Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

BAHASA INDONESIA
LITERASI KENABIAN
NABI ISMAIL A.S

DOSEN PEMBIMBING
GIOVANI VAN REGA

Disusun Oleh
Deden Muhammad Hidayat

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NUR EL GHAZY
TAHUN 2019
BAB I
PENDAHULUAN

Allah swt menjadikan kisah-kisah umat terdahulu sebagai pelajaran bagi


umat-umat yang datang sesudahnya. Rangkaian proses kejadian yang disebutkan
dalam kisah-kisah itu dinamakan sebab, di mana sudah menjadi sunnatullah
bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini pasti ada sebabnya.
Kisah-kisah yang tercantum dalam Al-Quran bukanlah dongeng
sebagaimana yang dikatakan oleh orang-orang kafir. Al-Quran adalah kitab suci
yang wajib kita imani kebenarannya.
Adapun isi makalah ini membahas mengenai kisah Nabi Ismail as dan
Keluarganya. Allah memberikan keluarga ini berbagai macam cobaan untuk
menguji kekuatan iman mereka, sehingga mereka lulus dan menjadi manusia
pilihan Allah.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Asal Usul Keluarga Nabi Ismail A.S


Ismail bin Ibrahim. Garis Keturunan. Nabi Adam Alaihissalam ⇒
Syits ⇒ Anusy ⇒ Qainan ⇒ Mahlail ⇒ Yarid ⇒ Nabi Idris Alaihissalam
⇒ Mutawasylah ⇒ Lamak ⇒ Nabi Nuh Alaihissalam ⇒ Sam ⇒
Arfakhsyadz ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra'u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Azar
⇒ Nabi Ibrahim Alaihissalam ⇒ Nabi Ismail Alaihissalam. Usia 137
tahun. Periode sejarah 1911 - 1774 SM. Tempat diutus (lokasi) Mekah al-
Mukarramah. Jumlah keturunannya (anak) 12 anak. Tempat wafat Mekah
al-Mukarramah. Sebutan kaumnya Amaliq dan Kabilah Yaman, di Al-
Quran namanya disebutkan sebanyak 12 kali.

B. Kisah Kehidupan Nabi Ismail A.S


Dalam sumber-sumber riwayat, telah termuat secara mendetail
kisah kehidupan Ismail bahwa Sarah istri Nabi Ibrahim as, disebabkan dia
mandul dan dia melihat suaminya sangat berhasrat ingin mempunyai
keturunan, dia meminang budak wanitanya, Hajar untuk dijadikan istri
bagi Ibrahim dengan harapan supaya dapat memberikan keturunan bagi
mereka. Pasca menikah, tidak menunggu lama Hajar pun hamil dan
melahirkan seorang putra yang diberi nama Ismail.
Dalam banyak riwayat, kabar gembira Ilahi untuk Ibrahim itu
adalah kelahiran seorang anak yang berpengetahuan "Alim" dan "Halim"
yang disebutkan dalam beberapa ayat Alquran al-Karim, itu diyakini
sebagai kabar gembira akan kelahiran Ismail, dan ialah yang dianggap
sebagai pemilik sifat-sifat ini. Meskipun terdapat riwayat-riwayat yang
berbeda mengenai waktu kelahiran Ismail namun menjadi kesepakatan
bahwa ia dilahirkan ketika ayahnya berusia lanjut. Namun mengenai usia
Ibrahim as sendiri ketika itu juga terdapat perbedaan pendapat. Sebagian
meyakini ketika Ismail dilahirkan, Ibrahim as berumur 99 tahun.
C. Ismail as dan Ishak as
Setelah kelahiran Ismail as, Sarah yang tidak mempunyai anak,
cemburu terhadap Hajar dan anaknya, namun tidak lama kemudian dia
juga diberikan kabar gembira oleh Allah swt bahwa di usianya yang lanjut
akan dikaruniai seorang anak yang dinamakan Ishak. Dalam riwayat
dikatakan bahwa Ibrahim as sangat mencintai Ismail, suatu ketika Ishak
berada di pangkuannya, dengan melihat Ismail dia menggantikan tempat
duduk Ishak dengan Ismail. Hal ini telah membangkitkan rasa kesal pada
Sarah. Ia kemudian mengungkapkan rasa tertekannya dihadapan Ibrahim
as dengan kehadiran Hajar dan anaknya. Karenanya ia meminta suaminya
untuk menjauhkan keduanya dari kawasan Syam, kemudian datanglah
perintah Allah swt supaya membawa Hajar dan anaknya menuju Mekah.
D. Masuk ke Mekah
Sesuai dengan riwayat-riwayat Islam, Ibrahim as sendiri yang
membawa Hajar dan Ismail dalam perjalanan menuju Mekah. Dalam
perjalanan tersebut Allah swt memerintahkan malaikat Jibril as sebagai
penunjuk jalan mereka. Sampai kemudian mereka tiba pada sebuah tempat
tandus yang tidak ada air dan rerumputan. Malaikat Jibril as
menyampaikan kepada Ibrahim as, itulah tanah Mekah yang dijanjikan
Allah swt. Setelah memasuki Mekah, Ibrahim as meninggalkan istri dan
anaknya di tempat tersebut dengan penjagaan Allah swt, dan ia sendiri
bergegas kembali menuju Syam.
E. Sumur Zamzam
Dalam kelanjutan kisah dijelaskan, karena sisa bekal makanan
telah habis, kehausan melanda Ismail kecil yang membuat Hajar khawatir
dan bergegas mencari air untuk meredakan rasa haus anaknya. Ia berlari-
lari ke setiap tempat dan tujuh kali melewati
bukit Shafa dan Marwah namun tetap tidak menemukan air setetespun.
Kali terakhir ia mendengar suara di sekitar Ismail, kemudian ia pergi
menuju kepadanya karena khawatir seekor hewan akan mencabik-cabik
bayinya, namun dengan sangat senangnya ia baru tahu bahwa di bawah
telapak kaki anaknya mengalir sebuah mata air. Mata air tersebut
kemudian dikenal dengan nama Zamzam dan masih ada sampai saat ini.
Sebagian literatur menyebutkan, mata air itu juga disebut dengan sumur
Ismail.
F. Mempelajari Bahasa Arab
Dalam sumber-sumber Arab Islam, disebutkan Nabi Ismail as
kemudian hidup berbaur dengan penduduk Arab utamanya dari Kabilah
Jurhum (salah satu kabilah dari Arab Baidah) sehingga iapun digolongkan
sebagai orang Arab yang telah berhijrah.
Sesuai dengan riwayat-riwayat yang ada, dengan berlalunya masa
dari hijrahnya Ismail ke Mekah, dengan keberadaan mata air Zamzam,
daerah kawasan yang kering dan tandus itu dapat dihuni dan ditempati.
Kaum Jurhum yang mengadakan perjalanan, ketika melalui tempat itu
(atau dalam riwayat lain dikatakan bahwa mereka memang sebelumnya
tinggal disekitar wilayah tersebut) ketika tahu keberadaan mata air
Zamzam, mereka meminta izin untuk menetap dan bermukim disekitar
kawasan tersebut.
Dalam riwayat disebutkan Ismail mempelajari bahasa Arab dari
kaum Jurhum. Disebutkan ketika bersama ayahnya membangun Kakbah,
Ibrahim as ketika berbicara dengan bahasanya, Ismail menjawabnya
dengan bahasa Arab, dan kedua-duanya saling mengerti.
Dalam riwayat disebutkan bahwa bahasa Arab yang digunakan
Ismail betul-betul berkesan sehingga mengundang perhatian orang seakan-
akan dia adalah orang pertama yang mengetahui dan berbicara dengan
bahasa Arab. Dalam sebagian riwayat disebutkan, bahwa orang pertama
yang menulis tulisan Arab juga dinisbatkan kepadanya.
G. Membangun Kakbah
Salah satu dari peristiwa-peristiwa penting dalam kehidupan Ismail
adalah kebersamaannya dengan Ibrahim as dalam membuat rumah
Kakbah. Dalam ayat-ayat Alquran dari ayat 125 sampai 127 dari surah Al-
Baqarah menyinggung pembangunan dan berdirinya Baitullah dan
penjagaannya dari gangguan oleh Ibrahim dan Ismail as. Riwayat-riwayat
Islam telah menceritakannya secara rinci. Dalam sumber-sumber sejarah
dimuat bahwa Ibrahim demi menjalankan perintah Allah tentang pendirian
Kakbah, dia datang ke Mekah dan bersama Ismail membangun Kakbah.
Mengenai hal ini terdapat banyak riwayat yang menyebutkannya
yang mana terkadang dalam perinciannya menjurus pada kisah-kisah
dongeng. Dalam sebagian riwayat diyakini bahwa tujuan yang mendasar
dari perjalanan yang dilakukan Ibrahim, Hajar dan Ismail dari Syam ke
Mekah adalah untuk membangun Kakbah.
Dengan berlandaskan ayat-ayat dari surah Al-Baqarah, pada proses
pembangunan rumah Kakbah, Ismail bersama ayahnya ikut memanjatkan
doa, dan memohon kepada-Nya untuk memberikan hidayah dan petunjuk
kepada anak keturunannya dan meminta kepada-Nya untuk mengutus dan
membangkitkan seorang rasul dari kalangan mereka.
H. Mengorbankan Ismail as
Sebuah hadis yang masyhur dari Rasulullah saw yang di dalamnya
Nabi menyebut dirinya sebagai Ibnu Dzabihain (putra dua penyembelihan,
yang mana hal itu mengisyaratkan kepada Ismail dan Abdullah bin Abdul
Mutthalib.)
Dalam perincian riwayat, kisah penyembelihan kita temukan
bahwa setelah pembangunan Kakbah, Ibrahim as mendapat perintah dalam
mimpinya untuk menyembelih Ismail, kemudian ia sampaikan hal itu
kepada anaknya yang dijawab oleh Ismail agar ayahnya menjalankan
perintah Allah swt tersebut. Dalam riwayat dijelaskan adanya
usaha Iblis untuk membujuk Ibrahim mengurungkan niatnya menyembelih
Ismail. Ketika Ibrahim bersama anaknya tengah berjalan menuju gunung
Tsubair demi melaksanakan perintah Allah, Iblis terus berusaha menggoda
keduanya namun tidak berhasil. Bahkan diantara upayanya, Iblis pergi ke
sisi Hajar dan juga berusaha mempengaruhinya, namun upaya tersebut
juga menemui kegagalan.
Ibrahim dan Ismail as sampai di atas puncak gunung dan ketika itu
Ismail melihat ayahnya khawatir akan pekerjaan tersebut, ia menepiskan
kekhawatiran ayahnya dari hatinya dan mengingatkan kepadanya atas
keridhaannya pada perintah Allah swt. Ketika Ibrahim meletakkan pisau di
atas leher Ismail, terdengar suara gaib yang mencegahnya untuk
meneruskan pekerjaannya. Dengan kesabaran dan kesetiaan keduanya,
Allah swt mengganti pengorbanan itu dengan seekor kambing dan
memerintahkan Ibrahim supaya menyembelih kambing itu sebagai korban
yang menggantikan posisi Ismail. Kisah mengenai dikorbankannya Ismail
as terdapat dalam surah Ash-Shaffat dari ayat 100 sampai ayat 107.
I. Wafat dan Tempat Dikuburkan
Sumber-sumber sejarah periwayatan menulis bahwa usia Ismail
hingga mencapai 130 tahun bahkan lebih, yang mana setelah wafatnya,
jasadnya dimakamkan di sekitar Hijr di sisi pusara ibunya Hajar.
J. Kenabian Ismail as
Ismail dengan penegasan Alquran tergolong dari para nabi Allah
swt. Agamanya adalah agama yang mengajak kepada Tauhid Ibrahimi
as yang memerangi kesyirikan dan penyembahan berhala. Namanya
berkali-kali disebut dalam Alquran sebagai salah satu dari para nabi.
Sesuai dengan beberapa riwayat, kenabiannya bertujuan untuk
memberikan hidayah dan petunjuk bagi kaum Jurhum, dan juga kabilah-
kabilah Yamani dan ‘Amaliq. Nabi Ismail as selama 50 tahun
menyampaikan risalah Ilahinya di tengah-tengah umatnya dengan
mengajak untuk melaksanakan salat dan menunaikan zakat serta
mengingatkan mereka untuk berhati-hati jangan sampai menyembah
patung berhala. Namun diantara mereka masih terdapat kelompok yang
tetap dan masih bersikeras pada kekufurannya.
K. Ishak Pengganti Ismail as
Ismail sebelum wafat memberi wasiat supaya putrinya dinikahkan
dengan ‘Ishu (‘Ish) salah seorang dari putra Nabi Ishak as dan
juga kenabiannya diserahkan kepada saudaranya Ishak. Ismail yang
bertahun-tahun memegang urusan-urusan Kakbah, kepengurusan
selanjutnya atas Kakbah diserahkan kepada anaknya Nabit.
L. Putra-putra Ismail
Dari kedua belas putra-putra Ismail yang paling masyhur dari
mereka adalah Qaidar, Madyan dan Adbil. Madyan pergi ke sebuah daerah
di sebelah utara yang kemudian daerah tersebut terkenal dengan namanya
dan dari anak keturunannya seperti Syu'aib dipilih menjadi nabi.
Dalam sumber-sumber yang sudah disebutkan tadi, dikatakan
bahwa Ismail dianggap sebagai salah satu nenek moyang Arab asli dan
nasab Adnan, adalah datuk terbesar dari kabilah-kabilah Arab yang
semuanya kembali kepadanya; sementara sangat sedikit sekali dari
sumber-sumber lama pengetahuan silsilah nasabiah, yang menyatakan
bahwa nasab seluruh kabilah, walau bangsa Arab Qahthani sampai
kepadanya dan menyebut bahwa Ismail adalah Abu al-Arab.
Atas dasar beberapa riwayat, Ismail diperkenalkan sebagai salah
satu dari 5 nabi yang berkebangsaan Arab di sisi Hud, Shaleh, Syu'aib
dan Nabi Muhammad saw.Dan Rasulullah saw dikenal sebagai seorang
cucu pilihan dari para cucunya.
M.Nabi Ismail di dalam Al-Quran

1. Pada Surat Al-Baqarah [2] : ayat 125, 127, 133, 136, 140, Firman Allah
SWT :
[2:125] Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah itu
(Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. Dan
jadikanlah sebagian maqam Ibrahim tempat shalat. Dan telah Kami
perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: "Bersihkanlah rumah-Ku untuk
orang-orang yang thawaf, yang i'tikaf, yang ruku' dan yang sujud".
[2:127] Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-
dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): "Ya Tuhan kami
terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui".
[2:133] Adakah kamu hadir ketika Yakub kedatangan (tanda-tanda) maut,
ketika ia berkata kepada anak-anaknya: "Apa yang kamu sembah
sepeninggalku?" Mereka menjawab: "Kami akan menyembah Tuhanmu
dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan
Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya".
[2:136] Katakanlah (hai orang-orang mukmin): "Kami beriman kepada
Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan
kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Yakub dan anak cucunya, dan apa yang
diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-
nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun diantara
mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya".
[2:140] ataukah kamu (hai orang-orang Yahudi dan Nasrani)
mengatakan bahwa Ibrahim, Ismail, Ishaq, Yakub dan anak cucunya,
adalah penganut agama Yahudi atau Nasrani?" Katakanlah: "Apakah
kamu lebih mengetahui ataukah Allah, dan siapakah yang lebih zalim dari
pada orang yang menyembunyikan syahadat dari Allah yang ada
padanya?" Dan Allah sekali-kali tiada lengah dari apa yang kamu
kerjakan.
2. Pada Surat Aali 'Imran (Ali 'Imran) [3] : ayat 84, Firman Allah SWT :
Katakanlah: "Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang
diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail,
Ishaq, Yakub, dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa,
'Isa dan para nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan
seorangpun di antara mereka dan hanya kepada-Nyalah kami
menyerahkan diri."
3. Pada SuratAn-Nisaa' (An-Nisa') [4] : ayat 163, Firman Allah SWT :
Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu
sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi
yang kemudiannya, dan Kami telah memberikan wahyu (pula) kepada
Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub dan anak cucunya, 'Isa, Ayyub, Yunus,
Harun dan Sulaiman. Dan Kami berikan Zabur kepada Daud.
4. Pada Surat Al-An'aam (Al-An'am) [6] : ayat 86, Firman Allah SWT :
dan Ismail, Ilyasa, Yunus dan Luth. Masing-masing Kami lebihkan
derajatnya di atas umat (di masanya).
5. Pada Surat Ibraahiim (Ibrahim) [14] : ayat 39, Firman Allah SWT :
Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kepadaku di
hari tua (ku) Ismail dan Ishaq. Sesungguhnya Tuhanku, benar-benar
Maha Mendengar (memperkenankan) do'a.
6. Pada Surat Maryam [19] : ayat 54, Firman Allah SWT :
Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail
(yang tersebut) di dalam Al Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang
benar janjinya, dan dia adalah seorang rasul dan nabi.
7. Pada Surat Al-Anbiyaa' (Al-Anbiya') [21] : ayat 85,
Firman Allah SWT :
Dan (ingatlah kisah) Ismail, Idris dan Dzulkifli. Semua mereka
termasuk orang-orang yang sabar.
8. Pada Surat Shaad (Sad) [38] : ayat 48, Firman Allah SWT :
Dan ingatlah akan Ismail, Ilyasa dan Zulkifli. Semuanya termasuk
orang-orang yang paling baik.
9. Pada Surat Ash-Shaaffaat (As-Saffat) [37] : ayat 100-111, Firman
Allah SWT :
Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang
termasuk orang-orang yang saleh. Maka Kami beri dia kabar gembira
dengan seorang anak yang amat sabar. Maka tatkala anak itu sampai
(pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata:
"Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku
menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia (Ismail)
menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan
kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang
yang sabar". Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim
membaringkan anaknya (Ismail) atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran
keduanya). Dan Kami panggillah dia: "Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu
telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi
balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-
benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor
sembelihan yang besar. Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang
baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian,
(yaitu)"Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim". Demikianlah Kami
memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya
ia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman.

N. Pelajaran Dari Kisah Nabi Ismail


1. Mengikat diri dalam perintah Allah dan segala perintah-Nya bukanlah
dalam rangka menzholimi dan menyusahkan seorang hamba.
2. Ismail adalah suri tauladan bagi pemuda muslim dalam berbakti pada
orang tua terlebih ketaatannya kepada perintah Allah.
3. Menghilangkan lara kesedihan dengan taat pada Allah. Itulah obat
mujarab. Barangsiapa yang bersedih hati hendaklah mendekatkan diri
pada Allah dengan ketaatan.
4. Cobaan Allah terhadap hamba-hamba-Nya yang mukmin
menunjukkan bukti kecintaan Allah. Ketika Allah menguji hamba-Nya
hakikatnya Dia sedang mencintainya.
5. Berhias dengan akhlak yang Islami yaitu dengan senantiasa menepati
janji dan berhusnuzhon kepada Allah.
6. Memenuhi hak keluarga seperti bermusyawarah kepada anak ketika
hendak mengerjakan suatu perkara yang berkaitan dengannya begitu
juga kebersamaan dalam melaksanakan perintah Allah.
7. Tidak boleh bermaksiat kepada Allah dengan alasan memenuhi hak
keluarga.
8. Perintah berkorban kepada Allah dengan harta dan jiwa. Dan dari
kisah Nabi Ibrahim dan Ismail di syariatkan bagi umat islam berkurban
dengan menyembelih kambing.
9. Kesabaran dan tekad yang kuat dalam menjalankan perintah Allah
membuahkan kebahagiaan di dunia dan akhirat.
10. Hendaknya bagi seorang Muslim senantiasa menepis dan membuang
keraguan dan bisikan setan ketika hendak menjalankan ketaatan
kepada Allah.
DAFTAR PUSTAKA

 Al-Quran Al-Karim
 Abu Al-Fida. Al-Mukhtashar fi Akhbār Al-Basyar. Beirut: 1375 H/ 1956.
 Abul Futuh Razi, Husain. Tafsir. Riset: Abul Hasan Sya’rani. Teheran:
1382 H.
 Ahmad bin Hanbal. Musnad. Kairo: 1313 H.
 Akhfasy, Said. Ma’āni Al-Quran. Riset: Abdul Amir Muhammad Amin
Al-Wird. Beirut: 1405 H/1985.
 Al-Ikhtishas. Dinisbahkan kepada Syaikh Mufid. Riset: Ali Akbar
Ghaffari. Qom: Jama’ah Al-Mudarrisin.
 Arzaqi, Muhammad. Akhbār Makkah. Rusydi Shaleh Mulhis. Beirut: 1403
H/ 1983.
 Baghawi, Husain. Ma’ālim Al-Tanzil. Beirut: 1405 H/ 1985.
 Baihaqi, Ahmad. Dalāil an-Nubuwah. Riest: Abdul Mu’thi Qal'aji. Beirut:
1405 H/1985.
 Bal’ami, Muhammad. Tārikh. Riset: Muhammad Taqi Bahar. Teheran:
1394 H.
 Baladzuri, Ahmad. Ansāb al-Asyraf. Riset: Muhammad Hamidullah.
Beirut: 1959.
 Bukhari, Muhammad. Shahih. Istanbul: 1982.
 Dinawari, Ahmad. Al-Akhbār ath-Thiwāl. Riset: Abdul Mun’im Amir.
Kairo: 1960.
 Fakhruddin Razi. At-Tafsir Al-Kabir. Kairo: Al-Maktabah al-Bahiyah.
Tanpa tahun.
 Fakhruddin Razi. At-Tanbih wa al-Asyrāf. Kairo: 1357 H/1938.
 Ibnu ‘Anbah, Ahmad. Al-Fushul al-Fakhriyah. Riset: Jalaluddin
Muhaddits Armawi. Teheran: 1984.
 Ibnu Abdu Rabbah, Ahmad. Al-‘Aqd al-Farid. Riset: Ahmad Amin dkk.
Beirut: 1402 H/1982.
 Ibnu Atsir. Al-Kamil.
 Ibnu Babawaih, Muhammad. Al-Khishāl.Riset: Ali Akbar Ghaffari. Qom:
1403 H.
 Ibnu Faris, Ahmad. Ash-Shahibi. Riset: Ahmad Shaqar. Kairo: percetakan
‘Isa Al-Babi, Tanpa tahun.
 Ibnu Khaldun. Al-'Ibar. Ibnu Khair, Muhammad. Fihrisah. Riset:
Fransisco Kudaro dan Taragu, Sarqasthah, 1893.
 Ibnu Nadim. Al-Fihrist. Ibnu Hisyam, Abdul Malik. As-Sirah an-
Nabawiyah. Riset: Musthafa Saqa dkk. Kairo: 1355 H/1936.
 Ibnu Qutaibah, Abdullah. Al-Ma’ārif. Riset: Tsirwat ‘Akasyah. Kairo:
1960.
 Ibnu Sa’ad. Kitab ath-Thabaqāt al-Kubra. Riset: Zakhau dkk. Liden:
1904-1918.
 Jahidz, Amr, Al-Bayan wa Al-Tabyiin, Beirut, Dar Al-Kutub Al-Ilmiyah.
 Kirmani, Mahmud. Al-Burhān fi Taujih Musyabih Al-Quran. Riset: Abdul
Qadir Ahmad Atha. Beirut: 1406 H/1986.
 Kulaini, Muhamamd. Al-Kāfi. Riset: Ali Akbar Ghaffari. Teheran: 1389 H.
 Ma’zi, Muhammad. Diwan. Riset: Abbas Iqbal. Teheran: 1318 HS/1939.
 Masudi, Ali, Itsbāt Al-Wasiah. Najaf: Perpustakaan Haidariyah
 Masudi, Ali. Akhbār az-Zaman. Beirut: 1386 H/ 1966.
 Mas'udi, Ali. Muruj adz-Dzahab. Riset: Yusuf As’ad Dagir. Beirut: 1385
H/1965.
 Maulawi. Matsnawi. Riset: Nicklsen. Teheran: 1404 H.
 Mujahid, Abu al-Hajjaj. Tafsir. Riset: Abdurrahman Tahir bin Muhammad
Surati. Qatar: 1396 H/1976.
 Muqaddasi, Mutahhar. Al-Badu wa at-Tārikh. Riset: Clement Huart. Paris:
1916.
 Nasir Khusru. Diwan. Riset: Nasrullah Taqawi. Teheran: 1380.
 Qummi, Ali. Tafsir. Riset: Tayyib Musawi Jazairi. Qom: 1404 H.
 Qurthubi, Muhammad. Al-Jāmi’ li Ahkām al-Quran. Beirut: 1372 H/1952.
 Rawandi, Sa’id. Qasash al-Anbiya. Riset: Ghulam Ridha Irfaniyan.
Masyhad: 1409 H.
 Sinai, Majdud. Diwan. Riset: Mudarris Rizavi. Teheran: 1382 H.
 Tanwir al-Miqbās, dinisbahkan kepada Ibnu Abbas. Beirut: Dar Al-Fikr,
Tanpa tahun.
 Tirmizi, Muhammad. Sunan. Riset: Ahmad Muhammad Syakir dkk.
Kairo: 1357 H dan seterusnya.
 Thabari. Tārikh.
 Thabari. Tafsir.
 Thusi, Muhammad. At-Tibyan. Riset: Ahmad Habib Qashir, Amili. Beirut:
1383 H.
 Thabrisi, Fadhl. Majma’ al-Bayan. Riset: Hasyim Rasuli Mahallati dan
Fadhlullah Yazdi Thabathabi. Beirut: 1408 H/1988.
 Tsa’labi, Ahmad. Qashash al-Anbiya. Kairo: 1401 H/ 1981.
 Yakubi, Ahmad. Tārikh. Beirut: 1379 H/1960.
 Zamahsyari, Mahmud. Al-Kasyaf. Kairo: 1366 H/ 1947.
 Bright, J. A History of Israel. London: 1967.
 Gesenius, W. A Hebrew and English Lexicon of the Old Testament.
Boston/New York: 1906.
 Goldziher, I. Muslim Studies. London: 1967.
 Jeffery, A. The Foreign Vocabulary of the Qur'an. Baroda: 1938.
 Nicholson, R. A. A Literary History of the Arabs. Cambridge: 1966.

Anda mungkin juga menyukai