DI SUSUN OLEH :
DOSEN PENGAMPU :
2020
1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Swt yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Kami panjatkan puji dan syukur atas Kehadiratnya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada kami,sehingga
dapat menyelesaikan makalah Ilmu Qira’at yang berjudul Biografi,
Spesifikasi Imam Nafi’ Al-Madani Dan Para Muridnya dengan baik.
Makalah ini kami susun dengan tujuan untuk memenuhi tugas dan
membantu dosen dalam menyiapkan perangkat penilaian, baik yang
digunakan sebagai penilaian proses belajar maupun penilaian hasil belajar.
Selain itu, makalah ini diharapkan dapat membantu pembacauntuk lebih
memahami dan mendalami materi yang dibahas dan dapat diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari,dengan kajian yang teoritis, buku penunjang
yang baik,sehingga kita dapat terlatih serta mampu berfikir kritis.
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Biografi Imam Nafi’ Al-Madani.
2. Bagaiaman Spesifikasi Qira’at Beliau Dan Para Muridnya.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam disiplin ilmu hadits, dia terhitung sebagai perawi yang paling
sedikit dalam meriwayatkan hadits Nabi. Bahkan, sebagian ulama
menganggapnya lemah dari segi periwayatan. Namun, hal tersebut tidak
mengurangi kredibilitas dan kapabalitas beliau sebagai ahli qira’at. Karena hal
ini justru menunjukkan konsistensinya dalam menyelami lautan ilmu qira’at.
Imam Bin Hanbal menyatakan bahwa dari segi periwayatan hadits, Imam
1
Ahmad Fathoni, Kaidah Qira’at Tujuh, Jilid 1 (Darul Ulum, Jakarta, 2005), hlm. 7.
2
Mohamad Wahyudi, Ilmu Tajwid Plus, (Halim Jaya, Malang, 2007), hlm. 18-19
3
Hisyam bin Mahrus, Qira’at Hafsh an Ashim, Dalam Situs
Https://Ibnumajjah.files.wordpress.com 02 Maret 2017.
4
Naf’i termasuk perawi yang lemah (Layyin), sementara dalam qira’at (huruf
Alquran) para ulama sepakat bahwa beliau adalah panutan (hujjah). Namun,
kendati demikian, beliau tetap meriwayatkan beberapa ulama di antaranya :
Abdurrahman bin Hurmuz al-A’raj (w. 117 H), Amir bin Abdullah (w. 124 H)
dan Abi Zinad (w. 130 H).
4
Moh Fathurrozi, Lc, M. Th, I & Rif’iyatul Fatimah, Lc. M. Th, I, Mengarungi Samudra
Kemuliaan 10 Qira’at, (CV. Belibis Pustaka Group, Yogyakarta, 2020) hlm. 8-9.
5
Diceritakan bahwa jika beliau berbicara, maka terciumlah semerbak
harum minyak misk yang keluar dari lisannya. Ketika ditanya oleh seorang
muridnya, “Apakah anda memakai minyak wangi jika hendak mengajar?”.
Imam Nafi’ menjawab “Aku tidak pernah mendekati minyak wangi apalagi
menyentuhnya. Suatu ketika aku bermimpi bertemu dengan Rasulullah dan
beliau membaca Alquran persis di depan lisannya. Sejak saat itulah semerbak
harum keluar dari lisanku’’.
Karamah lain yang dimiliki Imam Nafi’ adalah wajah yang selalu
berseri-seri dan budi pekerti yang luhut. Imam al-Musayyibi berkata, ketika
ditanyakan kepada Imam Nafi’ tentang hal tersebut (wajahnya yang selalu
berseri-seri), beliau menjawab “Bagaimana aku tidak beseri-seri, sementara
Rasul menyalamiku dalam mimpi dan kepada beliau aku membaca Alquran”.5
1. Abu Ja’far, Yazid bin al-Qa’qa’ (w. 130 H) beajar kepada (1)
Abdullah bin Ayyasy. (2) Abu Hurairah. (3) Abdullah bin Abbas.
Ketiganya belajar kepada Ubay bin Ka’ab. Sementara itu, Abu Hurairaj
dan Ibnu Abbas belajar kepada Zaid bin Tsabit. Adapun Ubay dan Zaid
menerima bacaan dari Nabi Muhammad Saw.
2. Abdurrahman bin Hurmuz al-A’raj (w. 117 H) belajar kepada Abu
Hurairah, Ibnu Hurairah dan Abdullah bin Ayyasy, mereka bertiga
belajar kepada Ubay bin Ka’ab dari Nabi Muhammad Saw.
3. Syaibah bin Nashah (w. 130 H) belajar kepada Abdullah bin Ayyash,
ia belajar kepada Ubay bin Ka’ab dan mendengar bacaan dari Umar bin
Khattab, keduanya menerima bacaan dari Nabi Muhammad Saw.
4. Muslim bin Jundub (w. 110 H) belajar kepada Abdullah bin Ayyasy, ia
belajar kepada Ubay bin Ka’ab dari Nabi Muhammad Saw.
5. Yazid bin Ruman (w. 120 H) belajar kepada Abdullah bin Ayyasy, ia
belajar kepada Ubay bin Ka’ab dari Nabi Muhammad Saw.
6. Muhammad Syihabuddin bin al-Zuhri (w. 124 H) belajar kepada Said
al-Musayyah, ia belajar kepada Abu Hurairah dan Ibnu Abbas.
7. Shaleh bin Khuwat, ia belajar kepada Abu Hurairah. 6
5
Moh Fathurrozi, Lc, M. Th, I & Rif’iyatul Fatimah, Lc. M. Th, I, Mengarungi Samudra Kemuliaan
10 Qira’at, (CV. Belibis Pustaka Group, Yogyakarta, 2020) hlm. 12-13.
6
Moh Fathurrozi, Lc, M. Th, I & Rif’iyatul Fatimah, Lc. M. Th, I, Mengarungi Samudra Kemuliaan
10 Qira’at, (CV. Belibis Pustaka Group, Yogyakarta, 2020) hlm. 9-10.
6
E. Murid-Murid Imam Nafi’
a. Qolun nama lengkapnya adalah Abu Musa Isa bin Mina, tetapi ia
lebih populer dengan laqob (julukan) yang melekat pada dirinya yaitu Qolun.
Qolun diambil dari bahasa Rum yang berarti baik, karena baiknya bacaan Al-
Qur’an yang diucapkan. Lahir pada tahun 120 H dan wafat pada tahun 220 H
sebagaimana gurunya ia meneruskan mengajar dan menjadi guru qiraat yang
terkenal di Madinah. Diceritakan, satu hal yang istimewa dalam sejarah hidup
Qolun ini adalah pendengarannya. Pada masa tuanya ia tuli hingga tidak
mendengar walaupun genderang dipukul disampingnya. Tetapi bila orang
membaca Al-Qur’an ia dapat mendengarnya dengan baik sekali.
7
Moh Fathurrozi, Lc, M. Th, I & Rif’iyatul Fatimah, Lc. M. Th, I, Mengarungi Samudra Kemuliaan
10 Qira’at, (CV. Belibis Pustaka Group, Yogyakarta, 2020) hlm. 14.
8
Muhammad Roihan Nasution, Qira’at Sab’ah, Khazanah Bacaan Al-Qur’an Teori Dan Praktik
(Perdan Publishing, Medan : 2019), hlm.11.
9
Mohamad Wahyudi, Ilmu Tajwid Plus, (Halim Jaya, Malang, 2007), hlm. 19-20.
7
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Nafi’ bin Abdurrahman bin Abu Nu’aim A-Laisi, lahir tahun 70 H dan
wafat pada tahun 169 H di Madinah. Sanad atau silsilah imam ini adalah
bahwa ia mempunyai guru banyak, diantaranya Abdurrahman bin Hurmuz,
Abdurrahman dari Abdullah bin Abbas dan Abu Hurairah, dari Ubay bin
Ka’ab, dan Ubay dari Rasulullah SAW.
8
DAFTAR PUSTAKA