Disusun Oleh :
RAHIMAH
NIM. 1701130376
HELDAWATI
NIM. 1701130375
SULASTRI
NIM. 1861130434
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
nikmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “POSISI
AKHLAK DALAM ISLAM SERTA RELASI TEORITIS DAN HISTORIS ANTARA
AKHLAK DAN TASAWUF”.Makalah ini kami susun untuk memenuhi salah tugas
mata kuliah Akhlak Tasawuf.
Pada kesempatan kali ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen
Pengampu mata kuliah Bapak Anwar Sadad, M.Pd.Iyang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk menyusun makalah ini.Tak lupa pula penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. LATAR BELAKANG..................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH..............................................................................1
C. TUJUAN.......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
A. KESIMPULAN...........................................................................................11
B. SARAN.......................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................13
iii
BAB I PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
1
C. TUJUAN
2
BAB II PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A. POSISI AKHLAK DALAM ISLAM
1
Damanhuri. 2014. “ Akhlak Perspektif Tasawuf ”, (Jakarta : Lectura Press ). Hal 28
4
bagi manusia tetapi tujuan lainnya adalah mendidik jiwa dan
membersihkannya dari akhlak yang buruk.
Puasa: “Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu
bertakwa.” (Al-Baqarah: 183). Jadi tujuan dari puasa adalah
agar bertakwa kepada Allah dengan mengerjakan perintah-Nya
dan menjauhi larangan-Nya. Karena itu Nabi Muhammad
bersabda, “Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan
jahat dan melakukannya maka tidak ada bagi Allah keperluan
darinya untuk meninggalkan makan dan minumnya (yakni
Allah tidak menerima puasanya).” (HR. Al-Bukhari, no. 1804).
Barangsiapa yang puasanya tidak mengubah akhlaknya
terhadap manusia maka berarti puasanya belum mencapai
target yang sesungguhnya.
4. Dalil-dalil yang menunjukkan hal itu sangat banyak baik dari al-
Qur’an dan hadits, di antaranya:
Akhlak mulia menjadi pemberat timbangan amal shalih pada
hari kiamat. Nabi Muhammad bersabda, “Tidak ada sesuatu
yang lebih berat dari pada akhlak mulia yang disimpan di
timbangan nanti. Sesungguhnya orang yang berakhlak mulia
akan sederajat dengan orang yang berpuasa dan menunaikan
shalat.” (HR. At-Tirmidzi, no. 2003).
Akhlak mulia merupakan sebab utama bagi seseorang untuk
masuk surga . Nabi Muhammad bersabda, “Kebanyakan orang
masuk surga karena takwa kepada Allah dan akhlak yang
mulia.” (HR. At-Tirmidzi, no. 2004, dan Ibnu Majah, no. 4246)
Orang yang berakhlak mulia adalah orang yang paling dekat
tempatnya dari Rasulullah pada Hari Kiamat. Rasulullah
bersabda, “Sesungguhnya yang paling aku cintai dari kalian
dan yang paling dekat posisinya dariku pada hari kiamat nanti
5
adalah yang paling mulia akhlaknya.” (HR. At-Tirmidzi, no.
2018).
Orang yang berakhlak mulia berada di tempat yang paling
tinggi di Surga dan dijamin oleh Rasullulah.
Nabi Muhammad bersabda, “Aku akan memberikan jaminan
sebuah rumah di pinggir surga bagi orang yang meninggalkan
perdebatan sekalipun dia benar, dan rumah di tengah surga bagi
orang yang meninggalkan dusta sekalipun dia bercanda, serta
rumah di bagian atas surga bagi orang yang akhlaknya bagus.”
(HR. Abu Dawud dalam As-Sunan, no. 4800) Makna “za’im”
dalam hadits ini adalah penjamin.
Kata akhlak berasal dari bahasa Arab, masdar dari kata Khuluq, yang
mana kata khuluq ini terdapat dalam Al-Qur’an surah Al-Qalam ayat 4 yang
berarti budi pekerti. Menurut Ibnu Miskawih, akhlak adalah sifat yang
tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melaksanakan perbuatan
tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Menurut Imam Ghazali,
2
Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany. 2007. “ falsafah pendidikan islam”. (Jakarta : Bulan
Bintang). Hal. 346-355.
6
akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-
macam perbuatan yang mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan. Dalam surah al-Shu’ara ayat 137 terdapat kata akhlak yang
berarti kebiasaan. Kata akhlak merupakan bentuk jamak yang berarti
perangai, kelakuan atau watak dasar, kebiasaan, peradapan yang baik dan
agama.3Jadi akhlak adalah perangai, tabi’at, adat, moral, mental , abab, etika,
sopan santun, sistem perilaku, tingkah laku yang dimanifestasikan dalam
perbuatan. Akhlak adalah sifat yang belum terikat oleh baik dan buruk, masih
netral, agar akhlak benar pada kedudukannya, maka islam yang mengaturnya.
Dari segi bahasa terdapat sejumlah kata atau istilah yang
dihubungkan para ahli untuk menjelaskan kata tasawuf, Harun Nasution
misalnya menyebut kan lima hal yang berkenaan dengan tasawuf, yaitu al-
shuffah (ahl-al-shuffah),(orang yang ikut nabi dari makkah ke madinah) , saf
( barisan ), sufi ( suci ), shopos ( bahasa yunani: hikmat ), dan suf ( kain
wol ). Keseluruhan kata-kata ini bisa saja dihubungkan dengan tasawuf.Dari
segi linguistik (kebahasaan) ini segera dapat dipahami bahwa tasawuf adalah
sikap mental yang selalu memelihara kesucian diri yang pada hakikatnya
adalah akhlak yang mulia. Adapun pengertian tasawuf dari segi istilah atau
pendapat para ahli amat bergantug pada sudut pandang yang digunakan
masing-masing, selama ini aada tiga sudut pandang yang digunakan para ahli
untuk mendefinisika tasawuf, yaitu sudut pandang manusia sebagai makhluk
terbatas, manusia sebagai makhluk yang harus berjuang, dan manusia sebagai
makhluk yang bertuhan. Jika dilihat dari sudut pandang manusia yang
terbatas maka tasawuf dapat didefinisikan sebagai upaya mensucikan diri
dengan cara menjauhkan pengaruh kehidupan dunia, dan memusatkan
perhatian hanya kepada Allah SWT.
3
Damanhuri. 2014. “ Akhlak Perspektif Tasawuf ”, (Jakarta : Lectura Press ). Hal 28
7
dengan Tuhannya.Akhlak menjadi dasar dari pelaksanaan tasawuf, sehingga
dalam prakteknya tasawuf mementingkan akhlak. Hubungan akhlak dan
tasawuf tidak bisa terpisashkan karena kesucian hati akan membentuk akhlak
yang baik pula.
E. RELASI HISTORIS ANTARA AKHLAK DAN TASAWUF
8
Suhrahwardi (586 H), Ibn al-Arabi dan lain-lain.Inilah yang terjadi abad ke-6
sampai ke-7. 12
Ilmu Allah masih sangat luas, dan pemahaman manusia dari zaman
ke zaman semakin bertambah dan bervariasi, terlihat dari zaman nabi Adam
hingga sekarang akhlak jahiliyah masih tertanam didiri manusia walaupun
sebagian ada yg tidak memiliki akhlak jahiliyah itu.jadi kita diwajibkan untuk
memiliki akhlak yang mahmudah dan jiwa tasawuf.
9
pertama, shafa yang berarti suci bersih, ibarat kaca. Kedua dari
kata shuf yang berarti bulu binatang (dibaca wol kasar)dan mereka tidak
menyukai pakaian yang indah-indah. Ketiga berasal dari kata shuffah yang
diasosiasikan kepada segolongan sahabat nabi yang menyisihkan dirinya di
suatu tempat terpencil disamping mesjid nabi. Keempat berasal dari
kata shufanah yaitu sebatang kayu mersik yang tumbuh dipadang pasir arab.
Kelima, dari theosofie, yang berarti ilmu ketuhanan yang kemudian
diucapkan oleh lidah orang arab sehingga berubah menjadi tasawuf. Asal kata
kelima inilah menurut Hamka baru digunakan untuk zaman akhir ini dan oleh
para ahli yang menganggap sufi bukan berasal dari bahasa Arab, tetapi dari
bahsa yunani yang diarabkan.
Tasawuf pada hakikatnya melakukan serangkaian ibadah seperti
sholat, puasa, haji, dzikir, dan lainnya.Ibadah yang dilakukan dalam rangka
tasawuf itu erat hubungannya dengan akhlak.
Dalam hubungan ini Harun Nasution mengatakan bahwa ibadah
dalam Islam erat sekali hubungannya dengan pendidikan akhlak. Ibadah
dalam al-Qur’an dikaitkan dengan takwa dan takwa berarti melaksanakan
perintah tuhan dan menjauhi larangannya yaitu orang-orang yang berbuat
baik dan jauh dari yang tidak baik.Inilah yang disebut denagn ajaran amar
ma’ruf nahi munkar. Mengajak orang pada kebaikan dan mencegah orang
dari hal-hal yang tidak baik.
10
BAB III PENUTUP
PENUTUP
A. KESIMPULAN
12
DAFTAR PUSTAKA