Anda di halaman 1dari 7

BIOENERGETIKA

1. KONSEP ENERGI
Energi sering menjadi pokok bahasan setiap hari, namun tak banyak
orang yang memahami konsep dasar energi. Energi dapat ditinjau dari 3 sudut
pandang, yaitu : biologis, fisika dan kimia. Bahasan selanjutnya dibatasi pada
konsep energi ditinjau dari ilmu fisika.
Ilmu Fisika memandang energi sebagai sebuah proses perubahan dan
tubuh manusia merupakan media perubahan tersebut. Tubuh manusia
berinteraksi dengan benda lain di alam ini dalam gaining and loosing. Posisi
dan gerakan tubuh mempengaruhi keseimbangan energi tubuh. Pada posisi
dan gerakan tertentu energi lebih besar dari kondisi lain.

a. Kondisi : Static Vs Dyanamic


Pada kondisi statis sebuah benda memiliki potensi energi tersimpan
yang bergantung pada besar massa, gaya tarik gravitasi dan perbedaan
ketinggian. Energi yang tersimpan pada sebuah benda diam disebut
dengan energi potensial (Ep). Pada tubuh manusia, Ep bersifat relative
karena pengertian diam dapat dikenakan pada tubuh secara utuh, sebagian
anggota gerak, organ tubuh atau bahkan molekul penyusun tubuh manusia.

Ep = m.g.h, dimana m: massa; g: gaya gravitasi; h: perbedaan


ketinggian

Pada kondisi tertentu tubuh kehilangan sebagian massanya, seperti


saat berenang, terutama di air asin. Saat berenang tubuh mendapatkan gaya
dorong yang arahnya berlawanan dengan gaya gravitasi. Selain itu,
kerapatan molekul air menentukan massa jenis air yang jauh lebih besar
dari udara.
Manusia yang tegak berdiri memiliki perbedaan Ep pada tiap
organya. Hal ini disebabkan oleh perbedaan posisi ketinggian dari dasar,
misalnya Ep otak jauh lebih besar dibandingkan dengan Ep yang dimiliki
patella. Sebaliknya bila manusia tidur terlentang, maka Ep tiap organ
adalah sama karena tidak terdapat perbedaan ketinggian (Ep = 0). Dengan
demikian manusia memiliki potensi yang lebih besar saat berdiri daripada
tidur.
Energi potensial (Ep) juga dimiliki oleh benda yang memiliki
kelenturan (elastisitas). Semakin kaku sebuah benda, semakin besar
potensi energi yang tersimpan dalam benda tersebut. Bila kita mampu
memaksimalkan regangan pada benda yang memiliki kelenturan maka
semkin besar energi potensialnya. Dengan demikian besar Ep pada benda
yang lentur tergantung pada konstanta kelenturan dan perbedaan panjang
akibat regangan.

Ep = ½. k. x2, dimana k: konstanta kelenturan dan x: perbedaan


panjang
Tubuh manusia memiliki beberapa jaringan yang memiliki
kelenturan (elastisitas), seperti : otot, kulit, dan tulang rawan. Sifat dari
jaringan tersebut adalah memiliki gaya recoil, yaitu gaya yang memiliki
kecenderungan kembali pada kondisi awal (seperti pegas). Gaya recoil
sangat bergantung pada konstanta kelenturan dan besar regangan.
Gerakan yang menyebabkan perubahan posisi menandai kondisi
dinamis. Kondisi dinamis tubuh manusia tidak hanya dipandang dari
perubahan posisi tubuh, namun juga dapat dipandang dari perubahan
posisi anggota gerak, organ tubuh atau bahkan molekul tubuh. Benda yang
bergerak dan berubah posisinya memiliki energi kinetik (Ek). Ek
bergantung pada besar massa dan kecepatan gerak benda berpindah posisi.

Ek = ½ m v2 , dimana m: massa dan v: kecepatan gerakan.

Bentuk lain dari energi kinetik adalah energi alir darah dan energi
termal tubuh. Ek yang muncul dari energi termal berasal dari tumbukan
molekul gas yang bergerak tak beraturan akibat pemanasan.

b. Proses : Gaining Vs Loosing


Tubuh manusia merupakan media bagi perubahan bentuk energi.
Energi kimia berupa adenosine triphospat (ATP) dirubah menjadi energi
potensial otot saat melepas salah satu ikatan fosfatnya. Tubuh yang
bergerak tidak kehilangan energi potensialnya, justru besar energinya
ditambah oleh energi kinetik yang muncul dari kecepatan gerakan tersebut.
Tubuh akan selalu memperoleh dan kehilangan energi, karena tubuh
manusia kontak dengan molekul dari benda lain di alam semesta. Dengan
demikian energi di dalam tubuh manusia tidak bersifat absolut, namun
relatif dan bergantung pada kondisi lingkungan sekitar. Selama proses
gaining dan loosing ini seimbang maka tubuh manusia akan selalu sehat.
Keseimbangan tersebut diperlukan untuk menjaga besaran fisiologis
tubuh, seperti suhu 37 derajat celcius.

2. HUKUM KEKEKALAN ENERGI


Hukum kekekalan energi tidak mengenal awal dan akhir sebuah energi,
bagaimana diciptakan dan ditiadakan. Hukum ini menjelaskan bahwa energi
akan selalu berubah dalam bentuk dan besaranya. Hal inilah yang
menyebabkan berbagai persamaan energi selalu berakhir dengan bilangan
konstan atau nol (0).

∑ (Ep + Ek) = 0, P.V = C, ∆Q = 0

Perubahan energi dari suatu bentuk menjadi bentuk yang lain selalu
sama besarnya antara awal proses dan akhir proses. Peningkatan salah satu
bentuk atau komponen energi akan selalu disertai dengan penurunan bentuk
atau komponen lain dari energi tersebut. Dengan demikian ilmu Fisika tak
pernah mengenal perubahan besar energi, karena selalu konstan setiap waktu.
3. UKURAN ENERGI TUBUH
Besarnya energi tubuh ditentukan dalam berbagai besaran dan ukuran
variabel. Sebagian besar buku Fisika menyatakan energi dalam satuan joule,
namun ada pula yang menyatakan energi dalam skala kalori. Kesetaraan
antara joule dan kalori ditunjukkan oleh besaran 1 kalori = 4,2 joule.
Beberapa buku fisiologi dan biokimia menyatakan potensi energi tubuh
dalam jumlah adenosine triphosphat (ATP).1 ATP memiliki 2 ikatan berenergi
tinggi yang bila terlepas akan membebaskan sejumah besar energi yang
diubah dalam bentuk apapun. Jumlah ATP belum dapat diukur, namun gejala
kurangnya ATP dapat diamati sebagai kelainan tubuh, seperti : muscle
cramping.
Alat dan metode pengukuran energi tubuh juga belum terstandarisasi.
Hal ini menyulitkan di dalam penentuan potensi energi seorang manusia. Alat
dan metode yang saat ini sering digunakan adalah kalorimetri melalui metode
pemeriksaan metabolisme basal dan kerja.

4. ENERGI TERMAL
Energi termal suatu zat adalah energi kinetik total dari atom dan molekul
penyusun zat yang bergerak secara acak akibat pemanasan. Energi kinetik
termal dapat berupa penambahan atom, rotasi, resonansi & translasi. Sebagai
contoh adalah saat air yang mendidih memiliki gerakan molekul yang tak
beraturan dan saling bertumbukan.
Energi kinetik termal rata-rata dari gerakan atom dan molekul penyusun
zat tertentu disebut dengan suhu. Suhu dikenal luas sebagai variabel penentu
temperatur benda dan dunia medis menggunakan suhu untuk membantu
mengakan diagnosa demam. Suhu diukur dengan alat yang disebut dengan
termometer.
Prinsip kerja termometer adalah pemuaian dan penyusutan dari air raksa
yang diletakan dalam tabung kapiler tertutup. Pemuaian air raksa menunjukan
peningkatan suhu, sedangkan penyusutan menunjukan penurunan suhu.
Sampai saat ini kita mengenal 4 macam termometer, yaitu : kelvin, celcius,
farenheit, dan reamur. Persamaaan dari setiap termometer adalah kesepakatan
penentuan skala maksimal dan minimal. Skala maksimal ditandai oleh
perubahan air menjadi uap, sedangkan skala minimal ditandai oleh perubahan
air menjadi es.
Perbedaan antara satu termometer dengan yang lain terletak pada jumlah
skalanya dan nilai derajat skala maksimal dan minimal. Untuk termometer
kelvin dan celcius memiliki 100 skala, sedangkan reamur 80 skala dan
farenheit 180 skala. Hanya celcius dan reamur yang memulai skala minimal
dengan nol derajat, sedangkan kelvin memiliki skala minimal 273 derajat dan
farenheit 212 derajat.
Suhu ekstrim ditemukan pada nol derajat kelvin dimana tak ditemukan
lagi organisme yang mampu bertahan hidup pada suhu tersebut. Suhu nol
derajat kelvin disebut dengan nol absolut.
Tubuh manusia berupaya untuk mempertahankan suhu pada lingkungan
internal. Manusia memiliki mekanisme pengaturan suhu tubuh yang
diperankan oleh hypothalamus. Hypothalamus berfungsi sebagai thermostat
dan reseptor yang sensitif terhadap perubahan suhu. Suh
Suhuu tubuh dipertahankan
konstan pada 37 derajat celcius.
Saat tubuh kehilangan panas atau memperoleh panas dari lingkungan
eksternal dapat mempengaruhi reseptor panas dingin di kulit dan
hypothalamus. Hal ini akan direspon dengan perubahan aliran darah peri perifer
(vasokontsriksi atau vasodilatasi), produksi keringat, gerakan tubuh tertentu
seperti mengigil dan frekuensi napas. Tubuh yang keliru merespon perubahan
suhu sekitar akan mengalami demam.
Pengukuran suhu tubuh dapat dilakukan pada beberapa tempat, sepe
seperti di
dalam mulut, ketiak dan per rektal. Pemukuran per pektal mewakili suhu inti
tubuh dan memiiki perbedaan antara 0,1 s/d 0.2 derajat dengan di ketiak. Suhu
inti tubuh diyakini membentuk poros antara otak dan jantung.

Kalor
Kalor adalah jumlah energ
energii yang dipindahkan dari suatu benda ke benda
lain akibat perbedaan suhu antara keduanya. Pengertian ini mengandung 2
komponen dasar dari kalor yaitu adanya perpindahan energi termal dan harus
ada perbedaan suhu. Bila dua benda memiliki suhu yang sama maka tak
mungkin terjadi perpindahan energi termal (kalor) diantara kedaanya. Satuan
kalor adalah Joule dan Kalori (Kkal), 1 kal = 4,2 joule.

Q = m.c.∆T,
∆T, dimana Q: kalor, m: massa, c: kapasitas kalor, T : beda
suhu
Kapasitas kalor adalah jumlah energi kalor yang dibutuhkan untuk
menaikan suhu suatu zat sebanyak 1 C atau 1 K. Kapasitas kalor menunjukan
konduktansi panas sebuah benda yang dipengaruhi oleh kerapatan molekul
penyusun benda tersebut. Sedangkan istilah Kapasitas kalor spesifik (c) suatu
zat adalah kapasitas kalor per satuan massa. Contoh : c air & es = 1 dan 0,5
kal/ gr C
Perpindahan energi termal (kalor) terjadi melalui bebrapa mekanisme, antara
lain:
 Konveksi : transfer energi memakai media zat alir (fluida) gas maupun
cair, contoh : darah & udara
udara respirasi. Infeksi tertentu akan menghasilkan
pirogen yang mempengaruhi thermostat di hipothalamus. Suhu inti tubuh
naik dan tubuh berupaya untuk memindahkan panas keluar melalui aliran
darah dan udara respirasi, sehingga terjadilah demam.
 Konduksi : memakai
emakai media padat, harus ada kontak antar molekul, contoh
: transfer melalui kulit dan otot. Tindakan mengkompress adalah upaya
untuk menurunkan demam melalui konduksi. Bahan yang digunakan
untuk mengkompress harus lebih dingin dari suhu tubuh.
 Radiasi memanfaatkan media gelombang elektromagnet dalam
mentransfer energi termal. Setiap benda di dalam sebuah rungan
memancarkan radiasi, termasuk tubuh manusia. Transfer kalor melalui
radiasi dapat diamati saat bermain api unggun atau siang hari saat matahari
bersinar terang.
 Evaporasi: adalah prubahan air menjadi uap, di saat inilah terjadi
pelepasan kalor. Tubuh yang berkeringat tidak mengalami penurunan suhu
sebelum keringat tersebut kering. Evaporasi sangat bergantung
kelembapan udara; semakin lembap udara, semakin tinggi kandungan air
maka semakin sulit evaporasi terjadi.
Termodinamika
Perpindahan kalor merupakan suatu bentuk dinamika dari energi termal
yang dipindahkan dari benda yang memiliki suhu lebih tinggi kepada benda
yang memiliki suhu lebih rendah. Perpindahan kalor antara sistem dengan
lingkungan
kungan sekitar dapat terjadi bila sistem tersebut terbuka. Sebaliknya bila
sistem tersebut tertutup, maka kalor tidak dapat dipindahkan. Ilustrasu tersebut
dapat dilihat pada gambar berikut

Keseimbangan termodinamika tercapai bila parameter fisik suatu sistem (T,


P, & V) adalah konstan sepanjang waktu. Sedangkan keseimbangan termal
tercapai bila dua sistem terbuka yang saling kontak termal tidak terjadi aliran
kalor antara keduanya karena suh
suhu
u (T) sama dan Q = 0. Q (+) berarti sistem
memperoleh kalor dan (T) suhu akhir > (T) suhu awal. Q (-) ( ) berarti sistem
melepaskan kalor dan (T) suhu akhir < (T) suhu awal.
Pengaruh kalor yang dipindahkan pada sebuah benda dalam fase yang sama
menyebabkan benda da tersebut mengalami perubahan suhu. Hal ini dinyatakan
dalam sebuah persamaan berikut:
Q = m c ∆T, ∆T adalah peruabahan suhu yang dimaksud.

Pada suatu ketika kalor yang dipindahkan tidak merubah suhu benda
melainkan merubah fase benda, misalnya : air menjadi es atau air menjadi uap.
Perubahan fase benda terjadi bila suhu sistem termodinamika telah mencapai titik
perubahan fase, misalnya titik beku air 0° celcius dan titik uap air 100 ° celcius.
Perubahan fase sangat bergantung pada kalor beku atau kalor
kalor uap pada tiap zat.

Q = m L, L adalah konstanta kalor lebur, kalor beku atau kalor uap tiap zat.

Pemahaman mengenai keseimbangan termodinamika dapat diaplikasikan


pada upaya mengukur besar energi termal di dalam tubuh manusia. Bila tubuh
manusia yang berada di dalam ruangan tertutup diibaratkan sebuah benda di
dalam sistem tertutup. Kalor dipindahkan dari tubuh pada zat alir di dalam sistem
tertutup, dan tidak dipindahkan keluar. Hal ini akan merubah tekanan (P), volume
(V) dan suhu (T) zat alir yang dapat diamati. Secara tidak langsung besar kalor
yan dimiliki tubuh dapat diketahui dari besar kalor yang diterima zat alir melalui
perubahan tekanan (P), volume (V) dan suhu (T). Metode yang menggunakan
konsep ini disebut dengan kalorimetri, dan alat yang digunakan untuk menerapkan
metode ini disebut kalorimeter.
Kalorimetri dapat digunakan untuk mengetahui besar metabolisme pada
kondisi basal maupun saat tubuh bekerja. Ukuran besar metabolisme basal
kemudian dikenal dengan sebutan BMR. Pemeriksaan BMR dap dapat
at membantu
dalam mendiagnosis berbagai kelainan metabolik.

Anda mungkin juga menyukai