Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH ALQURAN HADITS

Tentang Toleransi

Ustadz Pembimbing :
Ust. Hadi syarifi M.Pd

DISUSUN OLEH :
Deyan Azzahro.
Ihzam Mahendra
Sahripan
Zainul Arifin

Kelas : XIIMAK1

PONDOK PESANTREN AL-ISLAM KEMUJA


MADRASAH ALIYAH
TAHUN AJARAN
2022/2023
KATA PENGANTAR
Salam ukhuwah akhi wa ukhti..
Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan limpahan rahmat dan
nikmat kepada kita semua sehingga kami dapat menyelesaikan tugas penyusunan makalah
“Pendidikan Agama Islam Toleransi Dalam Kehidupan” Insya Allah dengan baik.
Penyusunan ini tentunya bukan hanya hasil pemikiran kami sendiri, banyak orang-orang yang
mendukung kami di belakang. Ucapan terima kasih kami haturkan kepada kedua orang tua
kami, kepada Bapak Ahmad Labib. S.Pdi selaku guru mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam, dan teman-teman yang selalu menyumbangkan semangatnya. Tanpa mereka kami
bukanlah apa-apa.
Dalam makalah ini, kami membahas mengenai toleransi yang Insya Allah akan
bermanfaat dan dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk lebih jelasnya,
marilah kita baca dan pelajari makalah ini.
Makalah ini hanyalah hasil karya susunan insan yang tak berdaya, yang tak jauh dari
khilaf dan salah. Untuk itu kritik dan saran dari para pembaca sangat kami harapkan, agar
bisa kami jadikan motivasi untuk ke depannya.
Semoga Allah SWT. selalu menuntun setiap perjalanan hidup kita. Aaamin..

Kemuja, 21 Januari 2023

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dalam kehidupan sehari-hari, terkadang kita egois, kita mempunyai pendapat namun
pendapat kita haruslah diterima oleh orang lain. Atau terkadang kita memaksakan kehendak
terhadap orang lain untuk mau melakukan hal yang sama dengan kita.
Untuk menghindari itu semua, kita harus mempunyai sikap toleransi, sikap tenggang rasa,
agar tidak terjadi rasa saling tidak suka antar sesama. Jika toleransi ada dalam setiap diri kita,
Insya Allah dalam bergaul di lingkungan baik sekolah maupun masyarakat akan menjadi
lebih baik.
Untuk itulah kami mengangkat tema toleransi dalam makalah ini. Semoga dapat diterima dan
dapat dijadikan inspirasi untuk berbuat lebih baik.

B. TUJUAN DAN MANFAAT


1. Tujuan
a. Menambahkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. ;
b. Agar lebih dapat meneladani sikap Rasulullah SAW. ;
c. Menambah wawasan ;
d. Agar mengetahui lebih dalam mengenai toleransi ;
e. Menerapkan toleransi dalam kehidupan sehari-hari ;
f. Menghadirkan sikap toleransi dalam bergaul.
2. Manfaat
a. Menambah keilmuan tentang ajaran Islam ;
b. Dapat memahami materi toleransi ;
c. Hati menjadi tenang dengan adanya sikap toleransi ;
d. Lebih menghargai suatu hal apapun ;
e. Mempunyai pendirian kuat dengan tidak merendahkan orang lain ;

BAB II
TOLERANSI DALAM KEHIDUPAN

A. PENGERTIAN TOLERANSI
Toleransi adalah sikap tenggang rasa, menghargai, membiarkan, atau
membolehkan oran lain untuk berpendapat atau berpendirian yang berbeda dengan
dirinya.
Toleransi bahasa Arabnya adalah tasamuh yang artinya sama-sama berlaku baik,
lemah lembut, dan saling pemaaf. Dalam pengertian umum, toleransi adalah sikap
akhlak terpuji dalam pergaulan.

B. TOLERANSI DALAM ISLAM


Toleransi dalam Islam bukan berarti bersikap sinkretis. Pemahaman yang sinkretis
dalam toleransi beragama merupakan kesalahan dalam memahami arti tasâmuh yang
berarti menghargai, yang dapat mengakibat-kan pencampuran antar yang hak dan yang
batil (talbisu al-haq bi al-bâtil), karena sikap sinkretis adalah sikap yang menganggap
semua agama sama. Sementara sikap toleransi dalam Islam adalah sikap menghargai dan
menghormati keyakinan dan agama lain di luar Islam, bukan menyamakan atau
mensederajatkannya dengan keyakinan Islam itu sendiri.
Sikap toleransi dalam Islam yang berhubungan dengan akidah sangat jelas yaitu
ketika Allah SWT. memerintahkan kepada Rasulullah SAW. untuk mengajak para Ahl al-
Kitab untuk hanya menyembah dan tidak menye-kutukan Allah swt.

C. AYAT AL-QUR’AN & HADITS YANG MENJELASKAN TOLERANSI


1. Q. S. Al-Kafirun(109) : 1-6

Artinya :
1) Katakanlah (Muhammad), “Wahai orang-orang kafir !
2) Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah,
3) dan kamu bukan penyembah apa yang kamu sembah,
4) dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah,
5) dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah apa yang aku sembah,
6) Untukmu agamau, dan untukku agamaku.

Asbabun nuzul
Salah satu riwayat menyebutkan bahwa sekelompok pemuka kafir Quraisy datang
menemui Rasulullah SAW.. Kedatangan mereka untuk mengajak Rasulullah bersekutu
dalam segala hal, termasuk dalam peribadahan. Mereka akan menyembah apa yang beliau
sembah, beliau pun diminta menyembah apa yang mereka sembah. Bahkan mereka akan
menganngkat beliau sebagai pemimpin. Dengan adanya peristiwa tersebut, maka turunlah
wahyu Allah SWT., yaitu Q.S. Al-Kafirun.
Pada ayat 2 dan 4, Rasulullah SAW. menegaskan bahwa beliau tidak akan pernah
menjadi penyembah apa yang disembah orang kafir, yaitu berhala. Dan pada ayat 3 dan 5
Rasulullah SAW., juga menegaskan bahwa orang kafir pun tidak akan pernah menjadi
penyembah apa yang beliau sembah, yaitu Allah SWT.
Pada ayat 6 Rasulullah SAW. menegaskan bahwa orang kafir tetap pada agamanya dan
beliau bersama kaum muslimin tetap pada agama tauhid. Dengan demikian, ayat 6 ini
sebagai landasan hukum adanya tasamuh dalam beragama.
Kandungan Surah
a. Kebenaran itu sumbernya dari Allah SWT. ;
b. Manusia diberi kebebasan memilih mau beriman atau kafir bagi orang yang
beriman dan beramal sholeh disediakan Surga dan bagi orang yang kafir
disediakan neraka ;
c. Jika manusia memilih kafir dan melepaskan keimanan maka berarti mereka telah
melakukan kezhaliman.

2. Q. S. Al-Bayinah(98) : 1-8

Artinya :
1) Orang-orang kafir yakni ahli kitab dan orang-orang musyrik (mengatakan bahwa
mereka) tidak akan meninggalkan (agamanya) sebelum datang kepada mereka
bukti yang nyata,
2) (yaitu) seorang rasul dari Allah (Muhammad) yang membacakan lembaran-
lembaran yang suci (Al-Qur’an),
3) di dalamnya terdapat (isi) kitab-kitab yang lurus (benar),
4) Dan tidaklah terpecah-belah orang-orang Ahli Kitab melainkan setelah datang
kepada mereka bukti yang nyata.
5) Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah, dengan ikhlas menaati-Nya
semata-mata (menjalankan) agama, dan juga agar melaksnakan sholat dan
menunaikan zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus (benar),
6) Sungguh, orang-orang kafir dari golongan Ahli Kitab dan orang-orang musyrik
(akan masuk) ke neraka Jahanam, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya.
Mereka itu adalah sejahat-jahat makhluk.
7) Sungguh, orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka itu
adalah sebaik-baik makhluk.
8) Balasan mereka di sisi Rabb mereka ialah surga ‘adn yang mengalir di bawahnya
sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah rida terhadap
mereka dan mereka pun rida kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan)
bagi orang yang takut kepada Rabbnya.

Asbabun Nuzul
Sebenarnya, prinsip nabi-nabi terdahulu ialah sama dengan prinsip agama Islam yaitu
ketauhidan dengan melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala larangan Allah SWT..
Meskipun agama yang dibawa nabi terdahulu sama dengan Islam, tetapi syariatnya berbeda-
beda. Misalnya dalam menjalankan kewajiban dan tata cara beribadah.
Surah Al-Bayinah yang berkaitan dengan toleransi adalah ayat 1-2 . Kedua ayat ini
menjelaskan sikap tegas yang dimiliki oleh orang-orang kafir dari golongan ahli kitab
(Yahudi dan Nasrani) dan orang-orang musyrik. Mereka menyatakan tidak akan
meninggalkan ajaran agama mereka sampai datang keterangan yang nyata. Keterangan itu
adalah nabi akhir zaman yang mereka dambakan akan memancarkan lembaran-lembaran suci
sebagai pedoman hidup. Mereka menganggap bahwa peribadatan yang mereka lakukan saat
itu benar sehingga mereka mempertahankannya. Dengan demikian, sikap tegas mereka
sebagai bukti dimilikinya fanatisme beragama.
Mereka sangat berharap nabi akhir zaman yang mereka tunggu-tunggu itu berasal dari
golongan mereka, yaitu bani Israil. Akan tetapi, Allah SWT. mengutus nabi yang terakhir
bukan dari golongan bani Israil, muncullah rasa iri pada diri mereka. Upaya untuk membunuh
Rasulullah SWT. dan menghancurkan umat Islam selalu mereka lakukan. Hal ini akan
berlangsung hingga akhir zaman.

3. Q. S. Al-Kahfi(18) : 29

Artinya :
Dan katakanlah (Muhammad), “Kebenaran itu datangnya dari Rabbmu, barangsiapa
menghendaki (beriman) hendaklah dia beriman, dan barangsiapa menghendaki (kafir) biarlah
dia kafir. “Sesungguhnya Kami telah menyediakan neraka bagi orang zalim, yang gejolaknya
mengepung mereka. Jika mereka meminta pertolongan (minum), mereka akan diberi air
seperti besi yang mendidih yang menghanguskan wajah. (Itulah) minuman yang paling buruk
dan tempat istirahat yang paling jelek.
Kandungan Surah
a. Kebenaran itu sumbernya dari Allah SWT. ;
b. Manusia diberi kebebasan memilih mau beriman atau kafir bagi orang yang
beriman dan beramal sholeh disediakan Surga dan bagi orang yang kafir disediakan
neraka ;
c. Jika manusia memilih kafir dan melepaskan keimanan maka berarti mereka
telah melakukan kezhaliman.

D. TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA


1. Kaitan toleransi dengan persaudaraan sesama Muslim
Berkaitan dengan hubungan toleransi dengan persaudaraan sesama Muslim,
dalam hal ini Allah SWT. Berfirman :
َ‫ِإنَّ َما ْال ُمْؤ ِمنُونَ ِإ ْخ َوةٌ فََأصْ لِحُوا بَ ْينَ َأ َخ َو ْي ُك ْم َواتَّقُوا هَّللا َ لَ َعلَّ ُك ْم تُرْ َح ُمون‬
[Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah
(perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah,
supaya kamu mendapat rahmat].
Dalam ayat ini, Allah menyatakan bahwa orang-orang mukmin bersaudara dan
memerintahkan untuk melakukan islah (mendamaikannya untuk perbaikan
hubungan) jika seandainya terjadi kesalahpahaman di antara mereka atau kelompok
umat Islam.
Untuk mengembangkan sikap toleransi secara umum, terlebih dahulu dengan
mensikapi perbedaan (pendapat) yang (mungkin) terjadi pada keluarga dan saudara
sesama muslim. Sikap toleransi dimulai dengan cara membangun kebersamaan atau
keharmonisan dan menyadari adanya perbedaan dan menyadari bahwa semua adalah
bersaudara, maka akan timbul rasa kasih sayang, saling pengertian yang pada
akhirnya akan bermuara pada sikap toleran. Dalam konteks pengamalan agama, Al-
Qur’an secara tegas memerintahkan orang-orang mukmin untuk kembali kepada
Allah SWT. dan sunnah Rasulullah SAW.

2. Kaitan toleransi dengan mu’amalah antar umat beragama


Toleransi antar umat beragama dapat dimaknai sebagai suatu sikap untuk
dapat hidup bersama masyarakat penganut agama lain dengan memiliki kebebasan
untuk menjalankan prinsip-prinsip keagamaan (ibadah) masing-masing, tanpa adanya
paksaan dan tekanan, baik untuk beribadah maupun tidak beribadah dari satu pihak ke
pihak lain. Sebagai implementasinya dalam praktek kehidupan sosial dapat dimulai
dari sikap bertetangga, karena toleransi yang paling hakiki adalah sikap kebersamaan
antara penganut keagamaan dalam kehidupan sehari-hari.
Sikap toleransi antar umat beragama bisa dimulai dari hidup bertetangga baik
dengan tetangga yang seiman dengan kita atau tidak. Sikap toleransi itu direfleksikan
dengan cara saling menghormati, saling memulia-kan dan saling tolong-menolong.
Hal ini telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. saat beliau dan para sahabat sedang
berkumpul, lewatlah rombongan orang Yahudi yang mengantar jenazah. Nabi
Muhammad saw. langsung berdiri memberikan penghormatan. Seorang sahabat
berkata: “Bukankah mereka orang Yahudi, ya Rasul?” Nabi saw.. menjawab “Ya, tapi
mereka manusia juga”. Hadis ini hendak menjelaskan bahwa, bahwa sisi akidah atau
teologi bukanlah urusan manusia, melainkan urusan Allah SWT. dan tidak ada
kompromi serta sikap toleran di dalamnya. Sedangkan urusan mu’amalah antar
sesama tetap dipelihara dengan baik dan harmonis.
Saat Umar bin Khattab ra. memegang amanah sebagai khalifah, ada sebuah kisah dari
banyak teladan beliau tentang toleransi, yaitu saat Islam berhasil membebaskan
Jerusalem dari penguasa Byzantium pada Februari 638 M. Tidak ada kekerasan yang
terjadi dalam ‘penaklukan’ ini. Singkat cerita, penguasa Jerusalem saat itu, Patriarch
Sophorinus, “menyerahkan kunci” kota dengan begitu saja. Suatu ketika, khalifah
Umar dan Patriarch Sophorinus menginspeksi gereja tua bernama Holy Sepulchre.
Saat tiba waktu shalat, beliau ditawari Sophronius shalat di dalam gereja itu. Umar
menolak seraya berkata, “Jika saya shalat di dalam, orang Islam sesudah saya akan
menganggap ini milik mereka hanya karena saya pernah shalat di situ.” Beliau
kemudian mengambil batu dan melemparkannya keluar gereja. Di tempat batu jatuh
itulah beliau kemudian shalat. Umar kemudian menjamin bahwa gereja itu tidak akan
diambil atau dirusak sampai kapan pun dan tetap terbuka untuk peribadatan umat
Nasrani.

3. Tidak ada toleransi dalam akidah


Mengenai sistem keyakinan dan agama yang berbeda-beda, Al-Qur’an menegaskan:
‫قُلْ يَا َأيُّهَا ْال َكافِرُونَ اَل َأ ْعبُ ُد َما تَ ْعبُ ُدونَ َواَل َأنتُ ْم عَابِ ُدونَ َما َأ ْعبُ ُد َواَل َأنَا عَابِ ٌد َّما َعبَدتُّ ْم َواَل َأنتُ ْم عَابِ ُدونَ َما َأ ْعبُ ُد‬
ِ ‫لَ ُك ْم ِدينُ ُك ْم َولِ َي ِد‬
‫ين‬
[Katakanlah: "Hai orang-orang kafir, Aku tidak akan menyembah apa yang
kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak
pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah (pula)
menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmulah agamamu, dan untukku
agamaku].
Latar belakang turunnya ayat ini (asbấb an-nuzủl), ketika kaum kafir Quraisy
berusaha membujuk Rasulullah saw., "Sekiranya engkau tidak keberatan mengikuti
kami (menyembah berhala) selama setahun, kami akan mengikuti agamamu selama
setahun pula." Setelah Rasulullah SAW. membacakan ayat ini kepada mereka maka
berputus-asalah kaum kafir Quraisy, sejak itu semakin keras sikap permusuhan
mereka kepada Rasulullah SAW.
Dua kali Allah swt. memperingatkan Rasulullah SAW. : "Aku tidak akan
menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak menyembah Tuhan yang aku
sembah." Artinya, umat Islam sama sekali tidak boleh melakukan peribadatan yang
diadakan oleh non-muslim, dalam bentuk apapun.
Ayat ini menegaskan, bahwa semua manusia menganut agama tunggal merupakan
suatu keniscayaan. Sebaliknya, tidak mungkin manusia meng-anut beberapa agama
dalam waktu yang sama atau mengamalkan ajaran dari berbagai agama secara
simultan. Oleh sebab itu, Al-Qu’ran menegaskan bahwa umat Islam tetap berpegang
teguh pada sistem ke-Esaan Allah secara mutlak, sedangkan orang kafir pada ajaran
ketuhanan yang ditetapkannya sendiri.
Dalam kondisi sekarang, maka melakukan do'a bersama orang-orang non-muslim
(istighasah), menghadiri perayaan Natal, mengikuti upacara pernikahan mereka atau
mengikuti pemakaman mereka merupakan cakupan dari surah Al-Kafirun. Semua hal
itu tidak boleh diikuti umat Islam, karena berhubungan dengan akidah dan ibadah.
Orang-orang non-muslim juga tidak ada gunanya mengikuti peribadatan kaum
muslimin, karena sama sekali tidak ada nilainya dihadapan Allah SWT.
Dalam memahami toleransi, umat Islam tidak boleh salah kaprah. Toleransi terhadap
non-muslim hanya boleh dalam aspek muamalah (perdagangan, industri, kesehatan,
pendidikan, sosial, dan lain-lain), tetapi tidak dalam hal akidah dan ibadah. Islam
mengakui adanya perbedaan, tetapi tidak boleh dipaksakan agar sama sesuatu yang
jelas-jelas berbeda.
Dalam sejarah Islam, Nabi Muhammad SAW. merupakan teladan yang baik dalam
implementasi toleransi beragama dengan merangkul semua etnis, dan apapun warna
kulit dan kebangsaannya. Kebersamaan merupakan salah satu prinsip yang
diutamakan, yang terkait dengan karakter moderasi dalam Islam, di mana Allah swt
berkeinginan mewujudkan masyarakat Islam yang moderat, sebagaimana firman-
Nya :
ً‫اس َويَ ُكونَ ال َّرسُو ُل َعلَ ْي ُك ْم َش ِهيدا‬ ْ ُ‫ك َج َع ْلنَا ُك ْم ُأ َّمةً َو َسطا ً لِّتَ ُكون‬
ِ َّ‫وا ُشهَدَاء َعلَى الن‬ َ ِ‫َو َك َذل‬
[Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan
pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul
(Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu].

E. PENERAPAN TOLERANSI DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI


1. Tidak memaksakan keyakinan kepada orang lain kerena tidak dibenarkan oleh
agama dan akal sehat ;
2. Sabar dalam menghadapi sikap orang-orang yang mendustakan Islam,
sebagaimana rasul terdahulu ;
3. Bersahaja dalam melaksanakan dakwah, tidak mengikuti jalan pikiran objek
dakwah ;
4. Bebas menjalin hubungan dengan non muslim selama tidak menyangkut masalah
akidah dan ibadah.

F. HIKMAH BERTOLERANSI DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI


1. Menghargai kepada sesama ciptaan Allah SWT. ;
2. Menghindari terjadinya perpecahan ;
3. Memperkokoh silaturahmi dan menerima perbedaan ;
4. Tenggang rasa dan suka menolong kepada orang lain ;
5. Menciptakan kehidupan masyarakat yang aman dan damai ;

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan apa yang sudah dijelaskan pada pembahasan, maka dapat dikemukakan
beberapa kesimpulan, antara lain :
1. Toleransi adalah sikap memberikan kemudahan, berlapang dada, mendiamkan,
dan menghargai ;
2. Islam merupakan agama yang menjadikan sikap toleransi sebagai bagian yang
terpenting, sikap ini lebih banyak teraplikasi dalam wilayah interaksi sosial
sebagaimana yang ditunjukkan dari sikap Rasulullah SAW. terhadap non
muslim pada zaman beliau masih hidup ;
3. Sikap toleransi dalam beragama adalah menghargai keyakinan agama lain
dengan tidak bersikap sinkretis yaitu dengan menyamakan keyakinan agama
lain dengan keyakinan Islam itu sendiri, menjalankan keyakinan dan ibadah
masing-masing ;
4. Sikap toleransi tidak dapat dipahami secara terpisah dari bingkai syariat, sebab
jika terjadi, maka akan menimbulkan kesalah pahaman makna yang berakibat
tercampurnya antara yang hak dan yang batil ;
5. Ajaran toleransi merupakan suatu yang melekat dalam prinsip-prinsip ajaran
Islam sebagaimana terdapat pada iman, islam, dam ihsan.

B. SARAN
Terapkan sikap toleransi pada setiap diri kita agar terciptanya kerukunan dan
kedamaian dalam lingkungan kehidupan.
Bertoleransi bukan berarti kita tidak peduli terhadap orang lain, melainkan
menanamkan sikap yang positif untuk menghargai orang lain.

DAFTAR PUSTAKA
Rasdiyana, S.Ag. Buku Ajar Al-Qur’an dan Hadits Untuk Mts. Solo : Putra Kertonatan
Yasmina Al-Qur’an dan Terjemah special for women. Bandung : Syaamil Qur’an
http://msibki3.blogspot.com/2013/04/hadis-hadis-tentang-toleransi.html
https://www.google.com/search?q=q.s+al-kafirun+1-6&client=firefox-
beta&hs=5pp&rls=org.mozilla:en-
US:official&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ei=GGBCVKzoA8O6mAWP5YG4Bg&ved=0
CAgQ_AUoAQ&biw=1366&bih=631
https://www.google.com/search?q=surah+al-bayyinah+ayat+1-8&client=firefox-
beta&rls=org.mozilla:en-
US:official&channel=np&biw=1366&bih=631&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ei=3GBCV
N_8AqG1mgWkioKoBQ&ved=0CAYQ_AUoAQ#rls=org.mozilla:en-
US:official&channel=np&tbm=isch&q=surah+al-kahfi+29&imgdii=_
http://blogs.mervpolis.com/roller/ferdy/entry/sikap_toleransi_dalam_kehidupan_beragama
http://talimulquranalasror.blogspot.com/2013/05/kisah-hikmah-toleransi-beragama.html

Anda mungkin juga menyukai