Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

BIOLOGI KONSERVASI

DOSEN PENGAMPUH : AAN FEBRIAWAN, S.Pd.,M.Pd

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK III

KERENHAPUKH NOKAS_A22120160

ASNAWAR_A22120140

FEBRIANTI_A22120164

ASRABIAH_A22120129

PROGRAM STUDI PENDDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TADULAKO

2020/2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr wb

Salam sejahtra untuk kita semua


Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami
panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, dan hidayah-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “BIOLOGI KONSERVASI”. Shalawat serta
salam kita sampaikan kepada Nabi besar Muhammad SAW yang telah memberikan Al-Qur’an
sebagai pedoman hidup dan sunnah untuk keselamatan umat manusia dunia dan akhirat.
Adapun makalah tentang BIOLOGI KONSERVASI ini telah diusahakan semaksimal
mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan
makalah ini. Untuk itu tidak lupa menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

Kondisi keanekaragaman pada pulau Papua

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Papua memiliki sumberdaya hayati yang sangat beragam. Keanekaragaman sumberdaya
hayati tersebut dijumpai di berbagai tipe ekosistem mulai dari terumbu karang, daerah
estuari, rawa, danau, daerah savana, dataran rendah, dataran tinggi sampai ke daerah alphin
(Wanggai 2005). Keanekaragaman hayati Papua menjadi unik karena tergolong dalam
kelompok subdivisi timur dari pembagian flora fauna Indo-Malesia dan flora fauna Australis
yang sangat kaya (Womersly, 1978). Sumberdaya hayati dan ekosistem laut Papua
kondisinya relatif terlindung. Kekayaan laut Papua yang dimanfaatkan untuk sumber mata
pencarian adalah ikan, moluska, terumbu karang, dan alga.
Namun ada kecenderungan pemanfaatannya tidak berkelanjutan. Misalnya, ada
kecenderungan, peningkatan penggunaan bom dan penangkapan ikan. Akibatnya bukan
hanya membunuh ikan tetapi juga terumbu karang (Kartikasari, dkk 2007). Pengelolaan
keunikan sumberdaya hayati tersebut menuntut adanya pendekatan khusus ditinjau dari sisi
keberlanjutan lingkungan, keberlanjutan sumberdaya hayati, keberlanjutan ekonomi dan
keberlanjutan sosial (Wanggai, 2005).
Di Pulau Biak, Kabupaten Biak Numfor terdapat banyak pantai yang sudah dijadikan
daerah wisata seperti pantai Batu Picah, pantai Anggaduber, pantai Anggopi, dan pantai
Segara Indah. Sejauh ini, pantai yang sudah dijadikan 1 sebagai kawasan ekowisata oleh
Pemerintah Daerah hanya pantai Segara Indah. Penentuan zona untuk daerah wisata dan
daerah lindung sudah ditentukan. Pembagian zona kawasan ekowisata ini di buat, agar
kawasan ekowisata tetap terjaga kekayaan lautnya dan mengurangi pencemaran. Walaupun
begitu informasi tentang keanekaragaman jenis biota, termasuk gastropoda dan bivalvia, di
pantai tersebut belum tersedia.
B. RUMUSAN MASALAH
 Bagaimana kondisi keanekaragaman di Papua?

C. TUJUAN

Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu agar kita dapat mengetahui tentang bagaimana
kondisi keanekaragaman yang ada di pulau Papua.
BAB II
PEMBAHASAN

Penelitian yang dilakukan oleh 99 peneliti dari 19 negara membuktikan bahwa Pulau Papua
memiliki 13.634 spesies yang terkelompok ke dalam 1.742 genus dan 264 famili dengan tingkat
endemisitas mencapai 68% (Camara-Leret et al., 2020). Jumlah tersebut membuktikan secara
ilmiah bahwa Pulau Papua merupakan pulau dengan tingkat keanekaragaman jenis tumbuhan
tertinggi di dunia. Hal ini menjadi kabar gembira sekaligus tantangan untuk Negara Republik
Indonesia dalam mengelola bagian barat Pulau Papua, dari Jayapura sampai Sorong.

Pemerintah Papua dan Papua Barat telah berkomitmen ketika momentum ICBE
(International Conference on Biodiversity, Ecotourism, and Creative Economy) 2018, bahwa
pembangunan di Tanah Papua harus menggunakan pendekatan pembangunan yang
berkelanjutan. Disebutkan di dalam Deklarasi Manokwari butir pertama bahwa Pemerintah
Papua dan Papua Barat akan mengakomodir minimal 70% luas daratan sebagai kawasan lindung.
Penelitian yang dilakukan oleh Camara-Leret et al. ini menjadi dasar yang kuat untuk
pengambilan kebijakan pembangunan berkelanjutan di Papua.

Pengetahuan para ahli atau peneliti sangat berperan dalam proses identifikasi jenis
tumbuhan di Papua. Lebih dari 700.000 spesimen tumbuhan yang berasal dari Region Papuasia
dilakukan pengecekan ulang. Jumlah tersebut terdiri dari hampir 25.000 nama spesies tumbuhan
yang diidentifikasi lagi menjadi 13.634 jenis yang diterima secara ilmiah (accepted species).
Lebih lanjut 68% atau 9.301 spesies diantaranya merupakan spesies yang tidak dapat ditemukan
di tempat lainnya (endemic species). Tumbuhan endemik memiliki nilai lebih dalam prioritas
konservasi. Spesifiknya tempat tumbuh (habitat) dan terbatasnya penyebaran jenis tumbuhan
endemik menjadi faktor utama dalam skoring tumbuhan prioritas konservasi.

Terdapat satu hal yang menarik dari penelitian di atas, spesies tumbuhan yang tercatat lebih
banyak dikoleksi dari Papua bagian timur (Papua New Guinea). Sedangkan Papua bagian barat
(Indonesian Papua) masih cukup sedikit. Hal tersebut mengindikasikan bahwa akan ada
kemungkinan ditemukannya spesies tumbuhan baru lainnya di Papua. Bahkan para peneliti
memproyeksikan dalam 50 tahun ke depan terdapat 3.000-4.000 tumbuhan jenis baru (new
species). Salah satu jenis baru tersebut adalah Dendrobium sagin Saputra & Schuit., yang
dipublikasikan pada tanggal 11 September 2020 di Jurnal Phytotaxa 459 (2): 190–196. Jenis baru
anggrek tersebut menambah angka kekayaan biodiversitas Indonesia.

Namun dari banyaknya kabar baik tersebut, terdapat kabar buruk dari Peneliti Senior Royal
Botanic Garden Kew, Andre Schuiteman. Beliau menyatakan bahwa Region Papua saat ini dapat
dikatakan sebagai “Hotspot Biodiversity”, yang artinya memiliki keanekaragaman hayati yang
tinggi namun dengan ancaman yang tinggi pula. Hal tersebut dilihat dari banyaknya pembukaan
lahan untuk perkebunan kelapa sawit, perusahaan tambang, pemekaran kampung, ilegal logging,
dan lain-lain. Namun itu semua dapat dihentikan dengan ditandatanganinya Deklarasi
Manokwari dan Pengimplementasiannya di lapangan. Sebagai contoh, terdapat pencabutan izin
pembukaan perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Tambrauw pada bulan Juli lalu. Papua
dengan alamnya yang masih sangat lestari merupakan warisan berharga titipan nenek moyang
untuk diteruskan ke generasi selanjutnya. Oleh karena itu, kita semua, bukan hanya pemerintah
dan LSM, tetapi masyarakat pun wajib menjaga alam yang indah ini.

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Indonesia memiliki tiga kelompok fauna, yakni fauna asiatis, fauna peralihan, dan fauna
australis. Fauna Pulau Papua termasuk kelompok fauna Australis. Jenis hewannya memiliki
kesamaan dengan hewan di Benua Australia. Dilansir dari buku Geografi kara L. Iskandar, jenis
fauna Pulau Papua antara lain sebagai berikut: burung cenderawasih, kakatua raja, kasuari
gelambir ganda, nuri, ikan seleropages, ikan ceratodus, dan kanguru kecil.

Fauna di pulau papua bisa termasuk dalam kelompok australia. Karena permukaan air laut
turun, laut Arafura yang memisahkan pulau Papua dengan benua Australia menjadi daratan
pada Jaman Es. Akibatnya, wilayah ini sekarang didominasi oleh fauna dari Australia dan
wilayah ini disebut zona Australis .

B. Saran

Kami sangat menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini ada banyak sekali kekurangan
dan keterbatasan untuk itu kami meminta maaf yang sebesar-besarnya atas segala kekurangan
dan kami sangat berharap kritikan dan saran guna untuk kemajuan dalam pembuatan makalah
kami selanjutnya sehingga lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

https://bbksda-papuabarat.com/pulau-papua-tanah-surga-dengan-keanekaragaman-
tumbuhan-terbanyak-di-dunia/

Anda mungkin juga menyukai