°C dalam keadaan tidak aktif. Seperti
biota air lain, cacing Tubifex membutuhkan oksigen untuk pernafasannya.
Oksigen optimum untuk hidup dan berkembang biak adalah 3-8 ppm. Cacing
Tubifex adalah hewan air tawar sehingga sangat peka terhadap perubahan
salinitas. Cacing Tubifex tidak menyukai sinar, sehingga mudah ditemukan pada
tempat-tempat yang teduh.
Kemudian Arhipova (1996) menyatakan bahwa kelimpahan Cacing Tubifex sp
akan berkurang dimana keanekaragaman jenis organisme tinggi. Kelimpahannya
akan semangkin tinggi bila standing corps rendah sekalipun. Maka predator
pemakan cacing akan banyak dalam kondisi perairan seperti di atas. Dan jika
semua jenis cacing tak ditemui dalam perairan maka dapat dikatakan perairan
tersebut dalam keadaan tercemar logam berat.
Sebagai pakan ikan hias air tawar, cacing ini mempunyai peranan yangcukup
penting. Pakan dari cacing mampu memacu pertumbuhan ikan jauh lebihcepat
dibanding pakan alami jenis lainnya. Hal ini disebabkan kandungan lemakdan
protein cacing ini cukup tinggi. Cacing ini mempunyai kandungan protein51,9 %,
karbobidrat 20,3 %, lemak 22,3 %, dan bahan abu 5,3 %. Sedangkanasam amino
penyusun proteinnya juga lengkap.
Masa penakaran Cacing Tubifex sp ini tergantung tujuan produksi cacing yang
didinginkan. Biasanya cacing Tubifex sp akan menyesuaikan diri dengan
lingkungan baru selama beberapa hari. Cacing Tubifex sp ini mulai berkembang
biak setelah 7 sampai 11 hari penakarannya. Terpenting yang harus diperhatikan
selama penakaran cacing Tubifex sp ini jangan sampai terjadi kekeringan, karena
cacing Tubifex sp ini tidak akan tumbuh dan berkembangbiak dengan baik bila
dalam kondisi kering. Hasil penakaran Cacing Tubifex sp ini selanjutnya
digunakan sebagai bibit pada produksi massal Cacing Tubifex sp di tempat
pemeliharaan yang ukurannya lebih luas.
Tujuan penakaran Cacing Tubifex sp yaitu untuk memperoleh bibit Cacing
Tubifex sp yang telah terbiasa hidup di lingkungan/tempat (habit) buatan. Dengan
cara ini setidaknya kematian bibit Cacing Tubifex sp dalam produksi massal dapat
dihindarkan sehingga persiapan lahan pemeliharaan Cacing Tubifex sp sesuai.
Seperti hal pemanenan ikan dan udang pada umumnya, lahan untuk produksi
Cacing Tubifex sp sangat perlu disiapkan. Awalnya lahan tersebut perlu
dikeringkan, saluran diperbaiki dan tanah digemburkan serta digenangi air
setinggi 5 cm dari permukaan dasar. Selanjutnya dipupuk dengan dedak halus
atau kotoran ayam. Pemupukan lahan Cacing Tubifex sp bertujuan untuk
menyediakan bahan makanan Cacing Tubifex sp yang dipelihara. Jika lahan
menggunakan dedak halus, maka membutuhkan dedak halus sebanyak 200-250
gr/m. Dedak ini ditebarkan merata diatas permukaan dasar petakan lalu direndam
air setinggi 5 cm selama 4 hari. Jika lahan menggunkan kotoran ayam, maka
membutuhkan 300 gr/m. Sebelum ditebarkan, kotoran ayam dibersihkan dan
dikeringkan kemudian dihaluskan.
Pupuk ayam yang dikeringkan dan dihaluskan ini kemudian dicampurkan dengan
tanah dasar petakan lalu direndam air setinggi 5 cm selama 3 (tiga) hari. Tujuan
dari perendaman ini adalah agar dedak halus atau pupuk segera membusuk
sehingga disukai Cacing Tubifex sp sebagai makanannya.
Bibit dalam produksi Cacing Tubifex sp secara massal ini diambil dari hasil
penangkapan di tempat yang terkontrol. Sebelum bibit ditebarkan, aliran air
dikontrol agar alirannya stabil. Aliran air tidak terlalu besar tetapi cukup untuk
mengisi air yang menguap dan meresap ke dalam tanah. Walaupun kelebihan air,
diusahakan agar tidak menimbulkan erosi. Apalagi membawa bahan-bahan hasil
pemupukan. Aliran air untuk mengisi tempat pemeliharaan Cacing Tubifex sp di
perkirakan samapi setinggi 5 cm di atas petakan yang kira-kira membutuhkan
waktu 45-60 menit.
Hal lain yang perlu dikontrol sebelum bibit ditebarkan adalah konsentrasi
amoniak (NH) dalam air. Gas beracun ini biasanya dihasilkan dari proses
pembusukan bahan organik terutama kotoran ayam. Konsentrasi NH dalam air
yang terlalu tinggi (pekat) akan mengakibatkan kematian konsentrasi Cacing
Tubifex sp yang dibudidayakan.
Masa pemeliharaan produksi Cacing Tubifex sp ini sekitar 10 hari. Bila kondisi
lingkungan cocok dan jumlah pakannya cukup, bibit-bibit Cacing Tubifex sp akan
berkembang pesat. Hal yang perlu diperhatikan dalam produksi massal Cacing
Tubifex sp adalah aliran air. Meskipun aliran air harus kecil, tetapi jangan sampai
kekeringan.
Memanen Cacing Tubifex sp sangat mudah, yakni diambil dengan tangan beserta
lumpur. Kemudian ditaruh dalam ember dan dicuci bersih. Panen Cacing Tubifex
sp sebaiknya dilakukan secara acak, yaitu tidak seluruh populasi Cacing Tubifex
sp pada setiap bedengan diambil, tetapi disisakan sebagai bibit pada pemeliharaan
berikutnya. Panen total hanya dilakukan jika kondisi tanah dan medianya tidak
cukup lagi menyediakan makanan. Keadaan ini dapat diketahui setelah
perkembangan Cacing Tubifex sp kelihatan lambat. Untuk produksi lebih lanjut
setelah panen total, bedengan harus dibongkar dan diolah seperti biasa.