73 – 79 73
Mahriyana Hulopi
ABSTRAK: Keberadaan mikroalga epifit yang menempel pada permukaan daun lamun
memberikan manfaat yang penting bagi ekosistem lamun. Namun keberadaan mikroalga
epifit yang berlebihan pada permukaan daun lamun dapat memperlambat proses fotosintesis
bagi lamun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi mikroroalga epifit dan
menganalisis kelimpahannya pada daun lamun Enhalus acoroides di Perairan Pantai Negeri
Waai. Metode yang digunakan adalah metode acak untuk menentukan 3 plot pengamatan.
Sampel lamun yang diambil pada setiap plot kemudian di potong menjadi tiga bagian yaitu
ujung daun, tengah daun dan pangkal daun dengan ukuran masing–masing 10 x 2 cm,
kemudian di kerik permukaannya dengan menggunakan sendok untuk memperoleh
makroalga epifit. Identifikasi menggunakan mikroskop Nikon eclipse 50 dan berpedoman
pada buku identifikasi. Data kelimpahan dianalisis menggunakan modifikasi Lackey Drop
Mikrotransecting Method. Hasil penelitian menunjukan bahwa mikroalga epifit yang
ditemukan terdiri dari 11 genus yang tergolong dalam 2 Kelas, 3 Ordo dan 9 Famili.
Kelimpahan tertinggi mikroalga epifit diwakili oleh genus Nitzschia yang dominan
ditemukan pada pangkal daun dan terendah pada ujung daun. Sedangkan Kelimpahan
terendah mikroalga epifit diwakili oleh genus Climacodium karena hanya terdapat pada
pangkal daun lamun Enhalus acoroides.
surut, selanjutnya pada setiap plot yang telah di HASIL DAN PEMBAHASAN
tentukan diambil 3 helaian daun lamun tua dan
A. Kondisi Parameter Perairan
masih utuh dengan menggunakan gunting. 1. Suhu
Pengguntingan di lakukan pada pangkal daun Hasil pengukuran parameter perairan negeri
tiap daun dengan memperhatikan tinggi dan Waai menunjukkan bahwa suhu di perairan
lebar daun yang sama. Sampel kemudian Negeri Waai berkisar antara 29-30 o C. Nilai
dimasukkan ke dalam plastic sampel yang telah kisaran suhu perairan ini masih berada
diberi label. Bersamaan dengan pengambilan dalam toleransi optimum hidup epifit dan
sampel daun lamun juga dilakukan pengukuran lamun. Berdasarkan baku mutu air sesuai
parameter perairan meliputi: suhu, salinitas, pH Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.
dan oksigen terlarut (DO). 51 Tahun 2004, suhu perairan yang optimal
bagi kehidupan biota akuatik suhu yang
Analisa Laboratorium dianjurkan berkisar antara 25-33oC.
Proses pengamatan di laboratorium di 2. Salinitas
mulai dengan pengambilan mikroalga epifit Hasil pengukuran salinitas lokasi penelitian
pada daun lamun. Sampel daun lamun yang berkisar antara 29-34oC. Nilai salinitas
diambil dilapangan, di bersihkan dengan air perairan ini termasuk dalam kisaran toleransi
aqua secara perlahan agar mikroalga epifit yang salinitas untuk kehidupan biota akuatik. Hal
menempel di permukaan daun tidak terlepas.
ini sesuai dengan pada Keputusan Menteri
Selanjutnya sampel daun lamun di potong Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004 yang
menjadi tiga bagian yaitu ujung daun, tengah menyatakan bahwa salinitas optimal bagi
daun dan pangkal daun dengan ukuran masing – kehidupan biota akuatik berkisar antara 26 -
masing 10 x 2 cm, kemudian di kerik 34‰. Perubahan Salinitas perairan
permukaannya dengan menggunakan sendok. dipengaruhi oleh masukan air tawar kedalam
Setelah itu masukkan sampel mikroalga epifit perairan baik melalui curah hujan ataupun
kedalam botol sampel yang berisikan alcohol
aliran sungai. Semakin banyak masukan air
4% sebanyak 5 ml agar sampel epifit tidak tawar ke dalam perairan menyebabkan
rusak. Sampel mikroalga epifit dalam botol, salinitas menurun dan sebaliknya semakin
diambil dengan menggunakan pipet 1 ml, sedikit air tawar yang masuk menyebabkan
diletakkan pada Sedgwich-Rafter Counting sel salinitas pada perairan tersebut meningkat.
untuk kebutuhan identifikasi. Identifikasi
3. Derajat Keasaman (pH)
menggunakan mikroskop Nikon eclipse 50 Nilai rerata pengukuran parameter pH di
perairan Negeri Waai adalah 8 termasuk
Analisa Data dalam kategori normal serta baik bagi
Kelimpahan dari mikroalga epifit dapat pertumbuhan lamun dan tentu saja
dihitung dengan menggunakan formula merupakan kisaran yang baik juga bagi
modifikasi Lackey Drop Mikrotransecting kehidupan mikroalga epifit. Menurut
Method (APHA, 1989 dalam Arman, E dan Sri Isnansetyo dan Kurniastuti (1995), nilai pH
Supriyanti, 2007) 6.5 – 9 merupakan kisaran optimal dalam
suatu perairan sedangkan nilai pH yang
N = 1/A x B/C x n kurang dari 6.5 akan menekan laju
Keterangan: pertumbuhan bahkan tingkat keasamannya
N = Jumlah mikroalga epifit (cell/cm2 ) dapat menghambat laju reproduksi dan dapat
A = Luasan substrat dikerik (10 x 2 cm2) ) menyebabkan kematian.
B = Volume konsentrat pada botol contoh 4. Oksigen terlarut (DO).
(150ml) Hasil Pengukuran oksigen terlarut di perairan
C = Volume pada gelas objek (1 ml) Negeri Waai berkisar 7.08 – 9.17 mg/L.
n = Jumlah mikroalga epifit yang diamati Berdasarkan hasil pengukuran menunjukkan
(cell) konsentrasi oksigen terlarut perairan Negeri
Waai berada dalam keadaan normal dan baik
76 Komposisi dan Kelimpahan Mikroalga Epifit …
bagi kehidupan organisme laut. Hal ini sesuai dan terdapat pada semua bagian lautan, tetapi
dengan Keputusan Menteri Lingkungan teramat melimpah didaerah permukaan dan
Hidup No. 51 Tahun 2004 yang mnyatakan dilintang tinggi, dimana terdapat air dingin
bahwa masih Oksigen Terlarut perairan yang penuh zat hara. Diatom mempunyai
berada dalam kisaran yang normal untuk ukuran yang sangat beranekaragam, dari
kehidupan biota akuatik adalah > 5 mg/L. beberapa micrón sampai beberapa millimeter.
Kerangka silikonnya menunjukkan bentuk –
B. Komposisi Genus Mikroalga Epifit pada bentuk dan pola – pola rumit dan halus
Daun Lamun Enhalus acoroides ( Romimohtarto dan Juwana, 1999).
1. Komposisi Genus Mikroalga Epifit Kelas Bacillariophyceae mempunyai
Berdasarkan hasil identifikasi sampel jumlah genus yang paling banyak ditemukan
mikroalga epifit pada daun lamun Enhalus dibandingkan dengan kelas lainnya. Hal ini
acoroides di Perairan Negeri Waai diperoleh 11 disebabkan sebagian besar dari spesies dari
genus yang dikelompokkan dalam 2 Kelas, 3 kelas Bacillariophyceae memiliki kemampuan
Ordo dan 9 Famili. Komposisi taksa mikroalga hidup yang tinggi, bahkan dalam keadaan yang
epifit di perairan Negeri Waai dapat dilihat buruk sekalipun spesies dari kelas ini dapat
pada Tabel 1. bertahan dengan cara memperbanyak lendir di
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa permukaan tubuhnya (Sachlan, 1972 dalam
mikroalga epifit pada daun lamun Enhalus Sari, 2003). Selain itu banyaknya spesies dari
acoroides di Perairan pantai Negeri Waai kelas Bacillariophyceae yang ditemukan karena,
didominasi oleh Kelas Bacillariophyceae. kelas ini mempunyai alat berupa tangkai gelatin
Menurut (Hastle and Syvertsen, untuk melekatkan tubuhnya pada substrat
1997 dalam Fitri, 2011) Kelas tertentu, ada yang bercabang pendek dan
Bacillariophyceae atau diatom merupakan panjang. Dengan alat ini kelas
salah satu anggota utama fitoplankton yang Bacillarriophyceae mempunyai kemampuan
menahan arus yang relatif kuat (Osborn, 1983
terdapat di seluruh perairan laut, baik perairan dalam Sari, 2003).
pantai maupun perairan oseanik. Diatom
merupakan Produsen primer yang terbanyak
Tabel 1. Komposisi taksa mikroalga epifit pada daun lamun Enhalus acoroides di Perairan pantai Negeri
Waai
Divisi Kelas Ordo Famili Genus
Nitzschiaceae Nitzschia
Naviculaceae Pleurosigma
Pennales Thalassionema
Thalassionemataceae
Thallassiothrix
Chrycophyta Bacillariophyceae Bacteriastrum
Chaetoceraceae
Chaetoceros
Coscinodicaceae Coscinodiscus
Centrales
Melosiraceae Melosira
rhizosoleniaceae Rhizosolenia
Hemiaulaceae Climacodium
Chyanophyta Cynophyceae Oscillatoriales Microcoleaceae Trichodesmium
Jurnal TRITON Volume 12, Nomor 1, April 2016, hal. 73 – 79 77
2. Komposisi Genus Mikroalga Epifit Pada genus Bacteriastrum yang hanya ada pada
Bagian Ujung, Tengah dan Pangkal Daun bagian tengah daun. Hal ini karena genus
Enhalus acoroides (central), sehingga memudahkannya melayang
Berdasarkan hasil identifikasi sampel pada kolom air (Wanurgaya, 2009). Mengingat
mikroalga epifit dapat dijelaskan bahwa letak Perairan pantai Negeri Waai yang terbuka
penyebaran genus makroalga epifit pada sehingga di pengaruhi oleh arus dan gelombang
permukaan daun Enhalus acoroides tidak yang cukup besar mengakibatkan genus
merata. Hasil identifikasi dapat dilihat pada Bacteriastrum tidak menetap pada semua bagian
Tabel 2. daun lamun dan hanya ada pada bagian tengah
Tabel 2. Komposisi Genus Mikroalga Epifit pada daun. Genus Climacodium hanya ada pada
bagian ujung, tengah dan pangkal daun bagian pangkal daun diduga genus Climacodium
lamun Enhalus acoroides hanya ada pada bagian pangkal daun diduga
Perairan Negeri Waai karena adanya suhu yang tinggi dan salinitas
Ujung Tengah Pangkal yang rendah pada Perairan pantai Negeri Waai
Genus yang mengakibatkan genus Climacodium ini
Daun Daun Daun
Bacteriastrum lebih mudah tenggelam ke dasar perairan dan
Chaetoceros menempel pada bagian pangkal daun. Menurut
Coscinodiscus Nontji, (2008) faktor lingkungan juga ikut
Climacodium mempengaruhi daya apung plankton, yakni
Melosira viskositas atau kekentalan air laut, yang
Nitzschia bergantung dari suhu dan salinitas. Makin tinggi
Pleurosigma suhu air dan semakin rendah salinitas akan
Rhizosolenia menyebabkan viskositas menurun, dan
Thalasiothrix menyebabkan plankton lebih mudah tenggelam.
Thalassionema
Trichodesmium 3. Kelimpahan Mikroalga Epifit Pada
Ujung, Tengah dan Pangkal Daun Lamun
Mikroalga epifit yang mendiami daun Enhalus acoroides
lamun Enhalus acoroides memiliki perbedaan Kelimpahan genus mikroalga epifit
baik dalam jumlah maupun komposisi. Dari 11 yang ditemukan pada ujung, tengah dan pangkal
genus yang ditemukan tidak semuanya berada daun lamun Enhalus acoroides memiliki nilai
pada bagian ujung, tengah dan pangkal daun, yang berbeda. Nilai kelimpahannya dapat
Bacteriastrum memiliki alur yang memusat dilihat pada Gambar 2.
78125
15625
3125
625 Ujung Daun
125
25 Tengah Daun
5
1 Pangkal Daun
Epiphytic Microalga Assemblages on The Sari, L.I. 2003. Pengaruh grazing terhadap
Leaves of the Seagrasses Posidonia Oceanica. kelimpahan perifiton pada daun lamun
Nontji, A. 2008. Plankton. LIPI press, anggota Enhalus acoroides (Linn.F) Royle di perairan
IKAPI. Jakarta. pesisir Bontang Kuala Kota Bontang
Nybakken, 1988. Biologi Laut: Suatu Pendekatan Kalimantan Timur. [tesis]. Bogor: Program
Ekologi. Jakarta: Gramedia. Pascasarjana.
Muhammad Eidman. Cetakan ketiga, PT. Sterrenburg, F. A. S. 1997. Studies on the Genera
Gramedia. Jakarta. 480 hal. Gyrosigma and Pleurosigma
Rabiyanti, I. 2015. Kandungan Karbon pada Lamun (Bacillariophyceae), Proceedings of The
Cymodocea rotundata di Perairan Negeri Academy of Natural Sciences of Philadelphia:
Waii dan Negeri Tulehu Kabupaten Maluku 148, 165-169.
Tengah. Skripsi. Perikanan dan Ilmu Wanurgaya, K. M. 2009. Penuntun Praktikum
Kelautan. Universitas Pattimura. Ambon. Planktonologi. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Rohmimohtarto, K. dan Junawa. S. 2001. Biologi Kelautan Universitas Haluoleo. Kendari. 30
Laut, Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut. Hal.
LIPI. Jakarta Widianingsih. 2011. Kajian Kadar Total Lipid Dan
Russel, D. J. 1990. Epiphytes: Biomass and Kepadatan Nitzschia Yang Dikultur Dengan
Abundance, pp. 113-114. In: R. C. Phillips Salinitas Berbeda.Universitas Diponegoro.
and C. P. McRoy (Eds.), Seagrass Research
Methods.UNECO, Paris, France.