Anda di halaman 1dari 2

Sebagai negara yang berkembang, tentu Indonesia menginginkan adanya perubahaan yang

berkaitan dengan sistem ekonomi dan infrastruktur yang ada di Indonesia. Semakin meningkatnya
pertumbuhan penduduk, besarnya permintaan akan terpenuhinya kebutuhan masyarakat, dan semakin
berkembangnya era global, mendorong pemerintah Indonesia untuk melakukan sejumlah perubahan
demi terwujudnya negara yang makmur dan sejahtera dalam bidang ekonominya.
Dalam rangka meningkatkan dan mengembangkan perekonomian Indonesia, salah satu cara
yang dilakukan oleh pemerintah serta badan-badan yang lain adalah membangun dan
mengembangkan infrastruktur yang ada di Indonesia. Sebagai contoh, Badan Koordinasi Penanaman
Modal (BKPM) bekerja sama dengan PT Bank HSBC Indonesia menyelenggarakan Infrastructure
Forum.
Fokus pembangunan infrastruktur bertujuan demi merealisasikan visi pemerintah Indonesia
sebagai negara ekonomi terbesar ke-4 di dunia pada 2045. Untuk itu, forum ini menjadi wadah bagi
para investor agar dapat berkomunikasi dengan pemerintah terkait berbagai peluang investasi
infrastruktur di Indonesia. Hal ini tentu akan sangat menguntungkan bagi pihak Indonesia, karena
semakin banyak investasi yang ditanamkan di Indonesia, maka semakin meningkat pula
perekonomian Indonesia.
Forum yang merupakan bagian dari Parallel Events IMF-WB Annual Meetings (AM) 2018
ini digelar di Ayana Resorts, Jimbaran, Bali, Kamis (11/10/2018). Forum ini dihadiri oleh lebih dari
400 peserta yang terdiri dari investor, corporate banking clients, private banking consumers dan fund
management companies. BKPM-HSBC Infrastructure Forum panel pertama berjudul 'Towards
Indonesia 2045' menghadirkan Deputi Gubernur Bank Indonesia Sugeng, Kepala Eksekutif Pengawas
Pasar Modal OJK Hoesen, dan ekonom serta mantan Menteri Keuangan Chatib Basri. Forum ini
berlanjut ke panel kedua yang berjudul 'Realising Indonesia's Growth Ambition' dengan
menghadirkan Presiden Direktur Pelindo II Elvyn G. Masassya, Head of Infrastructure Advisory
Global Transport and Logistic Industry Leader Price Waterhouse Coopers Indonesia Julian Smith,
Direktur Pengembangan Proyek dan Jasa Konsultasi PT Sarana Multi Infrastruktur Darwin Trisna
Djajawinata, serta Chief Financial Official Power China International Ltd. Tianfu Yang. Selain sesi
panel, forum ini juga diisi dengan High Tea Event pada Infrastructure Forum antara Kepala BKPM
Thomas Lembong dengan lima perusahaan dari berbagai negara, seperti China, Hongkong, Belanda,
dan Malaysia. Kelima perusahaan tersebut memiliki nilai investasi mencapai USD 31,4 miliar untuk
sektor infrastruktur yang meliputi bidang power plant, pelabuhan, konstruksi, dan logistik.
Berita tersebut tentu sangat menggembirakan. Kegiatan tersebut tidak hanya menguntungkan
bagi pihak Indonesia, tetapi juga bagi pihak investor asing yang menanamkan investasinya di
Indonesia. Namun, sadarkah kalian bahwa semakin banyak investor asing di Indonesia, semakin
banyak pula tenaga kerja asing yang datang dan bekerja di Indonesia? Bagaimana nasib tenaga kerja
Indonesia itu sendiri? Pemerintah Indonesia perlu memikirkan serta peduli terhadap nasib tenaga kerja
Indonesia agar mendapatkan kesempatan yang sama di dunia kerja. Gaji atau upah yang harus
diberikan pun harus adil dan sesuai dengan kinerja tenaga kerja itu sendiri. Pemerintahan Indonesia
juga perlu menyediakan serta memperbanyak lapangan pekerjaan untuk tenaga kerja Indonesia.
Percuma saja melakukan kerjasama dengan negara asing, jika kemiskinan tetap marak terjadi dan
kesejahteraan rakyat Indonesia tidak dapat terpenuhi.
Lembong menjelaskan bahwa sesuai arahan Presiden Joko Widodo, diperlukan konsolidasi
dan koordinasi yang kuat antara moneter, fiscal, dan dunia usaha untuk mewujudkan pembangunan
nasional. "Infrastructure Forum ini merupakan forum komunikasi antara pemerintah dengan para
investor dalam dan luar negeri, baik di sektor infrastruktur maupun keuangan dan lembaga perbankan,
mengenai peluang pengembangan sektor infrastruktur di Indonesia serta perkembangan-
perkembangan terkini dalam skema pendanaan infrastruktur," jelas Lembong dalam keterangan
tertulis, Jumat (19/10/2018). Lembong juga menyampaikan pentingnya pembangunan infrastruktur
yang mengedepankan aspek disaster preparedness. Hal ini mengingat Indonesia yang baru saja diterpa
berbagai musibah bencana alam seperti yang terjadi di Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi Tengah.
Mayoritas infrastruktur vital di daerah-daerah tersebut, termasuk bandara, gardu listrik, pelabuhan,
dan menara telekomunikasi, mengalami kerusakan yang cukup parah. Lembong juga berharap forum
tersebut dapat dioptimalkan untuk mendiskusikan strategi dalam mewujudkan pembangunan
infrastruktur yang jauh lebih baik.
Kegiatan atau usaha yang telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia serta seluruh lembaga
atau badan yang terkait tersebut dapat mensejahterakan kehidupan masyarakat Indonesia. Kegiatan ini
tentu dapat mempercepat laju pembangunan infrastruktur dan meminimalisir kerugian-kerugian yang
terjadi.
Dari data Asian Development Bank tercatat estimasi kebutuhan investasi infrastruktur Asia
dari tahun 2016-2030 adalah USD 22,6 triliun atau sekitar USD 1,5 triliun per tahun. Dengan
memperhitungkan mitigasi bencana dan adaptasi kenaikan biaya investasi yang dibutuhkan meningkat
menjadi USD 26,2 triliun atau USD 1,7 triliun per tahun. Sementara dalam periode 2016-2030
tersebut, Asia Tenggara membutuhkan investasi infrastruktur sebesar USD 2,7 triliun dengan
memperhitungkan mitigasi bencana dan adaptasi kenaikan bencana menjadi sebesar USD 3,1 triliun.

Anda mungkin juga menyukai