Anda di halaman 1dari 2

Bab 1

Islam, Indonesia dan Keberagaman

Indonesia ditakdirkan sebagai negara yang memiliki berbagai keberagaman. Pluralitas agama, etnis,
bahasa dan budaya bukan hal asing lagi bagi bangsa ini. Meskipun hidup dalam kondisi yang
beragam, masing-masing bisa hidup rukun dan damai. Keberagaman itu merupakan potensi yang
dapat menjadikan negara ini menjadi bangsa besar. Itu sebabnya falsafah atau semboyan bangsa ini
adalah Bhinnaka Tunggal Ika.  Meskipun berbeda-beda, bisa menjadi satu saling memperkuat antara
satu dengan yang lainnya.

Sementara itu, Islam secara etimologi diartikan sebagai “kedamaian”, “selamat” dan “penyerahan
diri”. Itu artinya di dalam Islam tidak ada ajaran kekerasan. Islam sangat menganjurkan untuk
berbuat baik kepada semua manusia, tidak memandang agama, ras dan juga suku. Agama Islam
diturunkan untuk rahmat semua alam.

Dalam sejarahnya, bangsa Indonesia adalah masyarakat yang sangat santun dan sangat
toleran terhadap keberagaman ini. Jarang sekali terjadi konflik horisontal yang
dilatarbelakangi oleh adanya perbedaan budaya. Meskipun dalam banyak hal ada
perbedaan, semuanya dapat menerima dan saling menghormati, saling menghargai satu
dengan yang lainya. Bahkan tidak jarang dapat saling membantu dalam pembangunan
bangsa ini.

Itu sebabnya sangat disayangkan jika saat ini konflik karena perbedaan itu justru sering
terjadi. Padahal, dari tingkat pendidikan dan pemahaman relatif lebih maju dibandingkan
dengan waktu-waktu sebelumnya. Itu sebabnya pasti ada faktor lain yang memudahkan
adanya konflik horisontaldi dalam masyarakat. Kepentingan-kepentingan politik tentu sangat
berpengaruh terhadap kondisi masyarakat. Itu sebabnya banyak konflik yang
dilatarbelakangi oleh adanya pengaruh-pengaruh kepentingan segelintir penguasa di negeri
ini.

Dilihat dari segi ajaran agama, tentu tidak ada satu agama pun yang mengajarkan
kekerasan. Setiap agama mengajarkan kebaikan dan memerintahkan umatnya untuk
mencintai antara satu dengan lainnya, terutama Islam. Di dalam agama Islam diyakini
bahwa Tuhan menciptakan manusia bersuku-suku dan berbangsa untuk saling mengenal.
Permusuhan berarti menyalahi kodrat kita sebagai manusia.

Sikap saling menghargai bahkan terhadap orang yang beragama lain, sudah lama
dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. Pada 631 Masehi Nabi Muhammad didatangi
delegasi umat Kristiani yang berjumlah 60 orang dari daerah Najran, mereka diterima di
masjid Nabi dan mereka diperkenankan beribadah sesuai dengan agamanya di masjid Nabi.
Selama tiga hari tiga malam mereka berdialog tentang “tabiat” Tuhan dan Isa as. Meskipun
dialog itu tidak melahirkan kesepemahaman, Muhammad SAW tidak memaksakan
kehendaknya, bahkan tetap menghormati ajaran Kristiani yang mereka yakini Kendati ada
perbedaan teologis, Rasululllah bersedia melakukan persetujuan damai antara lain berisikan
bahwa warga Kristiani mendapat keamanan Allah dan Rasul-Nya baik bagi kehidupan
mereka sehari-hari, agama, dan harta kekayaan mereka. Tidak akan ada intervensi dalam
agama dan peribadatan mereka. Tidak akan ada perubahan dalam hak-hak bagi mereka.
Tidak akan ada perusakan bagi rumah ibadah atau simbol keagamaan lainya.
Di masa Rasulullah juga tidak membedakan hukum antara seorang muslim dengan non-
muslim. Keadilan akan ditegakkan bagi siapa saja yang melakukan pelanggaran terhadap
ketentuan atau kesepakatan bersama. Perjanjian Najran menunjukan kebesaran jiwa Nabi
menyikapi perbedaan yang bersifat teologis, bahwa hanya Tuhanlah yang berkehendak
seseorang memeluk Islam atau tidak. Manusia tidak bisa memaksakan, dengan demikian
manusia harus dapat hidup secara damai meskipun dalam keberagaman.

Contoh yang sudah diberikah Rasulullah itu hendaknya dicontoh para pemimpin masa kini.
Seorang pemimpin haruslah adil, jujur dan dewasa di dalam membangun bangsa ini
meskipun dalam berbagai keberagaman. Pemimpin yang lebih mengutamakan kepentingan
bersama, bukan pemimpin yang hanya mengutamakan diri sendiri dan golongan. Pemimpin
yang hanya mementingkan diri sendiiri dan golongan, tentu akan mengorbankan masyarakat
sebagai tumbal kekuasaan mereka.

Islam bukanlah agama yang mengajarkan kekerasan yang memicu perang antara agama di
negeri ini. Sebaliknya, Islam justru mengajarkan saling menghargai dan saling menghormati
antara satu dengan yang lainnya. Mengganggu orang yang berbeda agama, selama yang
bersangkutan tidak melanggar kesepakatan adalah sebuah pelanggaran. Itu artinya Islam
bukanlah agama teroris sebagaimana yang ditakuti di negara-negara barat saat ini. Tetapi
perlu diingat jika muslim diinetervensi atau bahkan diintimidasi, maka sampai kapan pun
umat muslim tidak akan pernah diam. Karena mempertahankan harga diri dan kedaulatan
adalah bagian dari keimanan yang harus diperjuangkan. Wallahua’lam bishawab.

Anda mungkin juga menyukai