Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

(RUANG LINGKUP KORUPSI)


Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Budaya Anti
Korupsi
Semester Genap tahun ajaran 2020-2021
Dosen Pembimbing: Drs.Herry Sugiri M.Kes

DISUSUN OLEH:

ALYA ZILFA FATUNISA (P17324419001)


AMELIA FIDELA NUR F (P17324419002)
FITRIA NURUL HIKMAH (P17324419010)
HERLINA PUTRI SUHARA (P17324419012)
LAILI MAGHFIROH (P17324419015)
NINA NURKHAINI W (P17324419022)

JALUM 2A
KELOMPOK 1

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI BANDUNG


PRODI DIII KEBIDANAN KARAWANG
2020/2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan karunia nikmat-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul Ruang Lingkup Korupsi tepat pada waktunya.
Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Pendidikan Budaya Anti Korupsi. Dalam proses penyusunan rangkuman ini tak
lepas dari bantuan, arahan dan bimbingan dari berbagai pihak. Maka dari itu,
penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Tuhan
Yang Maha Esa dan para pembimbing yang telah membantu dalam
menyelesaikan rangkuman ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak sekali kekurangan dalam
penulisan rangkuman ini, maka dari itu penulis sangat mengharapkan saran dan
kritik dari para pembaca.

Kamis, 25 Februari 2021

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Kemajuan suatu negara sangat ditentukan oleh kemampuan dan


keberhasilannya dalam melaksanakan pembangunan. Pembangunan
sebagaisuatu proses perubahan yang direncanakan mencakup semua aspek
kehidupan masyarakat. Efektifitas dan keberhasilan pembangunan
terutama ditentukan oleh dua faktor, yaitu sumber daya manusia, yakni
(orang-orang yang terlibatsejak dari perencanaan samapai pada
pelaksanaan) dan pembiayaan.

Diantara dua faktor tersebut yang paling dominan adalah faktor


manusianya.Indonesia merupakan salah satu negara terkaya di Asia dilihat
dari keanekaragaman kekayaan sumber daya alamnya. Tetapi ironisnya,
negara tercinta ini dibandingkan dengan negara lain di kawasan Asia
bukanlah merupakan sebuah negara yang kaya malahan termasuk negara
yang miskin.Mengapa demikian? Salah satu penyebabnya adalah
rendahnya kualitas sumber daya manusianya. Kualitas tersebut bukan
hanya dari segi pengetahuan atau intelektualnya tetapi juga menyangkut
kualitas moral dan kepribadiannya.

Rapuhnya moral dan rendahnya tingkat kejujuran dari aparat


penyelenggara negara menyebabkan terjadinya korupsi.Korupsi di
Indonesia dewasa ini sudah merupakan patologi social (penyakit social)
yang sangat berbahaya yang mengancam semua aspek kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Korupsi telah mengakibatkan kerugian materil keuangan negara


yang sangat besar. Namun yang lebih memprihatinkan lagi adalah
terjadinya perampasan dan pengurasan keuangan negara yang dilakukan
secara kolektif oleh kalangan anggotalegislatif dengan dalih studi banding,
THR, uang pesangon dan lainsebagainya di luar batas kewajaran. Bentuk
perampasan dan pengurasan keuangan negara demikian terjadi hampir di
seluruh wilayah tanah air. Hal itu merupakan cerminan rendahnya
moralitas dan rasa malu, sehingga yang menonjol adalah sikap kerakusan
dan aji mumpung.

Persoalannya adalah dapatkah korupsi diberantas? Tidak ada


jawaban lain kalau kita ingin maju, adalah korupsi harus diberantas. Jika
kita tidak berhasil memberantas korupsi,atau paling tidak mengurangi
sampai pada titik nadir yang paling rendahmaka jangan harap Negara ini
akan mampu mengejar ketertinggalannya dibandingkan negara lain untuk
menjadi sebuah negara yang maju. Karenakorupsi membawa dampak
negatif yang cukup luas dan dapat membawa negara ke jurang kehancuran.

1. 2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa pengertian korupsi?
1.2.2 Apa ciri-ciri korupsi?
1.2.3 apa saja jenis korupsi?
1.2.4 Bagaimana modus korupsi?
1.2.5 Bagaimana pola korupsi?

1. 3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian korupsi
1.3.2 Untuk mengetahui ciri-ciri korupsi
1.3.3 Untuk mengetahui apa saja jenis korupsi
1.3.4 Untuk mengetahui berbagai modus korupsi
1.3.5 Untuk mengetahui pola korupsi
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi korupsi


Kata “korupsi” berasal dari bahasa Latin “corruptio” (Fockema
Andrea: 1951) atau “corruptus” (Webster Student Dictionary: 1960).
Selanjutnya, dikatakan bahwa “corruptio” berasal dari kata
“corrumpere”, suatu bahasa Latin yang lebih tua. Dari bahasa Latin
tersebut kemudian dikenal istilah “corruption, corrupt” (Inggris),
“corruption” (Perancis) dan “corruptie/korruptie” (Belanda).
Arti kata korupsi secara harfiah adalah kebusukan, keburukan,
kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan
dari kesucian.
Di Malaysia terdapat peraturan antikorupsi, dipakai kata “resuah”
berasal dari bahasa Arab “risywah”, menurut Kamus umum Arab-
Indonesia artinya sama dengan korupsi (Andi Hamzah: 2002).
Risywah (suap) secara terminologis berarti pemberian yang diberikan
seseorang kepada hakim atau lainnya untuk memenangkan perkaranya
dengan cara yang tidak dibenarkan atau untuk memperoleh kedudukan
(al-Misbah al-Munir–al Fayumi, alMuhalla–Ibnu Hazm). Semua ulama
sepakat mengharamkan risywah yang terkait dengan pemutusan,
bahkan perbuatan ini termasuk dosa besar. Sebagaimana yang telah
diisyaratkan beberapa Nash Qur’aniyah dan Sunnah Nabawiyah yang
antara lain menyatakan: ”Mereka itu adalah orang-orang yang suka
mendengar berita bohong, banyak memakan yang haram” (QS Al
Maidah 42). Imam al-Hasan dan Said bin Jubair menginterpretasikan
‘akkaaluna lissuhti’ dengan risywah. Jadi risywah (suap menyuap)
identik dengan memakan barang yang diharamkan oleh Allah SWT.
Jadi, diharamkan mencari suap, menyuap dan menerima suap.
Begitu juga mediator antara penyuap dan yang disuap antara
penyuap dan yang disuap. Hanya saja jumhur ulama membolehkan
penyuapan yang dilakukan untuk memperoleh hak dan mencegah
kezhaliman seseorang. Namun orang yang menerima suap tetap
berdosa (Kasyful Qona’ 6/316, Nihayatul Muhtaj 8/243, al-Qurtubi
6/183, Ibnu Abidin 4/304, al-Muhalla 8/118, Matalib Ulin Nuha
6/479).
Istilah korupsi yang telah diterima dalam perbendaharaan kata
bahasa Indonesia, adalah “kejahatan, kebusukan, dapat disuap, tidak
bermoral, kebejatan dan ketidakjujuran”(S.Wojowasito-WJS
Poerwadarminta: 1978). Pengertian lainnya, “perbuatan yang buruk
seperti penggelapan uang, penerimaan uang sogok, dan sebagainya”
(WJS Poerwadarminta: 1976).
1. Menurut Robert Klitgaard
Pengertian korupsi adalah suatu tingkah laku yang
menyimpang dari tugas-tugas resmi jabatannya dalam negara,
di mana untuk memperoleh keuntungan status atau uang yang
menyangkut diri pribadi (perorangan, keluarga dekat,
kelompok sendiri), atau melanggar aturan pelaksanaan yang
menyangkut tingkah laku pribadi. Pengertian korupsi yang
diungkapkan oleh Robert yaitu korupsi dilihat dari perspektif
administrasi negara.
2. Menurut The Lexicon Webster Dictionary
Korupsi adalah kebusukan, keburukan, kebejatan,
ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan
dari kesucian, kata-kata atau ucapan yang menghina atau
memfitnah.
3. Pengertian Korupsi menurut Gunnar Myrdal
korupsi adalah suatu masalah dalam pemerintahan karena
kebiasaan melakukan penyuapan dan ketidakjujuran membuka
jalan membongkar korupsi dan tindakan-tindakan dengan
terhadap pelanggar. Tindakan pemberantasan korupsi biasanya
dijadikan pembenar utama terhadap KUP Militer.
4. Menurut Mubyarto
Pengertian korupsi adalah suatu masalah politik lebih dari pada
ekonomi yang menyentuh keabsahan (legitimasi) pemerintah di
mata generasi muda, kaum elite terdidik dan para pegawai pada
umumnya. Akibat yang ditimbulkan dari korupsi ini ialah
berkurangnya dukungan pada pemerintah dari kelompok elite
di tingkat provinsi dan kabupaten.
Selanjutnya untuk beberapa pengertian lain, disebutkan bahwa
(Muhammad Ali: 1998):

1. Korupsi artinya busuk, suka menerima uang suap/sogok,


memakai kekuasaan untuk kepentingan sendiri dan sebagainya.

2. Korupsi artinya perbuatan busuk seperti penggelapan uang,


penerimaan uang sogok, dan sebagainya.

3. Koruptor artinya orang yang melakukan korupsi.

Dengan demikian arti kata korupsi adalah sesuatu yang busuk,


jahat dan merusak, berdasarkan kenyataan tersebut perbuatan
korupsi menyangkut: sesuatu yang bersifat amoral, sifat dan
keadaan yang busuk, menyangkut jabatan instansi atau aparatur
pemerintah, penyelewengan kekuasaan dalam jabatan karena
pemberian, menyangkut faktor ekonomi dan politik dan
penempatan keluarga atau golongan ke dalam kedinasan di bawah
kekuasaan jabatan.

Menurut Subekti dan Tjitrosoedibio dalam kamus , yang


dimaksud corruptie adalah korupsi, perbuatan curang, perbuatan
curang, tindak pidana yang merugikan keuangan negara (Subekti
dan Tjitrosoedibio : 1973). Selanjutnya, Baharudin Lopa mengutip
pendapat David M. Chalmers, menguraikan istilah korupsi dalam
berbagai bidang, yakni yang menyangkut masalah penyuapan,
yang berhubungan dengan manipulasi di bidang ekonomi, dan
yang menyangkut bidang kepentingan umum. Hal ini diambil dari
definisi yang berbunyi “financial manipulations and deliction
injurious to the economy are often labeled corrupt” (Evi Hartanti:
2008). Menurut Pasal 3 Undang-undang No 31 Tahun 1999 tentang
pemberantasan tindak pidana korupsi. Korupsi adalah tindakan
setiap orang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang
lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan,
kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau
kedudukan yang dapat merugikan keuangan Negara atau
perekonomian Negara.

Dengan demikian arti kata korupsi adalah suatu yang busuk,


jahat, dan merusak. Berdasarkan kenyataan tersebut perbuatan
korupsi menyangkut jabatan instansi atau aparatur pemerintah,
penyelewengan kekuasaan dalam jabatan karena pemberian,
menyangkut faktor ekonomi dan politik dan penempatan keluarga
atau golongan ke dalam kedinasan di bawah kekuasaan jabatan.

2.2 Ciri-ciri Korupsi


Korupsi merupakan istilah yang sering kita jumpai saat ini,
berbagai media masa, elektronik hampir setiap saat melaporkan adanya
korupsi. Korupsi berasal dari perkataan bahasa latin “corruptio” yang
berarti kerusakan atau kebobrokan. Dalam bahasa Inggris “corruption”
dan Perancis “corruption” yang berarti perbuatan atau kenyataan yang
menimbulkan keadaan yang bersifat buruk, perilaku yang jahat yang
tercela atau kebejatan moral. Menurut Undang-undang No 31 Tahun
1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi, yang termasuk
dalam tindak pidana korupsi adalah “Setiap orang yang dikategorikan
melawan, melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri,
menguntungkan diri sendiri, atau orang lain atau suatu korporasi,
menyalah gunakan kewenangan maupun kesempatan atau sarana yang
ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan
keuangan Negara atau perekonomian Negara”.
Korupsi menurut Syed Hussein Alatas dalam Sumarwani S 2011,
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1. Suatu pengkhianatan terhadap kepercayaan.

2. Penipuan terhadap badan pemerintah, lembaga swasta atau

masyarakat umumnya.

3. Dengan sengaja melalaikan kepentingan umum untuk

kepentingan khusus.

4. Dilakukan dengan rahasia, kecuali dalam keadaan di mana

orang-orang yang berkuasa atau bawahannya


menganggapnya tidak perlu.

5. Melibatkan lebih dari satu orang atau pihak.

6. Adanya kewajiban dan keuntungan bersama, dalam bentuk

uang atau yang lain.

7. Terpusatnya kegiatan korupsi pada mereka yang

menghendaki keputusan yang pasti dan mereka yang dapat


mempengaruhinya.

8. Adanya usaha untuk menutupi perbuatan korup dalam

bentuk pengesahan.
2.3 Jenis Korupsi
Jenis-jenis korupsi yang lebih operasional juga diklasifikasikan
oleh tokoh reformasi, M. Amien Rais yang menyatakan sedikitnya ada
empat jenis korupsi, yaitu (Anwar, 2006:18):
a. Korupsi ekstortif, yakni berupa sogokan atau suap yang
dilakukan pengusaha kepada penguasa.
b. Korupsi manipulatif, seperti permintaan seseorang yang
memiliki kepentingan ekonomi kepada eksekutif atau legislatif
untuk membuat peraturan atau UU yang menguntungkan bagi
usaha ekonominya.
c. Korupsi nepotistik, yaitu terjadinya korupsi karena ada ikatan
kekeluargaan, pertemanan, dan sebagainya.
d. Korupsi subversif, yakni mereka yang merampok kekayaan
negara secara sewenang-wenang untuk dialihkan ke pihak
asing dengan sejumlah keuntungan pribadi.

Di antara model-model korupsi yang sering terjadi secara praktis


adalah: pungutan liar, penyuapan, pemerasan,
penggelapan,penyelundupan, pemberian (hadiah atau hibah) yang
berkaitan dengan jabatan atau profesi seseorang.

Jeremy Pope (2007: xxvi) mengutip dari Gerald E. Caiden dalam


Toward a General Theory of Official Corruption menguraikan secara rinci
bentuk-bentuk korupsi yang umum dikenal, yaitu:

a. Berkhianat, subversif, transaksi luar negeri ilegal,


penyelundupan.
b. Penggelapan barang milik lembaga, swastanisasi anggaran
pemerintah, menipu dan mencuri.
c. Penggunaan uang yang tidak tepat, pemalsuan dokumen dan
penggelapan uang, mengalirkan uang lembaga ke rekening
pribadi, menggelapkan pajak,menyalahgunakan dana.
d. Penyalahgunaan wewenang, intimidasi, menyiksa,
penganiayaan, memberi ampun dan grasi tidak pada tempatnya.
e. Menipu dan mengecoh, memberi kesan yang salah, mencurangi
dan memperdaya, memeras.
f. Mengabaikan keadilan, melanggar, memberikan kesaksian
palsu, menahan secara tidak sah, menjebak.
g. Tidak menjalankan tugas, desersi, hidup menempel pada orang
lain seperti benalu.
h. Penyuapan dan penyogokan, memeras, mengutip pungutan,
meminta komisi.
i. Menjegal pemilihan umum, memalsukan kartu suara,
membagi-bagi wilayah pemilihan umum agar bisa unggul.
j. Menggunakan informasi internal dan informasi rahasia untuk
kepentingan pribadi; membuat laporan palsu.
k. Menjual tanpa izin jabatan pemerintah, barang milik
pemerintah, dan surat izin pemerintah.
l. Manipulasi peraturan, pembelian barang persediaan, kontrak,
dan pinjaman uang.
m. Menghindari pajak, meraih laba berlebih-lebihan.
n. Menjual pengaruh, menawarkan jasa perantara, konflik
kepentingan.
o. Menerima hadiah, uang jasa, uang pelicin dan
hiburan,perjalanan yang tidak pada tempatnya.
p. Berhubungan dengan organisasi kejahatan, operasi pasar gelap.
q. Perkoncoan, menutupi kejahatan.
r. Memata-matai secara tidak sah, menyalahgunakan
telekomunikasi dan pos.
s. Menyalahgunakan stempel dan kertas surat kantor, rumah
jabatan, dan hak istimewa jabatan.

2.4 Modus Korupsi


Indonesia Corruption Watch (ICW) mencatat suap merupakan
modus tertinggi yang dilakukan oleh para koruptor, dari 12 modus
tindak pidana korupsi sepanjang 2019. 
ICW mencatat total modus suap sepanjang 2019 sebanyak 51 tindak
pidana dengan nilai Rp169,5 miliar. Selain suap, 11 modus tindak
pidana lainnya yakni mark up sebanyak 41, penyalahgunaan anggaran
39, penggelapan 35, penyalahgunaan wewenang 30, proyek fiktif 22,
laporan fiktif sebanyak 22, pungutan liar 11, gratifikasi 7, pemerasan
7, pemotongan 5, mark down 1 modus.
Berikut dipaparkan berbagai bentuk korupsi yang diambil dari
Buku Saku yang dikeluarkan oleh KPK atau Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK: 2006)

No Bentuk Korupsi Perbuatan Korupsi

1 Kerugian  Secara melawan hukum melakukan


Keuangan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang
Negara lain atau korporasi, dengan tujuan
menguntungkan diri sendiri atau orang lain
atau korporasi, menyalahgunakan
kewenangan, kesempatan atau saran yang ada

2 Suap Menyuap  Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada


Pegawai Negeri atau penyelenggara Negara
dengan maksud supaya berbuat sesuatu atau
tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya.
 Memberi sesuatu kepada pegawai negeri
atau penyelenggara Negara karena atau
berhubungan dengan kewajiban dilakukan
atau tidak dilakukan dalam jabatannya.
 Memberi hadiah atau janji kepada pegawai
negeri dengan mengingat kekuasaan atau
wewenang yang melekat pada jabatan atau
kedudukannya atau oleh pemberi hadiah/janji
dianggap melekat pada jabatan atau
kedudukan tersebut.
 Bagi pegawai negeri atau penyelenggara
Negara yang menerima pemberian atau janji.
 Bagi Pegawai negeri atau penyelenggara
Negara yang menerima hadiah atau janji,
padahal diketahui atau patut diduga bahwa
hadiah atau janji tersebut diberikan untuk
menggerakkan agar melakukan sesuatu atau
tindakan melakukan sesuatu dalam jabatannya
yang bertentangan dengan kewajibannya.
 Bagi pegawai negeri atau penyelenggara
Negara yang menerima hadiah atau janji,
padahal diketahui atau patut diduga bahwa
hadiah atau janji tersebut diberikan karena
telah melakukan sesuatu atau tindakan
melakukan sesuatu dalam jabatannya yang
bertentangan dengan kewajibannya.
 Bagi pegawai negeri atau penyelenggara
Negara yang menerima hadiah atau janji
padahal diketahui atau patut diduga bahwa
hadiah atau janji tersebut diberikan karena
kekuasaan atau kewenangan yang
berhubungan dengan jabatannya atau yang
menurut pikiran orang yang memberikan
hadiah atau janji tersebut ada hubungan
dengan jabatannya.
 Memberi atau menjanjikan sesuatu pada
hakim dengan maksud untuk mempengaruhi
putusan perkara.
 Memberi atau menjanjikan sesuatu pada
advokat untuk menghadiri sidang pengadilan
dengan maksud untuk mempengaruhi nasihat
atau pendapat yang akan diberikan
berhubungan dengan perkara.
 Hakim yang menerima hadiah atau janji,
padahal diketahui atau patut diduga bahwa
hadiah atau janji tersebut diberikan untuk
mempengaruhi putusan perkara.

3 Penggelapan  Pegawai negeri atau orang selain pegawai


dalam Jabatan negeri yang ditugaskan menjalankan sesuatu
jabatan umum secara terus menerus atau
untuk sementara waktu, dengan sengaja
menggelapkan uang atau surat berharga yang
disimpan karena jabatannya atau uang/surat
berharga tersebut diambil atau digelapkan
oleh orang lain atau membantu dalam
melakukan perbuatan tersebut.  Pegawai
negeri atau orang lain selain pegawai negeri
yang ditugaskan menjalakan jabatan umum
secara terus-menerus atau untuk sementara
waktu dengan sengaja memalsukan buku atau
daftar-daftar yang khusus untuk pemeriksaan
administrasi.
 Pegawai negeri atau orang selain pegawai
negeri yang ditugaskan menjalakan jabatan
umum secara terus menerus atau untuk
sementara waktu dengan sengaja
menggelapkan, merusak atau membuat tidak
dapat dipakai barang, akta, surat atau daftar
yang digunakan untuk meyakinkan atau
membuktikan di muka pejabat yang
berwenang yang dikuasai karena jabatannya.
 Pegawai negeri atau orang selain pegawai
negeri yang ditugaskan menjalakan jabatan
umum secara terus menerus atau untuk
sementara waktu dengan sengaja membiarkan
orang lain menghilangkan, menghancurkan,
merusak atau membuat tidak dipakai barang
akta, surat atau daftar tersebut.
 Pegawai negeri atau orang selain pegawai
negeri yang ditugaskan menjalakan jabatan
umum secara terus menerus atau untuk
sementara waktu dengan sengaja membantu
orang lain menghilangkan menghancurkan,
merusak atau membuat tidak dipakai barang
akta, surat atau daftar tersebut.

4 Pemerasan  Pegawai negeri atau penyelenggara Negara


yang dengan maksud menguntungkan diri
sendiri atau orang lain secara melawan hukum
atau dengan menyalahgunakan kekuasaannya
memaksa seseorang memberikan Sesuatu,
membayar atau menerima pembayaran
dengan potongan atau untuk mengerjakan
sesuatu bagi dirinya sendiri.
 Pegawai negeri atau penyelenggara Negara
yang pada waktu menjalakan tugas meminta
atau menerima pekerjaan atau penyerahan
barang seolah-olah merupakan utang kepada
dirinya, padahal diketahui bahwa hal tersebut
bukan merupakan utang.
 Pegawai negeri atau penyelenggara Negara
yang pada waktu menjalakan tugas, meminta,
atau menerima atau memotong pembayaran
kepada pegawai negeri atau penyelenggara
Negara yang lain atau kepada kas umum
tersebut mempunyai utang kepadanya,
padahal diketahui bahwa hal tersebut bukan
merupakan utang.

5 Perbuatan  Pembarong ahli bangunan yang pada waktu


Curang membuat bangunan atau penjual bahan
bangunan, melakukan perbuatan curang yang
dapat membahayakan keamanan orang atau
barang atau keselamatan Negara dalam
keadaan perang.
 Setiap orang bertugas mengawasi
pembangunan atau menyerahkan bahan
bangunan, sengaja membiarkan perbuatan
curang.
 Setiap orang yang pada waktu menyerahkan
barang keperluan TNI atau Kepolisian Negara
RI melakukan perbuatan curang dengan
sengaja membiarkan perbuatan curang.

6 Benturan  Pegawai negeri atau penyelenggara Negara


Kepentingan baik langsung maupun tidak langsung dengan
dalam sengaja turut serta dalam pemborongan
Pengadaan pengadaan atau persewaan yang pada saat
dilakukan perbuatan untuk keseluruhan atau
sebagian ditugaskan untuk mengurus atau
mengawasinya.

7 Gratifikasi  Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri


atau penyelenggara Negara dianggap
pemberian suap, apabila berhubungan

2.5 Pola Korupsi


Pola korupsi terdiri dari empat pelaku, yaitu principal-agent-client
dan middlemen. Principal merujuk kepada penyelenggara atau pejabat
negara yang tidak berhubungan langsung dengan kegiatan. Principal
mengarahkan atau membawa titipan ke agent. Agent adalah ujung
tombak yang menandatangani kontrak atau bisa juga yang menangani
proses pengadaan. Client merujuk pada pihak ketiga yang
melaksanakan proyek pemerintah. Middleman berperan
menghubungkan principal dengan client.
Adapun pola korupsi, diantaranya:
1. Penyuapan
2. Penggelapan
3. Pemberian Komisi
4. Pemerasan
5. Pilih kasih
6. Penyalahgunaan wewenang
7. Bisnis orang dalam
8. Nepotisme
9. Sumbangan Ilegal
10. Pemalsuan
BAB III

PENUTUP

I. Kesimpulan

Korupsi adalah suatu tindak perdana yang memperkaya diri yang


secara langsung merugikan negara atau perekonomian negara. Jadi, unsur
dalam perbuatan korupsi meliputi dua aspek. Aspek yang memperkaya diri
dengan menggunakan kedudukannya dan aspek penggunaan uang Negara
untuk kepentingannya.Adapun penyebabnya antara lain, ketiadaan dan
kelemahan pemimpin,kelemahan pengajaran dan etika, kolonialisme,
penjajahan rendahnya pendidikan, kemiskinan, tidak adanya hukuman
yang keras, kelangkaan lingkungan yang subur untuk perilaku korupsi,
rendahnya sumber daya manusia, serta struktur ekonomi. Korupsi dapat
diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu bentuk, sifat,dan tujuan.Dampak
korupsi dapat terjadi di berbagai bidang diantaranya, bidang demokrasi,
ekonomi, dan kesejahteraan negara.

II. Saran
Sikap untuk menghindari korupsi seharusnya ditanamkan sejak
dini. Dan pencegahan korupsi dapat dimulai dari hal yang kecil
DAFTAR PUSTAKA

Muzadi, H. 2004. MENUJU INDONESIA BARU, Strategi Pemberantasan Tindak


Pidana Korupsi. Malang: Bayumedia Publishing.

Trionovani, Elvi. 2016. PENGETAHUAN BUDAYA ANTI KORUPSI. Jakarta:


Pusdik SDM Kesehatan.

Fitri Rosenadia.2014. Pola - Pola Umum Korupsi.Jakarta:SCRIBD.

Al-fiqri Ahmad.2020. Ungkap Modus Favorit Koruptor.Jakarta:ALINEA.ID.

Anda mungkin juga menyukai