Disusun Oleh :
Penulis
2
DAFTAR ISI
JUDUL 1
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN 4
Latar Belakang 4
Rumusan Masalah 5
Tujuan 5
BAB II PEMBAHASAN 6
Simpulan 18
Saran 19
DAFTAR PUSTAKA 20
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara historis dan teologis, akhlak dapat memadu perjalan hidup manusia agar
selamat di dunia dan akhirat. Tidakkah berlebihan bila misi utama kerasulan
Muhammad ﷺ adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia.
Rasulullah ﷺmengajak manusia untuk beribadah hanya kepada Allah
ﷻsaja dan memperbaiki akhlak manusia. Nabi ﷺbersabda :
ق َ ت أِل ُتَ ِّم َم
ِ صالِ َح اأْل َ ْخاَل ُ إِنَّ َما بُ ِع ْث
“Sesungguhnya aku (Rasulullah )ﷺdiutus untuk menyempurnakan akhlaq
yang baik.”
Shahih : HR. Al Bukhari dalam al-Adabul Mufrad (no. 273 (Shahih al Adabul Mufrad no. 207)),
Ahmad (II/381) dan al Hakim (II/613) dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu. Dishahihkan oleh
Syikh al-Albani (Silsilah al-Ahaadits ash-Shahihah no. 45)
Kepada umat manusia, khususnya yang beriman kepada Allah diminta agar akhlak
dan keluhuran budi Nabi Muhamad ﷺ. itu dijadikan contoh dalam
kehidupan di berbagai bidang. Mereka yang mematuhi permintaan ini dijamin
keselamatan hidupnya di dunia dan akhirat.
Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia menempati tempat yang penting, baik
sebagai indivisu maupun sebagai anggota masyarakat dan bangsa. Sebab akhlak sangat
berpengaruh pada kehidupan sosial umat manusia.
Ajaran Islam yang bersifat universal harus bisa diaktualisasikan dalam kehidupan
individu, masyarakat, berbangsa dan bernegara secara maksimal. Aktualisasi tersebut
tentu terkait dengan pelaksanaan hak dan kewajibannya seseorang kepada Tuhan,
Rasul-Nya, manusia dan lingkungannya. Khusus aktualisasi akhlak ( hak dan
kewajiban ) seorang hamba kepada Tuhannya terlihat dari pengetahuan, sikap, prilaku
dan gaya hidup yang dipenuhi dengan kesadaran tauhid kepada Allah ﷻ, Hal itu
bisa dibuktikan dengan berbagai perbuatan amal shalih, ketaqwaan, ketaatan dan ibadah
kepada Allah ﷻsecara ikhlas. Untuk itulah dalam menata kehidupan, diperlukan
4
norma dan nilai, diperlukan standard an ukuran untuk menentukan secara obyektif
apakah perbuatan dan tindakan yang dipilih itu baik atau tidak, benar atau salah,
sehingga yang dilihat bukan hanya kepentingan diri sendiri, melainkan juga kepentingan
orang lain, kepentingan bersama, kepentingan umat anusia secara keseluruhan. Dan
untuk itulah setiap individu dituntut memiliki komitmen moral, yaitu spiritual pada
norma kebajikan dan kebaikan.
B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang
akan diambil.
1. Bagaimana penerapan akhlak terhadap Allah ﷻ dan Rasulullah
?ﷺ
2. Bagaimana penerapan akhlak pada diri pribadi dan kehidupan sosial?
3. Bagaimana penerapan akhlak terhadap lingkungan?
4. Bagaimana penerapan akhlak dalam kehidupan berbangsa dan bernegara?
C. Tujuan
Tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah supaya kita dapat mengetahui bagaimana
penerapan akhlakul karimah dan dapat menerapkannya dalam kehidupan.
5
BAB 2
ISI
6
kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkannya daripadanya, sebagaimana ia benci
untuk dilemparkan ke Neraka.” (Muttafakun Alaih).
Mencintai Rasulullah ﷺadalah wajib dan termasuk bagian dari
iman. Semua orang Islam mengimani bahwa Rasulullah adalah hamba Allah dan
utusan-Nya. Makna mengimani ajaran Rasulullah ﷺadalah menjalankan
ajarannya, menaati perintahnya dan berhukum dengannya. Ahlus sunnah mencintai
Rasulullah ﷺdan mengagungkannya sebagaimana para sahabat beliau
mencintai beliau lebih dari kecintaan mereka kepada diri mereka sendiri dan keluarga
mereka, sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ, yang artinya, ”Tidak beriman
salah seorang diantara kamu, sehingga aku lebih dicintai olehnya daripada dirinya
sendiri, orang tuanya, anaknya dan manusia semuanya, (HR. Bukhari dan Muslim).
Menurut Abuddin Nata, minimal ada empat alasan kenapa manusia harus
berakhlak kepada Allah. Pertama, karena Allah yang telah menciptakan manusia (QS.
At-Thariq ayat 4-7). Kedua, Karena Allah yang telah memberikan perlengkapan
pancaindra, berupa pendengaran, penglihatan, akal pikiran dan hati sanubari, di samping
anggota badan yang kokoh dan sempurna kepada manusia. Karena Allah yang telah
menyediakan berbagai bahan dan sarana yang diperlukan bagi kelangsungan hidup
manusia, seperti bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, air, udara,
binatang ternak dan sebagainya (Q.S. Al- Jatsiyah: 12-13) yang artinya “Karena Allah
yang telah memuliakan manusia dengan diberikannya akan kemampuan menguasai
daratan dan lautan,” dan Q.S. Al-Isra’: 70 yang artinya “dan Sesungguhnya telah Kami
muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan[862], Kami
beri mereka rezki dari yang baik baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan
yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan”.
Dari kesadaran terhadap hal tersebut lahirlah tingkah laku dan sikap dari
manusia kepada Allah ﷻ, akan di kemukakan beberapa akhlak kepada Allah
ﷻ, secara lebih rinci yaitu:
1. Mensucikan Allah dan memuji-Nya, (Q.S. Al-Isra’: 44).
2. Bertawakkal, berserah diri, kepada Allah. Dalam Al-Qur’an perintah tawakkal
kepada Allah terulang dalam bentuk tunggal sebanyak sembilan kali dan bentuk
7
jamak sebanyak dua kali. Semua didahului oleh perintah untuk melakukan
sesuatu. Dalam konteks tawakkal kepada Allah, manusia harus mempercayakan
diri kepada-Nya dalam melaksanakan sesuatu pekerjan yang telah direncanakan
secara matang dan mantap. (Q.S Al-Anfal ayat 61).
3. Berbaik sangka kepada Allah, bahwa yang datang dari Allah kepada
makhluknya hanya kebaikan, (Q.S. An-Nisa’: 79).
4. Beribadah hanya kepada Allah, (Q.S. Al-An’am: 162).
5. Berdo’a khusus kepada Allah, Berdo’a artinya meminta sesuatu kepada Sang
Pencipta, agar apa yang diupayakan atau sesuatu yang diinginkan tercapai.
Adapun diantara syarat-syarat diijabahnya do’a seseorang oleh Allah sebagai
berikut; bersungguh dalam memanjatkan do’a; penuh keyakinan do’anya
diterima; berdo’a khusyuk, memohon yang masuk akal, dilakukan secara ikhlas,
menjauhkan diri dari segala hal yang dilarang oleh Allah.
6. Dzikrullah, yaitu ingat kepada Allah. Dalam Islam, manusia diperintahkan untuk
selalu ingat kepada Allah baik waktu lapang maupun waktu sempit, baik waktu
sendirian maupun waktu bersama-sama, baik waktu sehat maupun waktu sakit,
Dzikir yang disuruh dalam Islam tidak terbatas jumlahnya atau zikir yang
sebanyak-banyaknya. Menurut Ibn Atha’, dzikir itu dapat dibagi kepada tiga
bagian/bentuk, yaitu dzikir jail, mengingat Allah dalam bentuk ucapan lisan
yang mengandung arti pujian, syukur dan do’a kepada Allah.yang lebih
menampakkan suara jelas untuk menuntun gerak hati, misalnya dengan
membaca kalimat tahlil, tahmid, takbir dan tasybih. Kedua, dzikir Kafi, dzikir
yang dilakukan secara khusyuk,oleh ingatan hati, baik lisan maupun tidak.
Ketiga, dzikir haqiqi, yaitu tingkatan dzikir yang paling tinggi yang dilakukan
oleh seluruh jiwa dan raga, lahiriah dan batiniah, kapan dan dimana saja, dengan
memperketat upaya untuk memelihara seluruh jiwa raga dari larangan Allah dan
mengerjakan apa yang diperintahkan-Nya.
7. Bersyukur kepada Allah, yaitu menyadari bahwa segala nikmat yang ada
merupakan karunia Allah dan anugerah dari Allah semata. Sehingga, kalau
manusia mendapatkan nikmat, maka pergunakan sesuai dengan yang
8
diperintahkan Allah. Adapun syukur itu dapat dikategorikan ke dalam tiga
bentuk. Pertama, syukur dengan hati, yaitu manusia harus menyadari dengan
kesadaran mendalam bahwa seluruh nikmat datangnya dari Allah, seraya
memuji kebesaran Allah dengan hatinya. Kedua, syukur dengan lisan, yaitu
dengan cara beramal shaleh, sesuai dengan Firman-Nya, Q.S. An-Nahl: 53.
Sedangkan, berakhlak kepada Rasul-Nya pada intinya adalah sejauh mana manusia
mau mengikuti tuntunan beliau sebagaimana yang terdapat dalam Al-Qur’an dan
Sunnah. Semakin manusia mendekatkan dirinya kepada Allah dengan jalan mengikuti
perintah dan menjauhi larangan-Nya, berarti semakin kuat bukti manusia berakhlak
kepada Rasul-Nya. Begitu pula sebaliknya, semakin jauh manusia dari Al-Qur’an dan
As-Sunnah, berarti semakin tidak mengikuti tuntunan Nabi ﷺ, yang berarti
semakin tidak berakhlak kepada Rasulullah ﷺ.
Berikut akan dikemukakan secara lebih spesifik akhlak kepada Rasul yaitu :
1. Membenarkan apa yang disampaikan (dikabarkannya).
2. Mengikuti syari’atnya.
3. Mencintai Rasulullah ﷺ, dan mengikuti jejak langkahnya. (Q.S Ali-
Imran: 31).
4. Memperbanyak shalawat kepada Rasulullah, (Q.S.Al-Ahzab: 56)
5. Mewarisi risalahnya, Q.S. Al-Fath : 28).10
9
menjaga makanan dan minuman dari hal-hal yang diharamkan dm merusak, menjaga
kehormatan seksual, mengembangkan sikap berani dalam kebenaran serta bijaksana.
Akhlak dalam keluarga, yaitu akhlak yang pada prinsipnya terbagi kepada
beberapa bentuk. Pertama, akhlak kepada orang tua. Kedua, akhlak kepada anak
sebagai keturunan dari orang tua yang merupakan bagian dari darah daging orang tua,
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu
bapaknya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah,
dan menyapihnya dalam dua tahun, bersyukurlah pada-Ku dan kepada dua orang ibu
bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. (QS. Luqman: 14)
Dari Abu Hurairoh ia berkata: "Rasulullah bersabda: "Seorang anak tidak dapat
membalas ayahnya, kecuali anak tersebut mendapati ayahnya menjadi budak kemudian
ia membelinya dan memerdekakannya". (HR. Muslim dan Abu Dawud). Makna hadits
tersebut adalah bahwa seorang anak tidak dapat membalas jasa ayahnya, kecuali jika
anak tersebut mendapati ayahnya sebagai budak yang dimiliki oleh orang lain kemudian
ia memerdekakannya, yakni membebaskan dari perbudakan dan perhambaan dari orang
lain (tuannya)sehingga ayahnya menjadi orang yang merdeka karena memerdekakan
budak itu adalah pemberian yang paling utama yang diberikan oleh seseorang kepada
yang lain.
Dari Abu Usaid Malik bin Rabi'ah As-Sa'idi berkata: "Ketika kami sedang
duduk dekat Rasulullah , tiba-tiba datang seorang laki-laki dari (suku) Bani Salamah
lalu berkata: "Wahai Rasulullah, apakah masih ada sesuatu yang aku dapat lakukan
untuk berbakti kepada kedua orangtuaku setelah keduanya wafat Beliau bersabda: "Ya,
yaitu mendoakan keduanya, memintakan ampum untuk keduanya, menunaikan janji,
menyambung persaudaraan yang tidak disambung kecuali karena keduanya, dan
memuliakan kawan keduanya". (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban di
dalam sahihnya)
Tentang cara berbakti kepada kedua orangtua yang masih hidup, secara ringkas
adalah sebagai berikut:
1. Mengajak masuk agama Islam jika belum Islam.
10
2. Mengajarkannya kepada pemahaman yang benar (Ahlus Sunnah)
3. Mentaati perintah mereka selama itu bukan maksiat.
4. Mendahulukan kepentingan mereka daripada kepentingan sendiri, bahkan
daripada ibadah yang sunnah.
5. Membantu mereka dengan harta, membelikan kebutuhan mereka, dll.
6. Berkata yang baik dan lemah lembut kepada mereka, tidak memanggil langsung
dengan namanya, tidak bersuara tinggi dan ketus, dll.
7. Mendoakan kebaikan untuk mereka, seperti mudah-mudahan mereka
mendapatkan hidayah (Islam / sunnah) dan lainnya.
8. Berbuat baik kepada mereka seperti: melayani kebutuhan mereka, datang jika
mereka memanggil dan lain-lain.
Adapun berbakti kepada orang tua setelah mereka wafat, adalah sebagaimana yang
tersebut pada hadits di atas yaitu:
1. Memohonkan ampun untuk mereka jika semasa hidupnya mereka sebagai orang
Islam.
2. Menunaikan janji mereka.
3. Memuliakan kawan-kawan mereka.
4. Menyambung persaudaraan kepada kerabat mereka.
Manusia meupakan makhluk sosial, oleh karena itu hampir tidak mungkin
manusia dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan bantuan dari orang lain. Akhlak
kepada orang lain, yaitu akhlak terhadap tetangga. Walaupun memang harus diakui
bahwa dimensi akhlak kepada orang lain, bukan saja tetangga tetapi juga manusia lain
yang tidak seagama, seperti akhlak pemerintah kepada rakyatnya dan akhlak rakyat
kepada pemimpinnya
11
mengandung arti pengayom, pemeliharaan, dan pembimbingan agar setiap makhluk
mencapai tujuan penciptanya. Dalam pandangan akhlak islam, seseorang tidak
dibenarkan mengambil buah sebelum matang atau memetik bunga sebelum mekar.
Karena hal ini berati tidak memberi kesempatan kepada makhluk untuk mencapai tujuan
penciptaannya. Ini berarti manusia dituntut untuk mampu menghormati proses-proses
yang sedang berjalan, dan terhadap semua proses yang sedang terjadi, sehingga ia tidak
melakukan pengrusakan atau bahkan dengan kata lain, setiap perusakan terhadap
lingkungan harus dinilai sebagai perusakan pada diri manusia sendiri.
Akhlak yang baik terhadap lingkungan adalah ditunjukkan kepada penciptaan
suasana yang baik, serta pemeliharaan lingkungan agar tetap membawa kesegaran,
kenyamanan hidup, tanpa membuat kerusakan dan polusi sehingga pada akhirnya akan
berpengaruh terhadap manusia itu sendiri yang menciptanya. Agama islam adalah
agama sempurna yang mengatur seluruh dimensi hubungan manusia dengan alam
lingkungan. Islam mengajarkan dan menetapkan prinsip-prinsip atau konsep dasar
akhlak bagi manusia tentang bagaimana bersikap terhadap alam lingkungannya. Ini
merupakan wujud kesempunaan Islam dan salah satu bentuk nikmat dan kasih sayang
Allah Subhanahu wa Ta’ala yang tidak terbatas. Allah berfirman:“pada hari ini Aku
sempurnakan untukmu agamamu,aku limpahkan atas kamu nikmat-Ku,dan aku ridlai
Islam sebagai agamamu”(Q.S Al-Maidah:3). Prinsip Islam selalu menyeimbangkan
semua hal dalam kehidupan manusia.Islam tidak mengizinkan manusia untuk lebih atau
hanya memperhatikan satu sisi dengan menghabiskan sisi yang lain.Ini bisa terwujud
dalam prinsip atau nilai-nilai Islam karena ia terbebas dari kekangan hawa nafsu dan
diciptakan oleh sang pencipta manusia, Dzat yang membuat hidup mereka mulia,
mendapatkan rahmat, dan hidayah demi kebaikan mereka di dunia dan akhirat.
Sikap Islam dalam memperhatikan alam lingkungan bertujuan demi kebaikan
manusia baik di dunia maupun di akhirat, sesuai prinsip-prinsip umum berikut ini:
Prinsip pertama,
Bahwa disisi Allah manusia adalah makhluk yang mulia.Allah telah menundukkan
semua yang ada dilangit dan dibumi untuk memeudahkan manusia. Allahﷻ
12
berfirman: “Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak Adam,kami angkut
mereka didaratan dan dilautan,kami beri mereka rizqi dari yang baik-baik dan kami
lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah
kami ciptakan” (Q.S Al-Israa:70). Kemuliaan yang diberikan Allah ﷻkepada
manusia adalah bentuk yang indah, kemampuan untuk berbicara, freewill, dan
kemampuan berjalan dimuka bumi, di udara, dan di lautan dengan berbagai bentuk
kendaraan. Disamping itu, mereka juga mendapatkan anugerah rizqi yang berlimpah
berupa makanan yang lezat dan baik. Di tambah lagi keutamaan akal, pikiran, wahyu,
Rasul, dan lainnya, serta kemuliaan dan karomah jika taat kepada Allah ﷻ.
Prinsip kedua
Manusia dituntut untuk memakmurkan dan melestarikan bumi. Hal ini dapat
terimplementasi dalam beberapa hal sebagai berikut:
1. Belajar, mencari ilmu dan mengajar.
2. Menunaikan amar ma’ruf nahi munkar.
3. Berjihad dijalan Allah dengan tujuan agar ajaran Allah ﷻtetap jaya.
4. Mematuhi konsep dan aturan Islam dalam kehidupan yang merupakan bentuk
ibadah kepada Allah, serta mengikuti prinsip musyawarah, keadilan, menolak
kerugian, serta mewujudkan kemaslahatan.
Prinsip ketiga
Manusia dituntut untuk berfikir dan merenungkan apa yang ada dilangit dan apa
yang ada bumi. Hal ini bertujuan agar kehidupan mereka menjadi lebih baik dengan
memanfaatkan yang ada di sekelilingnya, serta lebih dapat mendekatkan diri kepada
Allah ﷻsehingga memperoleh ridho-Nya. Akan tetapi, dalam menggunakan akal,
pikiran, dan dalam perenungannya, manusia tidak boleh melampaui apa yang telah
digariskan oleh Allah ﷻ.
Prinsip keempat
Manusia dituntut untuk menghiasi diri mereka dengan keutamaan-keutamaan,
meninggalkan hal-hal yang tercela dan berinteraksi dengan baik antar sesama manusia
dan lingkungannya.
13
Prinsip kelima
Prinsip keenam
14
tantangan maupun gangguan terhadap kedaulatan Negara. Dalam tuntunan Islam,
membela Negara itu hukumnya wajib. Sebagai contoh, pada zaman Rasulullah hampir
seluruh penduduk negeri Madinah aktif berjuang dimedan perang untuk membela
Negara dari rongrongan musuh yang dating dari luar yaitu dari serangan kaun kafir
Quraisy. Ketika itu Negara Madinah sedang menghadapi ancaman yang besar dari dari
tentara Quraisy, maka saat itu Rasulullah mengobarkan semangat berperang untuk
membela Negara Madinah. Dalam hal ini, Allah memberikan perintah agar kaum
muslimin berjuang keras untuk memerangi kaum musyrikin, karena kaum musyrikin itu
berbuat dzalim (aniaya) terhadap umat islam. Perintah untuk menggerakkan tentara
tentara Islam ini di jelaskan dalam al-Qur’an surat Al-Anfal ayat 65
“Hai Nabi, Kobarkanlah semangat para mukmin untuk berperang. jika ada dua
puluh orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus
orang musuh. dan jika ada seratus orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan
dapat mengalahkan seribu dari pada orang kafir, disebabkan orang-orang kafir itu kaum
yang tidak mengerti”
Maka dalam hal ini membala Negara adalah mutlak wajib bagi seorang muslim
dan sebagai warga Negara, sebagaimana ungkapan yang menyatakan “Cinta Negara
sebagian dari Iman”. Membela Negara itu bukan hanya ketika Negara terancam oleh
pihak luar (penjajah) tetapi juga ketika nagara ini terancam dari dalam, misalnya
pemberontakan, penghianatan, dan penyelewengan. Kita harus membela Negara kita
dari hal-hal tersebut, supaya Negara ini tidak hancur oleh tangan-tangan yang tidak
bertanggung jawab dan yang selalu berbuat kejahatan-kejahatan. Untuk mengatasi
segala kemungkinan kehancuran Negara ini dari kejahatan-kejahatan, Rasulullah
memberikan dasar-dasar pembelaan Negara sebagaimana terdapat dalam Hadits yang
diriwayatkan oleh Muslim,
15
hatinya (membenci perbuatan tersebut) yang demikian itu adalah selemah-lemah
iman,”(HR. Muslim).
Adapun fungsi dari warga negara bela negara adalah agar mampu melaksanakan
ketertiban umum, perlindungan rakyat, keamanan rakyat, dan perlawanan rakyat dalam
rangka Pertahanan dan Keamanan Negara (HANKAMNEG). Maka tujuan negara itu
untuk:
16
c. Melaksanakan Fungsi Keamanan Rakyat
Yaitu melakukan untuk membela negara dengan mengerahkan tenaga atau fisik,
berupa mempertahankan negara oleh rakyat secara keseluruhan untuk menghadapi
ancaman negara baik dari dalam maupun dari luar. Ancaman dari dalam seperti
melakukan pemberontakan, PKI, yang hendak mengulingkan pemerintahan yang sah
dan mengganti ideologi negara. Adapaun ancaman dari luar seperti gangguan terhadap
negeri kita oleh bangsa lain, penyusupan kebudayaan asing yang merusak bangsa kita,
penjualan obat-obat terlarang dari luar negeri, penjajahan bangsa asing yang harus
dihadapi oleh seluruh rakyat kita.
Dalam hal ini perlu digalang kekompakan dan kesatuan serta persatuan rakyat
demi persatuan bangsa dan negara kita. Pentingnya persatuan dan kesatuan, sebagai
wujud dari kekuatan bangsa. Diperintahkanallah sebagaimana firmannya dalam
(QS.Ali-Imron:103)
17
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Akhlak yang baik adalah tanda kebahagiaan seseorang di dunia dan di akhirat.
Tidaklah kebaikan-kebaikan datang atau didapatkan di dunia dan di akhirat kecuali
dengan berakhlak dengan akhlak yang baik. Dan tidaklah keburukan-keburukan ditolak
kecuali dengan cara berakhlak dengan akhlak yang baik.
Aktualisasi akhlak ( hak dan kewajiban ) seorang hamba kepada Tuhannya
terlihat dari pengetahuan, sikap, prilaku dan gaya hidup yang dipenuhi dengan
kesadaran tauhid kepada Allah ﷻ. Sedangkan, berakhlak kepada Rasul-Nya pada
intinya adalah sejauh mana manusia mau mengikuti tuntunan beliau sebagaimana yang
terdapat dalam Al-Qur’an dan Sunnah
Manusia diciptakan sebagai khalifah di bumi. Semua yang ada di bumi termasuk
alam semesta diciptakan untuk manusia. Seharusnya kita menyadari bahwa Allah
manciptakan flora & fauna untuk kemanfaatan manusia, seperti halnya, dengan
mengambil manfaat dari buah-buahan. Karena itu kita harus menjaga dan
melestarikannya. Jangan sampai kita membuat kerusakan terhadap flora & fauna.
Oleh karena itu marilah kita berakhlak baik kepada lingkungan yaitu dengan
menjaga, merawat dan melestarikannya sehingga akan terwujud kehidupan yang aman
damai sejahtera dan hal itu tentunya menjadi tujuan adanya etika di dalam masyarakat
baik berbangsa maupun bernegara.
18
1) Melaksanakan fungsi ketertiban umum
2) Melaksanakan fungsi perlindungan rakyat
3) Melaksanakan fungsi keamanan rakyat
4) Melaksanakan fungsi perlawanan rakyat
Saran
Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca.
Apabila ada kritik atau saran yang ingin disampaikan silahkan disampaikan kepada
kami. Jika ada kesalahan dalam makalah ini kami mohon maaf.
19
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Yatimin. 2007. Studi Akhlak dalam Perspektif Al Qur’an. Jakarta: Amzah.
Al-Hufi, Ahmad Muhammad. Akhlak Nabi Muhammad SAW. Keluhuran dan
Kemuliaan. Terj. oleh Masdar Helmy, Bandung: Gema Risalah Press, 1995.
Anwar, Rosihon. Aqidah Akhlak, Cet.II, Bandung: Pustaka Setia, 2014.
Assegaf, Abdurrahman. Studi Islam Konteks tual. Eloborasi Paradigma Baru Muslim,
Kaffah. Yokyakarta: Gema Media, 2005.
Departemen Agama RI. Alqur’an dan Terjemahnya, Jakarta: Yayasan Penyelenggara
Penerjemah Al-Qur’an, 1971.
Fauzan, Abdullah. Kitab Tauhid, Cet. III. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia,
2001.
Ilyas, Yunahar. Kuliah Akhlak. Cet. IV. Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan
Pengamalan Islam, 2001.
Kastuba, Muchtamil dkk. 1996. Buku Pelajaran Aqidah Akhlak Madrasah
Tsanawiyah. Jakarta: Erlangga
Muhammad Al-Ghazali.1995. Akhlak seorang muslim. Bandung: Al-ma’arif
Mustopa, Akhlak Tasawuf. Cet, V, Bandung: Pustaka Setia, 2010.
Ritonga, A. Rahman, Akhlak, Merakit Hubungan Manusia dengan Sesama Manusia,
Surabaya: Amelia, 2005.
Saebani, Beni Ahmad. Ilmu Akhlak, .Pen. CV.Pustaka Setia. Bandung, 2010
Yazid, bin Abdul Qadir Jawas, Prinsip Dasar Islam (Bogor : Pustaka At-Taqwa,
2017), hlm. 263-265 dan 268-271.
Yazid, bin Abdul Qadir Jawas. Syarah Aqidah Islam Ahlussunnah wal Jama’ah,
Bogor: Pustaka Imam Syafi’I, 2013.
____, Prinsip-Prinsip Aqidah As-Sunnah Waljamaah Jakarta: Pustaka Islahul Ummah,
2001.
20