Arif Rahmat
2018617011
Riki Asgar M.
2018610119
Abi Wira
AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2019
Pendahuluan
Setiap umat islam sebelum melakukan ibadah sholat wajib 5 waktu, sholat
sunnah Dhuha, sholat Tahajjud atau sholat sunnah lainnya diharuskan dalam keadaan
suci. Suci yang dimaksud adalah terbebas dari hadast besar ataupun kecil. Hadast
kecil bisa disucikan dengan cara berwudlu, sedang hadast besar diwajibkan untuk
melakukan mandi junub atau mandi wajib. Ketika mandi junub ini diharuskan
membaca doa mandi junub disertai dengan urutan langkah-langkahnya yang benar
agar mandinya sempurna. Mandi junub atau mandi wajib merupakan mandi yang
diwajibkan bagi setiap muslim dalam beberapa keadaan. Keadaan itu diantaranya:
Keluarnya mani pada kaum pria, bertemunya dua organ intim walaupun tidak keluar
mani, ketika berhentinya darah haid dan nifas, ketika orang kafir masuk islam, karena
kematian.
Sudah menjadi kewajiban kaum muslim untuk selalu melakukan mandi junub
jika habis melakukan kewajibannya sebagai suami istri dalam memberikan nafkah
batin bagi sang suami ke Istrinya. Tapi selain itu mandi junub juga wajib dilakukan
oleh kaum laki-laki yang mengalami mimpi basah. Biasanya sering terjadi pada para
remaja yang masih duduk di SMP ataupun SMA tapi tidak menutup kemungkinan
pria dewasa juga bisa mengalaminya.
Tujuan mandi Junub adalah untuk kembali membersihkan diri dari hadast
kecil ataupun hadast besar, karena kalau belum melakukannya dianggap masih najis
dan belum bisa melakukan kewajibannya sebagai seorang muslim. Maka disini mandi
Junub adalah wajib hukumnya bagi kaum muslim sebelum melakukan kegiatan
islami sehari-sehari seperti sholat ataupun mengaji. Dan dalam mandi Junub juga
ada adabnya atau aturannya, jadi tidak hanya melakukan mandi seperti biasa, ada-doa
yang harus diucapkan dan utamakan membasuh bagian yang sebelah kanan dulu.
ة يويبللودتأ ن ايل و
جوناًبولل ع ل عملل ي
سلل و سللل ل و
م إعوذا ايغوت و صللللىَ الل لللته وعلوييلل ع
ه وو و ل الل للل ع
ه و سو ت
ن ور ت شوة وقاًلو ي
ت وكاً و ن وعاًئع و
وع ي
م يويأ ت
خللتذ صولعة تث ل
ضووءته علل لضتأ تو ت
م يووتوو ل ل وفير و
جته تث ل س ته وفيويغ ع ماًلع ع ه وعولىَ ع
ش و ميعن عغ بعيو ع
م تييفعر ت
ه تث ل
ل يووديي ع
س ت وفيويغ ع
ثه ثوول و ن وعلوللىَ وريأ ع
سلل ع حوفلل وسوتيبورأو و
ن وقيد ا يحلتىَ إعوذا وروأىَ أو ي شيععر و
ل ال ل
صو عصاًبعوعته عفيِ تأ ت ل أو و
خ ت ماًوء وفتييد ع
ايل و
جلويي ع
ه ل عر ي
س و
م وغ و
سعدعه تث ل
ج و
ساًئععر و م أووفاً و
ض وعولىَ و ت تث ل
حوفوناً ت
و
Dari Aisyah dia berkata, “Apabila Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mandi
karena junub, maka beliau memulainya dengan membasuh kedua tangan. Beliau
menuangkan air dengan tangan kanan ke atas tangan kiri, kemudian membasuh
kemaluan dan berwudhu dengan wudhu untuk shalat. Kemudian beliau menyiram
rambut sambil memasukkan jari ke pangkal rambut hingga rata. Setelah selesai,
beliau membasuh kepala sebanyak tiga kali, lalu beliau membasuh seluruh tubuh dan
akhirnya membasuh kedua kaki.” (HR. Muslim)
Disunnahkan untuk melakukan mandi junub jinabat dengan urut dan tertib biar
sempurna, dan usahakan cipratan air yang digunakan untuk mengguyur tubuh tidak
masuk ke kolah atau tempat penampungan air yang digunakan untuk mandi Junub.
Demikian informasi tentang doa mandi Junub. Dengan melakukan niat dan tata cara
yang urut dan benar maka akan membersihkan diri kita dari hadast besar.
Bagaimana cara terbebas dari kondisi junub sementara kondisi fisik tidak kuat
menahan dinginnya air, atau kondisi fisik terluka yang berbahaya jika terkena air?
Apakah boleh mengganti mandi janabah dengan tayamum , Bagaimana hukumnya?
Kemudian, jika mandi janabah dengan menggunakan air tidak bisa, ada air namun
suhunya sangat dingin, maka para ulama fikih membolehkan mengganti mandi
janabah dengan tayamum karena air sangat dingin .Begitu juga ketika kondisi tidak
dapat menemukan air, atau ada air namun kondisi fisik sedang sakit dan tidak boleh
tersentuh air, dibolehkan untuk tayamum sebagai ganti mandi janabah.
Dalilnya adalah keumuman firman Allah ‘Azza wa Jalla,
جللتدوا ساًوء وفلو ي
م تو ع م النعن و ط أويو لوم ي
ستت ت ن ايلوغاًئع ع
م عم و جاًوء أو و
حدد عمينتك ي سوفتر أويو و
ضىَ أويو وعولىَ و
م ومير و
ن تكينتت ي
ووإع ي
ًصععيضدا طو عي نضبا
موا و وماًضء وفوتيو ل
م ت
“Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan, atau kembali dari tempat buang air, atau
usai menyentuh wanita dan tidak mendapati air maka bertayamumlah menggunakan
debu yang baik (suci).” (QS. Al-Maidah: 6)
Dalam ayat di atas terkandung banyak sekali hukum syariat dalam masalah
cara bersuci sebelum menegakkan shalat. Bagi orang yang semestinya harus
berwudhu atau mandi janabah sebelum shalat, namun kondisinya tidak
memungkinkan, maka solusinya adalah mengganti wudhu dengan tayamum.
Bagi orang sakit yang sakitnya sampai pada level membahayakan nyawanya,
atau menjadikan sakitnya tidak segera sembuh, atau memperparah penyakitnya, boleh
baginya untuk mengganti wudhu dengan tayamum.
Hukum bolehnya mengganti mandi janabah dengan tayamum karena air sangat dingin
ini didukung dengan dalil dari hadits Amru bin ‘Ash radhiyallahu ‘anhu. Beliau
berkata,
صلل ليي ت
ت م و
ِ تث ل،ت
م ت وفوتيو ل.ك
م ي ن او ي
هعل و ت او ي
سيل ت
ن ايغوت و
ت اع ع ِ وفاًو ي،شعدييودعة يالبويرعد
شوفيق ت ت عفىَ لوييلو ت
ة وباًعرودتة و حوتلو ي
م ت ي
.ك لوللته
ا صلىَ ا عليه وسلللم وذوكللتريوا ذلعلل و
ل ع ماً وقعديموناً وعولىَ ور ت
سيو ع وفلو ل.صيبحع
صل ووة ال ص
حاًعبىَ و بعاًو ي
ص و
ْل }وو ل و تويقتتلتلليوآ
جلل ل ت وقلليو و
ل ع
الل وعلللز وو و وذوكللير ت:ت
ب؟ٌ تقيل ت
جتن د ك وو اوين و
ت ت حاًبع و ت بعاًو ي
ص و صل ليي و
ِ و،مترو وفوقاً و
وياً وع ن:ل
ل ع
الل صلللىَ الل عليلله سيو ت
ك ور ت
ح و وف و.ت
ض ع صل ليي ت
م و
ت تث ل
م ت ماً{ وفوتيو ل
م ي حيي ض
م ور ع ا وكاً و
ن بعتك ي ن و
ِ اع ل،م اوينتف و
ستك ي
ًشييضئا
ل و وسلم وو لو ي
م يوتق ي
“Saya mimpi sampai keluar mani pada suau malam yang sangat dingin. Kemudian
saya bangun pagi-pagi. Kalau saya mandi tentu akan celaka, karena itu saya
bertayamum. Kemudian saya mengimami shalat Shubuh bersama dengan kawan-
kawan saya. Ketika kami sampai di hadapan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
lalu mereka menceritakan peristiwa itu kepadanya. Kemudian Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Ya ‘Amr, apakah kamu telah menjadi imam dalam shalat
bersama kawan-kawanmu padahal kamu junub?”. Saya menjawab, “Saya ingat
firman Allah ‘Azza wa Jalla (yang artinya (Dan jangan kamu membunuh diri-dirimu,
sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang terhadap kamu”, lalu saya tayammum,
kemudian shalat”. Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tertawa, tanpa
mengatakan sesuatu apapun”. (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Daruquthi, Nailul
Authar, 1/302)
Saat mengomentari hadits ini, Ibnu Hajar al-Asqalani rahimahullah berkata, “
وفيِ هذا الحديث جواز التيمم لمن يتوقع من استعماًل الماًء الهلكا سواء كاًن لجل برد أو
ِ وجواز صلة المتيمم باًلمتوضئين، غيره.
“Dalam hadits ini terkandung hukum bolehnya tayamum bagi orang yang jika
menggunakan air justru akan mencelakai diri sendiri, baik karena faktor airnya dingin
atau faktor lainnya. Demikian pula mengandung hukum bolehnya orang yang bersuci
dengan tayamum mengimami jamaah yang bersuci dengan wudhu.” (Fathul Bari,
Ibnu Hajar al-Asqalani, 1/454)
Meski demikian, bagi orang junub yang ingin mandi janabah namun suhu air
yang tersedia sangat dingin, semaksimal mungkin untuk berusaha menetralkan
suhunya dengan dipanasi. Jika tidak didapati alat pemanas, maka hendaknya
menggunakan air itu sebisanya. Bisa dengan mengusapkannya hanya di telapak
tangan, atau bagian lain yang jika terkena air dingin tetap aman. Jika cara itu juga
tetap tidak memungkinkan untuk dilakukan, baru mengganti mandi janabah dengan
tayamum . Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,
سوتطويعتت ي
م وفاًت لتقوا الل لوه وماً ا ي
“Bertaqwalah kepada Allah semampu kalian.” (QS. At-Taghabun: 16)
Tayammum
Adapun dalil dari As Sunnah adalah sabda Rasulullah shollallahu ‘alaihi was
sallam dari sahabat Hudzaifah Ibnul Yaman rodhiyallahu ‘anhu,
جعد ايل و
« ماًوء ت تتيربوتتوهاً لووناً طوتهوضرا إعوذا لو ي
م نو ع جععلو ي
» وو ت
“Dijadikan bagi kami (ummat Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi was sallam )
permukaan bumi sebagai thohur/sesuatu yang digunakan untuk besuci[4]
(tayammum) jika kami tidak menjumpai air”.[5]
Berdasarkan hadits di atas kita dapat simpulkan bahwa tata cara tayammum beliau
shallallahu ‘alaihi was sallam adalah sebagai berikut;
a. Memukulkan kedua telapak tangan ke permukaan bumi dengan sekali pukulan
kemudian meniupnya.
b. Kemudian menyapu punggung telapak tangan kanan dengan tangan kiri dan
sebaliknya.
c. Kemudian menyapu wajah dengan dua telapak tangan.
d. Semua usapan baik ketika mengusap telapak tangan dan wajah dilakukan
sekali usapan saja.
e. Bagian tangan yang diusap adalah bagian telapak tangan sampai pergelangan
tangan saja atau dengan kata lain tidak sampai siku seperti pada saat
wudhu[17].
Tayammum dapat menghilangkan hadats besar semisal janabah, demikian juga
untuk hadats kecil.
Pembatal Tayammum
Pembatal tayammum sebagaimana pembatal wudhu. Demikian juga
tayammum tidak dibolehkan lagi apa bila telah ditemukan air bagi orang yang
bertayammum karena ketidakadaan air dan telah adanya kemampuan menggunakan
air atau tidak sakit lagi bagi orang yang bertayammum karena ketidakmampuan
menggunakan air[18]. Akan tetapi shalat atau ibadah lainnya[19] yang telah ia
kerjakan sebelumnya sah dan tidak perlu mengulanginya. Hal ini berdasarkan hadits
Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam dari sahabat Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu
‘anhu,
ِ وف و، ًصععيضدا طو عي نضبا
ِ، ًصللل لويا ماً و ماً وماًدء – وفوتيو ل
م و صولتة – وولويي و
س وموعته و ت ال ل
ضور ي ِ وف و، سوفتر
ح و جول ع
ن عفيِ و ج ور ت
خور و
و
ل
سللو و م أوتويوللاً ور ت م تيععيد ايل و
ِ تثلل ل، خللتر ِ وولو ي، ضووءصولوة ووايلتو ت ماً ال ل ه وحتد ت ِ وفأووعاًود أو و، ت ماًوء عفيِ ايلوويق ع جودا ايل وم وو و تث ل
جوزأويتللك
سلللنوة ووأو ي صلليبت ال ص أو و: م تيععلليد ل لعل لللعذيِ لولل ي
ِ وفوقللاً و، ك لوتهم وفوذوكورا وذلع و سل ل و صللىَ الل لته وعلويي ع
ه وو و ه و الل ل ع
ن ولك ايل و ي: خعر
جتر وملرتويي ع صولتتك وووقاً و
ل لعيل و و
Dua orang lelaki keluar untuk safar. Kemudian tibalah waktu shalat dan tidak ada air
di sekitar mereka. Kemudian keduanya bertayammum dengan permukaan bumi yang
suci lalu keduanya shalat. Setelah itu keduanya menemukan air sedangkan saat itu
masih dalam waktu yang dibolehkan shalat yang telah mereka kerjakan tadi. Lalu
salah seorang dari mereka berwudhu dan mengulangi shalat sedangkan yang lainnya
tidak mengulangi shalatnya. Keduanya lalu menemui Nabi shallallahu ‘alaihi was
sallam dan menceritakan yang mereka alami. Maka beliau shallallahu ‘alaihi was
sallam mengatakan kepada orang yang tidak mengulang shalatnya, “Apa yang kamu
lakukan telah sesuai dengan sunnah dan kamu telah mendapatkan pahala shalatmu”.
Beliau mengatakan kepada yang mengulangi shalatnya, “Untukmu dua
pahala[20]”[21].
Juga hadits Nabi shollallahu ‘alaihi was sallam dari sahabat Abu Huroiroh
rodhiyallahu ‘anhu,
سللته ق الل لوه وويلتي ع
م ل ماًوء وفيليولت ع
جود ايل و
وفعإوذا وو و.ن
سعني و
شور ع جيد ايل و
ماًوء وع ي ن لو ي
م يو ع ِ ووإع ي، م
سعل ع ضوتء ايل ت
م ي صععيتد تو ت
ال ل
شورتوته
بو و
“Seluruh permukaan bumi (tayammum) merupakan wudhu bagi seluruh muslim jika
ia tidak menemukan air selama sepuluh tahun (kiasan bukan pembatasan angka)[22],
apabila ia telah menemukannya hendaklah ia bertaqwa kepada Allah dan
menggunakannya sebagai alat untuk besuci”.[23]