Anda di halaman 1dari 9

Makalah Ilmu Qira’at

(Biografi, Spesifikasi Qira’at Imam Nafi’ Al-Madani Dan Para Muridnya)

DI SUSUN OLEH :

Gita Novia Sari (1811420010)

DOSEN PENGAMPU :

Dr. Aibdi Rahmat, M.Ag

PRODI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BENGKULU

2020

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Swt yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Kami panjatkan puji dan syukur atas Kehadiratnya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada kami,sehingga
dapat menyelesaikan makalah Ilmu Qira’at yang berjudul Biografi,
Spesifikasi Imam Nafi’ Al-Madani Dan Para Muridnya dengan baik.

Makalah ini kami susun dengan tujuan untuk memenuhi tugas dan
membantu dosen dalam menyiapkan perangkat penilaian, baik yang
digunakan sebagai penilaian proses belajar maupun penilaian hasil belajar.
Selain itu, makalah ini diharapkan dapat membantu pembacauntuk lebih
memahami dan mendalami materi yang dibahas dan dapat diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari,dengan kajian yang teoritis, buku penunjang
yang baik,sehingga kita dapat terlatih serta mampu berfikir kritis.

Kami penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh


pihak yang telah membantu dalam penyusunan dan penyelesaian makalah
ini. Semoga Allah SWT membalas dengan limpahan karunia dan inayah-
Nya, dan kami berharap semoga makalah ini bermanfaat untuk kita semua.

Bengkulu, 22 November 2020

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Qur’an merupakan wahyu Allah swt, kepada Rasulullah secara


berangsur -angsur disertai lafadz dan maknanya, oleh karena itu pada zaman
Rasulullah terdapatpula ilmu membaca ayat-ayat al-qur’an dengan
menisbahkan setiap bacaannya yangdisebut dengan qiraat kepada seorang
imam pakar qiraat yang mana salah seorang imam qurra’ berbeda dengan
madzhab lainnya dalam mengucapkannya, perbedaan disini tentunya
disandarkan pada sanad – sanad yang dianggap sampai pada Rasulullah.Qiraat
yang dianggap mutawatir dalam pembacaan al-qur’an adalah qiraat sab’ah
atau qiraat tujuh yangdiriwayatkan oleh tujuh imam bacaan yang diriwayatkan
telah diakui dan disepakati oleh para ulama dan benar-benar dari Rasulullah.

Sejarah berkembangnya ilmu qiraat ketika banyak sekali sahabat


Rasulullah yang belajar tentang qiraat al-qur’an . para ahli qiraat dikalangan
sahabat tentunya menyandarkan pada ajaran Rasulullah dalam bacaan.
Perkembangan qiraat sudah sangat luas hingga masa sahabat sampai thabi’in.
Dari merekalah qiraat tersebar luas di seluruh penjuru Islam. Dengan
pembacaan yang sesuai pada daerah-daerahnya, yang pasti memiliki berbagai
macamvariasi sesuai dengan imam yang mereka pakai. Dalam makalh ini akan
membahas dua imam yang berperan dalam bidang ilmu qiraat yaitu imam as-
syatibi dan ibnu jazaridengan masing-masing sistematika metode dan
kereteristiknya.

Namun dalam perkembangan selanjutnya perbedaan qira’at ini


menghadapi masalah yang serius karena munculnya banyak versi bacaan yang
semuanyamengaku bersumber dari Nabi Saw. Untuk itu dilakukanlah
penelitian dan pengujian oleh para ahli pakar ilmu qira’at dengan
menggunakan kaidah dan kriteria dari segi sanad, Rasm ‘Utsmani dan tata
bahasa Arab. Setelah melalui upaya yang keras serta penelitian dan pengujian
yang mendalam terhadap berbagai qira’at Alquran yang banyak beredar
tersebut, ternyata yang memenuhi syarat mutawatir, menurut kesepakatan
ulama, ada tujuh qira’at. Tujuh qira’at ini selanjutnya dikenal dengan sebutan
Qira’at Sab’ah (bacaan yang tujuh)

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Biografi Imam Nafi’ Al-Madani.
2. Bagaiaman Spesifikasi Qira’at Beliau Dan Para Muridnya.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi Imam Nafi’ Al-Madani

Nama lengkapnya ialah Nafi’ bin Abdurrahman bin Abu Nu’aim


A-Laisi, lahir tahun 70 H dan wafat pada tahun 169 H di Madinah. Sanad atau
silsilah imam ini adalah bahwa ia mempunyai guru banyak, diantaranya
Abdurrahman bin Hurmuz, Abdurrahman dari Abdullah bin Abbas dan Abu
Hurairah, dari Ubay bin Ka’ab, dan Ubay dari Rasulullah SAW.1 Sejak muda
dia menekuni Alquran dan sejak saat itu beliau belajar kepada lebih dari 70
orang tabi’in, dan setelah dewasa ia menjadi guru di kota Madinah dan
menetap disana hingga wafatnya. Selama kurang lebih 70 tahun imam Nafi’
menjadi guru qira’at di kota Madinah. Syaikh Syathiby mengemukakan:
“Nafi’ seorang yang mulia lagi harum namanya, memilih Madinah sebagai
tempat tinggalnya.

Pernah diceritakan bahwa anak Ahmad bin Hambal bertanya kepada


bapaknya tentang qira’at mana yang paling disenanginya. Ahmad bin Hambal
pun menjawab ia menyenangi qira’at dari Madinah dan jika tidak ada maka
qira’at Hasyim. Sanad atau silsilah bacaan imam Nafi’ adalah sebagai berikut.
Diantara gurunya yang banyak itu terdapat Abdurrahman bin Hurmuz,
Abdurrahman dari Abdullah bin Abbas, Abdullah dari Ubay bin Ka’ab. Dan
Ubay dari Rasulullah SAW. 2

Beliau bertalaqqi Alquran kepada gurunya Abu Abdurrahman As-


Sulami RA (dari kalangan tabi’in), dan gurunya (As-Sulami) telah bertalaqqi
dari sahabat yang mulia dari Ali Bin Abi Thalib, dengan sanad ini beliau
mengajarkan kepada imam Hafs. Beliau telah bertalaqqi kepada Zirr bin
Hubaisy dan beliau bertalaqqi dari sahabat yang mulia Abdullah Bin Mas’ud
dengan sanad ini beliau mengajarkan kepada imam Syu’bah. Sanad beliau
cukup tinggi, bahkan melebihi sanad imam Ibnu Katsir dan Ibnu Amir dalam
hal kedekatannya dengan nabi Muhammad SAW.3

Dalam disiplin ilmu hadits, dia terhitung sebagai perawi yang paling
sedikit dalam meriwayatkan hadits Nabi. Bahkan, sebagian ulama
menganggapnya lemah dari segi periwayatan. Namun, hal tersebut tidak
mengurangi kredibilitas dan kapabalitas beliau sebagai ahli qira’at. Karena hal
ini justru menunjukkan konsistensinya dalam menyelami lautan ilmu qira’at.
Imam Bin Hanbal menyatakan bahwa dari segi periwayatan hadits, Imam
1
Ahmad Fathoni, Kaidah Qira’at Tujuh, Jilid 1 (Darul Ulum, Jakarta, 2005), hlm. 7.
2
Mohamad Wahyudi, Ilmu Tajwid Plus, (Halim Jaya, Malang, 2007), hlm. 18-19
3
Hisyam bin Mahrus, Qira’at Hafsh an Ashim, Dalam Situs
Https://Ibnumajjah.files.wordpress.com 02 Maret 2017.

4
Naf’i termasuk perawi yang lemah (Layyin), sementara dalam qira’at (huruf
Alquran) para ulama sepakat bahwa beliau adalah panutan (hujjah). Namun,
kendati demikian, beliau tetap meriwayatkan beberapa ulama di antaranya :
Abdurrahman bin Hurmuz al-A’raj (w. 117 H), Amir bin Abdullah (w. 124 H)
dan Abi Zinad (w. 130 H).

Sementara murid-murid beliau yang meriwayatkan hadits darinya


adalah : Kharijah bin Mus’ab (w. 168 H), al-Laits bin Saad (w. 175 H), Ibnu
Wahb (w. 177 H), Asyhab dan Khalid bin Makhlad (w. 213 H) dan lain-lain.
Selama perjalanan hidup, imam Nafi’ adalah salah satu dari sekian banyak
ulama yang mencurahkan waktunya untuk berkhidmah kepada Alquran dan
qira’at. Beliau mengajarkan Alquran beserta qira’at dalam kurun waktu lebih
dari 70 tahun. Kemampuannya dalam qira’at dan pengetahuannya yang sangat
luas dalam bidang wajah-wajah qira’at dan atsar Imam terdahulu di negaranya,
menjadikan beliau sebagai seorang Imam ahli Alquran yang dikenal luas.4

B. Metode Imam Nafi’ Dalam Merumuskan Qira’at

Dalam ilmu qira’at terdapat istilah “ikhtiar”, yaitu melakukan ijtihad


untuk memilih qira’at dari beberapa guru dan menetapkan qira’at tertentu
untuk dijadikan qira’atnya sendiri. Imam Nafi’ pun melakukan seleksi qira’at
(bujan penyeleksian antara salah dan benar), yaitu mengambil qira’at yang
sama di antara para gurunya, dan meninggalkan bacaan yang berbeda. Hasil
dari penyeleksian tersebut dijadikan kaidah tersendiri oleh Imam Nafi’ yang
kemudian dikenal luas oleh generasi selanjutnya sebagai qira’at Imam Nafi’.

Imam Ishaq al-Musayyibi menceritakan dari Imam Nafi’ “Aku telah


belajar kepada beberapa Tabi’in, kemudian melakukan penyeleksian. Jika
terdapat dua qira’at yang sama dari kedua guru, maka saya ambil untuk
dijadikan qira’at. Jika terdapat sati qira’at yang tidak sama dengan guru yang
lain, maka aku tinggalkan (tidak dijadikan qira’at). Hasil penyeleksian
tersebutlah yang aku jadikan pijakan dalam menyusun qira’at ini’’.

C. Karamah Imam Nafi’


Imam Nafi’ adalah seorang ahli Alquran yang dianugerahi Allah
beberapa karamah. Di antaranya adalah semerbak aroma harum yang keluar
dari lisannya dari wajah berseri-seri yang memancarkan aura yang
menyenangkan. Semerbak keharuman yang keluar dari lisannya bukan berasal
dari minyak yang beliau pakai, tetapi merupakan anugerah yang Allah berikan
kepadannya lewat mimpi bertemu Nabi SAW.

4
Moh Fathurrozi, Lc, M. Th, I & Rif’iyatul Fatimah, Lc. M. Th, I, Mengarungi Samudra
Kemuliaan 10 Qira’at, (CV. Belibis Pustaka Group, Yogyakarta, 2020) hlm. 8-9.

5
Diceritakan bahwa jika beliau berbicara, maka terciumlah semerbak
harum minyak misk yang keluar dari lisannya. Ketika ditanya oleh seorang
muridnya, “Apakah anda memakai minyak wangi jika hendak mengajar?”.
Imam Nafi’ menjawab “Aku tidak pernah mendekati minyak wangi apalagi
menyentuhnya. Suatu ketika aku bermimpi bertemu dengan Rasulullah dan
beliau membaca Alquran persis di depan lisannya. Sejak saat itulah semerbak
harum keluar dari lisanku’’.
Karamah lain yang dimiliki Imam Nafi’ adalah wajah yang selalu
berseri-seri dan budi pekerti yang luhut. Imam al-Musayyibi berkata, ketika
ditanyakan kepada Imam Nafi’ tentang hal tersebut (wajahnya yang selalu
berseri-seri), beliau menjawab “Bagaimana aku tidak beseri-seri, sementara
Rasul menyalamiku dalam mimpi dan kepada beliau aku membaca Alquran”.5

D. Sanad Imam Nafi’ Al-Madani

Secara transmisi sanad, qira’at Imam Nafi’ dinyatakan sebagai


qira’at yang sah dan dapat dipertanggung jawabkan keshahihannya. Hal ini
dibuktikan dengan dibuktikan dengan transmisi sanad para gurunya yang
tersambung kepada Nabi Muhammad SAW. Pemaparannya sebagai
berikut :

1. Abu Ja’far, Yazid bin al-Qa’qa’ (w. 130 H) beajar kepada (1)
Abdullah bin Ayyasy. (2) Abu Hurairah. (3) Abdullah bin Abbas.
Ketiganya belajar kepada Ubay bin Ka’ab. Sementara itu, Abu Hurairaj
dan Ibnu Abbas belajar kepada Zaid bin Tsabit. Adapun Ubay dan Zaid
menerima bacaan dari Nabi Muhammad Saw.
2. Abdurrahman bin Hurmuz al-A’raj (w. 117 H) belajar kepada Abu
Hurairah, Ibnu Hurairah dan Abdullah bin Ayyasy, mereka bertiga
belajar kepada Ubay bin Ka’ab dari Nabi Muhammad Saw.
3. Syaibah bin Nashah (w. 130 H) belajar kepada Abdullah bin Ayyash,
ia belajar kepada Ubay bin Ka’ab dan mendengar bacaan dari Umar bin
Khattab, keduanya menerima bacaan dari Nabi Muhammad Saw.
4. Muslim bin Jundub (w. 110 H) belajar kepada Abdullah bin Ayyasy, ia
belajar kepada Ubay bin Ka’ab dari Nabi Muhammad Saw.
5. Yazid bin Ruman (w. 120 H) belajar kepada Abdullah bin Ayyasy, ia
belajar kepada Ubay bin Ka’ab dari Nabi Muhammad Saw.
6. Muhammad Syihabuddin bin al-Zuhri (w. 124 H) belajar kepada Said
al-Musayyah, ia belajar kepada Abu Hurairah dan Ibnu Abbas.
7. Shaleh bin Khuwat, ia belajar kepada Abu Hurairah. 6

5
Moh Fathurrozi, Lc, M. Th, I & Rif’iyatul Fatimah, Lc. M. Th, I, Mengarungi Samudra Kemuliaan
10 Qira’at, (CV. Belibis Pustaka Group, Yogyakarta, 2020) hlm. 12-13.
6
Moh Fathurrozi, Lc, M. Th, I & Rif’iyatul Fatimah, Lc. M. Th, I, Mengarungi Samudra Kemuliaan
10 Qira’at, (CV. Belibis Pustaka Group, Yogyakarta, 2020) hlm. 9-10.

6
E. Murid-Murid Imam Nafi’

Kealiman dan keistiqamahan dalam membimbing masyarakat


Madinah, mengantarkan Imam Nafi’ menjadi maha guru yang disenangi dan
disegani oleh para muridnya. Hal ini ditandai dengan banyaknya murid beliau
yang berasal dari berbagai Negara. Seperti Mesir, Syam, Madianah dan
lainnya.7 Murid beliau yang bersal dari Madinah : Isma’il bin Ja’far, ‘Isa bin
Warsdan, Sulaiman bin Muslim, Maik bin Anas, Ishaq bin Muhammad, Abu
Bakar dan Isma’il bin Abu Uwais. Y’quf bin Ja’far, ‘Abd ar-Rahman bin Abu
az-Zanad, Isa bun Mina Qalun, Sa’ad bin Ibrahim, Muhammad bin Umar al-
Waqidiy, az-Zubair bin ‘Amr, Khalaf bi Wadhdhah dan lain-lain. Dari Mesir:
Musa bin Thariq, Abu Qurrah al-Yamany, ‘Abd al-Malk bin Qarib al-
Ashmu’iy, Khalid bin Mukhallad al-Qathwany, Abu ‘Amr bin Al-‘Ala’, Abu
ar-Rabi’az-Zahrany, Kharijah bin Mush’ab al-Khurasany, Khalaf bin Nizar al-
Aslamy, Warasy dan Abdullah bin Wahab dan lain-lain.8

Adapun dua orang perawinya yang terkenal adalah :

a. Qolun nama lengkapnya adalah Abu Musa Isa bin Mina, tetapi ia
lebih populer dengan laqob (julukan) yang melekat pada dirinya yaitu Qolun.
Qolun diambil dari bahasa Rum yang berarti baik, karena baiknya bacaan Al-
Qur’an yang diucapkan. Lahir pada tahun 120 H dan wafat pada tahun 220 H
sebagaimana gurunya ia meneruskan mengajar dan menjadi guru qiraat yang
terkenal di Madinah. Diceritakan, satu hal yang istimewa dalam sejarah hidup
Qolun ini adalah pendengarannya. Pada masa tuanya ia tuli hingga tidak
mendengar walaupun genderang dipukul disampingnya. Tetapi bila orang
membaca Al-Qur’an ia dapat mendengarnya dengan baik sekali.

b. Warsy’ Nama lengkapnya adalah Utsman bin Sa’id Al-Mishriy.


Sebagaimana Qolun ia lebih populer dengan laqob (julukan) yang dimilikinya
Warsy. Ia lahir di Mesir pada tahun 110 H. kemudian pergi ke Madinah
khusus untuk belajar dengan Imam Nafi, dan dapat menyelesaikan beberapa
kali khatam dihadapan gurunya tahun 155 H. kemudian ia kembali ke Mesir
dan mengajar Qiraat disana hingga wafatnya pada tahun 197 H. Warsy ini
terkenal sebagai seorang qori’ yang memiliki suara yang baik dan merdu,
menguasai Tajwid, dan juga mahir dalam tata bahasa Arab.9

7
Moh Fathurrozi, Lc, M. Th, I & Rif’iyatul Fatimah, Lc. M. Th, I, Mengarungi Samudra Kemuliaan
10 Qira’at, (CV. Belibis Pustaka Group, Yogyakarta, 2020) hlm. 14.
8
Muhammad Roihan Nasution, Qira’at Sab’ah, Khazanah Bacaan Al-Qur’an Teori Dan Praktik
(Perdan Publishing, Medan : 2019), hlm.11.
9
Mohamad Wahyudi, Ilmu Tajwid Plus, (Halim Jaya, Malang, 2007), hlm. 19-20.

7
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Nafi’ bin Abdurrahman bin Abu Nu’aim A-Laisi, lahir tahun 70 H dan
wafat pada tahun 169 H di Madinah. Sanad atau silsilah imam ini adalah
bahwa ia mempunyai guru banyak, diantaranya Abdurrahman bin Hurmuz,
Abdurrahman dari Abdullah bin Abbas dan Abu Hurairah, dari Ubay bin
Ka’ab, dan Ubay dari Rasulullah SAW.

Mempunyai karaamah semerbak aroma harum yang keluar dari


lisannya dari wajah berseri-seri yang memancarkan aura yang menyenangkan.
Semerbak keharuman yang keluar dari lisannya bukan berasal dari minyak
yang beliau pakai, tetapi merupakan anugerah yang Allah berikan kepadannya
lewat mimpi bertemu Nabi SAW. Mempunyai dua orang perawi yang sangat
terkenal di antar para muridnya, yakni : Qolun dan Warsy.

8
DAFTAR PUSTAKA

Fathoni, Ahmad. 2005. Kaidah Qira’at Tujuh. Darul Ulum.

Wahyudi. Mohammad. 2007. Ilmu Tajwid Plus. Halim Jaya.

Mahrus bin Hisyam, 2017. Qira’at Hafs an Ashim.

Fathurrozi Moh & Fatimah Ri’iyatul. 2020. Mengarungi Samudra Kemuliaan 10


Qira’at. CV. Belibis Pustaka Group.

Nasution Roihan Muhammad. 2019. Qira’at Sab’ah. Perdana Publishing.

Anda mungkin juga menyukai