Anda di halaman 1dari 16

HALAMAN JUDUL

Tugas Kelompok VII


“POSISI AKHLAK DALAM ISLAM SERTA RELASI TEORITIS DAN
HISTORIS ANTARA AKHLAK DAN TASAWUF”
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas
Mata Kuliah : Akhlak Tasawuf
Dosen Pengampu :Anwar Sadad, M.Pd.I

Disusun Oleh :
RAHIMAH
NIM. 1701130376
HELDAWATI
NIM. 1701130375
SULASTRI
NIM. 1861130434

PROGRAM STUDI TADRIS FISIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKARAYA
2018

i
KATA PENGANTAR

Assalamu ‘alaikum warahmatullohi wabarakatuhu.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
nikmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “POSISI
AKHLAK DALAM ISLAM SERTA RELASI TEORITIS DAN HISTORIS ANTARA
AKHLAK DAN TASAWUF”.Makalah ini kami susun untuk memenuhi salah tugas
mata kuliah Akhlak Tasawuf.

Pada kesempatan kali ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen
Pengampu mata kuliah Bapak Anwar Sadad, M.Pd.Iyang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk menyusun makalah ini.Tak lupa pula penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya.

Adapun sumber-sumber dalam pembuatan makalah ini, didapat dari


beberapa literatur yang membahas tentang materi yang berkaitan misalnya dari
buku-buku.Penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak sekali
kekurangan-kekurangan yang ditemukan.Oleh karena itu, penulis mohon maaf
yang sebesar-besarnya.Penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca
sekalian dan semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembacanya.

Wassalamu ‘alaikum warahmatullohi wabarakatuhu.

Palangka Raya, Oktober 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................i

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. LATAR BELAKANG..................................................................................1

B. RUMUSAN MASALAH..............................................................................1

C. TUJUAN.......................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3

A. POSISI AKHLAK DALAM ISLAM...........................................................3

B. RELASI TEORITIS DAN HISTORIS ANTARA AKHLAK DAN


TASAWUF..........................................................................................................6

BAB III PENUTUP................................................................................................11

A. KESIMPULAN...........................................................................................11

B. SARAN.......................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................13

iii
BAB I PENDAHULUAN

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Akhlak sebagai sifat kaum muslimin, Allah berfirman, Katakanlah,


sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah,
Tuhan semesta alam.Tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang
diperintahkan kepadaku dan Aku adalah orang yang pertama-tama
menyerahkan diri kepada-Nya.Surah Al-an’am ayat 162-163 ini menjelaskan
sifat-sifat kaum muslimin dan muhsinin yang keislaman dan keihsanannya
didasarkan atas keimanan.

Agama Islam merupakan agama yang mengatur segala hal dalam


perbuatan manusia, sehingga segala perbuatan memiliki hukum di dalam
Islam, baik itu perbuatan baik maupun perbuatan buruk.Adapun segala
perbuatan umat muslim atau biasa disebut akhlak dalam Islam, baik dan
buruknya mengacu pada Al-Qur’an, Hadits Rasul, Ijma sahabat dan Ijtihad.
Dalam makalah ini, akan dibahas bagaimana posisi Akhlak tersebut di dalam
Islam.

Selain Akhlak, dalam Islam juga dikenal Tasawuf. Tasawuf


memiliki relasi yang erat dengan Akhlak dalam Islam, sehingga pada
makalah ini penulis akan membahas relasi teoritis dan historis antara Akhlak
dan Tasawuf.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang makalah ini, kami mengangkat beberapa


permasalahan dan inti pokok sebagai berikut :
1. Bagaimana posisi akhlak dalam islam ?
2. Bagaimana relasi teoritis antara akhlak dan tasawuf ?
3. Bagaimanarelasi historis antara akhlak dan tasawuf ?

1
C. TUJUAN

Berdasarkan rumusan masalah yang diangkat, maka tujuan penulisan


makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Dapat mengetahui posisi akhlak dalam Islam
2. Dapat mengetahuirelasi teoritis antara akhlak dan tasawuf.
3. Dapat mengetahuirelasi historis antara akhlak dan tasawuf.

2
BAB II PEMBAHASAN

PEMBAHASAN
A. POSISI AKHLAK DALAM ISLAM

Untuk mengetahui kedudukan akhlak dalam Islam, maka perlu


diuraikan bahwa ada tiga macam ajaran Islam, yang tidak dapat dipisahkan
antara satu dengan yang lainnya sehingga kualitas seorang muslim selalu
dapat diukur dengan pelaksanaannya terhadap ketiga macam ajaran
tersebut, yang mencakup:
1. Aqidah
Akidah yaitu menyangkut tentang masalah-masalah keyakinan
yang terkait langsung dengan rukun iman. Meliputi keenam macam rukun
Iman yaitu; beriman kepada Allah, iman kepada Malaikat, iman kepada
kitab-kitab-Nya, iman kepada Rasul, imankepada hari akhir dan Qadar
baik dan buruk yang telah ditentukanNya.
2. Syari’ah
Syari’ah yaitu masalah hukum islam yang jabarannya terkait
dengan fiqh. Meliputi pengabdian hamba terhadap TuhanNya,yang dapat
dilihat pada rukun Islam yang lima. Dan mua’amalah juga termasuk
masalah syari’ah.
3. Ihsan
Ajaran Islam yang menyangkut tentang ajaran moral.Meliputi
hubungan baik terhadap seluruh Allah SWT terhadap sesama manusia
serta terhadap seluruh makhluk di dunia ini.

Akhlak sebagai sifat kaum muslimin, Allah berfirman, Katakanlah,


sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk
Allah, Tuhan semesta alam.Tiada sekutu bagi-Nya dan demikian itulah
yang diperintahkan kepadaku dan Aku adalah orang yang pertama-tama
menyerahkan diri kepada-Nya. Surah Al-An’am ayat 162-163 ini
menjelaskan sifat-sifat kaum muslimin dan muhsinin yang keislaman dan
keihsanannya didasarkan atas keimanan.1

Akhlak mempunyai kedudukan yang paling penting dan istimewa


dalam agama Islam. Hal ini dapat dilihat dari penjelasan berikut ini:
1. Nabi Muhammad Saw diutus Allah untuk menyempurnakan Akhlak
yang mulia. Sebagaimana sabda Nabi “Sesungguhnya aku diutus untuk
menyempurnakan akhlak yang mulia.” (Al-Baihaqi, no. 21301). Jadi
salah satu sebab diangkatnya Nabi Muhammad menjadi nabi adalah
untuk memperbaiki akhlak individu dan masyarakat.
2. Akhlak merupakan bagian tak terpisahkan dari iman dan akidah
Ketika Rasulullah ditanya: “Siapakah orang beriman yang paling
utama imannya?” Maka beliau menjawab, “Yang paling baik
akhlaknya.”(HR. At-Tirmidzi, no. 1162 dan Abu Dawud, no. 4682).
Masalah akhlak ini semakin lebih jelas dalam sebuah sabda Nabi
Muhammad : “Iman itu mempunyai enam puluh cabang lebih. Cabang
yang paling utama adalah kalimat bahwa tidak ada Tuhan selain Allah
dan yang paling bawah adalah membersihkan gangguan dari jalan dan
malu merupakan bagian dari iman.” (HR. Muslim, no. 35).
3. Akhlak berkaitan dengan semua bentuk ibadah.
Umat islam dituntut untuk beribadah kepada Allah SWt. Sebagaimana
Firman-Nya ;
 Shalat: “Dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu
mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar.”
(Al-‘Ankabut: 45)
 Zakat: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan
zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka.” (At-
Taubah: 103). Walaupun hakikat zakat adalah berbuat kebaikan

1
Damanhuri. 2014. “ Akhlak Perspektif Tasawuf ”, (Jakarta : Lectura Press ). Hal 28

4
bagi manusia tetapi tujuan lainnya adalah mendidik jiwa dan
membersihkannya dari akhlak yang buruk.
 Puasa: “Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu
bertakwa.” (Al-Baqarah: 183). Jadi tujuan dari puasa adalah
agar bertakwa kepada Allah dengan mengerjakan perintah-Nya
dan menjauhi larangan-Nya. Karena itu Nabi Muhammad 
bersabda, “Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan
jahat dan melakukannya maka tidak ada bagi Allah keperluan
darinya untuk meninggalkan makan dan minumnya (yakni
Allah tidak menerima puasanya).” (HR. Al-Bukhari, no. 1804).
Barangsiapa yang puasanya tidak mengubah akhlaknya
terhadap manusia maka berarti puasanya belum mencapai
target yang sesungguhnya.
4. Dalil-dalil yang menunjukkan hal itu sangat banyak baik dari al-
Qur’an dan hadits, di antaranya:
 Akhlak mulia menjadi pemberat timbangan amal shalih pada
hari kiamat. Nabi Muhammad bersabda, “Tidak ada sesuatu
yang lebih berat dari pada akhlak mulia yang disimpan di
timbangan nanti. Sesungguhnya orang yang berakhlak mulia
akan sederajat dengan orang yang berpuasa dan menunaikan
shalat.” (HR. At-Tirmidzi, no. 2003).
 Akhlak mulia merupakan sebab utama bagi seseorang untuk
masuk surga . Nabi Muhammad bersabda, “Kebanyakan orang
masuk surga karena takwa kepada Allah dan akhlak yang
mulia.” (HR. At-Tirmidzi, no. 2004, dan Ibnu Majah, no. 4246)
 Orang yang berakhlak mulia adalah orang yang paling dekat
tempatnya dari Rasulullah pada Hari Kiamat. Rasulullah
bersabda, “Sesungguhnya yang paling aku cintai dari kalian
dan yang paling dekat posisinya dariku pada hari kiamat nanti

5
adalah yang paling mulia akhlaknya.” (HR. At-Tirmidzi, no.
2018).
 Orang yang berakhlak mulia berada di tempat yang paling
tinggi di Surga dan dijamin oleh Rasullulah.
Nabi Muhammad bersabda, “Aku akan memberikan jaminan
sebuah rumah di pinggir surga bagi orang yang meninggalkan
perdebatan sekalipun dia benar, dan rumah di tengah surga bagi
orang yang meninggalkan dusta sekalipun dia bercanda, serta
rumah di bagian atas surga bagi orang yang akhlaknya bagus.”
(HR. Abu Dawud dalam As-Sunan, no. 4800) Makna “za’im”
dalam hadits ini adalah penjamin.

Akhlak dalam Islam ialah mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat


bagi individu dan kebaikan bagi masyarakat. Orang Islam dengan petunjuk
agamanya , mengikat akhlak dengan agama dengan ikatan yang kokoh. Ia
memandang akhlak sebagai bagian yang tidak dapat terpisah dari agama.
Akhlaq yang baik yang menggambarkan kebaikan dalam tingkah laku dan
mu’amalah, sehingga ia menjadi sumber pokok bagi tingkah laku yang
utama dan akhlaq yang mulia dalam Islam. 2sebagaiman Firman-NYa; “
Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama
yang benar, untuk memenangkan di atas segala agama meskipun orang-
orang musyrik membencinya.

D. RELASI TEORITIS ANTARA AKHLAK DAN TASAWUF

Kata akhlak berasal dari bahasa Arab, masdar dari kata Khuluq, yang
mana kata khuluq ini terdapat dalam Al-Qur’an surah Al-Qalam ayat 4 yang
berarti budi pekerti. Menurut Ibnu Miskawih, akhlak adalah sifat yang
tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melaksanakan perbuatan
tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Menurut Imam Ghazali,
2
Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany. 2007. “ falsafah pendidikan islam”. (Jakarta : Bulan
Bintang). Hal. 346-355.

6
akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-
macam perbuatan yang mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan. Dalam surah al-Shu’ara ayat 137 terdapat kata akhlak yang
berarti kebiasaan. Kata akhlak merupakan bentuk jamak yang berarti
perangai, kelakuan atau watak dasar, kebiasaan, peradapan yang baik dan
agama.3Jadi akhlak adalah perangai, tabi’at, adat, moral, mental , abab, etika,
sopan santun, sistem perilaku, tingkah laku yang dimanifestasikan dalam
perbuatan. Akhlak adalah sifat yang belum terikat oleh baik dan buruk, masih
netral, agar akhlak benar pada kedudukannya, maka islam yang mengaturnya.
Dari segi bahasa terdapat sejumlah kata atau istilah yang
dihubungkan para ahli untuk menjelaskan kata tasawuf, Harun Nasution
misalnya menyebut kan lima hal yang berkenaan dengan tasawuf, yaitu al-
shuffah (ahl-al-shuffah),(orang yang ikut nabi dari makkah ke madinah) , saf
( barisan ), sufi ( suci ), shopos ( bahasa yunani: hikmat ), dan suf ( kain
wol ). Keseluruhan kata-kata ini bisa saja dihubungkan dengan tasawuf.Dari
segi linguistik (kebahasaan) ini segera dapat dipahami bahwa tasawuf adalah
sikap mental yang selalu memelihara kesucian diri yang pada hakikatnya
adalah akhlak yang mulia. Adapun pengertian tasawuf dari segi istilah atau
pendapat para ahli amat bergantug pada sudut pandang yang digunakan
masing-masing, selama ini aada tiga sudut pandang yang digunakan para ahli
untuk mendefinisika tasawuf, yaitu sudut pandang manusia sebagai makhluk
terbatas, manusia sebagai makhluk yang harus berjuang, dan manusia sebagai
makhluk yang bertuhan. Jika dilihat dari sudut pandang manusia yang
terbatas maka tasawuf dapat didefinisikan sebagai upaya mensucikan diri
dengan cara menjauhkan pengaruh kehidupan dunia, dan memusatkan
perhatian hanya kepada Allah SWT.

Hubungan relasi antara Akhlak dan Tasawuf saling berkaitan.Akhlak


dalam pelaksanaannya mengatur hubungan horizontal antara sesama manusia,
sedangkan tasawuf mengatur jalinan komunikasi vertical antara manusia

3
Damanhuri. 2014. “ Akhlak Perspektif Tasawuf ”, (Jakarta : Lectura Press ). Hal 28

7
dengan Tuhannya.Akhlak menjadi dasar dari pelaksanaan tasawuf, sehingga
dalam prakteknya tasawuf mementingkan akhlak. Hubungan akhlak dan
tasawuf  tidak bisa terpisashkan karena kesucian hati akan membentuk akhlak
yang baik pula.
E. RELASI HISTORIS ANTARA AKHLAK DAN TASAWUF

Secara historis, akhlak manusia tidaklah berubah dari zaman nabi


adam terdahulu hingga zaman sekarang-akhir zaman. Bahwa akhlak
seseorang menentukan kehidupannya kelak. Seperti akhlak anak nabi adam
yang membunuh saudaranya sendiri-hingga sampai pada zaman nabi
Muhammad yang diutus Allah untuk menyempurnakan Akhlak makhluk
hidup yang pada saat itu, memiliki akhlak jahiliyah dan sangat jauh dari
akhlak yang telah Allah perintah di dalam Injil-Kitab yng diturunkan kepada
nabi Isa. Akhlak juga dapat memandu perjalanan hidup manusia agar selamat
di dunia dan akhirat. Tidakkah berlebihan bila misi utama kerasulan nabi
Muhammad saw adalah untuk menyempurakan akhlak manusia.

Bila ditinjau dari asal masalah, maka tasawwuf berawal dari


kesungguhan seseorang dalam menjalankan syarak. Namun dalam prosesnya,
pada zaman Umawiyyah, telah terjadi kemewahan dunia yang berlebihan di
kalangan hartawan dan penguasa11. Makanya bagi kalangan sufi tetap
mempertahankan hidup sederhana dan sungguh-sungguh dalam beribadah
yang dimulai dengan usaha untuk menjadi seseorang yang zahid. Ibrahim
Madkour membagi historis tasawuf ini ke dalam beberapa fase. Fase pertama
tampil dalam bentuk ibadah dan zuhud, di antara tokohnya Al-Hasan al-
Bashri (110 H) dari Bashrah, Ibrahim ibn Adham (159 H) dari Balk dan
Rabiah al-Adawiyah salah seorang tokoh Zuhud dari kaum wanita. Pada fase
berikutnya kaum sufi mulai melakukan kajian teoritis, dan berorientasi pada
jiwa dan segala rahasianya. Mereka juga membicarakan keasyikan,
kerinduan, kecintaan, takut, harapan, cinta, emosi dan lain-lain.Pada fase
ketiga, muncullah tokoh-tokoh yang lebih menyerupai kaum filosof seperti

8
Suhrahwardi (586 H), Ibn al-Arabi dan lain-lain.Inilah yang terjadi abad ke-6
sampai ke-7. 12

Akhlak dan Tasawuf sama-sama merupakan Rahmatan lil Alamin,


dua-duanya menganjurkan kita supaya tidak bersikap sombong dan bersikap
lemah lembut terhadap siapapun terutama kepada sang Maha Pencipta diri
kita yang diatur oleh Allah dengan begitu sempurna ini.

Ilmu Allah masih sangat luas, dan pemahaman manusia dari zaman
ke zaman semakin bertambah dan bervariasi, terlihat dari zaman nabi Adam
hingga sekarang akhlak jahiliyah masih tertanam didiri manusia walaupun
sebagian ada yg tidak memiliki akhlak jahiliyah itu.jadi kita diwajibkan untuk
memiliki akhlak yang mahmudah dan jiwa tasawuf.

Secara historis akhlak tasawwuf adalah pemandu perjalanan hidup


umat manusia agar selamat dunia dan akhirat, itu di karenakan Akhlak
Tasawuf merupakan salah satu khazanah intelektual Muslim yang
kehadirannya hingga saat ini semakin dirasakan. Tidaklah berlebihan jika
misi utama kerasulan Muhammad saw adalah untuk menyempurnakan akhlak
yang mulia, dan sejarah mencatat bahwa faktor pendukung keberhasilan
dakwah beliau itu antara lain karena dukungan akhlaknya yang prima.
Jika dilihat sudut pandang manusia yang harus berjuang maka
tasawuf dapat didefinisikan sebagai upaya memperindah diri dengan akhlak
yang bersumber dari ajaran agamadalam rangka mendekatkan diri kepada
Allah SWT,dan jika sudut pandang manusia sebagai makhluk yang bertuhan,
maka tasawuf dapat didefinisikan sebagai kesadaran fitrah.
Para ahli dalam bidang tasawuf hampir sepakat mengatakan bahwa
sulit untuk merumuskan pengertian tasawuf .diantara sebab utama terjadinya
hal itu karena tasawuf merupakan refleksi diri dan pengalaman pribadi
seseorang. Sementara itu salah seorang Ulama asal minangkabau Hamka,
juga mengemukakan pendapat yang senada. Menurutnya, arti tasawuf dan
asal katanya menjadi pertikaian ahli logat atau bahasa, yaitu:

9
pertama, shafa yang berarti suci bersih, ibarat kaca. Kedua dari
kata shuf yang berarti bulu binatang (dibaca wol kasar)dan mereka tidak
menyukai pakaian yang indah-indah. Ketiga berasal dari kata shuffah yang
diasosiasikan kepada segolongan sahabat nabi yang menyisihkan dirinya di
suatu tempat terpencil disamping mesjid nabi. Keempat berasal dari
kata shufanah yaitu sebatang kayu mersik yang tumbuh dipadang pasir arab.
Kelima, dari theosofie, yang berarti ilmu ketuhanan yang kemudian
diucapkan oleh lidah orang arab sehingga berubah menjadi tasawuf. Asal kata
kelima inilah menurut Hamka baru digunakan untuk zaman akhir ini dan oleh
para ahli yang menganggap sufi bukan berasal dari bahasa Arab, tetapi dari
bahsa yunani yang diarabkan.
Tasawuf pada hakikatnya melakukan serangkaian ibadah seperti
sholat, puasa, haji, dzikir, dan lainnya.Ibadah yang dilakukan dalam rangka
tasawuf itu erat hubungannya dengan akhlak.
Dalam hubungan ini Harun Nasution mengatakan bahwa ibadah
dalam Islam erat sekali hubungannya dengan pendidikan akhlak. Ibadah
dalam al-Qur’an dikaitkan dengan takwa dan takwa berarti melaksanakan
perintah tuhan dan menjauhi larangannya yaitu orang-orang yang berbuat
baik dan jauh dari yang tidak baik.Inilah yang disebut denagn ajaran amar
ma’ruf nahi munkar. Mengajak orang pada kebaikan dan mencegah orang
dari hal-hal yang tidak baik.

10
BAB III PENUTUP

PENUTUP
A. KESIMPULAN

Kedudukan akhlak dalam islam menempati kedudukan yang tinggi


sebagaimana Rasullulah diutus Allah Swt untuk menyempurnakan Akhlak
manusia. Akhlak juga sangat berkaitan erat dengan semua bentuk ibadah dan
Mu’amalah dalam kehidupan sehari-hari seperti Shalat, puasa, zakat dan
ibadah haji serta bagaimana cara bertetangga yang baik dan cara
menghormati kepada sesama Manusia.

Hubungan relasi antara Akhlak dan Tasawuf saling berkaitan.Akhlak


dalam pelaksanaannya mengatur hubungan horizontal antara sesama manusia,
sedangkan tasawuf mengatur jalinan komunikasi vertical antara manusia
dengan Tuhannya.Akhlak menjadi dasar dari pelaksanaan tasawuf, sehingga
dalam prakteknya tasawuf mementingkan akhlak. Hubungan akhlak dan
tasawuf  tidak bisa terpisashkan karena kesucian hati akan membentuk akhlak
yang baik pula.

Secara historis akhlak tasawwuf adalah pemandu perjalanan hidup


umat manusia agar selamat dunia dan akhirat, itu di karenakan Akhlak
Tasawuf merupakan salah satu khazanah intelektual Muslim yang
kehadirannya hingga saat ini semakin dirasakan. Tidaklah berlebihan jika
misi utama kerasulan Muhammad saw adalah untuk menyempurnakan akhlak
yang mulia, dan sejarah mencatat bahwa faktor pendukung keberhasilan
dakwah beliau itu antara lain karena dukungan akhlaknya yang prima.
F. SARAN

Penulis berharap pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang


bersifat membangun kepada penulis untuk kesempurnanya makalah ini, serta
dengan adanya makalah ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan yang
luas tentang Akhlak Tasawuf yang dapat dikita amalkan dalam kehidupan
sehari-hari.

12
DAFTAR PUSTAKA

Nata, Abuddin. 2000. “Akhlak Tasawuf”, (Jakarta : RajaGrafindo Persada)

Damanhuri. 2014. “ Akhlak Perspektif Tasawuf ”, (Jakarta : Lectura Press ).

Masyhur, Kahar. 1994 .“ Membina Moral dan Akhlak “. (Jakarta : PT Rineka


Cipta).
Sunardi. 2004. “ Islam Pengatur Akhlak ”, (Jakarta : Media Da’wah).

Anda mungkin juga menyukai