Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

AKHLAK
Dosen Pembimbing : Ahmad Junaidi, M.Pd.I
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Akhlak Tasawuf.

Disusun Oleh :
Suryadi
2314140025
Lingke Natalie Annisa Safitri
2314140027
Fikry Surya Wardana
2314140036
Riana Amanda
2314140038

INSTITUT AGAMA ISLAM PALANGKA RAYA


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
PROGRAM STUDI AKUNTANSI SYARIAH
TAHUN AJARAN 2023M/1445H

i
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.

Dengan penuh rasa hikmat penulis mengucapkan puji syukur ke hadirat


Allah Swt. atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas kelompok makalah yang berjudul “Akhlak” tepat pada
waktunya.

Adapun penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas dosen pada
mata kuliah Akhlak Tasawuf program studi Akuntansi Syariah. Selain itu, makalah
ini dibuat untuk mempelajari lebih dalam tentang akhlak bagi para pembaca dan
juga penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ahmad Junaidi M.Pd.I.,


selaku dosen mata kuliah Akhlak Tasawuf yang telah memberikan tugas sehinngga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang
penulis tekuni. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang
turut memberi kontribusi baik secara langsung maupun tidak langsung atas
terbentuknya makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna baik dari segi
penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna
menjadi acuan agar penulis menjadi lebih baik lagi dimasa mendatang.

Penulis berharap makalah ini dapat tersampaikan dengan baik sehingga


dapat menambah wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat untuk perkembangan
dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Palangka Raya, 2 September 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. LATAR BELAKANG ................................................................................ 1
B. RUMUSAN MASALAH ............................................................................ 2
C. TUJUAN PENULISAN ............................................................................. 2
BAB II .................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN .................................................................................................... 3
A. PENGERTIAN AKHLAK ........................................................................ 3
B. MACAM-MACAM AKHLAK ................................................................. 5
C. KETELADANAN AKHLAK RASULULLAH SAW TERHADAP
SESAMA ............................................................................................................ 9
D. CARA BERAKHLAK TERHADAP SESAMA MAHASISWA ......... 12
BAB III ................................................................................................................. 16
PENUTUPAN ...................................................................................................... 16
A. KESIMPULAN......................................................................................... 16
B. SARAN ...................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 17

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Akhlak dalam islam menjadi sesuatu yang penting dan berguna bagi
umatnya. Akhlak menjadi suatu yang akan membuat seseorang mendapatkan
kebahagiaan di dunia maupun di akhirat. Islam adalah agama yang sempurna
yang mengatur sedetail-detailnya segala sesuatu. Islam adalah agama yang
selamat dan juga menyelamatkan. Islam adalah agama yang sempurna dan
agama yang mengetatkan bagi siapa yang mengikuti ajarannya dengan benar
sesuai yang diperintahkan Allah dan Rasulnya.
Manusia bukanlah malaikat yang lepas dari kesalahan dan dosa,
sanggup beribadah dan bertasbih selamanya, namun manusia juga bukan
syaitan yang senantiasa salah, sesat dan menyesatkan, akan tetapi manusia
adalah makhluk yang diberikan dan dibekali akal dan nafsu oleh Allah Swt.
disertai hati yang bersih menjadikan manusia mendapatkan derajat yang lebih
tinggi dari malaikat.
Kalau kita lihat dari sejarah terdahulu sebelum islam itu datang, kita
dapat temukan tentang bagaimana bejat dan tercelanya sifat para kaum-kaum
jahiliyah yang tidak mempunyai peradaban yang murni, mereka hanya
mengumbar nafsu belaka tanpa mementingkan etika yang baik dan mulia. Ini
semua disebabkan karna tidak adanya aturan dalam hidup, oleh sebab itu,
Allah Swt. mengutus Nabi dan Rasul terakhir yaitu Nabi Muhammad Saw.
untuk menyempurnakan akhlak dimuka bumi ini. Sebagaimana yang
diterangkan dalam hadist berikut ini :
ِ ‫إِنَّ َما ب ِعثْت ألت َِم َم َمك‬
ِ ‫َار َم األ َ ْخال‬
‫ق‬
Artinya : “Sesungguhnya aku (Muhammad) diutus hanya untuk
menyempurnakan akhlak mulia “ (HR. Abu Hurairah RA)
Hadist diatas menunjukkan kepada kita, bahwa benar-benar Nabi
Muhammad Saw. diutus untuk menyempurnakan dan memaksimalkan akhlak
baik di dunia, karena dengan akhlak baik lah maka akan berbuah surga
nantinya. Maka dengan adanya utusan Nabi dan Rasul terakhir ini terbukti
adanya perubahan yang signifikan yang merubah dari zaman kegelapan

1
menjadi zaman terang benderang. Keadaan ini pun berlangsung sangat lama
karena benar-benar pengaruh Nabi Muhammad Saw. begitu terasa.

B. RUMUSAN MASALAH
Untuk mengurai beberapa hal terkait dengan Akhlak, maka rumusan
masalah yang digunakan untuk pembahasan makalah adalah sebagai
berikut.
1. Apa yg dimaksud akhlak dari segi kebahasaan dan segi peristilahan?
2. Apa saja macam macam dari akhlak disertai hadits sebagai dalil atau
penguatnya?
3. Bagaimana keteladanan Akhlak Rasulullah SAW terhadap sesama?
4. Bagaimana berakhlak yang baik sebagai mahasiswa?

C. TUJUAN PENULISAN
Adapun yang menjadi tujuan penulisan makalah ini adalah untuk
menjawab berbagai pertanyaan yang telah dirumuskan, diantaranya yaitu
untuk :
1. Mengetahui pengertian dari akhlak.
2. Mengetahui macam-macam akhlak disertai hadits sebagai dalil atau
penguatnya.
3. Mengetahui keteladanan Akhlak Rasulullah SAW.
4. Mengetahui cara berakhlak terhadap sesama mahasiswa.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN AKHLAK
Dalam ajaran Islam, akhlak menempati kedudukan yang istimewa
dan sangat penting. Di dalam al-Qur`an saja ditemui kurang lebih 1.500 ayat
yang berbicara tentang akhlak yang dua setengah kali lebih banyak dari pada
ayat-ayat tentang hukum baik yang teoritis maupun yang praktis. Belum
terhitung lagi hadis-hadis Nabi baik perkataan maupun perbuatan yang
memberikan pedoman akhlak yang mulia dalam seluruh aspek kehidupan.1
Secara etimologi, akhlak berasal dari bahasa Arab yang merupakan
bentuk jamak dari khuluqun yang berarti budi pekerti, tingkah laku, atau
tabiat. Berakar dari kata khalaqa yang berarti menciptakan, membuat, atau
menjadikan dan seakar dengan kata Khaliq yang berarti pencipta serta
makhluq yang berarti yang diciptakan. Kesamaan dari akar di atas
mengisyaratkan bahwa dalam akhlak tercakup pengertian terciptanya
keterpaduan antara kehendak sang Khaliq (Tuhan) dengan perilaku makhluq
(manusia).
Akhlak adalah kata yang berbentuk mufrad, jamaknya khuluqun
yang berarti perangai, tabiat, adat atau khulqun yang berarti kejadian, buatan,
ciptaan. Sehingga Akhlak secara etimologi berarti suatu sistem perilaku yang
di buat oleh manusia. Sedangkan secara terminonologis akhlak mempunyai
arti ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk, antara yang terbaik
dan tercela, tentang perkataan atau perbuatan manusia lahir dan batin.
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, kata akhlak diartikan sebagai
kelakuan, tabiat, tingkah laku. Akhlak adalah gambaran kondisi yang
menetap di dalam jiwa. Semua perilaku yang bersumber dari akhlak tidak
memerlukan proses berfikir dan merenung. Perilaku baik dan terpuji yang
berasal dari sumber jiwa di sebut akhlak baik dan bahagia prilaku buruk di
sebut akhlak buruk.2

1
Dr. H. Muhammad Hasbi, M.Ag., Akhlak Tasawuf (Solusi Mencari Kebahagiaan dalam Kehidupan
Esotoris dan Eksoteris), TrustMedia Publishing, Yogyakarta, 2020, Hlm. 1.
2
Netty Hartati, dkk., Islam dan Psikologi, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004, hlm. 68.

3
Akhlak mencakup dua ranah: ranah ilmu dan ranah terapan. Sebagai
ilmu, akhlak merupakan bagian dari filsafat moral atau etika. Walaupun
begitu, etika umum atau tepatnya etika yang bersumber dari Barat tak
mengenal konsep akhlak. Akhlak adalah konsep yang khas dan hanya satu-
satunya ada dalam etika Islam. Akhlak, berdasarkan etika Islam, dibentuk
oleh rukun iman dan rukun Islam melalui proses ihsan, ikhlas, dan takwa.
Sebaliknya, etika umum (Barat) hanya sekadar berdasarkan akal-pikiran.3
Definisi akhlak menurut beberapa ahli yang di antaranya :
1. Imam al-Ghazali
Menurut imam al-Ghazali, “Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa
yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah,
tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
2. Ibrahim Anis
Menurut Ibrahim Anis, “Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa,
yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan, baik atau buruk, tanpa
membutuhkan pemikiran dan pertimbangan.
3. Abdul Karim Zaidan
Menurut Abdul Karim Zaidan, “Akhlak adalah nilai-nilai dan sifat-sifat
yang tertanam dalam jiwa, yang dengan sorotan dan timbangannya
seseorang dapat menilai perbuatannya baik atau buruk, untuk kemudian
memilih melakukan atau meninggalkannya.
4. Prof. Dr. Ahmad Amin
Ahmad Amin mengartikan akhlak sebagai suatu ilmu yang menjelaskan
arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh
sebahagian manusia kepada yang lainnya.
Dari definisi berbagai pendapat di atas, dapat kita simpulkan bahwa
akhlak adalah keadaan jiwa yang mendorong melakukan suatu perbuatan
secara spontan tanpa pertimbangan dan proses berfikir terlebih dahulu dan
tanpa ada unsur paksaan.

3
Assoc. Prof. Dr. Drs. H. Abdul Malik, M.Pd., Akhlak Mulia : Tinjauan Sastra Dan Agama, CV Rizki
Fatur Cemerlang, Batam, 2019, hlm. 1.

4
B. MACAM-MACAM AKHLAK
1. Akhlak Kepada Allah Swt.
Beribadah kepada Allah, yaitu melaksanakan perintah Allah untuk
menyembah-Nya sesuai dengan perintah-Nya. Seorang muslim
beribadah membuktikan ketundukkan terhadap perintah Allah. Berzikir
kepada Allah, yaitu mengingat Allah dalam berbagaisituasi dan kondisi,
baik diucapkan dengan mulut maupun dalam hati. Berzikir kepadaAllah
melahirkan ketenangan dan ketentraman hati. Berdo’a kepada Allah,
yaitu memohon apa saja kepada Allah. Do’a merupakan inti ibadah,
karena ia merupakan pengakuan akan keterbatasan dan ketidakmampuan
manusia, sekaligus pengakuan akan kemahakuasaan Allah terhadap
segala sesuatu. Kekuatan do’a dalam ajaran Islam sangat luar biasa,
karena ia mampu menembus kekuatan akal manusia. Oleh karena itu
berusaha dan berdo’a merupakan dua sisi tugas hidup manusia yang
bersatu secara utuh dalam aktifitas hidup setiap muslim. Orang yang
tidak pernah berdo’a adalah orang yang tidak menerima keterbatasan
dirinya sebagai manusia karena itu dipandang sebagai orang yang
sombong; suatu perilaku yang tidak disukai Allah. Tawakal kepada
Allah, yaitu berserah diri sepenuhnya kepada Allah dan menunggu hasil
pekerjaan atau menanti akibat darisuatu keadaan. Tawaduk kepada Allah,
yaitu rendah hati di hadapan Allah. Mengakui bahwa dirinya rendah dan
hina di hadapan Allah Yang Maha Kuasa, oleh karena itu tidak layak
kalau hidup dengan angkuh dan sombong, tidak mau memaafkan orang
lain, dan pamrih dalam melaksanakan ibadah kepada Allah.
2. Akhlak Kepada Diri Sendiri
a. Sabar, yaitu perilaku seseorang terhadap dirinya sendiri sebagai hasil
dari pengendalian nafsu dan penerimaan terhadap apa yang
menimpanya. Sabar diungkapkan ketika melaksanakan perintah,
menjauhi larangan dan ketika ditimpa musibah.
b. Syukur, yaitu sikap berterima kasih atas pemberian nikmat Allah Swt.
yang tidak bisa terhitung jumlahnya. Syukur diungkapkan dalam
bentuk ucapan dan perbuatan. Syukur dengan ucapan adalah memuji
Allah dengan bacaan alhamdulillah, sedangkan syukur dengan

5
perbuatan dilakukan dengan menggunakan dan memanfaatkan nikmat
Allah sesuai dengan aturan-Nya.
c. Tawaduk, yaitu rendah hati, selalu menghargai siapa saja yang
dihadapinya, orangtua, muda, kaya atau miskin. Sikap tawaduk
melahirkan ketenangan jiwa,menjauhkan dari sifat iri dan dengki yang
menyiksa diri sendiri dan tidakmenyenangkan orang lain.
3. Akhlak Kepada Keluarga
Akhlak terhadap keluarga adalah mengembangkann kasih sayang di
antara anggota keluarga yang diungkapkan dalam bentuk komunikasi.
Akhlak kepada ibu bapak adalah berbuat baik kepada keduanya dengan
ucapan dan perbuatan. Berbuat baik kepada ibu bapak dibuktikan dalam
bentuk-bentuk perbuatan antara lain :
a. Menyayangi dan mencintai ibu bapak sebagai bentuk terima kasih
dengan cara bertutur kata sopan dan lemah lembut.
b. Mentaati perintah.
c. Meringankan beban, serta.
d. Menyantuni mereka jika sudah tua dan tidak mampu lagi berusaha.
4. Akhlak Kepada Sesama Manusia
Berakhlak baik terhadap sesama pada hakikatnya merupakan wujud
dari rasa kasih sayang dan hasil dari keimanan yang benar, sebagaimana
sabda Rasulullah saw, “Mukmin yang paling sempurna imanya ialah
yang paling baik akhlaknya. Dan yang paling baik diantarakamu ialah
mereka yang paling baik terhadap isterinya” (HR. Ahmad).
Diantara akhlak-akhlak itu diantaranya, adalah:
a. Akhlak terpuji (Mahmudah)
Penerapan akhlak sesama manusia yang dan merupakan akhlak yang
terpuji adalah sebagai berikut:
1) Husnuzan, Berasal dari lafal husnun ( baik ) dan Adhamu
(Prasangka). Husnuzan berarti prasangka, perkiraan, dugaan
baik. Lawan kata husnuzan adalah suuzan yakni berprasangka
buruk terhadap seseorang . Hukum kepada Allah dan rasul nya
wajib, wujud husnuzan kepada Allah dan Rasul-Nya antara lain:

6
a) Meyakini dengan sepenuh hati bahwa semua perintah Allah
dan Rasul-Nya Adalah untuk kebaikan manusia
b) Meyakini dengan sepenuh hati bahwa semua larangan
agama pasti berakibat buruk.
Hukum husnuzan kepada manusia mubah atau jaiz (boleh
dilakukan). Husnuzan kepada sesama manusia berarti menaruh
kepercayaan bahwa dia telah berbuat suatu kebaikan. Husnuzan
berdampak positif berdampak positif baik bagi pelakunya
sendiri maupun orang lain.
2) Tawaduk, berarti rendah hati. Orang yang tawaduk berarti
orang yang merendahkan diri dalam pergaulan. Lawan kata
tawaduk adalah takabur. Rasulullah Saw bersabda :
“Barangsiapa rendah hati kepada saudaranya semuslim maka
Allah akan mengangkat derajatnya, dan barangsiapa
mengangkat diri terhadapnya maka Allah akan
merendahkannya” (HR. Ath-Thabrani).
3) Tasamu, Artinya sikap tenggang rasa, saling menghormati dan
saling menghargai sesama manusia. Allah berfirman, ”Untukmu
agamamu, dan untukku agamaku (Q.S. Alkafirun/109: 6) Ayat
tersebut menjelaskan bahwa masing-masing pihak bebas
melaksanakan ajaran agama yang diyakini.
4) Ta’awun berarti tolong menolong, gotong royong, bantu
membantu dengan sesama manusia. Allah berfirman, ”…dan
tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan
permusuhan…”(Q.S. Al Maidah/5:2)
Selain sifat-sifat di atas masih banyak lagi sifat-sifat terpuji lainya
yang menjadi patokan akhlak kita antar sesama.
b. Akhlak Tercela (Mazmumah)
Beberapa akhlak tercela yang harus kita hindari dalam kaitannya
akhlak antara lain :

7
1) Hasad, Artinya iri hati, dengki. Iri berarti merasa kurang
senang atau cemburu melihat orang lain beruntung.
Sebagaimana sabda Rasulullah saw, “Janganlah kamu saling
membenci dan janganlah kamu saling mendengki, dan
janganlah kamu saling menjatuhkan. Dan hendaklahkamu
menjadi hamba Allah yang bersaudara dan tidak boleh
seorang muslim mendiamkan saudaranya lebih dari tiga hari”
(HR. Anas).
2) Dendam yaitu keinginan keras yang terkandung dalam hati
untuk membalas kejahatan. Allah berfirman: ”Dan jika
kamu membalas, maka balaslah dengan (balasan) yang sama
dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Tetapi jika
kamu bersabar, sesungguhlah itulah yang terbaik bagi orang
yang sabar” (Q.S. An Nahl/16:126)
3) Gibah dan Fitnah yaitu membicarakan kejelekan orang
lain dengan tujuan untuk menjatuhkan nama
baiknya.Apabila kejelekan yang dibicarakan tersebut
memang dilakukan orangnya dinamakan gibah.Sedangkan
apabila kejelekan yang dibicarakan itu tidak benar, berarti
pembicaraan itudisebut fitnah. Allah berfirman, ”…dan
janganlah ada diantara kamu yang menggunjing sebagian
yang lain. Apakah ada diantara kamu yang suka memakan
daging saudaranya yangsudah mati? Tentu kamu merasa
jijik…” (Q.S. Al Hujurat/49:12).
4) Namimah atau Adu Domba, yakni menceritakan sikap
atau perbuatan seseorang yang belumtentu benar kepada
orang lain dengan maksud terjadi perselisihan antara
keduanya. Allah berfirman, “Wahai orang-orang yang
beriman! Jika seseorang yang fasik datang kepadamu
membawa suatu berita maka telitilah kebenarannya, agar
kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan

8
(kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu
itu.” (Q.S. Al Hujurat/49:6).

C. KETELADANAN AKHLAK RASULULLAH SAW TERHADAP


SESAMA
Rasulullah Muhammad SAW adalah sosok teladan sepanjang masa.
Keteladanan Nabi Muhammad SAW tercermin dalam setiap lini kehidupan
sehari-hari. Teladan agung Nabi Muhammad SAW telah dijelaskan dalam
firman Allah SWT pada surat Al-Ahzab ayat 21 berikut ini:

‫ّللا َكثِي ًْرا‬ ٰ ْ ‫ّللا َو ْال َي ْو َم‬


َ ٰ ‫اْلخِ َر َوذَك ََر‬ َ ٰ ‫سنَة ِل َم ْن َكانَ َي ْرجوا‬ ِ ٰ ‫َكانَ لَك ْم فِ ْي َرس ْو ِل‬
َ ‫ّللا اس َْوة َح‬

“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
Kiamat dan yang banyak mengingat Allah.” (QS Al Ahzab ayat 21).

Melalui kitab Shafat ash-Shafwah, Imam Abul Faraj Abdurrahman


bin Al Jauzi, menjelaskan contoh keteladanan Rasulullah Muhammad SAW
dalam lima aspek kehidupan. Penjabarannya sebagai berikut:

1. Tidak Pernah Sombong


Kerendahan hati merupakan sifat karakter yang sangat penting dimiliki
setiap orang, karena sifat ini melahirkan berbagai sikap luhur dan
menenangkan kehidupan masyarakat. Seperti yang disampaikan Nabi
Muhammad SAW, beliau selalu rendah hati kepada siapapun dan tidak
pernah menyombongkan diri bahkan atas kehormatan dan
keistimewaannya. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam sabda Nabi
SAW dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Bukhari.

ْ ‫سلَّ َم قَا َل َْل ت‬


‫طرونِي‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ‫ّللا‬ ِ َّ ‫ع ْنه – أ َ َّن َرسو َل‬
َ ‫ّللا‬ َّ ‫ي‬
َ ‫ّللا‬ ِ ‫ع ْن ع َم َر بن الخطاب – َر‬
َ ‫ض‬ َ
ِ َّ ‫عبْد‬
‫ّللا َو َرسوله‬ َ ‫علَ ْي ِه الس ََّالم فَإِنَّ َما أَنَا‬
َ : ‫ فَقولوا‬،‫عبْد‬ َ ‫سى ابْنَ َم ْريَ َم‬
َ ‫ارى عِي‬
َ ‫ص‬َ َّ‫ت الن‬ ْ َ ‫َك َما أ‬
ْ ‫ط َر‬

Dari Umar bin Khattab RA, dia berkata: “Rasulullah SAW bersabda,
“Jangan goda aku (juga) karena orang-orang Nasrani menyanjung Isa
bin Maryam, karena sesungguhnya aku hanyalah seorang hamba. Maka
sebutlah (kamu) hamba Allah dan Rasul-Nya.” (HR Bukhari).

9
2. Lemah Lembut
Akhlak mulia Rasulullah SAW dikenal memiliki akhlak yang paling
mulia untuk dijadikan teladan bagi umatnya. Akhlaknya yang paling
mulia selalu menyertakan pendapat yang baik, dia tidak pernah
melakukan hal-hal buruk, berperilaku kasar, dan tidak pernah berteriak.
Apalagi Rasulullah SAW tidak pernah membalas perbuatan buruk yang
menimpanya kepada siapapun. Bahkan, dia mendoakan orang yang
menyakitinya dengan hal-hal yang baik. Sebagaimana dijelaskan dalam
riwayat berikut:

‫صلى هللا‬- ‫ عن خلق رسول هللا‬،-‫رضي هللا عنها‬- ‫سألت عائشة‬: ‫عن أبي عبد هللا ال َجدَلِي قال‬
‫ وْل َي ْجزي بالسيئ ِة‬،‫ص َّخابًا في األسواق‬ ً ‫شا وْل متَف َِح‬
َ ‫شا وْل‬ ً ِ‫لم يكن فاح‬: «‫ فقالت‬-‫عليه وسلم‬
ْ ‫ ولكن َي ْعفو و َي‬،َ‫»السيئة‬
‫صفَح‬

Dari Abu Abdilah al-Jadali RA dia berkata, “Saya berkata kepada


Aisyah, ‘Bagaimana sikap Nabi terhadap keluarganya?’ Aisyah
menjawab, “Dia adalah orang yang paling terpuji. Rasulullah tidak
pernah bersikap dengan buruk, kasar atau berteriak di tengah pasar. Dia
tidak akan membalas kejahatan dengan kejahatan. Tapi dia memaafkan
dan memaafkan hal-hal buruk yang ditujukan kepadanya secara
pribadi.” (HR Imam Ahmad).

3. Tipe Pecinta Semua


Kecintaan Nabi Muhammad SAW terlihat dari sifat-sifatnya yang sangat
mulia. Beliau dikenal lemah lembut terhadap para sahabatnya.
memaafkan mereka dan meminta kepada Allah SWT untuk mengampuni
dosa dan kesalahan mereka, Nabi juga sangat mengenal anak-anak.
Dikatakan bahwa ketika Nabi Muhammad SAW sedang berdoa, dia
mendengar seorang anak kecil menangis dan menjadi khawatir tentang
anak itu. Nabi kemudian mempercepat shalatnya karena mengetahui
bahwa ibunya pasti sangat khawatir dengan tangisan putranya.

‫ عن أبيه قال قال رسول هللا ﷺ‬،‫عن عبدهللا ابن أبي قتادة األنصاري‬

10
‫ص َالتي‬
َ ‫ فأت َ َج َّوز في‬،ِ‫صبِي‬
َّ ‫ فأ ْس َمع بكَا َء ال‬،‫ط ِو َل فِي َها‬ ْ ‫ص َالةِ وأَنَا أ ِريد‬
َ ‫أن أ‬ َّ ‫إنِي َألَقوم إلى ال‬
ْ َ‫ك ََراهية‬
‫أن أش َّق علَى أ ِم ِه‬

Dari Abu Qatadah Al-Anshari dari ayahnya RA, Rasulullah SAW


bersabda, “Sesungguhnya aku mengerjakan sholat dan berniat
melakukannya dalam waktu yang lama. Tetapi aku mendengar seorang
anak kecil menangis maka aku mempercepat shalat. Karena aku tahu
bahwa ibunya pasti sangat sangat khawatir tentang tangisan putranya.”
(HR Bukhari dan Muslim).
4. Toleran
Sifat pemurah Rasulullah selanjutnya yang harus dimiliki setiap Muslim
adalah selalu bersikap toleran. Kualitas ini membuat seseorang taat
kepada Allah SWT semaksimal mungkin. Misalnya, kesabaran dalam
menghadapi cobaan atau kejadian yang tidak menyenangkan dan
kemampuan untuk menerimanya dengan sepenuh hati.

‫سلَّ َم‬ َ ‫صلَّى هللا‬


َ ‫علَ ْي ِه َوآله و‬ َ ِ‫ك ْنت أ َ ْمشِي َم َع َرسو ِل هللا‬: “‫ع ْن أَن َِس ب ِْن َمالِك رضي هللا عنه قَا َل‬ َ ،
‫ظ ْرت ِإ َلى‬َ َ‫ َحتَّى ن‬،ً‫شدِيدَة‬َ ً ‫ َفأَد َْركَه أَع َْرا ِبي َف َجبَذَه ِب ِردَائِ ِه َج ْبذَة‬،ِ‫غلِيظ ال َحا ِشيَة‬
َ ‫ع َل ْي ِه ب ْرد نَ ْج َرانِي‬
َ ‫َو‬
ْ ‫سلَّ َم قَدْ أَثَّ َر‬
‫ ث َّم‬،ِ‫ت ِب َها َحا ِش َية الب ْر ِد مِ ْن ِشدَّ ِة َج ْبذَتِه‬ َ ‫صلَّى هللا‬
َ ‫علَ ْي ِه و‬ َ ‫هللا‬
ِ ‫ق َرسو ِل‬
ِ ِ‫عات‬ َ ‫ص ْف َح ِة‬
َ
َ ‫صلَّى هللا‬
‫علَ ْي ِه‬ َ ِ‫فَ ْالتَفَتَ إِلَ ْي ِه َرسول هللا‬. َ‫ م ْر لِي مِ ْن َما ِل هللاِ الَّذِي ِع ْندَك‬،‫يَا م َح َّمد‬: ‫قَا َل‬
َ َ‫ ث َّم أ َ َم َر لَه بِع‬، َ‫ضحِ ك‬
‫طاء‬ َ ‫ ث َّم‬،‫سلَّ َم‬
َ ‫” َو‬.

Dari Anas bin Malik RA, dia berkata, “Saya pernah berjalan dengan
Rasulullah, yang pada waktu itu mengenakan sorban dari daerah
Najran, yang tebal bahannya. Kemudian seseorang dari desa
mengikutinya, penduduk badui itu menarik sorbannya begitu keras
hingga aku melihat bekas luka di sisi leher Nabi karena gaya tarik-
menarik. Kemudian badui itu berkata, “Wahai Muhammad, berilah aku
kekayaan Allah yang kamu miliki!” Rasulullah SAW menoleh dan
tertawa. Dia memerintahkan untuk memberikan kepada badui hadiah.”
(HR Bukhari dan Muslim).

5. Dermawan
Kedermawanan Rasulullah SAW dikenal dengan kebesaran dan
kedermawanan jiwanya. Memberikan sesuatu dari Allah SWT tanpa

11
keegoisan dan kemunafikan. Kisah kedermawanannya diceritakan
dalam banyak hadits, salah satunya adalah hadits berikut ini:

ً
‫رجال سأل النبي صلى هللا عليه وسلم غن ًما بين جبلين‬ ‫أن‬: ‫عن أنس بن مالك رضي هللا عنه‬،
‫ فوهللا إن محمدًا ليعطي عطا ًء ما يخاف الفقر‬،‫ أسلموا‬،‫قوم‬
ِ ‫ي‬ ْ ‫أ‬: ‫ فأتى قومه فقال‬،‫فأعطاه إياه‬،

Dari Anas bin Malik RA dia berkata, “Seorang pria mendatangi Nabi
SAW dan meminta kambing yang jumlahnya sama dengan jarak antara
dua gunung, maka beliau memberikan apa yang dia minta. Si pria
lantas pulang ke kaumnya dan berkata, “Wahai umatku, masuklah ke
agama Islam, karena Muhammad akan memberimu hadiah yang tidak
akan kamu inginkan lagi khawatir jatuh miskin.” (HR Muslim).

D. CARA BERAKHLAK TERHADAP SESAMA MAHASISWA


Dalam pergaulan sehari-hari di lingkungan kampus terutama antar
pelajar dan mahasiswi, ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian
khusus, selain itu ketentuan umum tentang hubungan bersosialisasi lainnya,
yaitu mengucapkan dan menjawab salam, berjabat tangan, dan khalwah .
Pembahasan tentang pergaulan ini fokus pada tiga hal tersebut.
1. Mengucapkan dan Menjawab Salam
Islam mengajarkan kepada sesama muslim untuk saling bertukar salam
apabila bertemu (QS An-Nisa' 4:86) atau bertamu (QS An-Nur 24:27),
Supaya rasa kasih sayang sesama dapat selalu terpupuk dengan baik.
Salam yang diucapkan minimal adalah “Assalamu'alaikum”. Tetapi akan
lebih baik dan lebih besar pahalanya apabila diucapkan secara lebih
lengkap.
Mengucapkan salam hukumnya sunat, tetapi menjawabnya wajib,
minimal dengan salam yang seimbang. Bila bertemu yang terlebih dahulu
mengucapkan salam adalah yang berada di atas kendaraan kepada yang
berjalan kaki, yang berjalan kaki kepada yang duduk, yang sedikit kepada
yang banyak, dan yang lebih muda kepada yang lebih tua.

12
2. Jangan mengomel pada orang lain.
Sering kita lihat dalam kehidupan sehari-hari dalam perkuliahan, ada
siswa yang menganggap dirinya paling pandai dalam kelas tersebut dan
menganggap siswa lain ilmunya lebih rendah dari dirinya. Hal inilah
yang harus dihindari oleh pelajar karena sangat bertentangan dengan
perintah kodrat manusia. Allah pun memuliakan manusia dengan
menjadikan manusiamakhluk yang derajatnya sempurna. Dan Nabi
bersabda: “Sombong adalah menolak kebenaran dan menyatakan orang
lain”.
3. Jabatan Tangan
Rasulullah saw. mengajarkan bahwa untuk lebih menyempurnakan
salam dan menguatkan tali ukhuwah Islamiyah, sebaiknya ucapan salam
diikuti dengan jabatanan tangan. Berjabat tangan haruslah dilakukan
dengan penuh keikhlasan yang tercermin dari cara bersalaman.
Rasulullah telah mengajarkan bahwa meletakkan tangan seseorang harus
dengan penuh perhatian, kasih sayang, dan muka yang baik. Pandanglah
muka orang yang disalami, jangan bersalaman sambil memandang obyek
lain , karena sikap seperti itu akan menimbulkan perasaan tidak dihargai.
Bisa-bisa yang disalami akan menjadi bengkok. Juga jangan menarik
tangan dengan cepat dan terburu-buru-gesa yang mengesankan kita tidak
menjabat tangan dengan senang hati tapi karena terpaksa karena keadaan
atau dengan perasaan yang berat. Namun anjuran jabatan tangan tidak
berlaku antar jenis lawan.
4. Memberi nasehat
Yang seharusnya dilakukan siswa adalah belajar dan meraih cita-citanya.
Jika ada siswa yang nyeleweng maka hendaklah kita menasihatinya.
Sesuai kata Abu Bakar Al-Mazani: “ Yang membuat Abu Bakar lebih
tinggi (derajatnya) dari sahabat-sahabat yang lain bukanlah puasa atau
solatnya tetapi karena suatu yang ada di dalam hati. Dan yang di dalam
hatinya adalah kecintaan kepada Allah dan nasehat terhadap makhluk-
Nya”.

13
Jadi tidak usahlah kita malu untuk menasihati teman kita selama apa yang
kita lakukan menjadikan diri kita dan teman kita menjadi lebih baik.
Hendaklah menasihati teman secara tertutup, secara tatap muka agar
tidak diketahui orang lain karena barang siapa yang menutupi keburukan
teman maka Allah akan menutupi keburukan kita di dunia dan akhirat.
Memberikan nasihat kepada teman semampunya. Apabila terjadi
sebaliknya orang yang dinasihati malah melawan bahkan sampai
membahayakan diri kita maka kita boleh memilih untuk akan
memberikan nasihat lagi atau tidak. Kemudian doakan semoga Allah
sendiri yang menuntun teman kita agar menjadi orang yang lebih baik.
5. Melapangkan ruang kelas
Dalam kehidupan siswa tidak terlepas dengan diskusi-diskusi, baik
dalam diskusi kelompok ataupun diskusi kelas. Yang akan disinggung
dalam hal ini adalah sikap siswa yang harus bertoleransi kepada sesama
siswa dalam berbagi ruang agar semua siswa ikut dalam diskusi tersebut.
6. Tidak Ber-khalwah
Satu hal lagi yang sangat penting diperhatikan dalam pergaulan pria dan
wanita, terutama antar muda mudi adalah masalah pertemuan antara pria
dan wanita, terutama pertemuan-pertemuan pribadi. Rasulullah SAW
melarang pria dan wanita berkhalwah, baik di tempat umum, apalagi di
tempat sepi. Khalwah adalah sepasang-duaan antara pria dan wanita yang
tidak punya hubungan suami isteri dan tidak pula mahram tanpa ada
orang ketiga.
7. Metaati peraturan
Mahasiswa sebagai seorang civitas yang hidup di dalam lingkungan
kampus tentu terikat dengan peraturan yang ada di universitas.
Mahasiswa dituntut untuk mempertimbangkan peraturan yang telah
ditetapkan oleh universitas, tetapi hal yang ada di lapangan lain. Diantara
pelajar banyak melanggar peraturan yang telah dibuat. Padahal
agamapun diperintahkan agar taat terhadap peraturan. Allah berfirman
dalam surat An-Nisa ayat 59:

14
“Hai orang-orang yang beriman, ta`atilah Allah dan ta`atilah Rasul
(Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan
pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al
Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada
Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan
lebih baik hasilnya”.
Peraturan yang ditetapkan oleh pihak kampus mencangkup berbagai
aspek, salah satu aspek yang sering dilanggar oleh mahasiswa adalah
aspek berbusana, misalnya pihak kampus telah menentukan busana yang
boleh dikenakan di lingkungan kampus adalah pakaian yang sopan dan
tidak ketat namun banyak dari mahasiswa yang menggunakan kaos,
pakaian ketat bahkan celana yang sobek. Ironisnya memang jika
kenyataan di lapangan lain dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
“Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan pakaian untuk
menutupi `auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian
takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah bagian dari
tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu
mengingatnya.”
Ayat ini memerintahkan kepada manusia untuk menutup aurat dengan
pakaian. Namun hal ayat ini tidak membatasi seseorang dalam berbusana
untuk mengikuti perkembangan zaman. Begitu juga dengan pakaian atau
busana siswa, siswa mempunyai kebebasan dalam bertindak dan memilih
busana yang tepat. Bukan berarti siswa bebas secara mutlak dalam
menentukan busana. Hal ini dibatasi oleh agama, etika, dan moral demi
kelangsungan kegiatan perkuliahan.

15
BAB III

PENUTUPAN
A. KESIMPULAN
Akhlak adalah keadaan jiwa yang mendorong melakukan suatu
perbuatan secara spontan tanpa pertimbangan dan proses berfikir terlebih
dahulu dan tanpa ada unsur paksaan. Akhlak mencakup dua ranah: ranah ilmu
dan ranah terapan. Macam-macam akhlak yaitu akhlak kepada Allah Swt.,
akhlak kepada diri sendiri, akhlak kepada keluarga dan akhlak kepada sesama
manusia.
Akhlak terbagi menjadi dua, yaitu akhlak terpuji (mahmudah) dan
akhlak tercela (mazmumah). Sifat-sifat yang termasuk akhlak terpuji
(mahmudah) yaitu Husnudzon, Tawaduk, Tasamu, Ta`awun. Sebaliknya,
sifat-sifat yang termasuk akhlak tercela yaitu Hasad, Dendam, Ghibah dan
Fitnah, serta Namimah atau adu domba.
Rasulullah Saw. memberikan banyak sekali pengajaran tentang
akhlak yang baik. Contoh akhlak Rasulullah Saw. yang dapat kita teladani
yaitu tidak sombong, lemah lembut, pecinta semua, toleran, dan dermawan.
Kita dapat mempraktekkan semua itu kepada sesama mahasiswa yaitu dengan
saling mengucapkan salam, saling berjabat tangan, saling memberi nasehat,
tidak berkhalwah, dan mentaati peraturan serta menjaga kedamaian antar
sesama mahasiswa.

B. SARAN
Akhlak sudah sepantasnya kita ketahui dan pelajari lebih dalam agar
dalam menjalani kehidupan tidak terjerumus ke kesesatan dunia. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan bagi pembaca
semuanya. Serta diharapkan, dengan diselesaikannya makalah ini, baik
pembaca maupun penulis dapat menerapkan akhlak yang baik dan sesuai
dengan ajaran islam dalam kehidupan sehari-hari. Walaupun tidak
sesempurna Nabi Muhammad SAW. setidaknya kita termasuk kedalam
golongan kaumnya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Hartati, N. (2004). Islam dan Psikologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo.


Hasbi, M. (2020). Akhlak Tasawuf ( Solusi Mencari Kebahagiaan dalam
Kehidupan). Yogyakarta: TrustMedia Publishing.
Malik, A. (2019). Akhlak Mulia : Tinjauan Sastra dan Agama (1 ed.). Batam: CV.
Rizki Fatur Cemerlang.

17

Anda mungkin juga menyukai