Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PENERAPAN AKHLAKUL KARIMAH

Disusun untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah : Ibadah, Akhlak dan Muamalah
Dosen Pengampu : Arian Sahidi, M.Pd

Disusun Oleh :

1. Asifa Madani Aulia (1803020029)


2. Fairuz Khairunnisa Azizah (1903020040)
3. Tia Anggraeni (1803020006)

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK DAN SAINS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah memberikan


rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul Penerapan Akhlakul Karimah ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas pada mata kuliah Ibadah, Akhlak dan Muamalah. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang Hakikat Akhlak bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Arian Sahidi, M. Pd,
selaku Dosen mata kuliah Ibadah, Akhlak dan Muamalah yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang
studi yang saya tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Kami
menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Purwokerto, 18 September 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

JUDUL 1

KATA PENGANTAR 2

DAFTAR ISI 3

BAB I PENDAHULUAN 4

Latar Belakang 4

Rumusan Masalah 5

Tujuan 5

BAB II PEMBAHASAN 6

Akhlak terhadap Allah dan Rasulullah 6

Akhlak pada diri pribadi dan kehidupan sosial 9

Akhlak terhadap lingkungan 11

Akhlak dalam kehidupan berbangsa dan bernegara 14

BAB III SIMPULAN DAN SARAN 18

Simpulan 18

Saran 19

DAFTAR PUSTAKA 20

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara historis dan teologis, akhlak dapat memadu perjalan hidup manusia agar
selamat di dunia dan akhirat. Tidakkah berlebihan bila misi utama kerasulan
Muhammad ‫ﷺ‬ adalah untuk menyempurnakan akhlak  manusia.
Rasulullah ‫ ﷺ‬mengajak manusia untuk beribadah hanya kepada Allah
‫ ﷻ‬saja dan memperbaiki akhlak manusia. Nabi ‫ ﷺ‬bersabda :
‫ق‬ َ ‫ت أِل ُتَ ِّم َم‬
ِ ‫صالِ َح اأْل َ ْخاَل‬ ُ ‫إِنَّ َما بُ ِع ْث‬
“Sesungguhnya aku (Rasulullah ‫ )ﷺ‬diutus untuk menyempurnakan akhlaq
yang baik.”

Shahih : HR. Al Bukhari dalam al-Adabul Mufrad (no. 273 (Shahih al Adabul Mufrad no. 207)),
Ahmad (II/381) dan al Hakim (II/613) dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu. Dishahihkan oleh
Syikh al-Albani (Silsilah al-Ahaadits ash-Shahihah no. 45)
Kepada umat manusia, khususnya yang beriman kepada Allah diminta agar  akhlak
dan keluhuran  budi Nabi Muhamad ‫ﷺ‬. itu dijadikan contoh dalam
kehidupan di berbagai bidang. Mereka yang mematuhi permintaan ini dijamin
keselamatan hidupnya di dunia dan akhirat.
Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia menempati tempat yang penting, baik
sebagai indivisu maupun sebagai anggota masyarakat dan bangsa. Sebab akhlak sangat
berpengaruh pada kehidupan sosial umat manusia.
Ajaran Islam yang bersifat universal harus bisa diaktualisasikan dalam kehidupan
individu, masyarakat, berbangsa dan bernegara secara maksimal. Aktualisasi tersebut
tentu terkait dengan pelaksanaan hak dan kewajibannya seseorang kepada Tuhan,
Rasul-Nya, manusia dan lingkungannya. Khusus aktualisasi akhlak ( hak dan
kewajiban ) seorang hamba kepada Tuhannya terlihat dari pengetahuan, sikap, prilaku
dan gaya hidup yang dipenuhi dengan kesadaran tauhid kepada Allah ‫ ﷻ‬, Hal itu
bisa dibuktikan dengan berbagai perbuatan amal shalih, ketaqwaan, ketaatan dan ibadah
kepada Allah ‫ ﷻ‬secara ikhlas. Untuk itulah dalam menata kehidupan, diperlukan

4
norma dan nilai, diperlukan standard an ukuran untuk menentukan secara obyektif
apakah perbuatan dan tindakan yang dipilih itu baik atau tidak, benar atau salah,
sehingga yang dilihat bukan hanya kepentingan diri sendiri, melainkan juga kepentingan
orang lain, kepentingan bersama, kepentingan umat anusia secara keseluruhan. Dan
untuk itulah setiap individu dituntut memiliki komitmen moral, yaitu spiritual pada
norma kebajikan dan kebaikan.

B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang
akan diambil.
1. Bagaimana penerapan akhlak terhadap Allah ‫ﷻ‬ dan Rasulullah
‫?ﷺ‬
2. Bagaimana penerapan akhlak pada diri pribadi dan kehidupan sosial?
3. Bagaimana penerapan akhlak terhadap lingkungan?
4. Bagaimana penerapan akhlak dalam kehidupan berbangsa dan bernegara?

C.    Tujuan
Tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah supaya kita dapat mengetahui bagaimana
penerapan akhlakul karimah dan dapat menerapkannya dalam kehidupan.

5
BAB 2
ISI

Penerapan Akhlak kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasulullah


‫ﷺ‬
Aktualisasi akhlak ( hak dan kewajiban ) seorang hamba kepada Tuhannya
terlihat dari pengetahuan, sikap, prilaku dan gaya hidup yang dipenuhi dengan
kesadaran tauhid kepada Allah ‫ﷻ‬.
Pertama-tama wajib bagi setiap hambanya mencintai Allah ‫ﷻ‬, dan ini
merupakan bentuk ibadah yang paling agung. Allah berfirman dalam Surat Al-Baqarah
ayat 165 yang artinya :
“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan
selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun
orang-orang yang beriman Amat sangat cintanya kepada Allah. dan jika seandainya
orang-orang yang berbuat dzalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari
kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah Amat berat
siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal)”.
Karena dialah Rabb yang memberi anugerah kepada segenap hamba-Nya
dengan berbagai nikmat, baik lahir maupun batin. Selanjutnya, setelah mencintai Allah
‫ﷻ‬, kita wajib pula mencintai Rasul-Nya, Muhammad ‫ ;ﷺ‬sebab beliau
adalah orang yang menyeru Kepada Allah, yang mengenalkan kepadaNya,
menyampaikan syari’atNya dan yang menjelaskan hukum-hukumNya. Karena itu,
kebaikannya yang diperoleh kaum mukminin, baik dunia maupun akhirat, adalah dari
usaha Rasulullah ‫ﷺ‬. “Dan tidaklah seseorang masuk surga kecuali
mentaati dan mengikutinya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Dalam suatu
hadits disebutkan bahwa ada tiga (3) perkara yang jika seseorang memilikinya akan
merasakan manisnya iman, yaitu bila Allah dan RasulNya lebih ia cinta daripada selain
keduanya, dan tidak mencintai seseorang kecuali karena Allah serta benci kembali

6
kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkannya daripadanya, sebagaimana ia benci
untuk dilemparkan ke Neraka.” (Muttafakun Alaih).
Mencintai Rasulullah ‫ ﷺ‬adalah wajib dan termasuk bagian dari
iman. Semua orang Islam mengimani bahwa Rasulullah adalah hamba Allah dan
utusan-Nya. Makna mengimani ajaran Rasulullah ‫ ﷺ‬adalah menjalankan
ajarannya, menaati perintahnya dan berhukum dengannya. Ahlus sunnah mencintai
Rasulullah ‫ ﷺ‬dan mengagungkannya sebagaimana para sahabat beliau
mencintai beliau lebih dari kecintaan mereka kepada diri mereka sendiri dan keluarga
mereka, sebagaimana sabda Rasulullah ‫ﷺ‬, yang artinya, ”Tidak beriman
salah seorang diantara kamu, sehingga aku lebih dicintai olehnya daripada dirinya
sendiri, orang tuanya, anaknya dan manusia semuanya, (HR. Bukhari dan Muslim).
Menurut Abuddin Nata, minimal ada empat alasan kenapa manusia harus
berakhlak kepada Allah. Pertama, karena Allah yang telah menciptakan manusia (QS.
At-Thariq ayat 4-7). Kedua, Karena Allah yang telah memberikan perlengkapan
pancaindra, berupa pendengaran, penglihatan, akal pikiran dan hati sanubari, di samping
anggota badan yang kokoh dan sempurna kepada manusia. Karena Allah yang telah
menyediakan berbagai bahan dan sarana yang diperlukan bagi kelangsungan hidup
manusia, seperti bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, air, udara,
binatang ternak dan sebagainya (Q.S. Al- Jatsiyah: 12-13) yang artinya “Karena Allah
yang telah memuliakan manusia dengan diberikannya akan kemampuan menguasai
daratan dan lautan,” dan Q.S. Al-Isra’: 70 yang artinya “dan Sesungguhnya telah Kami
muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan[862], Kami
beri mereka rezki dari yang baik baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan
yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan”.
Dari kesadaran terhadap hal tersebut lahirlah tingkah laku dan sikap dari
manusia kepada Allah ‫ﷻ‬, akan di kemukakan beberapa akhlak kepada Allah
‫ﷻ‬, secara lebih rinci yaitu:
1. Mensucikan Allah dan memuji-Nya, (Q.S. Al-Isra’: 44).
2. Bertawakkal, berserah diri, kepada Allah. Dalam Al-Qur’an perintah tawakkal
kepada Allah terulang dalam bentuk tunggal sebanyak sembilan kali dan bentuk

7
jamak sebanyak dua kali. Semua didahului oleh perintah untuk melakukan
sesuatu. Dalam konteks tawakkal kepada Allah, manusia harus mempercayakan
diri kepada-Nya dalam melaksanakan sesuatu pekerjan yang telah direncanakan
secara matang dan mantap. (Q.S Al-Anfal ayat 61).
3. Berbaik sangka kepada Allah, bahwa yang datang dari Allah kepada
makhluknya hanya kebaikan, (Q.S. An-Nisa’: 79).
4. Beribadah hanya kepada Allah, (Q.S. Al-An’am: 162).
5. Berdo’a khusus kepada Allah, Berdo’a artinya meminta sesuatu kepada Sang
Pencipta, agar apa yang diupayakan atau sesuatu yang diinginkan tercapai.
Adapun diantara syarat-syarat diijabahnya do’a seseorang oleh Allah sebagai
berikut; bersungguh dalam memanjatkan do’a; penuh keyakinan do’anya
diterima; berdo’a khusyuk, memohon yang masuk akal, dilakukan secara ikhlas,
menjauhkan diri dari segala hal yang dilarang oleh Allah.
6. Dzikrullah, yaitu ingat kepada Allah. Dalam Islam, manusia diperintahkan untuk
selalu ingat kepada Allah baik waktu lapang maupun waktu sempit, baik waktu
sendirian maupun waktu bersama-sama, baik waktu sehat maupun waktu sakit,
Dzikir yang disuruh dalam Islam tidak terbatas jumlahnya atau zikir yang
sebanyak-banyaknya. Menurut Ibn Atha’, dzikir itu dapat dibagi kepada tiga
bagian/bentuk, yaitu dzikir jail, mengingat Allah dalam bentuk ucapan lisan
yang mengandung arti pujian, syukur dan do’a kepada Allah.yang lebih
menampakkan suara jelas untuk menuntun gerak hati, misalnya dengan
membaca kalimat tahlil, tahmid, takbir dan tasybih. Kedua, dzikir Kafi, dzikir
yang dilakukan secara khusyuk,oleh ingatan hati, baik lisan maupun tidak.
Ketiga, dzikir haqiqi, yaitu tingkatan dzikir yang paling tinggi yang dilakukan
oleh seluruh jiwa dan raga, lahiriah dan batiniah, kapan dan dimana saja, dengan
memperketat upaya untuk memelihara seluruh jiwa raga dari larangan Allah dan
mengerjakan apa yang diperintahkan-Nya.
7. Bersyukur kepada Allah, yaitu menyadari bahwa segala nikmat yang ada
merupakan karunia Allah dan anugerah dari Allah semata. Sehingga, kalau
manusia mendapatkan nikmat, maka pergunakan sesuai dengan yang

8
diperintahkan Allah. Adapun syukur itu dapat dikategorikan ke dalam tiga
bentuk. Pertama, syukur dengan hati, yaitu manusia harus menyadari dengan
kesadaran mendalam bahwa seluruh nikmat datangnya dari Allah, seraya
memuji kebesaran Allah dengan hatinya. Kedua, syukur dengan lisan, yaitu
dengan cara beramal shaleh, sesuai dengan Firman-Nya, Q.S. An-Nahl: 53.

Sedangkan, berakhlak kepada Rasul-Nya pada intinya adalah sejauh mana manusia
mau mengikuti tuntunan beliau sebagaimana yang terdapat dalam Al-Qur’an dan
Sunnah. Semakin manusia mendekatkan dirinya kepada Allah dengan jalan mengikuti
perintah dan menjauhi larangan-Nya, berarti semakin kuat bukti manusia berakhlak
kepada Rasul-Nya. Begitu pula sebaliknya, semakin jauh manusia dari Al-Qur’an dan
As-Sunnah, berarti semakin tidak mengikuti tuntunan Nabi ‫ﷺ‬, yang berarti
semakin tidak berakhlak kepada Rasulullah ‫ﷺ‬.
Berikut akan dikemukakan secara lebih spesifik akhlak kepada Rasul yaitu :
1. Membenarkan apa yang disampaikan (dikabarkannya).
2. Mengikuti syari’atnya.
3. Mencintai Rasulullah ‫ﷺ‬, dan mengikuti jejak langkahnya. (Q.S Ali-
Imran: 31).
4. Memperbanyak shalawat kepada Rasulullah, (Q.S.Al-Ahzab: 56)
5. Mewarisi risalahnya, Q.S. Al-Fath : 28).10

Penerapan Akhlak pada Diri Sendiri dan Kehidupan Sosial


Akhlak kepada diri sendiri, yaitu bagaimana seseorang bersikap dan berbuat
yang terbaik untuk dirinya terlebih dahulu, karena dari sinilah seseorang akan
menentukan sikap dan perbuatannya yang terbaik untuk orang lain, sebagaimana sudah
dipesankan Nabi, bahwa mulailah sesuatu itu dari diri sendri (ibda’binafsih). Begitu
juga ayat dalam Al-Qur’an, yang telah memerintahkan untuk memperhatikan diri
terlebih dahulu baru orang lain, “Hai orang-orang yang beriman peliharalah dirimu dan
kluargamu dari api neraka”, (Q.S. Al-Tahrim: 6). Bentuk aktualisasi akhlak manusia
terhadap diri sendiri berdasarkan sumber ajaran Islam adalah menjaga harga diri,

9
menjaga makanan dan minuman dari hal-hal yang diharamkan dm merusak, menjaga
kehormatan seksual, mengembangkan sikap berani dalam kebenaran serta bijaksana.
Akhlak dalam keluarga, yaitu akhlak yang pada prinsipnya terbagi kepada
beberapa bentuk. Pertama, akhlak kepada orang tua. Kedua, akhlak kepada anak
sebagai keturunan dari orang tua yang merupakan bagian dari darah daging orang tua,
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu
bapaknya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah,
dan menyapihnya dalam dua tahun, bersyukurlah pada-Ku dan kepada dua orang ibu
bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. (QS. Luqman: 14)
Dari Abu Hurairoh ia berkata: "Rasulullah bersabda: "Seorang anak tidak dapat
membalas ayahnya, kecuali anak tersebut mendapati ayahnya menjadi budak kemudian
ia membelinya dan memerdekakannya". (HR. Muslim dan Abu Dawud). Makna hadits
tersebut adalah bahwa seorang anak tidak dapat membalas jasa ayahnya, kecuali jika
anak tersebut mendapati ayahnya sebagai budak yang dimiliki oleh orang lain kemudian
ia memerdekakannya, yakni membebaskan dari perbudakan dan perhambaan dari orang
lain (tuannya)sehingga ayahnya menjadi orang yang merdeka karena memerdekakan
budak itu adalah pemberian yang paling utama yang diberikan oleh seseorang kepada
yang lain.
Dari Abu Usaid Malik bin Rabi'ah As-Sa'idi berkata: "Ketika kami sedang
duduk dekat Rasulullah , tiba-tiba datang seorang laki-laki dari (suku) Bani Salamah
lalu berkata: "Wahai Rasulullah, apakah masih ada sesuatu yang aku dapat lakukan
untuk berbakti kepada kedua orangtuaku setelah keduanya wafat Beliau bersabda: "Ya,
yaitu mendoakan keduanya, memintakan ampum untuk keduanya, menunaikan janji,
menyambung persaudaraan yang tidak disambung kecuali karena keduanya, dan
memuliakan kawan keduanya". (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban di
dalam sahihnya)
Tentang cara berbakti kepada kedua orangtua yang masih hidup, secara ringkas
adalah sebagai berikut:
1. Mengajak masuk agama Islam jika belum Islam.

10
2. Mengajarkannya kepada pemahaman yang benar (Ahlus Sunnah)
3. Mentaati perintah mereka selama itu bukan maksiat.
4. Mendahulukan kepentingan mereka daripada kepentingan sendiri, bahkan
daripada ibadah yang sunnah.
5. Membantu mereka dengan harta, membelikan kebutuhan mereka, dll.
6. Berkata yang baik dan lemah lembut kepada mereka, tidak memanggil langsung
dengan namanya, tidak bersuara tinggi dan ketus, dll.
7. Mendoakan kebaikan untuk mereka, seperti mudah-mudahan mereka
mendapatkan hidayah (Islam / sunnah) dan lainnya.
8. Berbuat baik kepada mereka seperti: melayani kebutuhan mereka, datang jika
mereka memanggil dan lain-lain.
Adapun berbakti kepada orang tua setelah mereka wafat, adalah sebagaimana yang
tersebut pada hadits di atas yaitu:
1. Memohonkan ampun untuk mereka jika semasa hidupnya mereka sebagai orang
Islam.
2. Menunaikan janji mereka.
3. Memuliakan kawan-kawan mereka.
4. Menyambung persaudaraan kepada kerabat mereka.
Manusia meupakan makhluk sosial, oleh karena itu hampir tidak mungkin
manusia dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan bantuan dari orang lain. Akhlak
kepada orang lain, yaitu akhlak terhadap tetangga. Walaupun memang harus diakui
bahwa dimensi akhlak kepada orang lain, bukan saja tetangga tetapi juga manusia lain
yang tidak seagama, seperti akhlak pemerintah kepada rakyatnya dan akhlak rakyat
kepada pemimpinnya

Penerapan Akhlak Terhadap Lingkungan


Pada dasarnya, akhlak yang diajarkan Al-Qur’an terhadap lingkungan bersumber
dari fungsi manusia sebagai khalifah. Kekhalifahan menuntut adanya interaksi antara
manusia dengan sesamanya dan manusia terhadap alam lingkungan. Kekhalifahan

11
mengandung arti pengayom, pemeliharaan, dan pembimbingan agar setiap makhluk
mencapai tujuan penciptanya. Dalam pandangan akhlak islam, seseorang tidak
dibenarkan mengambil buah sebelum matang atau memetik bunga sebelum mekar.
Karena hal ini berati tidak memberi kesempatan kepada makhluk untuk mencapai tujuan
penciptaannya. Ini berarti manusia dituntut untuk mampu menghormati proses-proses
yang sedang berjalan, dan terhadap semua proses yang sedang terjadi, sehingga ia tidak
melakukan pengrusakan atau bahkan dengan kata lain, setiap perusakan terhadap
lingkungan harus dinilai sebagai perusakan pada diri manusia sendiri.
Akhlak yang baik terhadap lingkungan adalah ditunjukkan kepada penciptaan
suasana yang baik, serta pemeliharaan lingkungan agar tetap membawa kesegaran,
kenyamanan hidup, tanpa membuat kerusakan dan polusi sehingga pada akhirnya akan
berpengaruh terhadap manusia itu sendiri yang menciptanya. Agama islam adalah
agama sempurna yang mengatur seluruh dimensi hubungan manusia dengan alam
lingkungan. Islam mengajarkan dan menetapkan prinsip-prinsip atau konsep dasar
akhlak bagi manusia tentang bagaimana bersikap terhadap alam lingkungannya. Ini
merupakan wujud kesempunaan Islam dan salah satu bentuk nikmat dan kasih sayang
Allah Subhanahu wa Ta’ala yang tidak terbatas. Allah berfirman:“pada hari ini Aku
sempurnakan untukmu agamamu,aku limpahkan atas kamu nikmat-Ku,dan aku ridlai
Islam sebagai agamamu”(Q.S Al-Maidah:3). Prinsip Islam selalu menyeimbangkan
semua hal dalam kehidupan manusia.Islam tidak mengizinkan manusia untuk lebih atau
hanya memperhatikan satu sisi dengan menghabiskan sisi yang lain.Ini bisa terwujud
dalam prinsip atau nilai-nilai Islam karena ia terbebas dari kekangan hawa nafsu dan
diciptakan oleh sang pencipta manusia, Dzat yang membuat hidup mereka mulia,
mendapatkan rahmat, dan hidayah demi kebaikan mereka di dunia dan akhirat.
Sikap Islam dalam memperhatikan alam lingkungan bertujuan demi kebaikan
manusia baik di dunia maupun di akhirat, sesuai prinsip-prinsip umum berikut ini:
 Prinsip pertama,
Bahwa disisi Allah manusia adalah makhluk yang mulia.Allah telah menundukkan
semua yang ada dilangit dan dibumi untuk memeudahkan manusia. Allah‫ﷻ‬

12
berfirman: “Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak Adam,kami angkut
mereka didaratan dan dilautan,kami beri mereka rizqi dari yang baik-baik dan kami
lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah
kami ciptakan” (Q.S Al-Israa:70). Kemuliaan yang diberikan Allah ‫ ﷻ‬kepada
manusia adalah bentuk yang indah, kemampuan untuk berbicara, freewill, dan
kemampuan berjalan dimuka bumi, di udara, dan di lautan dengan berbagai bentuk
kendaraan. Disamping itu, mereka juga mendapatkan anugerah rizqi yang  berlimpah
berupa makanan yang lezat dan baik. Di tambah lagi keutamaan akal, pikiran, wahyu,
Rasul, dan lainnya, serta kemuliaan dan karomah jika taat kepada Allah ‫ﷻ‬.
 Prinsip kedua
Manusia dituntut untuk memakmurkan dan melestarikan bumi. Hal ini dapat
terimplementasi dalam beberapa hal sebagai berikut:
1. Belajar, mencari ilmu dan mengajar.
2. Menunaikan amar ma’ruf nahi munkar.
3. Berjihad dijalan Allah dengan tujuan agar ajaran Allah ‫ ﷻ‬tetap jaya.
4. Mematuhi konsep dan aturan Islam dalam kehidupan yang merupakan bentuk
ibadah kepada Allah, serta mengikuti prinsip musyawarah, keadilan, menolak
kerugian, serta mewujudkan kemaslahatan.
 Prinsip ketiga
Manusia dituntut untuk berfikir dan merenungkan apa yang ada dilangit dan apa
yang ada bumi. Hal ini bertujuan agar kehidupan mereka menjadi lebih baik dengan
memanfaatkan yang ada di sekelilingnya, serta lebih dapat mendekatkan diri kepada
Allah ‫ ﷻ‬sehingga memperoleh ridho-Nya. Akan tetapi, dalam menggunakan akal,
pikiran, dan dalam perenungannya, manusia tidak boleh melampaui apa yang telah
digariskan oleh Allah ‫ﷻ‬.
 Prinsip keempat
Manusia dituntut untuk menghiasi diri mereka dengan keutamaan-keutamaan,
meninggalkan hal-hal yang tercela dan berinteraksi dengan baik antar sesama manusia
dan lingkungannya.

13
 Prinsip kelima

Interaksi manusia dengan alam lingkungan bukanlah sebuah konflik ataupun


peperangan.Akan tetapi, interaksi manusia dengan alam lingkungan adalah ketundukan
alam untuk membantu manusia dengan tetap menjaga keseimbangan yang
menempatkan manusia dan alam lingkungn pada posisinya masing-masing.

 Prinsip keenam

Ajaran Islam telah memberikan kebebasan kepada umat manusia dalam


berakidah,beribadah,mengungkapkan pendapat, bekerja dan mencari bekal hidup, serta
kebebasan-kebebasan lain yang sangat mereka butuhkan dalam kehidupan.

Prinsip-prinsip dasar diatas jika dilaksanakan dapat mewujudkan kebaikan dan


kebahagiaan bagi manusia. Karena prinsip-prinsip dan nilai-nilai dasar akhlak dalam
Islam berasal dari Allah ‫ﷻ‬, sehingga tidak mengherankan jika prinsip-prinsip dan
nilai-nilai tersebut sesuai bagi kehidupan manusia, baik didunia maupun diakhirat.
Berkenaan pada tujuan hidup manusia di alam dunia yang  fana’ ini, adalah beribadah
kepada Allah ‫ ﷻ‬dan melaksanakan amanah-Nya sebagai khalifah dimuka bumi
yang bertugas membangun, mengelola, memanfaatkan, serta menjaga kelestarian alam
lingkungan sesuai dengan petunjuk-Nya. Manusia selalu dituntut untuk selalu berbuat
baik dan berusaha mendekati kesempurnaan, karena bagaimanapun manusia tidak akan
mampu mencapai derajat kesempurnaan. Akan tetapi, jika tetap hidup dan selalu
melakukan perbuatan baik maka harus menambah kebaikannya. Sedangkan, jika
perilakunya buruk maka kemungkinan dengan hidupnya yang lebih panjang ia bisa
meninggalkan keburukannya itu. Manusia terkadang lalai atau bahkan berbuat salah,
namun dosa atas kesalahannya dapat dihapus dengan cara bertaubat.
Akhlak Dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
1. Kewajiban Membela Negara

Kewajiban membela Negara merupakan kewajiban seluruh warga Negara yang


ada di negeri ini, dalam rangka menyelamatkan Negara dari berbagai ancaman,

14
tantangan maupun gangguan terhadap kedaulatan Negara. Dalam tuntunan Islam,
membela Negara itu hukumnya wajib. Sebagai contoh, pada zaman Rasulullah hampir
seluruh penduduk negeri Madinah aktif berjuang dimedan perang untuk membela
Negara dari rongrongan musuh yang dating dari luar yaitu dari serangan kaun kafir
Quraisy. Ketika itu Negara Madinah sedang menghadapi ancaman yang besar dari dari
tentara Quraisy, maka saat itu Rasulullah mengobarkan semangat berperang untuk
membela Negara Madinah. Dalam hal ini, Allah memberikan perintah agar kaum
muslimin berjuang keras untuk memerangi kaum musyrikin, karena kaum musyrikin itu
berbuat dzalim (aniaya) terhadap umat islam. Perintah untuk menggerakkan tentara
tentara Islam ini di jelaskan dalam al-Qur’an surat Al-Anfal ayat 65

“Hai Nabi, Kobarkanlah semangat para mukmin untuk berperang. jika ada dua
puluh orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus
orang musuh. dan jika ada seratus orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan
dapat mengalahkan seribu dari pada orang kafir, disebabkan orang-orang kafir itu kaum
yang tidak mengerti”

Maka dalam hal ini membala Negara adalah mutlak wajib bagi seorang muslim
dan sebagai warga Negara, sebagaimana ungkapan yang menyatakan “Cinta Negara
sebagian dari Iman”. Membela Negara itu bukan hanya ketika Negara terancam oleh
pihak luar (penjajah) tetapi juga ketika nagara ini terancam dari dalam, misalnya
pemberontakan, penghianatan, dan penyelewengan. Kita harus membela Negara kita
dari hal-hal tersebut, supaya Negara ini tidak hancur oleh tangan-tangan yang tidak
bertanggung jawab dan yang selalu berbuat kejahatan-kejahatan. Untuk mengatasi
segala kemungkinan kehancuran Negara ini dari kejahatan-kejahatan, Rasulullah
memberikan dasar-dasar pembelaan Negara sebagaimana terdapat dalam Hadits yang
diriwayatkan oleh Muslim,

“barang siapa melihat kemungkaran (kejahatan) maka rubahlah dengan tangannya


(dicegah dengan kekuatannya), apabila tidak mampu maka rubahlah dengan mulutnya
(dicegah dengan nasehat, melaporkan dsb), apabila tidak mampu maka cegahlah dengan

15
hatinya (membenci perbuatan tersebut) yang demikian itu adalah selemah-lemah
iman,”(HR. Muslim).

2. Tujuan Bela Negara

Sebagaimana telah diungkapkan pada pembahasan yang telah ada, bahwa


pembelaan Negara itu dapat dilaksanakn dalam hal mempertahankan Negara terhadap
ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan baik dalam maupun dari luar negar kita.
Didalam GBHN disebutkan bahwa bela negara merupakan sikap dan tindakan yang
teratur menyeluruh terpadu dan dilandasi cinta tanah air, kesadaran berbangsa, rela
berkorban guna meniadakan setiap ancaman baik dari dalam maupun dari ;uar negeri
yang membahyakan kedaulatan Negara.

Adapun fungsi dari warga negara bela negara adalah agar mampu melaksanakan
ketertiban umum, perlindungan rakyat, keamanan rakyat, dan perlawanan rakyat dalam
rangka Pertahanan dan Keamanan Negara (HANKAMNEG). Maka tujuan negara itu
untuk:

a. Melaksanakan Fungsi Ketertiban Umum

Melaksanakn ketertiban umum berarti menjaga berbagi kemungkinan yang


menyebabkan terjadinya kekacauan masyarakat. Perbuatan-perbuatan yang dapat
meresahkan masyarakat luas umpamanya: mabuk-mabukan, perkelahian, tawuran,
keonaran, pengacauan, fitnah, huru-hara, pemberontakan dan sebagainya. Dalam hal ini
kita sebagai warna Negara mempunyai kewajiban mencegah perbuatan-perbuatan yang
melanggar ketertiban umum tersebut, dengan melakukan tindakan yang sesuai dengan
aturan yang dibenarkan dalam hokum, sebagai tanggung jawab kita terhadap Negara

b. Melaksanakn Fungsi Perlindungan Rakyat

Melaksanakn fungsi perlindungan rakyat berarti melakukan sikap atau tindakan


untuk mencegah terjadinya perbuatan yang merugikan rakyat dari tindak sewenang-
wenangan seperti: pemerasan, penipuan, ketidakadilan, penganiayaandan sebagainya.

16
c. Melaksanakan Fungsi Keamanan Rakyat

Melaksanakan fungsi keamanan rakyat berarti melakukan tidakan untuk


mengamankan rakyat dari berbagai tindak kekerasan yang merugikan kepentingan
rakyat seperti: perampokan, pencurian, pembunuhan dan sebagainya, diantaranya
dengan cara siskamling, membentuk satuan keamanan rakyat (HANDRA, HANSIP)
dsb.

d. Melaksanakan fungsi perlawanan rakyat.

Yaitu melakukan untuk membela negara dengan mengerahkan tenaga atau fisik,
berupa mempertahankan negara oleh rakyat secara keseluruhan untuk menghadapi
ancaman negara baik dari dalam maupun dari luar. Ancaman dari dalam seperti
melakukan pemberontakan, PKI, yang hendak mengulingkan pemerintahan yang sah
dan mengganti ideologi negara. Adapaun ancaman dari luar seperti gangguan terhadap
negeri kita oleh bangsa lain, penyusupan kebudayaan asing yang merusak bangsa kita,
penjualan obat-obat terlarang dari luar negeri, penjajahan bangsa asing yang harus
dihadapi oleh seluruh rakyat kita.

Dalam hal ini perlu digalang kekompakan dan kesatuan serta persatuan rakyat
demi persatuan bangsa dan negara kita. Pentingnya persatuan dan kesatuan, sebagai
wujud dari kekuatan bangsa. Diperintahkanallah sebagaimana firmannya dalam
(QS.Ali-Imron:103)

”Berpegang teguhlah kamu sekalian dengan agama Allah,janganlah kamu bercerai-


berai,ingatlah akan nikmat Allah atas kamu sekalian,ketika(dulu) bermusuh-
musuhan,maka Allah lunakkan hatimu,Allah menjadikan kamu karena nikmat
Allah,orang-orang yang bersaudara ketika itu kamu telah berada ditepi jurang
neraka,lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya,demikian Allah menerangkan
ayat-ayatnya,kepadamu,agar kamu mendapat petunjuk.”(Q.S. Ali imron:103)

17
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan
Akhlak yang baik adalah tanda kebahagiaan seseorang di dunia dan di akhirat.
Tidaklah kebaikan-kebaikan datang atau didapatkan di dunia dan di akhirat kecuali
dengan berakhlak dengan akhlak yang baik. Dan tidaklah keburukan-keburukan ditolak
kecuali dengan cara berakhlak dengan akhlak yang baik.
Aktualisasi akhlak ( hak dan kewajiban ) seorang hamba kepada Tuhannya
terlihat dari pengetahuan, sikap, prilaku dan gaya hidup yang dipenuhi dengan
kesadaran tauhid kepada Allah ‫ﷻ‬. Sedangkan, berakhlak kepada Rasul-Nya pada
intinya adalah sejauh mana manusia mau mengikuti tuntunan beliau sebagaimana yang
terdapat dalam Al-Qur’an dan Sunnah
Manusia diciptakan sebagai khalifah di bumi. Semua yang ada di bumi termasuk
alam semesta diciptakan untuk manusia. Seharusnya kita menyadari bahwa Allah
manciptakan flora & fauna untuk kemanfaatan manusia, seperti halnya, dengan
mengambil manfaat dari buah-buahan. Karena itu kita harus menjaga dan
melestarikannya. Jangan sampai kita membuat kerusakan terhadap flora & fauna.

Oleh karena itu marilah kita berakhlak baik kepada lingkungan yaitu dengan
menjaga, merawat dan melestarikannya sehingga akan terwujud kehidupan yang aman
damai sejahtera dan hal itu tentunya menjadi tujuan adanya etika di dalam masyarakat
baik berbangsa maupun bernegara.

Akhlak Terhadap Bangsa Dan Negara


a. Kewajiban Membela Negara : kewajiban membela Negara merupakan kewajiban
seluruh warga Negara dalam rangka menyelamatkan Negara dari berbagai ancaman,
tantangan maupun gangguan terhadap kadaulatan Negara

b. Tujuan Membela Negara

18
1) Melaksanakan fungsi ketertiban umum
2) Melaksanakan fungsi perlindungan rakyat
3) Melaksanakan fungsi keamanan rakyat
4) Melaksanakan fungsi perlawanan rakyat

Saran

Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca.
Apabila ada kritik atau saran yang ingin disampaikan silahkan disampaikan kepada
kami. Jika ada kesalahan dalam makalah ini kami mohon maaf.

19
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Yatimin. 2007. Studi Akhlak dalam Perspektif Al Qur’an. Jakarta: Amzah.
Al-Hufi, Ahmad Muhammad. Akhlak Nabi Muhammad SAW. Keluhuran dan
Kemuliaan. Terj. oleh Masdar Helmy, Bandung: Gema Risalah Press, 1995.
Anwar, Rosihon. Aqidah Akhlak, Cet.II, Bandung: Pustaka Setia, 2014.
Assegaf, Abdurrahman. Studi Islam Konteks tual. Eloborasi Paradigma Baru Muslim,
Kaffah. Yokyakarta: Gema Media, 2005.
Departemen Agama RI. Alqur’an dan Terjemahnya, Jakarta: Yayasan Penyelenggara
Penerjemah Al-Qur’an, 1971.
Fauzan, Abdullah. Kitab Tauhid, Cet. III. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia,
2001.
Ilyas, Yunahar. Kuliah Akhlak. Cet. IV. Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan
Pengamalan Islam, 2001.
Kastuba, Muchtamil dkk. 1996. Buku Pelajaran Aqidah Akhlak Madrasah
Tsanawiyah. Jakarta: Erlangga
Muhammad Al-Ghazali.1995. Akhlak seorang muslim. Bandung: Al-ma’arif 
Mustopa, Akhlak Tasawuf. Cet, V, Bandung: Pustaka Setia, 2010.
Ritonga, A. Rahman, Akhlak, Merakit Hubungan Manusia dengan Sesama Manusia,
Surabaya: Amelia, 2005.
Saebani, Beni Ahmad. Ilmu Akhlak, .Pen. CV.Pustaka Setia. Bandung, 2010
Yazid, bin Abdul Qadir Jawas, Prinsip Dasar Islam (Bogor : Pustaka At-Taqwa,
2017), hlm. 263-265 dan 268-271.
Yazid, bin Abdul Qadir Jawas. Syarah Aqidah Islam Ahlussunnah wal Jama’ah,
Bogor: Pustaka Imam Syafi’I, 2013.
____, Prinsip-Prinsip Aqidah As-Sunnah Waljamaah Jakarta: Pustaka Islahul Ummah,
2001.

20

Anda mungkin juga menyukai